NovelToon NovelToon

Broken Supreme Slayer

Bab 1 - Keinginan atau Kewajiban

“Nona, Pangeran Sun Jian sudah tiba”.

Qian Qi langsung melempar buku yang sedang dibacanya dan berlari menyambut kedatangan tunangannya. Ia sampai mengangkat roknya agar bisa berlari lebih cepat. Sudah satu bulan tunangannya pergi mencari obat untuk ayahnya yang sedang sakit. Sesampainya di depan pintu ia berhenti dan merapikan penampilannya terlebih dahulu.

Begitu sudah rapih ia langsung berlari masuk dan menampar tunangannya.

Sun Jian memegang pipinya. “Yap. Aku pantas mendapatkannya”. Mereka berdua kemudian bertatap-tatapan dan langsung berciuman melepaskan kerinduan.

“Syukurlah kamu baik-baik saja sayang. Aku sangat takut kehilanganmu. Tolong jangan nekat pergi lagi tanpa bilang-bilang”.

“Kalau aku izin dulu sudah pasti kamu tidak akan mengizinkannya. Sudahlah kita langsung saja berikan pil ini kepada ayah mertua, jangan ditunda-tunda lagi. Nanti saja kita ngobrolnya”.

“Baik sayang”.

Ayah Qian Qi sudah koma selama satu tahun karena penyakitnya. Ia terkena Racun Hantu dari laba-laba hantu saat menjelajahi sebuah reruntuhan. Tubuhnya menghitam, dingin dan menimbulkan bau busuk seperti orang yang sudah mati.

Sun Jian dan Qian Qi sampai di depan kamar ayahnya. Bau Busuk sudah tercium dari depan pintu. Sun Jian yang tidak terbiasa dengan baunya langsung pusing dan oleng menabrak Qian Qi.

“Sayang kamu tidak apa-apa?”. Qian Qi menahan tubuh Sun Jian.

“Maafkan aku sayang. Sepertinya aku tidak bisa masuk ke kamar ayahmu. Penyakitnya semakin parah saja”.

“Tidak apa-apa sayang. Kamu tidak perlu memaksakan diri. Biar aku saja yang memberikan Pilnya. Kamu Sebaiknya istirahat dulu. Pelayan tolong antarkan Pangeran ke tempat istirahatnya”. Sun Jian memberi kotak pil dan pergi bersama pelayan.

Qian Qi sudah kebal terhadap bau busuk ayahnya. Kasih sayangnya lebih besar dari pada baunya. Ia memasuki kamar ayahnya tanpa penutup hidung sama sekali. Setiap hari ia sendiri yang membersihkan tubuh ayahnya karena tidak ada pelayan yang sanggup menahan baunya. Bahkan alkemis yang menggunakan penutup hidung saja tidak tahan lama-lama di ruangan itu.

Meski tunangannya tidak mampu masuk ke kamar ayahnya. Qian Qi tetap mencintainya karena tunangannya sudah mau susah payah pergi jauh ke selatan mencari Pil untuk ayahnya. Sepertinya Pil Pemurni Jiwa ini sangat sulit untuk dibuat. Bahkan pusat alkemis dan ruang harta kekaisaran saja tidak memiliki pil ini.

Janji yang dibuat ayahnya Qian Qi dan Kaisar sebelumnya tidak lama lagi akan tiba. Ayahnya Qian Qi adalah seorang jenderal yang menerima mendali penghargaan tertinggi karena berjasa dalam perang melawan iblis di wilayah perbatasan. Berkat jasa ayahnya kekaisaran Sun masih bisa berdiri sampai hari ini.

Kaisar Sun sebelumnya berjanji akan menikahkan cucu laki-lakinya dengan anak perempuan jenderal Qian Tao yakni Qian Qi. Hari yang dinanti-nanti akan tiba satu minggu lagi. Semoga dengan meminum pil ini ayahnya akan sembuh dan bisa menjadi pendamping mempelai wanita. Jika apa yang diharapkannya terkabul, maka hari itu akan menjadi hari terbaik dalam hidupnya.

Berlahan-lahan Qian Qi membuka mulut ayahnya. Lidah ayahnya sudah menghitam sepenuhnya. Bahkan air liur yang keluar juga berwarna hitam. Qian Qi yang melihat hal itu tidak dapat menahan tangisnya lagi. Pil Pemurni Jiwa ini adalah harapan terakhir bagi ayahnya untuk bisa sembuh. Jika pil ini tidak berhasil maka ayahnya sudah dipastikan akan  mati satu bulan lagi.

