NovelToon NovelToon

Istri Kesayangan Tuan Muda Arrogant

1. Menikahi Tuan Muda Kejam

Menikahlah dengan tuan muda Crowel. Hanya itu yang saya inginkan, untuk menebus kesalahanmu.

Perusahaan akan bangkrut! apabila kau menolaknya. Kau hanya perlu bersabar untuk beberapa tahun, meluluhkan hatinya. Dan akan mendapatkan segalanya.

Gadis itu masih tergiang dengan perkataan Alfredo Pratama, tempo hari. Papanya sendiri tega mengorbankan anak gadisnya, demi perusahaan yang sekarang tengah dililit hutang yang terbilang

banyak. Dan hanya pria itu yang dapat membantunya. Menjentikkan jarinya, semuanya akan usai. Vianna Ralista, gadis cantik dan ceria. Namun dibalik semua itu, ada sebuah topeng tebal yang disembunyikan dari semua orang. Via, gadis yang sekarang menginjak umur 21 tahun dipaksa menikah dengan seorang pria yang gadis itu tidak kenal. Via ingin menolak, namun ia tidak memiliki kuasa untuk melakukannya. Via hidup dan bernafas karena sebuah kesalahan. Mama nya meninggal karena melahirkannya, sehingga Alfredo sangat

membencinya sampai saat ini. Via dibesarkan dengan penuh penderitaan.

Namun ujung-ujungnya, Via lah yang berkorban untuk masa depan mereka.

"Bagaimana para saksi?!"

"SAH!!"

Hari ini, acara pernikahan berjalan dengan hikmat dan sialnya sangat lancar. Ini bukan berarti Via tidak

memberontak dari seminggu, sebelum pernikahan dilaksanakan.

Terhitung, sudah lima kali Via melakukan percobaan kabur bahkan nekad untuk terjun dari balkon. Namun anak buah pria dingin dan kejam bahkan

emosional itu berhasil menangkapnya.

Via merendahkan tubuhnya perlahan, ketika pria itu

menjangkau keningnya untuk di kecup. Jantung Via sakit seperti diremas rasanya. Bukan kebahagiaan yang Via rasakan.

Namun rasa sesak yang sedari tadi menghujani hatinya.

Entah setelah ini, nasib Via akan seperti apa. Mungkin belum seminggu tinggal di sana. Via akan

berencana untuk melarikan diri.

Semoga saja rencananya berhasil.

"Selamat, Via. Akhirnya kamu telah resmi menjadi istri Tuan Muda Rayhan."

Rayhan Crowel, nama suaminya itu. Tuan muda yang terkenal dingin dan juga kejam. Bayangkan saja, Via tinggal satu atap dengannya. Tatapan tajam dan aura mistis selalu menyelimuti seluruh ruangan, seakan dia adalah penampakan yang sangat menyeramkan. Bahkan Via lebih baik bertemu dengan hantu ketimbang pria itu.

Via yang sekarang berada di samping suaminya, memutar bola matanya malas, mendengar istri

papanya itu yang tengah mencari muka dan sensasi di hadapan semua orang. Mereka belum tahu saja, betapa berbisanya wanita ular itu.

"Terima kasih, Nyonya .."

" Via sengaja menggantung ucapannya, agar membuat wanita itu geram kepadanya. Berhasil! Vanya Viranda tengah menatapnya nyalang, dengan tangan yang terkepal kuat.

Sampai kapanpun. Hanya almarhumah mamanya yang berhak menyandang gelar nyonya besar di keluarganya. Karena semua harta yang mereka nikmati adalah milik mamanya.

Harta papanya tidak seberapa dan buktinya sekarang, perusahaan hampir bangkrut karena kinerja mereka yang tidak becus. Menghabiskan uang perusahaan demi kesenangan hingga perlahan

menipis. Akhir bulan telah tiba, berlagak seperti orang kesusahan menjadi korban pemerasan.

