Waktu di rumah menunjukan pukul 20.00 WIB, "Marvel! besok kamu ikut Papi ketemu dengan om Bisma dan putrinya, Papi akan memperkenalkanmu denganya," titah Yustian pada Marvel putranya.
"Iya pi, tapi hanya kenalan biasa kan?" jawab Marvel seraya bertanya balik.
"Iya hanya kenalan biasa, lagian besok hari minggu dan kamu libur kan? jadi sekalian kita makan bersama keluarga om Bisma," sahut Sinta, Mama Marvel.
"Iya Mi," jawab Marvel patuh.
"Kalau gitu, Marvel kekamar dulu ya mau istirahat," tambah Marvel berpamitan.
"Iya Nak," jawab Sinta dengan senyuman.
Mervelpun berdiri dan beranjak pergi ke kamar untuk beristirahat.
"Pi, apakah papi yakin akan menjodohkan putra kita dengan putri dari Mas Bisma?" tanya Sinta pada Yustian.
"Tentu saja aku yakin, lagian Marvel pasti akan langsung jatuh cinta jika bertemu dengan Mila," jawab Yustian dengan yakin.
"Ya sudah terserah Papi saja, tapi Mami ingatkan ya Pi, jangan memaksa Marvel jika dianya tidak mau, lagian Mami juga tahu dan kenal dengan pacar anak kita," ucap Sinta menjelaskan.
"Mami tenang saja soal itu, lagian bukankah kita juga dulu seperti itu, kita punya pacar masing-masing, namun buktinya lita saling jatuh cinta setelah lama-lama sering bersama dan bertemu, dan akhirnya kita menikah," jawab Yustian.
"Iya juga sih, tapi... pokoknya Mami tidak setuju jika Marvel di paksakan," ucap Sinta ngotot.
"Hahaha iya Mi, Mami tenang saja," jawab Yustian.
***
Ditempat lain di kediaman keluarga Bisma,
"Mila! besok Ayah mau kenalkan kamu dengan putra dari Om Yustian, jadi besok kamu ikut Ayah dan Bunda," ajak Bisma ke Mila putrinya.
"Iya Ayah, Mila ngikut Ayah saja," jawab Mila patuh.
"Memang kamu anak Bunda yang selalu patuh," puji Melani dengan bangga.
"Ah Bunda bisa saja memuji putrinya," sahut Bisma seraya terkekeh.
"Kan memang Mila selalu nurut sama Ayah Bunda," jawab Mila tak mau kalah, seraya menjulurkan lidahnya.
"Oh iya, jangan lupa ya dandan yang cantik," goda Bisma seraya menunjukan giginya yang rata.
"Hah Ayah,.." jawab Mila manja, "Kan Mila sudah cantik walaupun tidak dandan," tambah Mila dengan manja.
"Iyaiya percaya, tapi pasti lebih cantik saat kamu dandan, seperti saat kamu mengajar," kekeh Melani.
"Hahaha iya benar itu kata Bundamu," sahut Bisma seraya tertawa.
"Iya Ayah, Bunda, kalau gitu Mila kekamar dulu ya, sudah ngantuk," ucap Mila berpamitan, karena memang dirinya sudah mengantuk.
"Iya sana, istirahatlah yang cukup," jawab Melani sebelum mencium kening putrinya.
Walaupun Melani sudah dewasa dan bahkan sudah menjadi seorang guru di SMA Harapan, tetap saja dirinya manja seperti anak kecil pada orang tuanya.
***
Pagi keesokan harinya...
Tok Tok Tok
"Marvel! Apakah kamu sudah siap?" panggil Sinta di depan pintu kamar Marvel.
"Iya sebentar Mi, lagi ganti baju," jawab Marvel sedikit berteriak.
"Ya sudah, Mami dan Pami tunggu kamu di mobil saja ya," ucap Sinta.
"Iya Mi," jawab Marvel.
Sinta pun beranjak pergi dari depan kamar Marvel dan langsung menuju mobil yang sudah terparkir di depan rumah mereka.
"Mana anakmu Mi?" tanya Yustian setelah Sinta dekat denganya.
"Katanya lagi ganti baju Pi, semoga saja gak kelamaan ya Pi, soalnya Marvel kalau ganti baju seperti anak cewek saja," jawab Sinta seraya terkekeh.
"Hahaha ya tentu saja, dia kan mirip Papinya," ucap Yustian dengan bangga.
"Iya lah, kan dia anak Papi," jawab Sinta.
"Yasudah kita tunggu di dalam mobil saja, ayo masuk Pi,!" tambah Sinta mengajak Yustian.
"Iya Mi," jawab Yustian.
Keduanya kemudian masuk kedalam mobil seraya menunggu Marvel.
Tak berselang waktu lama Marvel pun dengan buru-buru berlari keluar, langsung menuju mobilnya.
"Maaf Mi, Pi, Marvel membuat kalian menunggu," ucap Marvel dengan nada bersalah seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Iya, cepat buruan masuk! jangan membuat Om Bisma menunggu!" ucap Sinta tegas pada Marvel.
"Iya Mi," jawab Marvel sebelum dengan cepat masuk mobil dan duduk di belakang.
Sedangkan untuk keluarga Bisma, saat ini sudah menunggu di tempat yang di janjikan. Tempat pertemuan kedua keluarga ini di adakan di Rumah Makan Mila, yang berarti milik keluarga Bisma.