Setelah memberi pil pada ayahnya dan membersihkan tubuh ayahnya. Qian Qi pergi menemui tunangannya. Ia berjalan menuju ke ruang tamu. Terlihat dari kejauhan para pelayan wanita sudah berkerumun mengintip Pangeran Sun Jian. Pangeran Sun Jian memang terkenal sangat tampan dan baik hati. Ia menjadi pria idaman seluruh kekaisaran Sun. Wajar saja jika pelayan-pelayannya tidak dapat menahan diri.

“Ehem…”.

“Nona Qian Qi!” Para pelayan langsung kabur melakukan tugasnya masing-masing.

Sesampainya di dalam ruangan, Qian Qi melihat kepala pelayannya yang sedang menuangkan teh. Ada sedikit rasa cemburu dihatinya karena kepala pelayannya memang terkenal sebagai gadis tercantik di ibu kota, Bahkan melebihi kecantikan dirinya sendiri. Sangat disayangkan ia tidak terlahir sebagai seorang bangsawan. Kalau saja kepala pelayan itu adalah keturunan bangsawan sudah pasti ia jadi rebutan para pria.

Meski cemburu Qian Qi tidak bisa membencinya karena Xiao Yun sudah seperti saudarinya sendiri. Saat masih kecil Ayahnya menyelamatkannya dari para bandit penjual budak. Setelah itu ayahnya mengurus Xiao Yun seperti anaknya sendiri.

“Kakak Qian Qi sudah tiba. Kalau begitu aku undur diri dulu”. Xiao Yun pergi.

“Terima kasih Adik”. Qian Qi mengedipkan mata.

“Bagaimana pilnya? apa sudah bereaksi?”.

“Belum sayang”. Qian Qi sedikit sedih.

“Mungkin karena sudah terlalu lama sakit, jadi membutuhkan waktu untuk bereaksi. Kamu tenang saja Pil Pemurni Jiwa sangat ampuh untuk membasmi Racun Hantu. Kita lihat saja besok pagi”.

“Ia sayang terima kasih banyak”.

“Aku tidak bisa menahannya lagi. Kemarilah sayang aku sangat merindukan bibirmu”. Qian Qi mendekat.

“Silakan sayang ini milikmu” mereka berciuman dan bercerita tentang perjalanan Sun Jian mencari pil.

Tidak terasa hari sudah mulai senja. Sun Jian mendekap Qian Qi dari belakang di atas sebuah balkon yang menghadap ke arah sunset yang begitu indah. Suasana yang mendukung, janji yang akan terlaksana, rasa terima kasih dan rasa cinta yang mendalam membuat Qian Qi tiba-tiba saja mengucapkan sebuah janji.

“Sayang. Aku berjanji jika besok obatnya bereaksi dan membuat ayah lebih baik. Aku akan menyerahkan seluruh tubuhku untukmu”.

“A…Apa? Mungkin karena kelelahan aku jadi salah dengar. Kamu bilang apa tadi?”  Sun Jian salah tingkah.

Qian Qi berbalik dan menatap Sun Jian. “Tidak, kamu tidak salah dengar. Aku berjanji jika besok obatnya bereaksi dan membuat ayah lebih baik. Aku akan menyerahkan seluruh tubuhku untukmu”. Wajah Qian Qi memerah.

Sun Jian Mengelus rambut Qian Qi. “Tidak perlu sampai seperti itu sayang. Memang aku sangat menginginkannya tapi Aku masih bisa menunggu satu minggu lagi untuk itu. Tidak perlu buru-buru”.

Qian Qi menyembunyikan wajahnya di dada Sun Jian. “Justru karena tinggal satu minggu lagi. Aku ingin menunjukkan seberapa besar rasa cintaku padamu. Aku ingin melakukannya karena aku ingin, bukan karena kewajibanku sebagai seorang istri”.

“Sejak kapan gadisku berubah menjadi wanita nakal seperti ini”. Sun Jian langsung mencium Qian Qi dengan ganas.

Setelah puas Sun Jian melepaskan ciumannya. “Aku pulang dulu, aku takut tidak bisa menahannya lagi. Aku akan menantikan janjimu besok”. Sun Jian langsung pulang begitu saja.

Keesokan paginya dengan penuh harap-harap cemas. Qian Qi langsung pergi ke kamar ayahnya. Di depan pintu kamar ayahnya ia langsung lompat-lompat kegirangan karena bau busuk itu tidak tercium lagi. Benar saja tubuh ayahnya mulai berwarna kembali. Ayahnya terlihat seperti tidak kesakitan lagi dan menjadi lebih tenang.