***

Via menutup kedua pendengarnya ketika Rayhan menarik seprai yang telah dihiasi bunga mawar di atas nya yang tampak indah. Namun sekarang menyisakan kepingan kelopak yang telah hancur dan berserakan di atas lantai marmer.

Rayhan mengamuk di depannya. Pria kejam itu tega

memperlakukan nya seperti sekarang ini. Menghancurkan semua benda, sehingga mengeluarkan bunyi yang sangat nyaring, membuat Via sedari tadi menggelengkan kepalanya, karena

takut.

"Sekarang bersihkan semua ini! Dalam waktu 20 menit, aku akan kembali!"

Brak!

Rayhan melenggang pergi dari hadapan nya. Pria emosional dan juga kejam itu menghempaskan

pintu dengan mengeluarkan semua tenaganya.

Dengan langkah yang tertatih, dan mengangkat gaun pernikahan nya.

Via memungut kepingan vas bunga yang Rayhan hancurkan. Air mata Via menyeluruh, Rayhan sangat jahat kepadanya. Apa salahnya kepada pria kejam itu? seakan dirinya adalah hama harus harus

di tindas dan dimusnahkan.

Via menghela nafas berat dan menyeka air matanya. Setelah semuanya usai, Via melenggang

masuk ke dalam kamar mandi.

****

Rayhan masuk ke dalam kamar mereka. Pria itu menatap objek yang sekarang akan menjadi mangsa nya. Gadis itu tertidur sangatlah nyenyak. Rayhan menjangkau segelas air yang berada di atas nakas.

"Uhuk! Uhuk! Tuan Muda telah kembali?" gumam gadis itu terbatuk karena air yang Rayhan seburkan kepadanya mengenai wajah dan tidak sengaja masuk ke dalam hidungnya, sehingga Via merasakan perih di sana dan terbatuk untuk menghalau semuanya.

"Ganti seprai!"

Via segera bangkit dan menarik seprai itu tanpa banyak bertanya dan segera bertindak. Sprei ia taruh di atas sofa dan menggantikannya dengan yang baru.

"Sudah, Tuan Muda."

Rayhan tidak mengatakan apapun. Membuat Via mengumpat dalam hati. Via merendahkan tubuhnya

dan perlahan mundur sembari memperhatikan gerak gerik Rayhan yang sekarang tengah membuka kemejanya, menyisakan kaos yang ada di dalamnya.

"Siapkan pakaian!"

Jangan bertanya niatan pria itu menikahinya. Tidak untuk diperlakukan dengan baik. Namun hanya sebagai boneka yang ia mainkan sesuka hati.

"Saya telah mengeluarkan uang banyak untuk mu. Jadi bersikaplah sopan kepadaku!"

"Baik, Tuan Muda."

"Keluarlah! aku muak melihat wajahmu. Tidurlah di luar. Tunggu diriku memanggilmu."

Via melebarkan matanya. la terperangah karena dirinya disuruh tidur di luar. Udara malam sangat dingin, mana kuat Via berdiam diri terlalu lama di sana.

"Keluar!" bentaknya. Membuat Via terperanjat kaget.

Via melenggang pergi begitu saja. Membuat Rayhan menatapnya tajam. Via tahu dia telah melakukan suatu kesalahan.

"Maaf Tuan Muda. Saya tidak bermaksud tidak sopan dengan Anda. Saya permisi."

"Pelanggaran pertama yang kau perbuat Vianna Ralista."

Deg! mulut Via kelu rasa nya untuk membela diri. Entah apa yang akan pria itu perbuat kepadanya setelah ini.

"Tidurlah di kamar pembantu!"

Tubuh Via lemas. "Baik, Tuan Muda. Saya permisi."

Via dengan lengan bergetar menekan handle pintu dan segera keluar dari kamar itu.

Rantai telah digembok. Sampai kapanpun, pria itu tidak akan melepaskannya. Bahkan dengan seenaknya menarik ulur rantai itu, membuat hidup Via tercekik dan sakit setiap saatnya.

