(Berikut ini adalah soundtrack yang mel khusus kan untuk novel ini. Lirik nya dibuat oleh teman Mel yang bernama Ry. dan musik nya Mel sendiri yg komposisi.
Lagu ini sengaja mel buat agak lebih puitis dibanding lagu mel di novel yang lain.
Mengingat latar dalam novel ini adalah kerajaan dan intrik dalam istana, jadi Mel rasa lagu ini adalah yang paling tepat.
At last, semoga mel berkesempatan untuk memperdengarkan nya kepada semua ya..)
Judul: Awan yang Lari dari Langit
Lirik: Tary
Musik: Meli
Tuhan..
Kulihat awan lari dari langit,
Seperti juga aku,
Yang lari dari lembar takdir ku..
Tinta nya telah menghilang dijajah samudera,
Memutih.. Menunggu sisa daun ranggas dari untai nya..
huu..... huu...
hmm.. hmm..
Tuhan..
Mengapa baya dan kama lu mat pada waktu,
Sedangkan waktu tak pernah mau ditawar..
Bila semua yang ada tak butuh hujan,
Juga tak perlu awan..
Akan ku curi segala nya dari bustan langit..
Tapi Tuhan,
Kata-Mu aku harus menunggu,
Tak kau katakan harus menunggu siapa..
Maka aku diam di tengah hingar dunia,
Yang sorenya tak lagi bisa Sewarna..
O..Tuhan..
Di mana harus ku simpan waktu tunggu,
Yang tak terbatasi diri,
Di kota ingatan nya atau,
Di gelisah jiwa penyair yang datang,
Saat gelisah nya telah diikat janji..
Aku menghuni jawab-Mu, Tuhan..
***
Di Salah Satu Tepi Pantai Kerajaan Goluth, Dunia Empat Kerajaan..
Sesosok tubuh pria muda tenggelam dalam lautan. Tubuh nya terombang-ambing mengikuti arus bawah laut secara perlahan.
Di sekitar tubuh lelaki itu cairan merah darah ikut tercecar disapu gelombang air laut. Asal nya dari luka di bagian dada milik lelaki muda itu.
Beberapa kali tubuh itu sempat tersentak. Agak nya maut hanya tinggal berjarak sekian senti saja dari nya.
Tapi, sebuah harapan terakhir dari pemuda itu seolah mengandung magis dari penguasa laut. Karena sedetik kemudian, tubuh lelaki itu seperti meleleh hingga seluruh nya berubah menjadi cairan hitam mengkilat. Seperti aspal.
Cairan hitam mengkilat itu lalu bergerak menuju satu arah dengan gerakan perlahan dan pasti. Seolah ia memiliki nyawa nya sendiri.
Cairan itu menelusup masuk ke sebuah gua di bawah laut. Di mana gua itu dikelilingi oleh banyak anemon laut.
Sulur para anemon terlihat menjauhi cairan hitam pekat mengkilat itu. Seolah takut pada racun yang terkandung di dalam nya. Sulur-sulur itu lalu membuka dan memberi jalan pada cairan itu hingga ia memasuki gua sempit di balik nya.
Begitu cairan hitam itu melewati lubang, lorong gelap nan panjang pun harus disusuri nya kembali.
Mula-mula nya lorong itu mendatar, hingga setelah panjang yang tak jelas ukuran nya, lorong itu langsung menukik tajam ke atas. Sebuah perasaan gravitasi aneh menahan cairan hitam itu dari melanjutkan pergerakan nya ke atas. Akan tetapi cairan itu tetap saja merangsek maju.
Hingga secara tiba-tiba saja, cairan itu menyembul keluar dari arus air di sekitar nya. Dan tahu-tahu kondisi udara telah berubah menjadi kering.
Tak ada air laut. Tak ada basah. Tak ada pula ikan-ikan.
Pemandangan berubah menampilkan gua kering di pinggir sebuah pantai. Dengan pasir-pasir putih dan bebatuan terjal di sekitaran pantai itu.