"Ayah, kenapa om Yustian lama sekali ya," rengen Mila karena sudah menunggu agak lama.
"Tenang saja, mungkin mereka terkendala kemacetan," jawab Bisma santai.
"Apakah kamu sudah tidak sabar bertemu dengan putra om Yustian?" goda Melani seraya terkekeh.
"Ah Bunda," rajuk Mila.
"Lagian kalau tidak sabar juga tak apa," sahut Bisma memotong ucapan Mila.
"Ah ayah sama saja kayak bunda, selalu godain Mila," rajuk Mila seraya mengerucutkan bibirnya.
"Hahaha Mila Mila Mila, kamu lucu banget," ucap Melani seraya mencubit pipi Mila.
"Ah Bunda, sakit," rengek Mila yang mengelus pipinya pura-pura kesakitan.
"Haduh anak manja Bunda, sini-sini," ucap Melani seraya memeluk putrinya.
"Hehehe, Bunda paling bisa manjain Mila," ujar Mila dengan senang.
"Bunda, Mila ke belakang dulu ya mau buang air, sudah kebelet," tambah Mila berpamitan.
"Iya sayang," jawab Melani.
Mila pun langsung berdiri dan beranjak ke kamar mandi untuk buang air.
Saat ini keluarga Yustian juga sudah sampai di lokasi dan sedang memarkir mobilnya.
"Papi dan Mami masuk duluan ya, Marvel mau ke kamar mandi sebentar, sudah kebelet," pinta Marvel dengan sedikit meringis, karena sudah benar-benar kebelet.
"Iya sana, tapi jangan kabur ya!" jawab Sinta mengingatkan.
"Iya Mi, lagian untuk apa sih Marvel kabur," jawab Marvel.
Marvelpun dengan cepat keluar dari mobil dan langsung menuju Wc untuk buang air.
Yustian dan Sinta juga langsung berjalan ke dalam Rumah Makan untuk bertemu dengan Bisma dan Melani tanpa menunggu Marvel.
Yustian dan Sinta berjalan seraya mencari-cari Bisma dan Melani yang di ketahui sudah datang terlebih dahulu dan juga sudah memesankan makanan untuk semuanya.
"Hey Yustian, Disini!" panggil Bisma setelah melihat Yustian dan Sinta masuk ke Rumah Makan.
"Oh itu mereka disana," ucap Yustian pada Sinta.
"Iya, ayo kesana Pi," ajak Sinta yang di jawab dengan anggukan oleh Yustian.
"Sudah lama kamu Bis? maaf tadi putraku sedikit telat bangunya, jadi kita datangnya agak terlambat sedikit," tanya Yustian secara langsung seraya menjelaskan situasinya setelah dekat dengan Bisma dan Melani.
"Haha tenang saja Yus, lagian disini juga tempatku sendiri," jawab Bisma sebelum melanjutkan, "oh iya silahkan duduk!"
"Ya baiklah," jawab Yustian sebelum duduk bersama dengan Sinta juga.
"Oh iya, dimana Mila putrimu?" tanya Yustian setelah melihat-lihat dari tadi, yang ternyata hanya ada Bisma dan Melani saja yang sedang duduk.
"Dia kebelakang sebentar, mungkim sebentar lagi juga kesini," jelas Melani.
"Oh begitukah?" tanya Sinta.
"Iya, juga dimana Marvel putramu yang mirip denganmu itu?" jawab Bisma menyahut pembicaraan.
"Oh iya, Marvel juga pamit kebelakang," jawab Sinta yang langsung membuat semua orang saling tatap dan terjadilah keheningan beberapa saat di antara keempat orang ini.
"Jangan-jangan kita benar-benar akan segera besanan," ucap Yustian memecahkan keheningan di antara mereka, dengan nada percaya diri.
"Ah Papi jangan ter percaya diri dulu! kita lihat saja nanti bagaimana tanggapan anak-anak kita," sahut Sinta yang memang tidak mau memaksakan putranya.
"Hahaha istrimu benar Yus, kita lihat nanti saja tanggapan anak-anak, tapi kalau sampai kita besanan, kita akan menjadi semakin dekat dan dekat," sahut Bisma memotong pembicaraan Yustian dan Sinta.
"Haha kamu benar Bis," jawab Yustian dengan mengangguk beberapa kali sepertinya sangat mendambakan bahwa dirinya bisa besanan dengan Bisma.
Memang Bisma dan Yustian adalah teman dekat sejak SMP, dan kedekatan mereka semakin menjadi setelah mereka bekerja sama dalam bisnis. Tentu saja mereka sangat mendambakan jika putra dan putri mereka juga bersatu agar persaudaraan mereka tidak putus.
Disaat kedua keluarga pembisnis melanjutkan pembicaraan mereka tentang putra putri keduanya. Marvel yang yang telah selesai buang air, dengan buru-buru keluar dari toilet karena tidak mau membuat orang tuanya menunggu lagi dan mengecewakanya.
Dorr... Brak...
"Aduhhhhh," rengek seorang wanita muda yang baru saja keluar dari toilet wanita karena merasakan sakit setelah tertabrak oleh seseorang.
"Ahhh maaf, maaf ya kak aku sedang terburu-buru," ucap Marvel seraya menyatukan kedua telapak tanganya dan kemudian membantu wanita tersebut untuk berdiri kembali.
"Marvel?" pekik Mila setelah mendengar suara yang sangat di kenalnya tersebut. Ya benar sekali, wanita yang di tabrak Marvel sampai terjatuh adalah Mila sendiri.