Meski begitu Qian Qi tidak boleh gegabah. Sepertinya proses penyembuhannya masih memakan waktu. Ia langsung memerintahkan beberapa penjaga memanggil alkemis untuk memeriksa ayahnya. Tidak lama kemudian alkemis itu datang dan memeriksa keadaan ayahnya. Alkemis itu memperkirakan satu minggu lagi ayahnya akan sembuh total seperti sedia kala.

Kabar itu pun langsung terdengar oleh para tetua sekte. Mereka semua langsung berkumpul berterima kasih kepada Qian Qi dan memuji-mujinya.

“Hia…ha…ha… Keponakan Qian Qi memang sangat hebat. Selain berhasil mendapatkan seorang pangeran, Qian Qi juga dapat menyembuhkan kakakku. Malam ini kita akan mengadakan pesta besar menyambut hal bahagia ini”. Paman Qian Gong membangga-banggakan Qian Qi.

Benar saja malam harinya ada acara besar di sekte Qian. Semua tamu penting di undang hadir. Tidak terkecuali ayahnya Sun Jian yang merupakan seorang kaisar. Tidak disangka-sangka Kaisar Sun Li bisa hadir memeriahkan acara. Sebagai seorang kaisar jarang sekali Ayah mertuanya pergi meninggalkan istana. Baru kali ini dalam waktu satu tahun lebih ia keluar istana dan mendatangi sebuah acara pesta. Sepertinya memang benar ayahnya Qian Qi memiliki pengaruh yang sangat besar untuk kekaisaran.

Akhirnya acara besar yang cukup melelahkan selesai juga. Sun Jian tidak ikut pulang bersama ayahnya. Dengan hati yang berbunga-bunga ia menghampiri Qian Qi untuk menagih janjinya. Qian Qi mengiyakan janjinya. Ia menggenggam tangan Sun Jian dan mereka berdua pergi ke kamar Qian Qi.

Bab 2 - Hari Paling Bahagia

Tanpa berkata apa-apa Qian Qi langsung tiduran di atas ranjangnya. Wajahnya memerah dan jantungnya berdegup kencang. Seakan mengerti Sun Jian langsung mengunci pintu dan naik ke atas tubuh Qian Qi. Mereka saling bertatapan cukup lama.

“Apa kamu yakin memperbolehkan ku mengambil kesucianmu?”. Qian Qi mengangguk.

“Aku ingin mendengarnya langsung dari mulutmu. Apa yang kamu inginkan? Aku tidak ingin memaksamu”. Wajah Qian Qi semakin memerah.

“A… Aku ingin Ka… kamu mengambil kesucianku”. Qian Qi bicara sambil memalingkan wajahnya karena malu.

“Tatap aku dan katakan dengan jelas”.

Qian Qi memberanikan diri menatap Sun Jian “Aku ingin kamu mengambil kesucianku”. Sun Jian langsung mencium Qian Qi dan melakukannya.

***

“Tok… Tok… Tok… Nona Qian Qi kamar mandinya sudah siap”.

“I… Ia nanti aku akan menyusul ka…kalian duluan saja”.

“Ada apa nona? Suara nona terdengar aneh. Apa nona sakit?”.

“Ti… tidak apa-apa. Aku hanya sedikit mabuk. Ka… kalian duluan saja, a… aku akan merapikan penampilanku dulu”. Pelayan itu pergi.

“Ini benar-benar luar biasa. Aku tidak menyangka kita akan melakukannya sampai pagi. terima kasih sayang”.

“Mulai sekarang seluruh tubuhku sudah menjadi milikmu”.

“Kalau begitu aku pulang dulu sayang. Sampai jumpa nanti”. Sun Jian pulang.

Siang harinya Qian Qi duduk di kasur ayahnya. Setelah merawat ayahnya ia bercerita tentang betapa bahagianya ia melihat ayahnya mulai sembuh kembali. Ia menyemangati ayahnya untuk cepat sembuh karena satu minggu lagi ia ingin ayahnya menjadi pendamping mempelai wanitanya. Ayahnya memang sudah sadar namun tubuhnya masih belum bisa digerakkan. Ia hanya menatap Qian Qi dengan tatapan sedih.

“Ayah jangan sedih. Aku yakin, ayah akan sembuh dan bisa jadi pendamping mempelai wanita”. Qian Qi mengelap air mata ayahnya.

Hari demi hari berlalu. Sun Jian dan Qian Qi setiap hari melakukannya. Layaknya pasangan baru hasrat mereka masih menggebu-gebu. Ayahnya Qian Qi juga berlahan-lahan mulai sembuh. Sepertinya impian Qian Qi akan di kabulkan. Hari itu akan menjadi hari paling bahagia dalam hidupnya.