Yang paling menakjubkan adalah, cairan hitam mengkilat tadi tiba-tiba saja kembali berubah menjadi bentuk awal mula nya. Yakni seorang pria muda berwajah oriental.
Pria muda itu masih memiliki bekas luka di bagian dada nya. Meski luka itu kini tak lagi mengalirkan darah merah segar.
Pria itu pun masih tak sadarkan diri. Wajah nya begitu pucat pasi, dengan tubuh yang basah seluruh nya. Salah-salah ia bisa dikira sebagai mayat tenggelam yang baru dibawa oleh ombak ke bibir pantai. Padahal terlihat jelas, dada pria itu masih bergerak naik-turun.
Pria itu masih lah hidup!
Dan ternyata, dia adalah Frans!
(Frans adalah tokoh antagonis dalam novel Cisama 1 dan Cisama 2. Di Cisama 1, dia sempat tenggelam di tengah laut usai perseteruan nya dengan Karina di atas speed boat yang membawa nya kabur dari kejaran Daffa. Untuk lebih lengkap nya, bisa ditengok di novel Cisama 1 ya.. Gak ditengok pun gak apa-apa. Paling rada oleng dikit..hee..)
***
Di Tengah Hutan, Dunia Bumi..
"Di sana, itu dia vila nya!" Tunjuk Anna ke sebuah vila terbengkalai yang berada di pelosok hutan.
"Benar, Kak. Tasya ingat. Dari sana lah Tasya keluar bersama Zizi.. kamu ingat juga kan, Zi?" Ujar Tasya, kembaran nya Anna.
Tasya mengingat kembali saat ia melintasi dua dunia. Dari Nevarest (negeri asal nya) ke bumi (dunia tempat nya mencari keberadaan Papa dan juga Kak Anna).
Flashback
Tasya mula nya bermaksud untuk menemukan saudari kembar nya yang terpisah sejak mereka berusia 8 tahun di bumi. Karena Bunda nya yang sakit dan merindukan putri sulung nya itu.
Sayang nya usaha Tasya berakhir sia-sia. Karena justru di saat yang hampir bersamaan Jordan dan Anna pun pulang kembali ke negeri asal mereka (Nevarest).
Terlebih lagi Tasya tak menyadari adik bungsu nya, yakni Zizi ternyata mengikuti nya pergi ke bumi.
Jadilah akhirnya mereka berselisih jalan. Anna dan Jordan kembali ke Nevarest. Sementara Tasya dan Zizi tertahan di bumi.
Flashback selesai
"Iya, Kak. Zizi ingat. Ini memang rumah nya," sahut Zizi dengan suara pelan.
Dulu sekali, Zizi mengalami gangguan mental. Saat didiagnosa oleh dokter di bumi, Zizi dianggap menderita penyakit schizophrenia. Di mana seringkali penderitanya sulit untuk diajak berkomunikasi.
Tapi sejak kejadian tak sengaja saat Teh Anis menggunakan inner power nya, Zizi tahu-tahu seperti telah sembuh dari penyakit nya itu.
Inner power adalah kekuatan dalam yang hanya dimiliki oleh orang-orang berbakat di dunia tempat negeri Nevarest berada. Ada dua jenis inner power. Yaitu jenis kekuatan fisik, serta kekuatan batin.
Contoh kekuatan fisik antara lain kekuatan otot di atas rata-rata, kekuatan meringankan tubuh, kekuatan menahan panas dan/atau dingin, dan lain-lain.
Sementara contoh kekuatan batin antara lain kekuatan panca indera di atas rata-rata, kekuatan melihat yang tak kasat mata (makhluk metafisik, kejadian masa lalu, kejadian masa lampau), dan lain-lain.
Setiap kekuatan inner power pun terdiri dari lima tingkat kekuatan. Yaitu tingkat dasar, tingkat menengah, tingkat tinggi, tingkat supra, serta tingkatan ultra-abstrak.