Akhirnya Via bergegas menuju ke kamar pembantu yang berada di rumah tersebut. Berada di lantai

paling bawah dengan pintu kayu yang sangat sederhana.

Gadis itu menarik napas panjang dan mengetuk pintu tersebut, untuk membangunkan sang pemilik kamar.

Suara pintu terbuka, seorang wanita tua menyambutnya dengan senyuman ramah, seakan telah mengetahui bahwa dirinya akan tidur malam ini di tempat itu.

"Silakan masuk, Nyonya Muda!"

Via menganggukkan kepalanya.

Wanita itu memanggilnya dengan sebutan nyonya muda, namun dirinya bahkan diperlakukan seperti seorang pekerja di rumah suaminya ini.

"Panggil Via aja, Bik. Kita sama."

Via menatap wanita tua itu setelah duduk di tepi ranjang dan memberikan senyuman tipis.

"Tuan Muda yang memberikan perintah kepada kami."

Bahkan Via terlihat bingung dengan perkataan wanita tua itu.

Jadi tuan muda kejam itu yang memberikan perintah? Sangatlah tidak masuk akal. Ketika Via ingin kembali bersuara.

Wanita tua itu langsung membuat dirinya terdiam lama, bahkan dengan pikiran yang mulai detik itu tidak akan tenang.

"Tuan muda sebenarnya baik. Jadi, Nyonya Muda hanya perlu berusaha keras, menjadi istri yang

patuh."

"'Siapa juga yang ingin menjadi istri yang patuh dari tuan muda kejam sepertinya, batin Via dengan ekspresi yang disembunyikan.

2. Gadis Pembangkang Prang!

Via terperanjat kaget ketika masakannya, sudah berada di atas lantai dengan belingan piring yang

berserakan dan terlihat tidak enak dipandang.

"Siapa yang menyuruh wanita ini memasak?!" bentak Rayhan kepada semua para pembantu yang sekarang berdiri di hadapannya menunduk tidak berani bersuara.

"Aku yang memaksa, Tuan. Jangan marah kepada mereka," kata Via menangkup kedua tangannya, di

depan Rayhan. Via berdiri dengan wajah tertunduk, merasakan getaran di lututnya, karena sangat takut.

Tugasmu melayaniku, tidak mengurusi rumah ini!"

"Baik Tuan Muda. Maafkan kesalahanku."

Rayhan bangkit dan melenggang pergi dari tempatnya. Diikuti oleh sekretaris dan asistennya itu.

Via menghela nafas lega, ketika mereka telah pergi. Bibi tua mendekatinya dan mengelus bahu Via dengan sangat lembut.

"Sabar ya, Nyonya. Tuan Muda memang seperti itu. Nyonya harus kuat tinggal di rumah ini."

"Iya, Bibi Tua. Ini juga salah saya."

***

Via segera berangkat ke kampus setelah menyelesaikan pekerjaannya. Syukur pria kejam

itu tidak ingin ikut campur dengan hidupnya. Intinya semua tugasnya telah selesai, maka Via bebas

kemanapun. Namun tetap dikawal oleh orang kepercayaan tuan muda itu.

"Saya naik ojek saja. Kalian bisa membuntuti dari belakang." Mereka berdua saling memandang dan mengangguk. Tugas mereka hanya mengawasi bukan melindungi gadis itu.

"Ayo, Pak. Saya sudah telat ini. Ngebut saja!" Dengan nafas tersengal Via memasang helm dan menepuk bahu pria paruh baya itu, agar memacu motornya lebih kencang.

"Baik, Mbak."

"Bapak lewat jalan pintas saja, yang hanya bisa dilewati oleh motor. Soalnya saya mau menghindari mobil itu."

"Kenapa memangnya, Mbak?"

"Saya bayar lebih, deh. Cepetan makanya!"

Via meneggok ke belakang. Mobil itu telah berada sedikit jauh dari mereka. Ini kesempatan untuknya.