Hari yang di nanti-nanti pun tiba. Qian Qi dengan pakaian pengantinnya dan ayahnya yang masih duduk di kursi roda datang dengan anggunnya. Memang tidak sesuai ekspektasi kondisi ayahnya belum sehat sempurna, ayahnya masih lumpuh dan tidak dapat berbicara. Namun, Qian Qi merasa cukup senang karena ayahnya bisa hadir di acara pernikahannya.

Qian Qi mengira mereka akan terlambat karena harus mengurusi ayahnya, namun sepertinya para tamu undangan belum banyak yang datang. Baru para anggota keluarga sekte Qian dan para ajudan kekaisaran yang sudah hadir. Bahkan tunangannya Sun Jian belum tiba juga.

Saat sedang menunggu sambil melihat keadaan sekeliling, tiba-tiba saja tangan ayahnya bergerak mencengkram tangan Qian Qi. Qian Qi refleks langsung melihat ke arah ayahnya. Melihat pergerakan itu Qian Qi senang bukan main, ia langsung memeluk ayahnya sambil menangis gembira.

“La… la…” Ayahnya Qian Qi mencoba membisikan sesuatu.

Karena suaranya sangat pelan dan serak membuat Qian Qi tidak dapat mendengarnya. berlahan-lahan Qian Qi mendekatkan telinganya ke mulut ayahnya “La… Lari!”.

Qian Qi sangat keheranan ada apa dengan ayahnya. “Lari! Lari! Lari!” Tiba-tiba saja ayahnya berteriak.

“Hia…ha…haaa… Sudah terlambat kakak. Kalian tidak akan bisa lari”. Paman Qian Gong tertawa.

“Apa maksudnya paman?”.

“Nyonya Sun Fangxin dan Pangeran Sun Jian sudah tiba”.

Qian Qi menoleh ke arah Pangeran Sun Jian. Betapa terkejutnya ia melihat Pangeran Sun Jian datang sambil merangkul Xiao Yun. Pantas saja dari tadi pagi Xiao Yun tidak kelihatan membuat mereka terlambat, ternyata ia bersama Pangeran Sun Jian.

“Sayang ada apa ini sebenarnya?”. Qian Qi kebingungan matanya menatap kosong ke arah mereka.

“Ye…ha…haaa… Seperti yang kamu lihat kami semua telah menipumu”.

“Pangeran kau sungguh kejam. Lihatlah muka Qian Qi ia terlihat seperti orang bodoh”.

“Aku tidak sekejam dirimu Qian Gong. Kamu sendiri menjebak kakakmu hingga lumpuh selama bertahun-tahun. Tersiksa dalam tubuhnya sendiri”.

“Hia…ha…haaa… Wanita bodoh ini benar-benar tidak berguna. Ia tidak menyadari bahwa kita hanya mengarang tentang Racun Hantu. Dengan kultivasi tingkat tinggi milik ayahnya mana mungkin laba-laba kecil bisa melukainya”. Qian Qi kebingungan.

“Sepertinya dia belum menyadarinya juga. Biar aku beritahu apa yang terjadi sebenarnya pada ayahmu. Qian Qi sebenarnya ayahmu di tusuk dengan pedang pelumpuh oleh pamanmu sendiri. Lalu saudarimu yang cantik ini berlahan-lahan meracuni ayahmu dari makanan yang dibuatnya”. Sun Jian menarik rambut Xiao Yun dan menciumnya dengan kasar.

“Hia…ha…haaa… Sekali budak tetaplah budak. Sangat mudah di pengaruhi dan di jadikan mainan pribadi Pangeran”.

“Ti… Tidak Mungkin. Hari-hari yang kita jalani tidak mungkin sebuah tipuan. Aku telah menyerahkan segalanya padamu. Kamu bahkan mencarikan pil untuk ayah”.

“Qian Qi… Qian Qi… Tadinya aku tidak ingin melakukan itu padamu. Tapi kamu sendiri yang menawarkannya padaku. Jujur saja wajahmu memang hanya kalah sedikit dari Xiao Yun, tapi tubuhmu benar-benar yang terbaik. Pil yang aku berikan padamu bukanlah Pil Pemurni Jiwa melainkan Pil Pemusat Qi. Pil itu sangat berguna bagi para kultivator, tapi bagi pengidap racun pil itu sangat berbahaya karena bisa menarik seluruh racun yang tersebar pada tubuh dan membuatnya seolah-olah sembuh padahal racunnya masuk semua ke jantung. Sedangkan waktu sebulan yang aku habiskan biar Xiao Yun yang memberitahunya”. Sun Jian menarik rambut Xiao Yun.

