Selamat membaca..
..................
"Aku masih mencintaimu. Jangan pergi tinggalkan aku" mohon wanita muda yang berumur 25 tahun sedang mengemis cinta pada suaminya dialah Nadira Sarita.
Nadira Sarita wanita tangguh dan sangat bijaksana. Sudah menikah dengan pria pilihannya sendiri. Menikah adalah jalan terbaik demi menghindari dosa dan segalanya.
Tapi hari ini cinta Nadira seolah bertepuk sebelah tangan. Suami tercintanya sudah menceraikannya beberapa waktu yang lalu dan semua hanya demi wanita lain.
Mau tak mau Nadira harus merelakannya . Mau ataupun tak mau.
Serangkaian persidangan sudah dilewati Nadira dengan suka duka. Laki laki yang dulu sangat mencintainya kini bagaikan orang lain. Tak ada kata perpisahan .
Nadira tersenyum getir.
Tiga bulan kemudian
Nadira menatap kearah air hujan yang turun rintik membasahi wajah cantiknya. Nadira tak mengerti apa yang dia rasakan. Hatinya sangat terluka.
Beberapa hari yang lalu mantan suaminya datang hanya untuk mengatakan nafkah terakhirnya tak bisa ia berikan karena dia akan melangsungkan pernikahan lagi dengan wanita yang telah ia pilih dan menyingkarkan Nadira.
Lagi lagi Nadira tersenyum getir. Terluka itu pasti.
"Nak" sapa wanita yang usianya sudah setengah abad. Dia adalah wanita yang melahirkan Nadira dengan susah payah.
"Masuklah. Nanti sakit. Lupakan dia" nasihat ibu Nur sambil menarik pelan tangan anaknya itu dengan pelan. Namun tak ada gerakan apa pun.
"Biarkan aku disini dulu bu. Biar hujan membawa air mata luka ini dengan segenap goresannya" lirih Nadira.
Tanpa satu kata pun. Bu Nur langsung meninggalkan Nadira yang kondisinya basah kuyub di bawah guyuran air hujan yang semakin detik semakin deras.
Dira menepuk dadanya yang terasa sesak. Air mata itu pun masih mengalir belum ada tanda tanda berhenti.
Satu jam. Berlalu.
Nadira langsung masuk dan mandi.
"Ibu masak apa? Jadi laper" Nadira melihat berbagai masakan diatas meja .
"Makan sana. Bahagia itu butuh tenaga. Dan nangis juga butuh tenaga" sindir bu Nur.
"Ibu nyindir?"
"Nak dengarkan ibu baik baik. Jika laki laki sanggup punya satu hati dan dia sanggup tak membagi itu pria sejati. Tapi jika satu hati dia bagi bagi. Itu bukan laki laki tak baik hanya saja perasaannya telah pudar untuk satu hati. Jika kamu ingin mencari pria yang setia 100 persen itu hanya ada didalam khayalan kamu nak" nasihat ibu Nur lagi.
"Ibu..." nadira langsung memeluk ibunya dan mengisak nangis sepuasnya.
"Sudah.. Jangan menangis lagi" ibu Nur mengusap air mata di pipi anak tercintanya.
Ditempat lain.
"Rion??Mama sudah bilang pacarmu itu bukan perempuan baik baik. Ngerti gak kamu itu" celetuk mama Wulan
"Dia ada nama ma. Namanya Jovanka" ucap Rion malas.
"Bela terus perempuan itu" .
Mama Wulan meninggalkan ruang makan . Mama Wulan kecewa dengan anak laki lakinya ini.
Mama Wulan tak menyangka jika anak laki lakinya bisa tertipu dengan wanita yang baru di pacari anaknya sebulan yang lalu.
"Ada apa ma marah marah mulu" tegur papa Antonio melihat istrinya mengomel tak jelas.
"Anakmu itu" .
"Iya memang itu anak papa. Mau anak siapa lagi" canda papa Antonio.
"Anak sama Bapak sama sama buat pusing" omel mama Wulan sambil meninggalkan papa Antonio sendirian diruang tengah.
Papa Antonio hanya mengelengkan kepalanya.