Motor masuk ke dalam sebuah perkampungan yang terlihat sedikit kumuh. Via menyeringai, kala memperhatikan mobil utusan suaminya itu tidak bisa masuk. Via bersorak ria dan melambaikan

tangannya selamat tinggal.

"Good bye."

****

"Bagaimana sih, Mbak. Katanya mau bayar lebih. Kok cuman sedikit."

"Kan itu sudah lebih 10 ribu, Pak. Bapak mau nya berapa emang? Jangan korupsi deh. Nanti saya kasih bintang satu loh," ancam Via berkacak pinggang.

"Oke, kasih bintang 5 dan jangan

lupa komennya. Bank jaket hijau hebat dan cepat."

"Oke-oke," balas Via mengangkat dua jempolnya.

Via segera berlari masuk ke dalam kampusnya. Telat 10 menit tidak apa-apa kan? Ah! mana dosennya galak lagi. Jangankan 10 menit hanya 1 menit saja ia akan mendapatkan penurunan nilai.

Via masuk mengendap-endap ketika dosen wanita itu berbalik dan menulis di papan tulis.

Sahabatnya yang bernama Mira satu partner nya menaruh tas nya dan mengeser kursi yang ia telah

sisakan untuk Via.

"Lo kemana aja, sih?" bisik Mira.

"Nanti gue ceritain ke lo semuanya."

Oke-oke."

Dosen wanita itu berbalik dan memicingkan matanya ketika melihat keberadaan Via yang tiba-tiba telah duduk rapi di dekat Mira dan mencatat apa yang telah di paparkan di papan tulis.

"Kapan kamu masuk, Via?" Deg! tubuh Via menegang kala menjadi pusat perhatian teman-teman yang sekarang memperhatikannya dengan wajah penasaran. Via nyengir dan melepaskan pulpennya, siap untuk merangkai kata-kata indah untuk beralasan.

****

Gadis pembangkang!" ujar Rayhan mengepalkan tangannya, ketika mendengar anak buah yang ia ditugaskan untuk mengawasi Via, setiap ingin keluar rumah melapor kepadanya.

"Saya yakin, Nyonya Via tidak akan berani kabur dari Anda, Tuan Muda."

Tidak berani kabur? gadis bodoh itu sangat pembangkang. Bahkan sebelum menikah telah melakukan percobaan bunuh diri di depannya. Ingin sekali Rayhan membantunya dan mendorong Via

dari atas balkon agar gadis itu langsung mati.

Namun itu belum kesampaian. Karena gadis itu hanya berpura-pura dan ingin mengertak semua orang. Dan berakhir gagal. Siapa juga yang akan

mengeluarkan air mata menangisinya. Rayhan tahu, Via hidup menderita di rumahnya. Walaupun Via mati. Maka semua harta Anjani akan jatuh ke tangan

orang yang masih hidup. Jadi mati sia-sia hanya akan membuat mereka berbahagia menyambut

pemakaman nya.

"Jangan sampai Via, menguasai harta itu."

"Baik Tuan Muda. Tuan Alfredo tengah mengurus semua dokumen penting perusahaan."

"Baik Alfredo dan gadis bodoh itu!!"

Dengan tatapan tajam dan aura yang kelam. Rayhan menyeringai dengan mengetuk jarinya di atas meja, menimbulkan suara yang memecahkan kesunyian dan ketegangan di ruangan yang didominasi oleh warna abu dan hitam tersebut.

"Aku ingin mereka menderita. Kamu paham, Glen?"

"Baik, Tuan Muda. Beri saya waktu satu jam untuk mengatasi semuanya."

****

Via menekan handle pintu sebuah ruangan yang berada di rumah itu. Sepertinya ruangan kerja.

"Duduk!" tegas Rayhan dingin.

"Dimana?" Via masih berdiri mematung tidak memenuhi perintah Rayhan. Soalnya kursi di depannya sangatlah banyak. Glen yang tidak ingin gadis itu bertindak bodoh langsung melangkah dan

menggeser salah satu kursi ke belakang.

"Silahkan duduk, Nyonya."