“Kakak selama sebulan Pangeran Sun Jian tinggal di kamarku. Ia melakukan hal itu padaku berkali-kali. Sekarang aku adalah budak Pangeran Sun Jian”.

“Bohong! Itu tidak mungkin. Kaukan adikku”.

“Uhuk… Uhuk…” Ayahnya Qian Qi batuk dan mengeluarkan banyak darah hitam. Qian Qi langsung memeluknya dan mengalihkan pandangannya karena tidak kuat menyaksikan ayahnya sekarat.

“Hia…ha…haaa… Waktunya sudah tiba”.

“Qian Gong paksa Qian Qi untuk melihat apa yang ia berikan pada ayahnya”. Qian Gong menarik paksa Qian Qi dan membuka matanya lebar-lebar. Qian Qi menyaksikan ayahnya mati dengan mengenaskan di depan matanya.

“Hia…ha…ha… Kau telah membunuh ayahmu sendiri Qian Qi. Harusnya kau bisa menyelamatkannya, sekarang kau sama seperti kami”.

“Ye…ha…haaa… Qian Gong sepertinya keponakanmu sudah rusak. Lihatlah wajahnya sudah tidak karuan. Aku sudah tidak selera lagi menjadikannya budak, untukmu saja”.

“Hia…ha…ha… terimakasih yang mulia”.

“Tidak bisa! Keluarga kerajaan harus menepati janjinya. Jika anak ini tidak menikahi seorang pangeran, rekan bisnis kita tidak akan bisa percaya dengan janji kita lagi”. Nyonya Sun Fangxin tidak setuju.

“Aku tidak mau menikahinya bi. Lagi pula aku sudah puas bermain-main dengannya selama satu minggu”.

“Ho…Ho…Hooo… Sampah cocoknya dinikahkan dengan sampah juga. Serahkan dia pada bibi. Bibi akan menikahkannya dengan orang buangan itu. Tidak akan jadi masalahkan?”.

“Ye…ha…haaa… Bibi ternyata bibi kejam juga. Ingin mengirimnya ke neraka. Baiklah aku setuju. Qian Gong berikan dia pada bibi”. Qian Gong memberikan Qian Qi pada Sun Fangxin.

“Penjaga tolong bawakan benda itu”. Para penjaga membawa Qian Qi. Tidak ada perlawanan dari Qian Qi ia sudah pasrah.

“Urusan bibi di sini sudah selesai. Terserah kalian mau melakukan apa. Bibi pergi dulu”. Sun Fangxin pergi.

“Baiklah Bi. Hati-hati di jalan”.

Sesampainya di depan gerbang. Ada iring-iringan kereta kuda yang menanti mereka.

“Penjaga tolong masukkan benda itu ke kereta barang”. Para penjaga mengantar Qian Qi ke kereta belakang.

“Eh… tunggu dulu. Hhhmmm… Tidak jadi, masukan dia ke keretaku. Barang ini sudah rusak. Jadi tidak apa-apakan jika aku mau bermain-main sebentar dengannya”. Para penjaga memasukkan Qian Qi ke dalam kereta Sun Fangxin.

“Wah kasihan sekali wanita itu, pasti hidupnya akan berakhir. Bermain-main dengan nona Sun Fangxin sama saja dengan masuk ke dalam neraka”. Kerumunan yang menyaksikan ribut.

“Kereta yang lain duluan saja ke kediamanku. Biarkan kereta utama dan para penjaga saja yang ikut perjalanan ini. Aku tidak ingin ada penghambat”.

“Baik Nyonya”.

Setelah semua siap mereka semua berangkat.

Bab 3 - Menikahi Seorang Pangeran

Di dalam kereta kuda Qian Qi hanya duduk terdiam dengan tatapan kosong. Masih dengan pakaian pengantin yang kotor karena terkena darah hitam dari ayahnya. Hidupnya sudah berakhir, ia tidak punya semangat hidup lagi. Sekarang ia hanya sebatang kara. Tidak akan ada yang peduli kepadanya.

Tidak seperti dihadapan banyak orang di dalam kereta kuda Sun Fangxin menunjukan jati dirinya. Ia memeluk erat Qian Qi seperti seorang ibu memeluk anaknya. Ia mengelus-elus rambut dan membersihkan wajah Qian Qi. Ia dapat merasakan detak jantung Qian Qi. Detak jantungnya tidak beraturan kadang cepat kadang pelan selalu berubah-ubah secara signifikan. Menggambarkan perasaannya saat ini.