Kelima tingkatan inner power itu bisa dilihat dari warna chi di mata mereka. Chi adalah aura inner power di saat seseorang menggunakannya.
Untuk tingkat dasar, warna chi mata mereka adalah kuning kenari. Tingkat menengah, warnanya hijau cerah. Tingkat tinggi warna chi nya adalah biru. Tingkat supra warna chi nya adalah merah. Serta tingkat ultra warna chi nya adalah putih.
Inner power milik Teh Anis adalah mampu memanipulasi waktu. Dia bisa memperlambat waktu dan mengembalikan nya ke situasi normal nya.
Dan entah oleh sebab apa, Zizi langsung sembuh dari penyakit mental nya itu saat ia menerima efek penggunaan chi nya Teh Anis, saat ia memperlambat waktu. (Baca penjelasan nya di novel Cinta Sang Maharani)
Teh Anis menduga itu berkaitan dengan aliran warna (chi) milik nya yang menyentuh keseluruhan diri Zizi saat itu.
Kembali ke saat ini, di mana kelima orang itu lalu berhenti tepat di depan pintu masuk vila terbengkalai. Di bagian pertengahan pintu, terdapat simbol berbentuk hati dengan lubang di bagian tengah nya.
Dulu, saat pertama kali menemukan rumah ini, Anna pernah mengalami kejadian magis saat ia menyentuh simbol hati tersebut. Di mana Anna mampu melihat kilasan-kilasan peristiwa di masa lampau dan juga masa depan yang tak ia kenali.
"Kita sudah sampai. Jadi apa semua nya sudah siap?" Tanya Anna kepada semua nya.
"Tunggu sebentar! Biarkan saya menyuruh semua penjaga untuk pergi dari sini sekarang juga," ucap Daffa memotong ucapan Anna.
Anna mengangguk, mempersilahkan Daffa untuk 'mengusir' seluruh penjaga yang masih menjaga tempat ini.
Sebelum berbalik pergi menuju salah seorang penjaga yang berpangkat kapten, terlebih dulu Daffa meremas pelan jemari Tasya dan mengecup kening sang istri dengan mesra.
"Sebentar ya, Sayang.." bisik Daffa dengan suara yang masih cukup jelas didengar oleh Anna dan juga yang lain nya.
Seketika itu pula wajah Tasya langsung bersemu merah. Sedikit sebal (tapi bahagia) karena Daffa masih sempat-sempat nya melakukan aksi PDA (public display of affection \= mesra-mesra an) di depan orang lain. Pada akhirnya bumil itu hanya bisa menunduk malu.
Sementara itu Zizi yang sudah terbiasa melihat sikap romantis kakak dan kakak ipar nya itu langsung mengalihkan pandangan nya ke arah pintu. Berusaha mengurangi rasa malu yang mendera hati Tasya.
Anna menatap bahagia dengan aksi Daffa barusan. Dalam hati nya ia bersyukur karena Tasya telah menikah dengan lelaki yang bersikap baik pada nya.
Tinggal Jason saja yang malah ternganga tak percaya sambil menatap punggung Daffa. Jason tak menyangka kalau dia akan melihat sisi romantis Daffa. Padahal selama Jason mengenal pemuda itu, Daffa terkenal sebagai prince of ice (sang pangeran es).
Daffa selalu bersikap acuh dan dingin terhadap setiap wanita yang mencoba untuk mendekati nya.
Tapi dengan apa yang dilihat Jason sesaat tadi, seperti nya gelar prince of ice itu harus segera berganti menjadi prince of hot coffee (pangeran kopi panas). Benar-benar membuat panas dan gerah hati siapapun yang melihat sikap romantis nya itu pada sang istri.
Setelah Daffa memberikan titah pada semua penjaga untuk pulang ke markas Zi Tech. Dan ia juga sudah menyerahkan mandat kepemimpinan yang dipegang nya kembali ke Ayah Zion (ayah angkat Daffa di bumi). Semua penjaga pun segera pergi meninggalkan villa terbengkalai itu.