"Terima kasih. Jangan memanggilku dengan sebutan itu Tuan. Saya bukan Nyonya besar soalnya. Tidak enak." Via tersenyum canggung.

Rayhan mengeram mendengarnya. Berani sekali gadis ini berbicara di depannya tanpa diperintah.

"Sebaiknya Anda diam, Nyonya!" Glen berdiri di samping Rayhan.

Via menunduk kala Rayhan memperhatikannya dengan tatapan menusuk ingin membunuhnya sekarang juga.

"Apa yang kau lakukan? ingin mencoba bermain-main?!"

"Tidak, Tuan Muda."

"Kau telah melanggar peraturan!"

Via segera mengangkat wajahnya tidak terima, membuat Glen memperhatikan Via dengan intens.

Berani sekali gadis itu membangkang kembali.

"Kata Tuan, tidak mengurusi dan mencampuri urusan pribadi setelah semua pekerjaan telah selesai."

"Memang benar. Tapi kau ingin kabur dan mengelabuhi anak buahku."

Via menggeleng kepalanya, "Tidak Tuan. Aku terlambat, makanya lewat sana."

"Diamlah! banyak alasan!"

Via mengulum bibirnya. Ini salah itu salah. Hidup di dunia ini serba salah. Via ingin gila rasanya.

"Jangan menggerutu di dalam hati!"

"Iya, Tuan Muda. Jadi sudah selesai, kan?"

"Kau berani memerintah ku?!"

"Bukan seperti itu, Tuan. Aku ingin belajar karena tugas menumpuk. Kalau aku bodoh bagaimana? Tuan Muda ingin tanggung jawab?!"

Mungkin hari pertama menikah. Via akan manuruti semua perintah Rayhan. Namun sekarang, Via memiliki siasat tak kasat mata. Agar Reyhan segera membuangnya.

"Glen! bakar semua buku-buku gadis ini! Biarkan dia hidup dalam kebodohan!"

Astaga! Via melototkan matanya hampir keluar. Via ingin sekali meninju wajah Rayhan, namun ia

harus sabar dan akan memohon ampunan.

"Tuan Muda, aku mohon jangan melakukannya! aku tidak memiliki banyak uang untuk membeli nya

kembali."

Rayhan tidak peduli. Bahkan Via terdorong ketika Via ingin menyentuhnya. Rayhan tidak menyukai sentuhan apapun dari seorang wanita. Walaupun itu

istrinya sendiri.

"Glen! cepat usir gadis ini dan segera laksanakan perintah ku!"

3. Hukuman Untuk Gadis Nakal

Jangan sebut dia tuan muda kalau tidak membuat hati Via terbakar seperti sekarang ini. Api berkobar

di depan Via, menghembuskan panas yang menyejukkan di malam hari. Untung Glen berbaik hati menyelamatkan tumpukan buku-buku nya.

"Terimakasih, Glen. Saya berhutang budi padamu."

"Tuan muda yang memerintah!" ujar Glen meninggalkan Via yang sekarang mematung mendengarnya. Jangan bilang, pria itu membatalkan perintahnya? Via segera bergegas masuk ke dalam. Namun tiba-tiba lututnya lemas membayangkan hukuman selanjutnya.

"Nyonya, Tuan muda menyuruh Anda, menemuinya di kamar."

Deg! debaran jantung Via sudah bertalu-talu karena ketakutan. Via mengeratkan pegangan tangannya

di tumpukan buku-buku yang ia bawa.

"Terima kasih Bibi Tua."

"Sama-sama, Nyonya. Saya permisi!"

Via mengulas senyuman, namun ia tidak bisa menyembunyikan mimik wajahnya ketika mendengarkan semua itu.

Apa yang Via tunggu? Dia langsung bergegas menaiki anak tangga dan masuk ke dalam kamar pria itu. Sebelum semua apapun yang Via miliki dibakar.

****

"Ambilkan air minum!"

"Bukannya air minum berada disampingnya? tinggal

menjangkaunya sedikit, dia telah bisa meneguknya sampai kandas."