"Kenapa lagi mama mu Rion?" tanya Papa Antonio menuju ruang makan.
Rion hanya mengedikan bahunya.
"Entah?".
.
.
Like n comment
Selamat membaca
..............
"Bu.. Doakan Dira ya hari ini dapat pekerjaan" Dira tersenyum kearah ibunya.
"Selalu ibu doakan agar Allah senantiasa memberimu kebahagian dunia dan akhirat" doa Bu Nur pagi tadi.
Dira ingin bekerja kembali seperti dulu. Sebelum menikah Dira pernah bekerja disalah satu pusat perbelanjaan dikotanya. Hanya staf biasa karena Dira hanya lulusan SMA .
Tak banyak yang bisa dilakukan Dira. Bekerja adalah tugas utama untuk bisa melupakan memori kenangan bersama mantan suaminya.
Dira tak lagi mempermasalahkan nafkah terakhir yang dijanjikan mantan suaminya. Dira ingin terbebas dari masa suram menuju kebahagian dimana Dira ingin membahagiakan ibunya.
Ayah Dira Pak Marwan sudah meninggal dunia dua tahun yang lalu. Meninggalkan istri dan dua anak. Dira mempunyai kakak laki laki yang saat ini berusia tak jauh dari dirinya. Hanya berbeda tiga tahun saja.
Selesai interview pekerjaan Dira memutuskan untuk kembali kerumah. Uang disaku Dira hanya ada 25 ribu rupiah. Dira tak ingin menghabiskan uang itu dengan percuma. Akhirnya Dira memutuskan pulang kerumah dan makan siang bersama ibunya.
"Bu. Mas Ilham tidak pulang kesini?" tanya Dira disela makan siang mereka.
"Ibu kurang tau. Mas mu belum ada ngomong mau pulang kerumah. Emang kenapa?" .
"Gak ada apa apa bu. Kayak udah lama gak ketemu Mas Ilham" ucap Dira lesu.
Dira tidak menyadari jika pembicaraan mereka sedang didengar oleh yang bersangkutan. Ilham pulang setelah mendapat cuti tahunan. Ilham seorang Prajurit TNI yang ditugaskan di Surabaya.
"Hem".
"Kayaknya tadi ada yang ngomongin Masnya ini" suara bariton Ilham mengisi diruangan kecil itu.
"Ya Allah Mas.Kapan datang" ucap rindu Dira sambil berjalan kearah Ilham dan memeluknya.
"Kayaknya rindu berat ini" goda Ilham.
Dira menahan malu.
"Sudah... Sudah.. Ayo makan nak. Pasti kamu lapar" bu Nur menyuruh anak laki lakinya untuk makan bersamanya.
Sebelum makan Ilham mencium punggung tangan ibunya dan memeluk rindu pada ibunya ini.
Ilham sebenarnya berat meninggalkan keluarga kecilnya. Setelah meninggalnya Pak Marwan . Ilham telah berjanji akan selalu menjaga ibu dan juga adiknya. Tapi sayang seribu kali sayang. Tugas negara yang mengharuskannya bertugas di luar kota.
Selesai makan. Dira dan Ilham langsung bercerita di beranda samping rumah.
"Kamu sabar. Lupakan dia" kata Ilham menasehati adiknya ini.
"Aku udah ikhlas mas" lirih Dira.
"Udah sana tidur. Mas mau sholat Dzuhur dulu udah gitu mau temani ibu kerumah nyai sari" perintah Ilham langsung didengar oleh Dira.
Dan benar saja. Dira sudah terlelap di kamar ibunya. Dira tetaplah anak manja selalu ingin tidur dikamar ibunya padahal kamarnya lebih bagus dari pada kamar ibunya.
Kamar sederhana milik Ibu Nur. Tapi bisa membuat siapa saja tenang saat tidur disana.
"Adik mu sudah tidur Ham?" tanya Bu Nur.
"Udah bu barusan" jawab Ilham
"Ayo cepatan antar ibu kerumah nyai Sari" ajak bu Nur.
Tak ada kendaraan disana. Ilham meminjam motor legenda milik tetangga sebelah rumah untuk cepat sampai dirumah nyai Sari.