Meski banyak dari mereka berpikir kalau Tuan mereka (Daffa) sungguh aneh karena ketertarikan nya terhadap villa usang ini. Namun mereka tetap mengikuti perintah Daffa dan langsung pulang menuju markas mereka kembali.
Setelah area villa sudah sepi dan hanya terlihat kelima muda-mudi itu saja, Jason lah yang kemudian menyentuh gagang pintu villa. Dan mengajak keempat orang lain nya untuk mengikuti langkah nya.
"Ayo! Kita masuk sekarang juga!" Ajak Jason.
Dan Anna, Tasya, Daffa dan Zizi pun mengikuti langkah Jason melewati pintu masuk villa. Masuk menuju Dunia Enam Pintu.
***
Begitu Jason membuka pintu, mata kelima orang itu langsung disuguhi dengan pemandangan di luar nalar.
Jika seharus nya interior dalam rumah terbengkalai lah yang terlihat oleh mata mereka saat ini, maka yang tampak di depan mereka kini justru adalah pemandangan lapangan berumput yang hijau nan luas. Lengkap dengan langit biru cerah di atas nya.
Ya. Terdapat pemandangan langit yang sebenar-benar nya langit di dalam vila terbengkalai itu. Terlebih lagi warna nya biru cerah, seolah hari masih siang. Begitu terang benderang.
Padahal jika kelima muda-mudi itu menengok ke langit di luar vila, temaram senja tampak jelas sudah mulai menyambangi hari. Lengkap dengan rona jingga dan ke merahan nya di atas langit sana.
Mata kelima muda-mudi itu lalu sedikit membesar oleh rasa kagum atas keajaiban yang mereka saksikan saat ini. Terlebih lagi saat kaki mereka benar-benar menjejak masuk ke dalam rumah.
Hamparan rumput berukuran sedang itu memang benar nyata terasa oleh mereka. Beberapa jumputan nya menyentuh bagian kaki kelima orang itu yang tak tertutupi oleh alas kaki.
Tasya melayangkan pandangan nya ke sekitar. Menatap heran pada langit dan keseluruhan dunia yang menyimpan misteri ini.
Terlebih lagi saat ia tak menemukan sumber cahaya yang menerangi dunia tempat nya berada kini.
Ya. Di dunia ini, tak terlihat wujud matahari di bagian langit mana pun jua. Tak ada pula lampu atau sumber penerangan yang bisa dilihat oleh mata mereka, di mana-mana.
Dunia ini seolah menyimpan keajaiban nya tersendiri. Keajaiban yang hanya bisa disaksikan oleh mereka-mereka yang berkesempatan untuk bertandang ke dalam nya.
Inilah keajaiban dari Dunia Enam Pintu.
...
Tasya, Daffa, Zizi, Anna dan juga Jason terus melangkah maju. Di sela ketakjuban mereka atas keajaiban yang sedang di saksikan nya kini, perhatian ke lima muda-mudi itu terfokus pada sesuatu yang berada tak jauh di depan mata mereka.
Terdapat lima buah pintu yang berdiri sendiri tak jauh dari tempat mereka berada saat ini. Bila dihitung dengan pintu yang baru saja mereka lewati, maka total nya adalah enam pintu.
Ke enam pintu itu saling berjarak antara satu pintu dengan pintu lain nya, tanpa dinding atau bangunan lain yang menyokong nya.
Ya. Itu lah enam pintu ajaib di dunia ini. Di mana pada salah satu pintu itulah Tasya dan juga lain nya berasal.
Terkecuali Jason, mungkin. Yang sebenarnya berasal dari bumi.
Jason menatap kagum pada ke enam pintu tersebut. Ia terkadang masih merasa sedang bermimpi telah mengenal dunia yang penuh keajaiban ini.