"Air minum!" Via segera mengambilnya dan menyodorkan di depan Rayhan, yang sekarang matanya tertuju ke depan laptop.

"Apa yang kau lihat?!" Via tersentak, kala ia ketahuan sedikit mengintip pekerjaan suaminya. Dia hanya penasaran saja melihat diagram kenaikan perusahaan suaminya yang sangat terlihat fantastis. Dari beberapa bulan terakhir.

"Jangan membandingkannya dengan perusahaan Alfredo."

"Maksud Tuan Muda bagaimana?" tanya Via bingung. Perasaan dia tidak pernah mengatakan apapun.

"Ambillah!" Dengan malas, Via mengambil gelas yang sudah terisi setengah dan menaruhnya di atas nakas.

Namun ia tidak sengaja membuat gelas itu oleng karena tidak fokus berakhir terjatuh dan mengenai

baju tidur Rayhan.

"APA YANG KAU LAKUKAN GADIS BODOH?!"

Via terperanjat kaget. Gadis itu segera menyambar tisu dan ingin membersihkan baju tidur suaminya. Namun Rayhan langsung menepis kasar tangannya, hingga membuat Via tersentak dan menarik dirinya mundur dua langkah.

"Kau sengaja melakukannya?!" Via segera menggelengkan kepalanya dan khawatir. Takut Rayhan bertindak kasar kepadanya.

"Maaf, Tuan Muda. Aku ..."

"Lepas bajumu!" perintahnya membuat jantung Via berdetak kencang. Jangan-jangan, Rayhan akan menyuruhnya untuk ... melakukan hal yang tidak diinginkan.

"Apa yang kau pikirkan?!"

Via segera menggelengkan kepalanya, "Tidak ada Tuan. Saya akan mengambil beberapa tisu untuk membersihkan nya."

"Kau menentangku?" Rayhan yang sekarang sudah berdiri dengan tegak mengeram. Menmbuat Via segera memenuhi tugasnya.

Rayhan tersenyum miring, karena perintahnya dipatuhi dengan baik.

"Bersihkan!" Reyhan menunggu di belakang gadis itu.

Dengan ragu, Via membuka perlahan kancing kemejanya. Sebenarnya Via memakai tanktop, namun ia malu.

Reyhan memperhatikan bokong mulus gadis itu, ketika membungkuk membersihkan tempat tidur yang terciprat air.

Lama Reyhan memperhatikan, sampai Via selesai dengan tugasnya. Bahkan mengelap lantai dengan kemejanya.

"Sudah Tuan Muda."

Via berbalik dan sedikit menundukkan tubuhnya.

Membuat Rayhan tidak suka pemandangan itu.

"Giliran bajuku!!"

"Tapi, sebaiknya Anda menggantinya Tuan Muda. Saya akan ....

"Kau berani memerintahku?!"

Via mengatupkan mulutnya. Bukan seperti itu, namun Via tidak nyaman dengan hanya menggunakan tangtop berhadapan dengan pria yang walaupun suaminya sendiri.

Tubuh Via sedikit menggigil karena AC ruangan menerpa kulit lehernya. Via melangkah dan menyambar tisu di atas nakas beberapa lembar dan segera mendekati Rayhan.

Dengan ragu, Via membersihkan baju tidur Rayhan dengan sangat telaten. Namun yang membuat Via

heran adalah, Rayhan tidak bereaksi apapun. Membuatnya semakin ketakutan.

Jangan-jangan, suaminya tidak menyukai wanita. Dan menyukai sesamannya? Astaga! Via segera

menggelengkan kepalanya. Hampir tidak sengaja menekan tubuh Rayhan, membuat pria itu mendorongnya dengan kasar.

"Tuan Muda," jerit Via karena terkejut dengan dorongan kasar Rayhan membuat tubuhnya kebas seperti hampir terjungkal.

Rayhan segera melangkahkan kakinya menyambar handuk dan masuk ke dalam kamar mandi.