Saat diperjalanan.
"Stop Ham" perintah Bu Nur.
"Ada apa bu?" heran Ilham.
"Ibu mau ngomong sama kamu" ucap tegas Bu Nur.
"Ada apa bu" Ilham penasaran.
"Kita duduk disana" ibu Nur menunjuk kursi taman yang tak jauh dari kediaman nyai Sari. Ilham menurut perkataan ibunya.
"Ham .. Kamu masih ingat pesan bapak sebelum meninggal?" ucap Bu Nur.
"Ilham ingat bu" jawab Ilham lesu.
"Jadi kapan kamu menikahi Nadira" tanya Bu Nur.
Jeddaarrrrr
"Bu.. Nadira sudah ku anggap adikku sendiri masa aku harus menikahi adikku bu" kesal Ilham
"Tapi kamu sudah janji sama bapak . Bakal menikahi Nadira. Sekarang Nadira sudah janda. Ibu tak sudi melihat Nadira menikah dengan laki laki pilihannya itu" sesal Bu Nur.
"Ibu semuanya sudah berlalu" .
"Jadi sekarang. Apa mau kamu menikahi Nadira?" tanya Bu Nur lagi.
"Nadira belum tahu jika . Nadira bukan anak kandung ibu dan bapak" ucap Ilham lesu.
"Nanti ibu yang akan kasih tau dia".
"Jangan Bu kasihan" larang Ilham
"Kamu harus cepat menikahi Nadira. Ibu takkan pernah setuju kalo kamu menikahi perempuan lain. Kamu ngerti?" ucap Bu Nur.
Ilham hanya mengangguk pelan. Agar ibunya berhenti menawarinya dan menepati janji untuk menikahi Nadira.
Dulu sebelum meninggal . Pak Marwan ingin Ilham menikahi Nadira tapi karena tak tega memberi tahu bahwa Nadira bukanlah anak kandung dari mereka. Saat pernikahan Nadira berlangsung. Ilham merasa lega karena tak perlu memenuhi permintaan terakhir dari bapaknya untuk menikahi Nadira.
Didalam perjalanan pulang saat dari rumah nyai Sari. Ibu dan Ilham saling diam . Tak ada obrolan di atas motor itu.
Tiba dirumah Nadira masih tidur.
"Adikmu jangan diganggu. Biarin aja tidur nanti bisa bangun sendiri" kata Bu Nur.
Ilham tak menyahuti ibunya. Dia memilih masuk kekamarnya . Berfikir bagaimana memberitahu sang adik tentang kebenaran atas dirinya. Dan kekasih Ilham disurabaya.
Ilham lupa bahwa belum memberi kabar jika dirinya telah sampai tujuan.
.
.
Like n Comment
Selamat Membaca
.............
"Assalamualaikum. Halo" ucap Ilham sedang menelpon seseorang dialah kekasih Ilham disurabaya. Kiara adalah seorang perawat dirumah sakit militer dikota Surabaya .
Kiara yang lembut membuat Ilham jatuh hati. Karena tempat kantor Ilham tak jauh dari sana. Hanya beberapa ratus meter saja.
Ilham yang jatuh cinta hanya menahan rasa saja. Karena masih teringat dengan pesan Almarhum bapaknya. Ilham meresmikan pacaran dengan Kiara dua hari sebelum kepulangannya ke kampung halaman. Ilham tak ingin ada yang mencuri Kiara sebelum janur kuning melengkung.
Tujuan Ilham pulang pun sebenarnya untuk melamar sang pujaan hati melalui ibunya. Tapi Ilham sadar akan janjinya tersebut. Ilham binggung harus berbuat apa. Sedangkan Ilham sudah berjanji pada Kiara untuk secepatnya melamar.
"Walaikumsalam. Mas kenapa baru kasih kabar sekarang? Aku nungguin lo dari tadi!!" tanya perempuan diujung telepon. Padahal hatinya senang bukan kepalang. Saat sang kekasih menelponnya saat ini. Semburat kebahagian terpancar dari wajah cantiknya.