Jason baru mengenal dunia Enam Pintu ini oleh sebab suatu peristiwa yang tak disengaja. Di mana dalam peristiwa itu melibatkan putra satu-satu nya Jason, yakni Diandra menghilang. Sejak itu lah Jason akhir nya bisa mengenal dunia Enam Pintu ini.
Nama dunia ini pun berasal dari keberadaan pintu-pintu ajaib nya yang memang berjumlah enam. Termasuk juga pintu yang baru saja mereka lewati sesaat tadi.
Setiap pintu itu akan membawa siapa pun juga menuju enam dunia yang berbeda. Di mana pada salah satu nya terdapat dunia di mana negeri Nevarest berada. Negeri asal nya Tasya, Daffa, Anna dan juga Zizi.
"Jadi, pintu yang mana, Kak, untuk bisa pulang ke Nevarest?" Tanya Zizi pada Tasya.
Gadis itu sebenar nya ingin bertanya kepada Anna, pemandu perjalanan mereka saat ini. Namun ia masih merasa canggung untuk bercakap-cakap dengan Anna. Meskipun sebenar nya wajah Anna identik dengan wajah Tasya.
Tapi Zizi masih merasa malu untuk mengajak Anna bicara. Terlebih lagi pembawaan Anna yang terlihat lebih pendiam dengan senyuman tipis nya itu. Membuat Zizi jadi merasa segan untuk berbincang dengan Anna, kakak kandung nya sendiri.
Hal ini bisa dijelaskan oleh sebab terpisah nya mereka selama belasan tahun yang lalu. Karena terakhir kali kedua nya bertemu adalah saat Zizi masih menjadi bayi.
Flashback.
Raja Jordan (ayah Anna, Tasya serta Zizi) dan Ratu Elva (ibu ketiga sang putri) membawa serta ketiga putri nya menuju dunia asing. Setelah melewati dunia enam pintu, mereka lalu melewati salah satu pintu yang pada akhirnya membawa mereka ke bumi.
Di bumi, keluarga kecil itu hanya tinggal selama tiga bulan saja.
Setelah tiga bulan berlalu, oleh karena suatu kesalahpahaman di antara Elva dan Jordan, akhirnya mereka memutuskan untuk berpisah.
Saat itu Ratu Elva membawa pulang kembali Tasya beserta bayi nya (Zizi kecil) pulang ke Nevarest. Sementara Anna menetap bersama ayah nya di bumi.
Hingga bertahun-tahun lama nya waktu berlalu. Dan mereka baru kembali dipertemukan belasan tahun kemudian. Saat ini Anna dan Tasya berusia 23 tahun. Sementara Zizi berusia 15 tahun.
Flashback selesai.
Tasya lalu melanjutkan pertanyaan Zizi tadi ke Anna.
"Iya, Kak. Yang mana pintu menuju Nevarest?" Tanya Tasya.
Belum sempat Anna menjawab pertanyaan adik nya itu, saat sebuah suara lain terdengar dari belakang mereka.
"Pikirkan saja ke mana kamu ingin pergi. Maka pintu itu akan menunjukkan jalan pulang mu sendiri," ucap suara bass dari arah belakang.
Tasya dan juga yang lain nya langsung menoleh ke arah datang nya suara. Di mana tak jauh dari salah satu pintu di sana, telah berdiri seorang kakek renta.
Kakek itu berpakaian sedikit lusuh. Warna baju nya yang cokelat tampak sudah terlalu pudar. Beberapa bagian malah terlihat tambalan di sana-sini nya.
Tinggi sang kakek tak lebih dari Tasya. Mungkin berkisar 153 cm saja.
Kepala sang kakek diikat dengan selembar kain berwarna serupa dengan baju yang ia kenakan. Dengan tas selempang yang terbuat dari kain, tersampir di pinggang kakek itu.
"Maha guru!" Sapa Anna dan Jason pada sang kakek.