Sudah beberapa jam Sun Fangxin mencoba menenangkan Qian Qi namun tidak berhasil juga. Akhirnya ia teringat dengan mendiang ibunya Qian Qi yang merupakan sahabatnya. Ia sering melihat ibunya Qian Qi bersenandung di sore hari mendoakan Qian Qi sewaktu kecil. Akhirnya ia mencoba bersenandung dengan lembut.

“Putriku yang baik dan rupawan… Dengarlah ibu berdoa untukmu…”Sun Fangxin bersenandung.

Mendengar senandung Sun Fangxin membuat Qian Qi sadar kembali. Ia membalas pelukan Sun Fangxin dan menangis sejadi-jadinya. Ia menangis cukup lama hingga tidak terasa mereka sudah keluar dari perbatasan kekaisaran Sun. Sun Fangxin melepaskan pelukannya dan menatap mata Qian Qi.

“Qian Qi dengarkan aku baik-baik. Aku tahu kamu sedang dalam keadaan yang tidak karuan. Tapi aku sudah berjanji pada ayah dan ibumu untuk menjagamu ketika mereka telah tiada. Memang terdengar kejam tapi aku akan menikahkanmu dengan seorang pangeran yang diasingkan dari kekaisarannya sendiri. Kamu akan hidup bersama dia dan adiknya di neraka. Jauh ke selatan di area surga para monster dan iblis. Aku ingin kamu mengikuti segala perintahnya, jika tidak kamu akan mati”. Qian Qi tidak menghiraukan perkataan Sun Fangxin.

Sudah ku duga. Wanita ini sama seperti yang lainnya. Lagi-lagi aku diperlakukan seperti barang, hanya untuk bisnis. Bahkan sampai memanfaatkan ayah dan ibu. Raut wajah Qian Qi langsung berubah.

Sun Fangxin tersenyum. “Kamu masih mencurigaiku? Mungkin kamu sudah lupa tapi saat usiamu 2 sampai 3 tahun aku yang mengurusmu. Ayah dan ibumu merupakan sahabat terbaikku”. Sun Fangxin memegang tangan Qian Qi dengan lembut dan mengarahkannya ke sebuah kalung.

Tiba-tiba saja jiwa Qian Qi berpindah ke dalam kalung itu. Qian Qi melihat sebuah padang rumput yang begitu indah dan di tengahnya ada sebuah altar besar seperti tempat tidur. Terdapat orang yang sedang tertidur di atasnya. Sun Fangxin muncul dari belakang Qian Qi. Ia menuntun Qian Qi untuk melihat sosok yang sedang tertidur. Ternyata sosok yang tertidur itu adalah ayahnya.

“A…ayah…!!! Ayah maafkan Qian Qi”. Qian Qi langsung memeluk ayahnya.

“Qian Qi... sedih sih sedih. Tapi jangan terlalu kencang memeluk ayahmu. Aku takut ayahmu kenapa-kenapa”. Qian Qi tersentak sadar.

“Tenang Qian Qi. Ayahmu tidak akan kemana-mana”. Sun Fangxin mengelap air mata Qian Qi dan air mata yang jatuh di wajah Qian Tao.

Melihat Sun Fangxin yang begitu perhatian pada dirinya dan ayahnya. Membuat Qian Qi mulai percaya pada Nyonya Sun Fangxin.

“Nyonya Sun Fangxin kenapa ayah bisa ada di sini? Apakah dia baik-baik saja”.

“Ini hanya jiwa ayahmu Qian Qi. Saat ayahmu wafat aku langsung menangkap jiwanya ke dalam kalung ini. Ini adalah Kalung Giok Jiwa”.

“Kalung Giok Jiwa? bukankah itu hanya sebuah mitos?”.

“Sun Long yang memberikannya padaku. Secara tidak langsung calon suamimu telah menyelamatkan ayahmu. Aku akan menjaga kalung ini sampai kamu siap mendapatkannya atau tubuh bonekanya siap”.

“Tubuh boneka? Tubuh boneka yang ada di toko-toko? Untuk apa Nyonya?”.

“Bukan tubuh boneka yang seperti itu. Melainkan tubuh boneka yang diperkuat. Aku akan meminta Sun Long untuk membuatkan sebuah tubuh boneka agar ayahmu bisa merasukinya. Aku tidak ingin ayahmu kesepian di dalam sini. Aku akan menghidupkannya kembali tapi dalam wujud boneka”.