Jika dipandang. Mereka sama sama cantik. Tapi Nadira. Lebih manis dibanding yang cantik
"Maaf!" hanya itu yang mampu Ilham ucapkan sekarang.
Diseberang telepon senyam senyum dari tadi.
Entah apa yang dibicarakan keduanya. Sehingga tak terasa sudah 30 menit mereka bertelepon ria.
Akhirnya Ilham menutup teleponnya itu.
Saat malam tiba.
"Ibu masak apa?" tanya Nadira. sesudah sholat Magrib Nadira langsung kedapur karena mencium bau masakan ibunya yang memang lezat .bukam saja dari penciuman tapi juga dari rasa.
Ibu Nur tersenyum mendapat pujian dari anak perempuannya.
"Sudah.. Sudah.. Ayo cepat bereskan. Mas mu bentar lagi keluar kamar. Kita makan sama sama" omel bu Nur.
Ilham yang baru saja keluar kamar menuju ruang makan.
"Kayaknya enak nih" Ilham mencium masakan ibunya enak sekali.
"Ya pastilah mas. Masakan ibu memang oke" semangat Nadira.
Setelah semua masakan tertata rapi barulah Ilham memimpin doa. Dan mereka makan dengan khidmat malam ini. Meski hanya bertiga. Mereka merasakan bahagia.
Setelah selesai masak . Nadira membereskan meja makan dan mencuci piring. Sedangkan ibu dan Ilham .Mengobrol serius di saung samping rumah sambil memberi makan ikan nila yang sudah besar besar.
"Besar besar ya bu ikannya" Ilham memecahkan keheningan.
"Iya. Bapakmu yang dulunya kasih makan . Kayaknya udah siap di panggang" canda Bu Nur.
"Iya ya bu. Enak itu dipanggang"
"Ham" panggil Bu Nur.
"Ya bu" Ilham menoleh kearah ibunya.
"Ada yang mau kamu sampaikan ke ibu?" tanya Ibu.
"Ada bu. Banyak sekali yang mau aku sampaikan sama ibu. Salah satunya rencanaku mau melamar pacarku di surabaya" kata Ilham menghadap ibunya sambil melihat ibunya dari dekat.
Bu Nur masih diam. Belum menyahuti apa yang dikatakan Ilham barusa. Nadira yang dibelakang sudah selesai.
Saat Nadira. Menuju saung. Sayup sayup Nadira mendengar kalau masnya mau menikah. Nadira tersenyum kearah Ibu dan juga Ilham.
Saat itu juga baik ibu dan Ilham menghentikan percakapan mereka saat melihat Nadira berjalan kearah mereka.
"Ciee.. Siapa yang mau nikah?" goda Nadira sambil mengedipkan matanya berkali kali. Dan membuat Ilham menahan malu. Akan hal itu.
Ibu demikian. Hanya tersenyum kearah Ilham.
Dimalam itu. Mereka bersendau gurau . Baik ibu dan juga Ilham enggan membahas lebih lanjut. Karena Nadira sibuk mengoda Ilham dan Ilham pun hanya menahan malu. Karena ulahnya.
.
.
Mampir yuk dikarya temanku
blurb
Fiona Valeriest Putri Buffett gadis keturunan Indonesia Eropa yang di kenal dengan Fiona tumbuh menjadi gadis yang cantik. Memilih menjadi seorang arsitek yang sekarang namanya melambung tinggi dengan hasil yang selalu memuaskan klien. Tidak hanya sukses Fiona juga menjadi incaran pria di luar sana, tapi tidak ada satu pria pun yang mampu meluluhkan hati Fiona. Hatinya seakan terkunci oleh seseorang yang bahagia di luar sana. Pria yang sudah dia sukai sejak sekolah menengah atas dan memiliki wanita lain dari pada dirinya tanpa alasan.
Sejak saat itu sifat Fiona berbanding balik dengan Fiona masih kecil, hal itu menjadi kekhawatiran semua keluarga, apa lagi Fiona sangat cuek dan lebih menyibukkan diri untuk bekerja, terkecuali hanya dengan anggota keluarga.
Mampukah pria di luar sana membuka hati yang di tutup rapat oleh Fiona?
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!