"Ahhh, Bu Mila? maaf ya Bu, maafin Marvel karena sedang buru-buru," jawab Marvel yang tambah merasa bersalah karena telah menabrak gurunya sendiri.
"Maafin Marvel ya Bu, Marvel benar-benar tidak sengaja," tambah Marvel karena tidak mendapatkan jawaban dari Mila.
"Iya Vel, kamu ceroboh sekali sih jadi cowok, untuk hanya sakit sedikit, kalau sakitnya banyak, apakah kamu mau tanggung jawab?" tegur Mila pada muridnya tersebut.
"Iya Bu, maaf," jawab Marvel masih menyatukan kedua telapak tanganya setelah Mila bisa berdiri. 'kalau tanggung jawab yang lain sih gak papa Bu,' batin Marvel seraya tersenyum-senyum sendiri.
"Ya Ibu maafin, tapi lain kali jangan ceroboh!" ucap Mila seraya mengingatkan Marvel.
"Iya Bu," jawab Marvel dengan lembut.
"Yasudah, sana! katanya sedang buru-buru!" titah Mila mengusir Marvel.
"Ah iya lupa, yasudah Marvel pergi dulu ya Bu, sekali lagi maaf," jawab Marvel yang masih merasa bersalah.
"Iya sudah sana!" ujar Mila mengusir Marvel.
Marvel pun dengan cepat pergi meninggalkan Mila dan langsung mencari tempat duduk orang tuanya.
"Haduh sakit banget sih, ternyata di tabrak murid sendiri sampai terjatuh, sakit juga ya," gumam Mila yang masih merasakan sakit.
***
"Om, Tante, maaf ya membuat kalian menunggu," ucap Marvel setelah bertemu dengan Bisma Melani dan kedua orang tuanya.
"Tidak apa Vel! silahkan duduk!" ujar Bisma dengan ramah.
"Iya Om," jawab Marvel sebelum duduk bersama semuanya.
"Marvel, kamu sekolah di SMA Harapan kan,?" tanya Bisma.
"Iya Om, memangnya kenapa?" jawab Marvel seraya bertanya balik.
"Anak Om juga disana Vel, mungkin kamu mengenalnya juga," jawab Bisma dengan senyuman.
"Ah masa Om? memangnya siapa namanya Om?" tanya Marvel yang sedikit kaget juga penasaran. Marvel benar-benar tidak menyangka jika satu sekolah dengan putri dari Om Bisma, yang diceritakan Papinya bahwa putri dari Om Bisma sangat cantik dan menawan.
"Hahaha kamu pasti penasaran kan?" goda Yustian memotong pembicaraan Marvel dan Bisma.
"Ya pasti penasaran lah Pi," ucap Sinta menyahut.
"Terus saja godain Marvel," rajuk Marvel pura-pura ngambek.
"Hahaha anakmu bisa ngambek juga ya Yus," skekeh Bisma seraya melirik Marvel.
"Yasudah aku diem saja deh, dari pada di keroyok," kekeh Marvel yang di sambut tawa oleh semua orang.
Saat ini Mila masih tertatih-tatih saat mendekat kearah semua orang, karena merasa sakit di bagian kakinya akibat dari tertabrak Marvel tadi.
'Rame banget mereka, sepertinya sedang membicarakanku,' batin Mila yang merasa curiga.
Setelah cukup dekat, Mila langsung berucap, "Om, Tante, maaf membuat kalian menunggu, tadi ada sedikit masalah di belakang," ucap Mila tanpa curiga sedikitpun saat dia datang. Bahwa ada Marvel di tempat itu, karena dia hanya melihat sosok pemuda dari belakang saja. Dirinya juga tidak terlalu melihat Marvel berpakaian seperti apa, saat menabraknya tadi.
Mendengar suara yang sangat familiar dan di kenalnya, jantung Marvel langsung berdebar hebat karena terkejut juga bisa menebak dengan benar. Tanpa menunggu aba-aba dari siapapun, Marvel langsung berbalik dan menatap gadis yang bicara di belalangnya.
Marvel dan Mila keduanya saling tatap tanpa ada bicara sedikitpun dan terjadi keheningan beberapa saat.
Mila juga tidak menyangka jika pria yang sedang asik bercanda dan bergurau dengan orang tuanya adalah Marvel dan keluarga Om Yustian. Dan bisa di katakan bahwa Marvel adalah putra Om Yustian. Yang dibicarakan ayahnya, bahwa anak Om Yustian akan di jodohkan denganya. Namun jika benar demikian kenapa harus dengan anak yang masih SMA di tambah Marvel adalah muridnya sendiri.
"Marvel?" teriak Mila memecahkan keheningan.
"Bu Mila?" balas Marvel berteriak karena kaget juga, bahwa wanita yang akan di kenalkan denganya adalah gurunya sendiri. Namun bukan itu permasalahanya. Permasalahanya adalah Mila mengetahui segala macam keburukan Marvel selama di sekolah, juga sering menghukumnya karena bandel. Marvel pasti akan sangat malu juga jika sampai Mila menceritakan segalanya pada kedua orang tuanya.
"Hahaha benar kan kalian sudah saling mengenal?" sahut Bisma dengan bangga.
"Ternyata benar-benar saling kenal, jadi ini antara murid dan guru," kekeh Melani menyahut juga.
"Pasti keren ya, jika sampai ada seorang murid laki-laki di nikahkan dengan guru perempuanya," sahut Yustian menggoda keduanya.