Kedua nya lalu menunjukkan sikap menyapa yang tak lazim. Di mana masing-masing Anna dan Jason sedikit menundukkan kepala mereka. Dan juga menyatukan tangan kiri yang mengepal dengan tangan kanan yang membuka. Mirip seperti bentuk penghormatan di dunia persilatan jaman dulu.
Sang Kakek tersenyum lebih lebar saat menerima sapaan dari Anna dan juga Jason.
"Anna.. Yan Chen.. kalian sudah kembali. Bagus.. bagus.. Guru pikir, kalian akan berada lama di dunia lama mu dulu, Chen," ucap sang maha guru.
Yan Chen adalah nama lahir nya Jason. Jason tadi nya adalah pemilik butik terkemuka di bumi. Dan untuk memudahkan para kolega nya demi mengingat nama nya, Yan Chen pun membuat nama panggilan "Jason" untuk diri nya sendiri.
Jason tampak malu. Ia terlihat menggaruk kepala nya yang sebenar nya tak terasa gatal.
"Bukan kah Guru yang menyuruh agar kami tak berlama-lama di sana? Jadi kami sesegera mungkin kembali ke sini," sahut Jason kemudian.
"Ya. Ya. Bagus. Bagus. Kalian memang murid yang baik. Hanya lima detik saja kalian pergi ke bumi, sebelum kalian kembali lagi ke sini," ucap sang kakek lagi.
Tasya merasa bingung dengan isi percakapan di antara kakek dan juga Jason itu.
"Lima detik? Apa maksud nya itu? Tidakkah seharus nya kalian berada di bumi lebih dari sekedar lima detik?" Tanya Tasya dengan spontan nya.
***
"Lima detik? Apa maksud nya itu? Tidakkah seharusnya kalian berada di bumi lebih dari sekedar lima detik?" Tanya Tasya dengan spontan nya.
Perhatian kelima orang lain nya pun langsung tertuju kepada Tasya. Membuat sang bumil jadi merasa malu karena telah kelepasan bicara.
Saat Anna hendak menjelaskan maksud ucapan sang guru, ia lalu melihat guru nya itu memberikan isyarat dengan tangan nya agar Anna tetap diam. Sebagai ganti nya, sang maha guru itu sendiri lah yang kemudian menjawab pertanyaan Tasya tadi.
"Bukan kah ini saudari kembar mu, Anna? Lihat lah! Betapa mirip nya kalian berdua! Bagai apel yang dibelah dua," kelakar sang kakek, diakhiri kekehan kecil.
"Benar, Guru. Ini adalah Tasya, Zizi, dan juga Daffa. Kami membawa mereka ke sini sesuai dengan perintah Guru," ucap Anna memperkenalkan kedua adik dan seorang ipar nya kepada sang maha guru.
Mendengar ucapan Anna, sebuah pertanyaan yang sama, melintas di kepala Tasya, Zizi dan juga Daffa.
'Kakek ini menyuruh Kak Anna mengajak kami ke dunia ini?! untuk apa?! sebenarnya siapa kakek ini?' isi batin ketiga nya.
Anna tak memberikan penjelasan lebih lanjut. Ia hanya memberikan Tasya dan Zizi senyuman kecil. Berusaha membuat kedua adik nya itu tak merasa gugup atau pun takut terhadap sosok guru nya yang memang cukup eksentrik itu.
"Nah. Tentang lima detik yang kakek maksud tadi itu, ya, Tasya.." ujar kakek kemudian.
"Benar-benar dimaksud kan seperti makna kalimat itu sendiri. Memang baru sekitar lima detik lalu saat terakhir kali nya Kakek melihat saudari kembar mu dan Yan Chen pergi menjemput kalian," imbuh sang kakek kemudian.
Melihat Tasya yang masih terlihat bingung, kakek itu pun kembali menjelaskan.