“Hidup kembali? Jika benar bisa seperti itu, aku akan melakukan segala sesuatu yang Nyonya perintahkan”. Qian Qi sujud kepada Sun Fangxin.

“Ayo kita kembali dulu”. Sun Fangxin menarik tangan Qian Qi dan mereka kembali ke tubuhnya masing-masing.

Nyonya Sun Fangxin memegang pipi Qian Qi dengan lembut. “Kalau saja kamu adalah anakku. Meski kamu bukan anak kandungku, aku sudah menganggapmu seperti anakku sendiri. Tidak perlu sujud seperti itu. Kamu harusnya berterimakasih pada Sun Long aku hanya menggunakan barang-barang yang diberikan olehnya. Aku punya dua permintaan untukmu Qian Qi. Satu buat dirimu bahagia bersama Sun Long. Dua bahagiakanlah Sun Long. Percayalah padaku Sun Long akan menjadi suami terbaik untukmu dan kamu akan menjadi istri terbaik untuknya”.

“Tapi Nyonya aku tidak yakin ia akan menerimaku. Aku sudah tidak suci lagi”. Qian Qi menangis tubuhnya bergetar.

“Maafkan aku. Aku tidak bisa melindungimu dari bajingan itu. Tapi Qian Qi kamu tidak perlu khawatir. Sun Long memiliki hati yang besar ia tidak akan mempermasalahkan hal seperti itu”. Sun Fangxin memeluk Qian Qi.

“Nyonya Sun Fangxin kita sudah sampai”. Seakan-akan kesedihan mampu menelan waktu. Tidak terasa perjalanan 12 jam sudah berlalu.

Wajah Qian Qi sudah mulai berubah. Tidak seperti tatapan kosong sebelumnya kali ini ada sedikit harapan di matanya. Sun Fangxin menggenggam tangan Qian Qi dan menuntunnya keluar dari kereta kuda.

“Ha…ha…haaa… kamu kalah lagi. Sini aku coret lagi mukamu, cepat menunduk”. Sun Long mencoret wajah adiknya dengan arang.

“Kakak curang. Ngeee… Bibi kakak curang”. Dodo Fung langsung mengadu pada bibinya. Qian Qi yang baru turun langsung kaget melihat seorang laki-laki dengan tubuh yang sangat besar berlari ke arah Sun Fangxin.

“Sudahlah Sun Long kamu jangan menjahili adikmu terus. Muka adikmu sampai hitam semua seperti ini”. Sun Fangxin Mengelap muka Dodo Fung.

“Habis bibi lama sekali datangnya kami jadi bosan. Kebetulan kami membawa banyak kelereng jadi kami main kelereng dulu”.

“Sun Long… Sun Long… Badanmu saja yang semakin besar jiwamu tidak berubah sama sekali. Sudah Dodo Fung jangan menangis lagi, kamukan sudah besar. Bibi punya sesuatu untukmu. Selamat ulang tahun yang ke 18. Ini hadiah dari bibi. Lihatlah ini”. Bibi memberikan sebuah boneka berbentuk Iblis singa api.

“Terima kasih bi”. Dodo Fung memeluk Sun Fangxin.

“Bagaimana dia mau tumbuh dewasa kalau setiap tahun bibi kasih dia boneka. Lagi pula ada apa bi? tumben-tumbennya memanggil kami sekarang. Kesepakatannya kita bertemu setiap akhir tahunkan”.

“Memangnya tidak boleh? Bibi sudah kangen dengan keponakan bibi. Terserah bibi mau memanggil kalian kapan saja. Bibi juga membawa hadiah untukmu. Walau ulang tahunmu masih lama karena kita jarang ketemu bibi akan memberikannya sekarang”.

“Bibi… Bibi… Aku sudah bersama Bibi bahkan sejak belum lahir. Tidak perlu disembunyikan lagi. Mata Bibi menggambarkan segalanya. Kemarilah Bi. Bibi sudah menahannya cukup lama”. Sun Fangxin langsung berlari bersipuh memeluk Sun Long.

“Lagi-lagi Bibi gagal menjaga orang-orang yang paling bibi sayangi. Qian Tao telah gugur”. Tangis Sun Fangxin pecah.

Qian Qi yang melihatnya sangat kaget. Ia tidak menyangka dibalik ketegaran dan kedewasaan yang Nyonya Sun Fangxin berikan kepadanya. Ternyata Nyonya Sun Fangxin bisa menangis tersedu-sedu seperti itu. Selain dirinya ternyata masih ada orang yang sangat peduli dengan ayahnya. Nyonya Sun Fangxin tidak berbohong.