"Papi!" lirih Sinta seraya menyenggol-nyenggol Yustian untuk tidak bicara ceplas-ceplos terlebih dahulu.
"Kenapa masih bengong! ayo duduk Mila, tidak sopan berdiri seperti itu!" titah Bisma yang langsung di setejui semua.
"Baik Ayah," jawab Mila dengan anggukan.
Mila pun berjalan langsung kearah kursi dan mendudukinya. Saat berjalan, Milq hanya menundukan kepalanya karena malu juga. Baru saja dia menegur Marvel, namun sekarang Marvel adalah calon suaminya? sungguh pergantian peristiwa yang tak terduga untuknya. Marvel terus menatap Mila dengan seksama karena takut jika Mila sampai membocorkan semua keburukanya di sekolah.
"Ayo sekarang salimg jabat tangan dengan calon jodohnya masing-masing!" goda Bisma pada kedua sejoli ini.
"Ayah, aku malu," lirih Mila yang di dengar semua orang. Marvel juga sedikit terkejut, Bu Mila yang biasanya terkenal paling galak di sekolah, sekarang bisa selembut ini?
"Tidak usah malu sama calon suami sendiri?" goda Yustian pada Mila yang membuat wajah Mila semakin merah karena malu.
"Apa? Apa maksud kalian?" tanya Marvel yang seolah tidak percaya dengan yang di dengarnya.
"Tidak sayang, kamu bisa memilih setuju atau tidak, karena kita tidak akan memaksamu," sahut Sinta menanggapi pertanyaan Marvel.
"Loh kenapa seperti itu? bukankah kita sudah sepakat Yus? jadi anak kita tetap harus di nikahkan!" sahut Bisma dengan nada tak suka saat menanggapi ucapan Sinta.
"Ya benar sekali, tapi kita tidak boleh memaksakan anak-anak kita, biarkan mereka yang memutuskan," jawab Yustian seraya menghela nafas.
"Yustian benar Ayah, jangan egois," sahut Melani.
"Huh, ya baiklah, kalau begitu kita langsung tanya saja kepada keduanya, apakah mereka setuju atau tidak! mumpung kita sedang bersama-sama," ucap Bisma dengan nada sedikit menekan.
Mendengar ucapan Ayahnya yang menekan, membuat Mila sedikit takut dan gugub juga. Dirinya tahu bahwa tidak mungkin menolak permintaan Ayahnya. Namun apakah benar dia akan menerima pernikahanya dengan murid sendiri? sungguh membingungkan untuknya.
Marvel sendiri hanya menatap Mila dengan seksama, dia tidak akan memutuskan sepihak. Marvel juga tidak ingin mengecewakan Papinya sendiri, walaupun begitu, Marvel juga tidak ingin membuat Mila yang statusnya sebagai guru bisa ternoda karena menikahi murid sendiri.
Ini adalah pilihan yang berat untuk keduanya, dan benar-benar harus di fikirkan matang-matang.
"Jadi bagaimana Mila? Marvel? apakah kalian menerimanya atau tidak?" tanya Bisma menekan keduanya.
Mila tidak menjawab dan hanya menundukan kepala karena tidak tahu harus menjawab apa.
"Kenapa diam?" tambah Bisma seraya menatap tajam pada purinya karena tidak mendapat jawaban.
"Anu, Ayah..."
"Om, jangan terburu-buru, lagian saya juga masih bersekolah, biarkan nanti saya dan Bu Mila yang memutuskanya setelah kita bicara berdua, jadi mohon beri kami waktu, biar kami saling mengenal terlebih dahulu," jelas Marvel memotong ucapan Mila.
Mila hanya menatap Marvel dengan tak percaya, 'ternyata anak ini bisa berfikiran dewasa juga, tidak terburu-buru dalam bertindak,' batin Mila mengagumi Marvel.
"Marvel benar Ayah," sahut Melani.
"Kalian kan sudah saling mengenal, tidak perlu lagi saling mengenal, baiklah aku akan memberi kalian waktu setengah jam untuk membicarakan ini, dan kuharap kalian tidak mengecewakanku dengan jawaban kalian!" ucap Bisma mengingatkan keduanya.
"Iya Om," jawab Marvel sebelum menatap Mila.
"Bu Mila, ayo kita bicara di tempat yang nyaman!" ajak Marvel pada Mila.
"Emmmm, baiklah," jawab Mila dengan gemetar juga, dirinya benar-benar tidak tahu harus berucap apa. Karena memang tidak berpengalaman sama sekali soal percintaan. Berbeda sekali dengan Marvel yang sudah sangat berpengalaman. Karena memang Marvel juga sudah terkenal jika dirinya punya banyak sekali kekasih.
Akhirnya Mila dan Marvel pergi keluar dari Rumah
Makan dan duduk di sebuah kursi di bawah pohon mangga di depan Rumah Makan.
Kita kembali dulu kedalam Rumah Makan, Bisma hanya mengedipkan satu matanya kearah Yustian dan di tanggapi dengan kedipan mata juga dari Yustian. Sinta dan Melani tidak mengetahui hal ini, keduanya juga berpamitan mengobrol berdua saja soal perjodohan anak mereka.
"Bagaimana bisa jadi seperti ini?" gumam Sinta yang di dengar Melani.
"Seperti ini gimana Jeng?" sahut Melani karena penasaran maksud gumaman Sinta.