Meninggalkan Via yang sekarang terpaku melihatnya dengan menggenggam tisu yang berada di tangannya.

"Dasar pria aneh. Begitu saja marah, huh."

Lama Via menunggu akhirnya Rayhan keluar dari kamar mandi. Syukur pria itu tidak memakai handuk. Bisa pingsan Via melihatnya.

"Kau berniat menggoda ku?!"

Rayhan menatap tajam Via, yang sekarang melongo mendengarnya. Siapa yang mau menggoda pria seperti dia. Jangankan menggoda, lama-lama dengannya saja, membuat Via muak.

"Kau tidur di sini!!" perintahnya dengan gamblang tanpa beban. Membuat tubuh Via ingin ambruk rasanya.

"Tapi, Tuan Muda. Saya tidak bisa tidur berdua dengan Tuan Muda."

Rayhan menatapnya dengan datar. "Siapa yang menyuruh mu tidur denganku?!"

"Bukannya tadi, Tuan Muda menyuruh saya untuk tidur di sana?" Via dengan berani menyentuh ujung tempat tidur.

"Di sofa!" perintah Rayhan. Pria itu sudah mulai berbaring.

Via melirik sofa yang berada di belakangnya. Lumayan lebar dan muat untuk tubuhnya. Oke! Via

akan tidur di sana. Via hendak berbalik namun, Reyhan kembali memanggil.

"Selimut!"

Via dengan menahan nafas di dadanya, mengambil selimut di bawah pria itu dan segera menyelimutinya sampai atas dada.

"Matikan lampu dan jangan berisik."

Via mengulas senyuman dan mengangguk. Via bernafas lega kala melihat Rayhan telah mulai terlelap. Namun ia tidak sengaja memperhatikan wajah tampan itu, menyuguhkan pemandangan karya Tuhan yang yang sangat indah. Rayhan sangatlah tampan. Membuat Via tertegun dan lama

menatapnya. Hingga lupa bahwa kakinya seperti kesemutan karena lama berdiri sedari tadi.

'Andai dia suami yang baik. Pasti aku adalah wanita paling beruntung di dunia ini. Mendapatkan suami yang kaya raya dan juga seperti dewa Yunani dengan pahatan hampir sempurna.'

"Sudah puas menatapku?!"

Mata itu kembali terbuka. Membuat Via tersentak dan segera berlari kecil mematikan lampu.

"Selamat malam, Tuan Muda. Maafkan atas kelancangan saya."

Via menangkap bayangan samar pria itu tidak menyahut ucapannya. Via bernafas lega dan segera tidur di sofa. Sebelum pria itu memerintahnya kembali.

Kapan ia tidur kalau seperti itu? Via mencoba memejamkan matanya. Namun kenapa, wajah Rayhan selalu terbayang di benaknya. Astaga! tidak boleh. Dia memang tampan tapi kelakuannya itu selalu membuatnya darah tinggi.

****

Di tengah malam. Via menyibak selimut karena ia harus menyelesaikan tugas alam. Via bergegas ke kamar mandi tanpa menyalakan lampu.

Via mengerjapkan matanya berulang kali, karena nyawanya belum sepenuhnya terkumpul.

Suara keran menyala membuat Via merinding. "Tuan Muda?" panggil Via pelan.

Semakin Via ketakutan. Maka adrenalinnya semakin terpacu karena penasaran. Via mendekat ke arah sumber suara. Namun sebuah tangan besar tiba-tiba melingkar di pinggangnya dan menghempaskannya ke tembok.

Via meringis merasakan tubuhnya sakit sekali.

"Setelah mengagumi wajahku. Sekarang kau berniat mendalami nya?" bisik Rayhan sensual membuat tubuh Via menegang hebat.

Via memejamkan matanya dan tubuhnya terdorong dengan kasar untuk kesekian kalinya. Rayhan akhirnya pergi meninggalkannya.

"Apa yang dia katakan barusan?" Gumam Via tanpa sadar hingga membuat sekujur tubuhnya merinding.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!