"Di dunia enam pintu ini, terdapat perbedaan lama waktu dengan ke enam dunia lain nya. Bila dikonversikan, satu detik di dunia ini bisa jadi lama nya akan menjadi satu atau beberapa jam di dunia yang baru saja kalian tinggalkan tadi," imbuh kakek itu, menjelaskan.
Seketika itu juga Tasya, Zizi dan juga Daffa dibuat heran. Ketiga nya tak menyangka dengan keajaiban waktu yang ternyata juga terjadi di dunia ini.
Saat mereka meninggalkan Nevarest menuju bumi, mereka memang tergesa-gesa. Jadi tak menyadari hitungan waktu yang berlalu.
"I..itu.. sungguh lah ajaib!" seru Tasya.
"Ya. Memang dunia ini mengandung banyak keajaiban, Putri Muda. Atau yang sesaat lagi harus kita panggil dengan gelar sang Ratu Muda," ucap Kakek dengan kalimat misterius.
Tasya kembali dibuat bingung oleh ucapan sang kakek. Ia hampir mau bertanya lagi, namun kakek itu terlebih dulu bicara.
"Oh! ternyata kamu sudah membawa kehidupan baru dalam perut mu itu. hmm.. sepasang putra dan juga putri, rupa nya.." ujar Kakek sambil melihat ke arah perut Tasya.
Dengan spontan, Tasya langsung meraih perut nya sendiri. Kehamilan nya yang menginjak usia lima bulan ini memang sudah bisa terlihat jelas oleh siapapun yang melihat nya.
Tapi yang membuat Tasya heran adalah, dari mana Kakek ini tahu kalau ia sedang mengandung dua anak kembar?
"Dari mana Kakek tahu kalau aku.."
"Hamil anak kembar?" ucap sang kakek memotong ucapan Tasya.
Tasya mengangguk bingung. Di samping nya, Daffa mengamati sang Kakek dengan mata was-was. khawatir jika kakek di hadapan nya ini memiliki maksud yang tak baik terhadap istri dan juga janin kembar nya.
Daffa sudah menyiapkan diri nya dari serangan dadakan yang bisa terjadi kapan pun juga dari kakek itu.
Sang kakek lalu melihat ke arah Daffa. seolah tahu dengan kekhawatiran pemuda itu, sang kakek pun lalu berkata.
"Jangan takut, anak muda. Aku bukan lah musuh mu. Kau akan bertemu dengan musuh mu lagi beberapa tahun mendatang. Musuh abadi kalian berdua dari dunia sebelum nya kalian datang," ucap Kakek dengan misterius nya.
"Apa maksud ucapan mu itu, Kek?" tanya Daffa tak mengerti.
"Aku tak perlu menjabarkan nya padamu, Nak. Rahasia takdir tak akan membawa kebaikan bila diketahui seluruh nya oleh manusia. Cukup persiapkan diri mu saja. Karena kamu akan menghadapi masa-masa paling sulit beberapa tahun ke depan nya nanti," imbuh sang kakek.
Kelima muda-mudi itu mendengarkan ucapan Sang maha guru dengan hikmat. Serasa seperti mendengarkan nasihat dari seorang bijak bestari.
"Dan untuk mu, Nak.. Jangan bersedih untuk kehilangan yang akan kamu rasakan segera setelah kamu keluar dari dunia ini. Karena bersama dengan kesedihan itu, ada juga perayaan yang harus tetap kamu syukuri," ucap sang kakek lagi kepada Tasya.
Jantung Tasya langsung berdegup cepat saat mendengar penuturan dari sang kakek. Entah apa yang dimaksud dengan 'kehilangan' oleh kakek itu. Namun Tasya berharap, itu bukan lah sesuatu hal yang besar.
"Sekarang, bergegas lah kalian! Waktu sudah sangat mendesak kini! Pulang lah kalian ke dunia asal kalian. Jika penglihatan ku tak salah, Jordan sungguh membutuhkan kalian di detik ini juga!" Titah kakek itu dengan kalimat misterius nya lagi.