"Ya begini jeng, sepertinya Mas Bisma sangat memaksakan dan mengharuskan anak kita untuk berjodoh, padahal kan Marvel masih sekolah dan masa depanya masih panjang, juga Mila adalah seorang guru yang cerdas kenapa juga harus menikahi muridnya sendiri," jawab Sinta dengan nada kecewa.
"Jadi maksud jeng Sinta? Jeng Sinta tidak setuju begitu? jika merena di jodohkan?" tanya Melani menanggapi jawaban Sinta.
"Ya bukan seperti itu juga Jeng, hanya saja mereka masih sangat muda, tidak perlu juga kan membicarakan hal seperti ini sekarang," jelas Sinta yang ingat dan jadi tak enak hati seandainya ucapanya sampai menyinggung Melani. 'Lagian kenapa juga Mas Yustian hanya diam saja, jangan-jangan mereka sudah bersekongkol,' batin Mila merasa curiga.
"Hahaha tenang saja Jeng, lagian mereka sedang bicara berdua saja untuk memutuskan apa yang akan mereka pilih, kita sebagai orang tua cukup mendoakan anak-anak kita saja supaya memilih jalan terbaik untuk keduanya," ucap Melani menenangkan Sinta.
"Iya, tapi Jeng,"
"Pokoknya kita restui dan setujui saja pilihan keduanya nanti Jeng," potong Melani saat Sinta berucap.
Sinta hanya diam dan berfikir sendiri.
Kembali ke Bisma dan Yustian.
"Hahaha kamu paling bisa bicara menekan Bis!" puji Yustian pada Bisma.
"Tentu saja, kamu kan mengenalku dari siapapun! jika soal memaksakan kehendak, akulah ahlinya," kekeh Bisma yang di tanggapi tawa oleh Yustian.
Kenapa seperti ini? ya keduanya memang sudah sepakat untuk seperti ini, karena Yustian tidak bisa memaksa anaknya jika di depan Sinta. Jadi dirinya meminta Bisma untuk menekan anak-anak mereka dan sebagai bentuj bantuan, Yustian tidak banyak bicara agar Sinta juga tidak banyak menanggapi. Semua ini sudah mereka rencanakan jauh-jauh hari.
Kembali ke 3 hari yang lalu.
Ini terjadi saat keduanya ( Yustian dan Bisma ) selesai rapat untuk menjalankan bisnis baru mereka.
"Bisma, sepertinya aku tidak bisa memaksa anaku menikahi anakmu jika di depan Sinta, kamu tahu sendiri kan? Seluruh kekayaan dan hartaku adalah miliknya, jika aku sampai melawanya, bisa-bisa seluruh kekayaanku habis," ungkap Yustian pada Bisma.
"Jadi apa maksudmu bicara seperti itu Yus? apakah kamu akan membatalkan perjanjian kita?" tanya Bisma dengan nada santai.
"Bukan? bukan seperti itu, intinya aku tidak bisa memaksa Sinta, tapi aku yakin kamu pasti bisa menekan kedua anak kita," jawab Yustian dengan cepat karena tak mau jika sahabatnya sampai kecewa.
"Hahaha soal itu bisa di atur," ucapan Bisma di jeda sebentar sebelum melanjutkan, "kita atur pertemuan saja bagaimana? sepertinya hari minggu kita semua tidak ada pekerjaan kan, anak-anak juga libur, nah bagaimana jika kita makan bersama sakaligus menjodohkan anak kita, aku akan mengatur perjamuan di Rumah Makan Mila di tempatku, jadi kalian tidnggal datang saja pagi itu,"
"Hemmm, baiklah itu bisa di atur," jawan Yustian setuju.
"Pokoknya kamu bawa saja istri dan anakmu, biarkan semua aku yang menyelesaikanya, aku akan membuat istrimu tidak berkutik, dan yang harus kamu lakukan jangan banyak bicara yang tidak perlu, atau akan mengacaukan segala tindakanku jika Sinta sampai ngotot nantinya," jelas Bisma sebelum terkekeh dan di tanggapi tawa oleh Yustian.
Nah seperti itulah perjanjian keduanya, kembali ke masa sekarang dan di tempat Mila dan Marvel.
"Emmmm, Bu Mila?" ucap Marvel memecahkan keheningan di antara keduanya.
"Marvel," jawab Mila yang masih sedikit gemetar dan syok juga.
"Jadi bagaimana menurut anda tentang perjodohan ini?" tanya Marvel langsung tanpa berbasa-basi.
"Emmmmm," hanya itu yang keluar dari mulut Mila, tentu saja dirinya bingung harus menjawab apa.
"Jangan cuma jawab emmmm, beri kejelasan maunya anda bagaimana?" lanjut Marvel bertanya kembali, karena tidak mendapat jawaban yang pasti dari gurunya tersebut.
"Beri aku waktu Marvel," jawab Mila yang masih syok.
"Tapi Om Bisma dan Papiku ingin jawaban kita secepatnya, aku tidak ingin mengecewakan keduanya," ujar Marvel jujur.
Mendengar ucapan Marvel membuat Mila menatapnya dengan haru. Dirinya tidak pernah menyangka jika seorang Marvel yang di kenal sebagai anak nakal dan bandel, ternyata begitu peduli terhadap perasaan orang tuanya. Ini membuat hati Mila sedikit luluh. Hanya saja untuk menikah dengan Marvel, Mila belum bisa memutuskanya. Bagaimana kata orang-orang dan teman-temanya, jika sampai semua orang mengetahui dirinya menikah dengan bocil. Pasti akan banyak omongan yang mencemooh dirinya karena tidak laku dan malah menikahi anak kecil yang jelas memang umurnya jauh dibawahnya.