Melihat tangis Nyonya Sun Fangxin tiba-tiba saja air mata Qian Qi ikut terjatuh. Air mata sedih dan air mata kebahagiaan menjadi satu. Ternyata ia tidak sendirian lagi. Air mata Nyonya Sun Fangxin benar-benar murni dan jujur.

“Bajingan!!! Kita harus mempercepat segalanya. Dodo Fung kamu dengar sendiri sekarang korbannya adalah Paman Qian Tao. Keluarga kita berkurang satu lagi”.

“Pa…Paman Kuda Kayu tidak mungkin. Paman Kuda Kayu tidak boleh mati, Paman sangat baik. Ngeee…”. Dodo Fung ikutan menangis.

“Dodo Fung kita tidak punya waktu untuk menangis. Kita harus menambah jam kerja kita. Kita harus segera menyelesaikannya”.

“Kalian tidak perlu memaksakan diri. Bibi takut kalian malah sakit. Berkat Kalung Giok Jiwa yang kalian berikan Qian Tao bisa diselamatkan. Bibi ingin kalian membuat tubuh boneka yang cukup kuat agar Qian Tao bisa kita pindahkan dan kekuatannya tidak menurun”.

Qian Qi tiba-tiba bersujud kepada Sun Long. “Terima kasih Pangeran Sun Long berkat  Pangeran ayah bisa diselamatkan. Aku memang tidak punya apa-apa lagi. Tapi aku akan memberikan segalanya untukmu bahkan nyawa sekali pun”.

Sun Long menatap Qian Qi dingin. “Apakah dia Qian Qi Bi?”.

“Benar Sun Long dia adalah Qian Qi”.

“Anak ini tidak berubah sama sekali. Dengan mudahnya bilang akan memberikan segalanya. Kebodohan yang paling murni. Banyak orang yang mengorbankan nyawa untuknya. Tapi si bodoh ini dengan mudahnya bilang seperti itu. dia tidak menghargai usaha kami”. Qian Qi tercengang mendengarnya.

“Sun Long! Kamu terlalu kejam. Kamu harusnya mengerti Qian Qi hanya gadis kota yang berusia 15 tahun. Lagi pula dia tidak tahu apa-apa, Qian Tao tidak pernah memberi tahunya. Mulai sekarang kamu harus lebih baik padanya, karena dia akan menjadi istrimu. Dia akan menjadi milikmu dan kamu akan menjadi miliknya. Dia adalah hadiah yang bibi berikan untuk ulang tahunmu yang ke 22”.

“Maafkan aku Qian Qi. Aku kelepasan”. Sun Long menarik nafas.

“Ti…tidak perlu minta maaf Pangeran. Perkataan Pangeran benar. Aku terlalu bodoh untuk memahami hal itu”.

“Sudahlah kita lupakan saja. Kita harus membahas hal yang lebih penting. Bibi kenapa Bibi ingin aku menikahinya? Aku tidak setuju itu seperti menambah bebanku saja”.

“Karena itu adalah keinginan mendiang ibumu dan mendiang ibunya Qian Qi”.

Mendengar perkataan Sun Fangxin, Sun Long hanya diam dan menggaruk kepalanya. Ia menarik nafasnya dan mengeluarkan sebuah cincin dari bajunya. Dengan lembut dia memegang tangan Qian Qi dan hendak memasukan cincin itu ke jari manisnya. Namun, Qian Qi menarik tangannya.

“Maaf Pangeran. Sebelum itu pangeran harus mengetahui kebenarannya, bahwa aku sudah tidak suci lagi”.

Sun Long menatapnya dingin. “Bahkan kalau kamu adalah batu. Jika ibuku bilang harus menikahimu maka aku akan menikahimu”.

Qian Qi menggigit bibirnya, Air matanya mulai mengalir dan tubuhnya bergetar. Hatinya hancur berkeping-keping. Kali ini ia tidak bimbang lagi. Sudah pasti pernikahannya dengan Sun Long akan menjadi mimpi buruk baginya.

Akhirnya cincin itu terpasang di jari manisnya. Ia melihat cincin itu memang sangat indah dengan batu berlian di sekililingnya, tapi Ia meresakan tekanan yang sangat berat dari jari manisnya.

“Sudah bi nikahkan kami”.

Akhirnya acara pernikahan sudah terlaksana. Sun Long dan Qian Qi sudah sah menjadi suami istri. Pernikahan yang hening di perbatasan selatan kekaisaran Sun. Sun Long menikahinya karena di suruh oleh ibunya dan Qian Qi menikahinya demi ayahnya. Tidak ada rasa cinta di dalam pernikahan ini.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!