Anna dan Jason mengangguk cepat. Agak nya mereka berdua sudah mengerti kalau setiap ucapan maha guru nya itu adalah suatu kebenaran.
Sementara itu, Tasya, Daffa dan Zizi masih juga terlihat bingung. Sehingga Anna lah yang memimpin keempat orang lain nya untuk berpamitan pada sang maha guru.
"Kalau begitu, kami pergi dulu, Guru!" Ucap Anna sambil memberikan salam penghormatan yang sama seperti di awal perjumpaan mereka tadi. Gerakan nya itu diikuti oleh Jason dan juga lain nya.
Sebenar nya Tasya masih ingin bertanya pada sang kakek. Namun rema san lembut pada jemari nya mengalihkan perhatian Tasya kepada Daffa.
Suami nya itu memberi Tasya senyuman manis dan gelengan lemah. Maksud nya mungkin, 'Sudah lah, Tasy. Kita bisa menanyakan itu nanti pada Kak Anna'.
Tasya pun mengangguk mengerti. Ia putuskan untuk tak bertanya lagi. Ia mengikuti langkah Anna yang bergerak menuju pintu di depan mereka.
Tapi baru juga beberapa langkah, sang kakek kembali memanggil Tasya.
"Tunggu dulu, calon ratu Tasya! Bukan kah ada sesuatu yang harus kau berikan dulu kepada kakek?" Tanya sang kakek dengan misterius nya.
"Huh? A..apa ya Kek? Maaf.. aku gak bawa uang dan juga dompet," Tasya sempat mengira kalau ia harus membayar dengan uang atau sebagai nya kepada kakek itu.
Keempat teman perjalanan Tasya lain nya pun memandang heran pada sang kakek. Hingga akhirnya kakek itu kembali berkata.
"Titipan yang seharus nya kamu berikan kepada kakek, Nak. Sebuah gelang?" Tanya sang kakek kembali.
Seketika itu juga Tasya teringat pada titipan dari Tante Soraya, bibi angkat nya Daffa di bumi.
Memang sebelum perpisahan nya, Tante Soraya telah menitipkan sebuah gelang manik berwarna hijau zamrud kepada nya. Tadi Tasya hampir saja terlupa, jika saja kakek itu tidak mengingatkan nya.
"Oh! Iya benar!" Seru Tasya sambil mengeluarkan gelang manik itu dari saku nya.
"Tante menyuruh ku untuk memberikan ini pada seorang kakek yang berjaga di dunia enam pintu. Apa yang dimaksud oleh Tante Soraya adalah Kakek? Apa kakek mengenal Tante Soraya?" Tanya Tasya memastikan.
Sang maha guru tak menjawab pertanyaan Tasya dengan kata-kata. Ia hanya mengulurkan tangan nya sambil tersenyum kepada bumil di depan nya itu.
Akhir nya Tasya menyerahkan gelang manik itu pada sang kakek.
Meskipun dalam hati nya, Tasya masih merasa ragu apakah ia telah menyerahkan gelang manik ke orang yang tepat? Namun kemudian Tasya cepat lupa pada keraguan nya itu saat Daffa menarik tangan nya lembut.
"Ayo, Sayang.. kita harus bergegas," ajak Daffa pada sang istri.
Tasya pun lalu memberikan anggukan singkat pada sang kakek. Sebelum akhirnya kembali melanjutkan langkah nya lagi.
Tasya sempat menangkap senyuman teduh sang kakek saat menatap sendu pada gelang manik yang baru saja diterima nya tadi.
Senyuman yang aneh nya terasa familiar bagi Tasya.
Sang bumil lalu mengingat-ingat di mana kira nya ia pernah menjumpai senyuman seperti yang tadi ia lihat di wajah sang kakek.
Dan Tasya baru mengingat nya begitu ia sudah melangkah beberapa saat kemudian.
"Teh Anis!" Seru Tasya, mengucapkan nama dari anak perempuan Tante Soraya.
***
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!