"Marvel," panggil Mila ke Marvel.
"Iya Bu," jawab Marvel seraya menatap pada guru yang memang menjadi idaman begitu banyak murif di sekolahnya. Mila memanglah guru paling cantik dan feminim di sekolahnya. Itu membuat Mila menjadi idola banyak murid.
"Apakah kamu benar-benar tidak berani menolak perjodohan ini? oh iya aku ingat, bukankah kamu punya pacar? Celsea kan namanya?" tanya Mila menatap Marvel dengan seksama karena ingin mendengar kejujuran Marvel.
"Soal itu bisa di pikirkan nanti, yang terpenting saat ini aku tidak mau mengecewakan Papi dan Om Bisma," jawab Marvel santai.
"Kenapa kamu begitu santai? apakah kamu tidak memikirkan bagaimana perasaan Celsea jika sampai dia mengetahui hal ini?" tanya Mila dengan menatap tajam pada Marvel. Rasa haru Mila yang tadi sempat ada untuk Marvel telah menghilang saat mendengar bahwa masalahnya dan Celsea bisa di pikirkan nanti. Tentu saja Mila pasti merasakan seandainya tidak di hargai oleh seorang pria. Sesama wanita akan merasakan perasaan yang sama.
"Tentu saja aku memikirkan perasaan Celsea, tapi aku lebih memikirkan perasaan Papi dan Om Bisma, yang jelas keduanya lebih dari apapun dan siapapun di dunia ini," jawab Marvel dengan bijak.
Mendengar jawaban Marvel yang bijak Mila kembali terharu. Ya tentu saja Mila adalah wanita yang mudah terjerat oleh kata-kata seorang lelaki. Namun Mila tidak pernah menunjukanya secara langsung, karena merasa gengsi jika terlihat dirinya brgitu tergoda pada lelaki. Meskipun dirinya sangat tegas saat mengajar, tapi dalam hatinya, Mila adalah sosok wanita lembut dan penyayang.
"Hemmmmn, begitukah?" tanya Mila memastikan.
"Ya tentu saja," jawab Marvel yakin.
"Jadi bagaimana keputusan anda Bu?" tambah Marvel bertanya.
"Aku belum bisa memutuskanya," jawab Mila sedikit memalingkan wajahnya.
"Baiklah, saya akan memberi anda waktu sekitar 20 menit lagi untuk berfikir, karena Om Bisma dan Papi menginginkan jawabanya sekitar 20 menit lagi, juga mereka tidak ingin di kecewakan," jelas Marvel panjang lebar.
"Kenapa kamu begitu memaksaku? apakah memang kamu juga bersekongkol dengan Om Yustian dan Ayah agar kita di jodohkan?" tanya Mila dengan penuh selidik karena penasaran, sepertinya Marvel setuju-setuju saja di jodohkan denganya. Padahal umur saja jelas sudah sangat berbeda jauh.
Jika perbedaanya adalah lelaki yang lebih dewasa, itu semua wajar sekali. Namun jika wanitanya yang lebih dewasa, itu sama sekali tidak lucu, ditambah wanitanya adalah guru dari laki-laki tersebut.
"Bu Mila, bagaimana bisa anda berfikiran seperti itu? saya sendiri tidak mengetahui jika putri Om Bisma adalah anda, juga Papi tidak mengatakan bahwa hari ini adalah acara perjodohan, yang Papi katakan hanya mengajak saya untuk di kenalkan dengan putri dari Om Bisma, dengar sekali lagi Bu, hanya di kenalkan, dan saya juga mengira hanya perkenalan biasa, tanpa embel-embel perjodohan seperti ini, saya sendiri tidak habis fikir bagaimana bisa Bu Mila yang biasanya berfikiran panjang kok malah berfikiran pendek seperti itu," jelas Marvel dengan nada tak terima karena Mila menuduh dirinya yang tidak-tidak.
"Baiklah-baiklah, aku yang salah," ucap Mila yang merasa bersalah karena salah menduga dan malah menuduh Marvel secara langsung. Tanpa memikirkan perasaan Marvel jika di tuduh seperti itu.
"Jadi bagaimana Bu?" tanya Marvel sekali lagi.
Mila hanya diam dan kembali terjadi keheningan di antara keduanya untuk beberapa saat.
Mila benar-benar berfikir sangat dalam, dirinya tidak bisa memutuskan sesuatu dengan mudah untuk masa depanya. Sekarang Mila benar-benar dalam keadaan yang sulit.
"Baiklah aku sudah memutuskanya," gumam Mila yang di dengar Marvel setelah keheningan sesaatnya.
"Jadi bagaimana Bu?" tanya Marvel langsung setelah mendengar gumaman Mila.
"Aku akan berpura-pura menerima perjodohan ini, aku berfikir mungkin orang tua kita akan berubah pikiran nanti kedepanya, lagian kan kamu juga masih sekolah, masih lama juga sampai hari pernikahanya," jawab Mila dengan tenang.
Marvel mulai berfikir, walaupun dirinya sangat bertolak belakang dengan yang ada di pikiran Mila, jelas Marvel tidak ingin berpura-pura pada Papi dan Om Bisma. Namun jika Marvel terang-terangan menolak keputusan Mila, bisa-bisa Mila juga akan terang-terangan menolak perjodohan ini dan tentu saja akan mengecewakan orang yang sangat di hormatinya. Yakni Papinya dan Om Bisma, juga keluarga keduanya. Jadi Marvel harus mengikuti saja permainan dari Mila.
"Baiklah, saya akan ikuti kemauan anda, lagian benar juga jika kita bisa berpura-pura, aku tetap masih bisa berhubungan dengan Celsea," ucap Marvel yang setuju dengan keputusan Mila.
Kembali ke tempat Bisma dan Yustian, tentu saja saat ini Melani dan Sinta juga sudah datang kembali ke lokasi tersebut.
"Jika mereka setuju dengan perjodohan ini, aku ingin segera menikahkan keduanya, bagaimana menurutmu Yus?" tanya Bisma saraya meminta saran pada Yustian.
"Aku sih ngikut saja baiknya bagaimana," jawab Yustian dengan anggukan yang berarti dirinya q sedikit setuju.
"Papi! jangan memutuskan sepihak!" pekik Sinta seraya menyenggol-nyenggol suaminya.
"Papi kan tidak memutuskan sepihak, semuanya tergantung Marvel dan Mila," jawab Yustian menjelaskan.
"Hahaha istrimu galak juga Yus," kekeh Bisma yang mendapat tawa dari istrinya.
"Hahaha benar juga ya Yah, jeng Sinta galak juga sama suaminya," sahut Melani menggoda keduanya.
"Hehe bukanya galak jeng, hanya saja tegas, agar suamiku gak salah arah," jelas Sinta yang tak mau kalah. Padahal jelas-jelas dia sedikit galak pada suaminya.
Semua orang kemudia tertawa mendengar jawaban Sinta, termasuk Sinta sendiri ikut tertawa.
Bahkan orang-orang ini juga tidak menyadari jika marvel dan Mila sudah berada di tempat mereka saat ini.
"Pi, Mi, Om, dan Tante," sapa Marvel yang langsung menghentikan tawa semua orang.
"Hey Marvel, kamu membuat Om kaget, tiba-tiba sudah disitu, seperti hantu saja," canda Bisma yang mendapat tawa kembali dari semua orang. Bahkan Mila juga sedikit tersenyum dengan candaan Ayahnya.
"Ayah ini paling bisa ya bercanda," ucap Melani menanggapi Bisma.
"Hahaha ya kita kan memang harus bercanda, lagian sebentar lagi juga kita menjadi keluarga, karena Marvel juga akan menjadi anak kita," jawab Bisma menanggapi ucapan Melani, sebelum menatap Marvel dan berucap, "benar kan Marvel?" tanya Bisma seraya mengedipkan satu matanya pada Marvel.
"Hehe, mungkin Om, jika Bu Mila bersedia menjadi jodohku," jawab Marvel tanpa menutup-nutupi apapun.
"Hahaha kamu tenang saja Vel, Mila pasti setuju berjodoh denganmu," ujar Bisma dengan percaya diri sebelum menatap Mila dan berucap, "benar kan Mila? kamu setuju dengan perjodohan ini?" tanya Bisma dengan sedikit nada penekanan ke arah Mila. Tentu saja Mila tidak berani menolak dan hanya menjawab dengan anggukan kepalanya saja.
"Baiklah kalau begitu, langsung kita putuskan saja hari pernikahanya kalau begitu, juga kami akan segera menyiapkan seserahan sebagai maharnya," sahut Yustian yang sangat bersemangat setelah melihat dan mendengar jawaban keduanya.
Mendengar ucapan Yustian membuat mata Mila membulat karena kaget dan seolah tak percaya, namun demikian dia tetap diam dan tidak berbicara sedikitpun. Mila takut akan mengecewakan Ayah dan Om Yustian seperti yang Marvel katakan.
"Tunggu sebentar Pi, apakah Papi yakin? Marvel masih sekolah, bagaimana Marvel akan membiayai hidup Marvel sendiri serta hidup Bu Mila?" tanya Marvel langsung ke Yustian, karena dirinya juga merasa kaget dengan pergantian peristiwa saat ini.
"Marvel, kamu tidak perlu kuatir soal keuangan, Papi dan Om Bisma yang akan membiayai hidup kalian," jawab Yustian menanggapi pertanyaan Marvel.
"Tapi Pi,"
"Tidak ada tapi-tapian Vel," paksa Bisma memotong pembicaraan Marvel.
"Baik Om," jawab Marvel pasrah dengan patuh, karena memang dirinya tidak mau sampai mengecewakan Papinya juga Om Bisma.
"Jadi kita tentukan saja tanggal pernikahanya sekarang," ucap Bisma menambahkan.
"Bagaimana kalau seserahan lamaranya kita laksanakan minggu depan saja, juga pernikahanya sekalian," ucap Yustian menyarankan.
"Aku setuju denganmu Yus," sahut Bisma menanggapi.
"Sebentar Ayah, Mila mau bicara," ucap Mila yang sedari tadi diam tanpa kata.
"Ada apa sayang? jangan bilang kamu menolak perjodohan ini?" tanya Bisma seraya menatap Mila.
"Tidak Ayah, bukan seperti itu.... hanya saja begini,...." ucapan Mila terhenti sesaat seraya menghela nafas panjang sebelum melanjutkan, "Mila punya usulan, Marvel kan jelas masih sekolah, juga Mila sendiri saat ini masih mengajar di sekolah dan menjadi guru Marvel, bagaimana seandainya pernikahannya sementara di rahasiakan dulu, takutnya nanti Marvel akan di keluarkan jika ketahuan sudah menikah, begitupun dengan Mila sendiri akan dapat cemooh dari teman-teman sesama guru, seandainya mereka mengetahui bahwa Mila sudah menikah dan itu menikahi muridnya sendiri," jelas Mila panjang lebar, dirinya berani bicara karena sudah tidak bisa di tahan lagi.
"Benar juga yang di ucapkan Mila, aku setuju denganmu Mila, jika tidak ada yang setuju dengan usulan Mila, aku juga tidak akan membiarkan pernikahan ini terjadi, intinya aku tidak mau sampai sekolah Marvel sampai terhenti," sahut Sinta menanggapi usulan Mila.
"Baiklah-baiklah, aku setujui saja permintaan kalian," sahut Yustian pasrah, karena tidak mungkin menang melawan istrinya.
"Ya, baiklah jadi sudah di putuskan kalian akan menikah minggu depan," sahut Bisma memutuskan.
Setelah semuanya selesai, semua makanan langsung di sediakan dan kedua keluarga makan dengan lahabnya. Karena memang masakan di Rumah Makan Mila memang sudah sangat terkenal akan cita rasanya.
Hanya dua sejoli yang tidak terlalu nafsu saat makan, tentu saja Marvel juga Mila.
Setelah acara makan selesai, kedua keluarga saling berpamitan dan berpisah. Namun sebelum mereka berpisah, Bisma meminta Marvel menyimpan nomor ponsel calon istrinya, begitupun dengan Mila menyimpan nomor ponsel Marvel.
Setelah kedua keluarga berpisah, keduanya langsung pulang dengan kendaraan masing-masing.
"Papi! Apakah Papi benar-benar akan menikahkan Marvel yang usianya masih 17 tahun ini?" tanya Marvel pada ayahnya yang saat ini sedang menyetir mobil, karena mereka memang tidak membawa seorang sopir.
"Ya, Mami juga heran dengan keputusan Papimu itu Vel, anak masih SMA kok di nikahkan," sahut Sinta dengan nada sedikit kesal juga, karena dirinya tidak bisa berbuat apa-apa.
"Lagian kamu juga punya pacar kan Vel? Celsea itu kan pacar kamu?" tambah Sinta bertanya seraya menatap Sinta.
Yustian hanya diam dan mendengarkan tanpa menanggapi istri dan anaknya tersebut.
"Iya Mi, tapi tidak apa Marvel akan mencoba bicara baik-baik pada Celsea nanti, semoga dia bisa mengerti," jawab Marvel dengan yakin.
"Apa? apakah kamu gila ya Vel?" pekik Sinta kaget dengan yang di katakan anaknya.
"Kok bisa gila sih Mi?" tanya Marvel dengan polosnya.
"Ya jelas gila lah, ini kan pernikahan rahasia, jika Celsea mengetahui dan melaporkanya ke pihak sekolahmu, apakah kamu siap di keluarkan?" tanya Sinta seraya menjelaskan pada anaknya.
"Ah iya, hampir saja Marvel lupa Mi," jawab Marvel dengan memamerkan giginya yang rata karena merasa sedikit bodoh atas tindakanya.
"Dasar Marvel," kekeh Yustian seraya menggelengkan kepalanya.
"Sama seperti kamu kan Pi," sindir Sinta pada Yustian.
"Ya tau sendiri lah Mi hahaha," jawab Yustian jujur seraya tertawa.
Sekarang kita ke keluarga Bisma yang saat ini juga sedang dalam perjalanan pulang menggunakan mobilnya.
"Ayah," panggil Mila yang memecahkan keheningan di antara semuanya.
"Iya sayang, ada apa?" jawab Bisma seraya balik bertanya.
"Apakah Ayah yakin dengan pernikahanku dengan Marvel?" tanya Mila meyakinkan dirinya sendiri seraya menggigit bibir bawahnya, karena Mila takut jika sampai salah bicara dengan Ayahnya.
"Ya tentu saja Ayah yakin, ayah sangat yakin jika kamu bisa bahagia hidup dengan Marvel, walaupun setiap rumah tangga pasti ada juga cekcok dan pertengkaran kecil, tapi Ayah yakin kalian pasti bisa saling memahami dan memaafkan," jawab Bisma dengan yakin.
"Apakah kamu merasa keberatan Mila?" sahut Melani memotong pembicaraan keduanya.
"Tidak sama sekali kok Bunda, asalkan Ayah dan Bunda yakin, Mila juga yakin bahwa Mila akan bahagia nanti kedepanya," jawab mila seraya tersenyum palsu. Bisma sebenarnya mengerti dan sedikit tahu tentang di balik senyum palsu anaknya. Hanya saja dia telah bertekad dan yakin bahwa anaknya hanya akan bahagia bila menikah dengan keluarha Sinta Maharani. Tentu Bisma sudah mengetahui dengan benar latar belakang keluarga tersebut. Karena memang hidupnya berubah juga berkat kerjasamanya dengan keluarga besar Maharani. Keluarga kaya kelas Dunia yang selalu menyembunyikan kekayaanya.
"Nah begitu, itu baru anak Ayah dan bunda," ujar Melani dengan nada bangga pada putrinya.
Setelah jeda singkat, akhirnya kedua keluarga sampai di rumah masing-masing tanpa ada kendala apapun.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!