NovelToon NovelToon

Hutan GHAIB

Berkemah

Rasa bosan karena tidak mempunyai kegiatan menyelimuti Aldi, seorang pemuda yang baru saja menyelesaikan pendidikan SMK nya.

Tidak dapat dirinya pungkiri bahwasanya mendapatkan sebuah pekerjaan itu bukan lah hal yang mudah.

Bukan hanya dirinya saja, teman-teman sebaya nya pun bernasib sama seperti dirinya yang susah mendapatkan sebuah pekerjaan.

Seperti Devi, Gilang dan Aditia. Teman sebaya nya yang juga baru saja selesai dengan masa pendidikan SMK nya, sama hal nya dengan Aldi.

Ke empat pemuda itu bukan hanya berteman saat di sekolah saja, kampung halaman yang sama membuat mereka ber-empat tidak terpecah, meskipun setelah lulus dari sekolah.

Seperti saat ini. Ke empat pemuda itu sedang berkumpul bersama. Dengan beberapa gelas kopi dan rokok sebagai teman mengobrol nya.

Aldi, sudah merasa tidak tahan lagi dengan keseharian nya yang hanya begini-begini saja.

Kemudian Aldi berdiri dan memberikan sebuah usulan kepada teman-teman yang lain.

"Apa kalian tidak bosan, setiap hari seperti ini saja." Pertama-tama Aldi melontarkan sebuah pertanyaan.

Devi, Gilang dan Aditia secara bersamaan menatap Aldi dan mengatakan bahwa mereka sebenarnya merasa bosan, bahkan sangat jenuh.

Ke empat nya berlanjut berdiskusi, mendiskusi kan sebuah kegiatan untuk mengisi waktu luang nya.

Dan tiba lah pada satu usulan dari Aldi yang membuat ketiga teman nya, serentak menyetujui usulan tersebut.

Berkemah di kaki gunung.

...***...

...Aldi POV...

Jenuh sekali rasanya menjalani keseharian yang hanya begini-begini saja.

Aku sudah berusaha hampir setiap hari memasukan lamaran pekerjaan ke setiap tempat yang telah aku datangi, namun sampai saat ini. Tidak ada satu panggilan pun padaku untuk melakukan interview.

Ya sudah lah, mungkin memang belum waktu nya saja untuk aku bisa bekerja. Setidak nya aku selalu mengusahakan nya, walaupun belum ada hasil nya hingga saat ini.

Rasa bosan benar-benar telah menyelimuti diriku, dan ketiga teman ku yang lain. Devi, Gilan dan Aditia yang sama-sama belum mempunyai pekerjaan setelah lulus dari sekolah.

Hingga tiba pada waktu dimana aku sudah tidak tahan lagi dengan kebosanan ini. Aku butuh hal baru, selain keseharian ku saat ini.

Aku butuh menyegarkan mata dan pikiran ku.

Dan tiba lah pada hari dimana aku memberi usulan kepada ketiga teman ku, untuk mengadakan perkemahan di kaki gunung yang letak nya memang tidak terlalu jauh dari perkampungan.

Ketiga teman ku terlihat bersemangat dengan usulan itu. Hingga tidak butuh waktu yang lama, kami semua sepakat akan melakukan perkemahan besok hari, dan mulai mempersiapkan segala sesuatu yang akan kami bawa mulai dari sekarang.

...***...

Hari perkemahan.

Aldi berjalan menyusuri jalan setapak, dengan sebuah carrier ukuran 30L bertengker di punggung nya.

Karna sehari-hari Aldi tidak mempunyai kegiatan, berjalan dari rumah menuju ujung kampung nya membuat nya cukup kelelahan.

Ditambah lagi sinar matahari yang perlahan-lahan mulai naik, membuat dirinya cukup berkeringat.

Sampai nya di titik berkumpul yang telah di sepakati sebelum nya dengan ketiga teman nya, ternyata Aldi menjadi orang pertama yang sampai.

Aldi langsung terduduk sambil melepaskan carrier nya.

Sejenak, Aldi melihat jam di handphone nya, yang kini telah menunjukan pukul 7.30. Ada sedikit rasa kesal dalam hati nya, karna teman-teman nya itu di anggap Aldi ngaret.

Waktu yang telah di sepakati telah terlewat, yang seharus nya pukul 7 pagi tepat mereka semua sudah berkumpul di titik Aldi berada saat ini.

Tidak berselang lama, dua teman Aldi terlihat berjalan mendekati dirinya.

Aditia dan Devi terlihat berteriak, sambil melambaikan tangan nya ke arah Aldi.

Kini sudah ada tiga orang di titik kumpul, hanya tinggal menunggu Devi saja datang. Yang barusan memberi kabar pada Aldi bahwa dirinya sedikit telat, karna harus membantu ibu nya terlebih dahulu.

...Devi POV...

Sambil berjalan menyusuri jalanan setapak ini aku bersenandung ria, dengan suara yang tidak kecil dan tidak terlalu keras juga.

Sengaja aku melakukan hal itu untuk membuat perjalanan ku tidak terasa melelahkan, terlebih lagi aku yang jarang sekali bangun di pagi hari, membuatku cukup berkeringat dengan terpaan sinar mentari pagi.

Dari kejauhan terlihat ketiga teman ku telah berada di titik kumpul yang telah kami sepakati sebelum nya.

Terlihat wajah ketiga teman ku itu terlihat sedikit kesal, karna mungkin aku sudah telat hampir 1 jam. Dari waktu yang telah di tentukan.

Benar saja, saat aku sampai aku langsung mendapat omelan dari Aldi. Aku hanya bisa cengengesan saja meminta maaf.

...***...

Kini semua nya telah berada di titik kumpul, tidak ada yang di tunggu lagi. Tinggal langsung melanjutkan perjalanan mencari tempat yang strategis di kaki gunung untuk mendirikan tenda.

Aldi dan ketiga sahabat nya mulai berjalan kembali, menyusuri sisa jalan setapak yang menghubungkan ujung desa dengan hutan.

40 menit berlalu, waktu sudah hampir pukul 9. Ke empat nya memutuskan untuk beristirahat sejenak.

Carrier yang sedaritadi mereka gendong kini di lepaskan, Devi dan Aldi mulai mengeluarkan beberapa alat, seperti nesting dan kompor gas kecil.

Sementara Aditia dan Gilang mengeluarkan beberapa jenis makanan ringan, untuk sarapan mereka.

Gilang dan Devi bertugas memasang flysheet, sedangkan Aldi bertugas memasak.

...***...

Aditia berjalan sendiri dengan membawa beberapa botol air mineral kosong berukuran 1,5L di tangan nya.

Menyusuri pinggiran hutan, Aditia berniat mengambil air dari saluran pipa yang menjadi sumber air bersih pada kampung nya.

Entah kenapa, rasanya seperti ada sesuatu atau seseorang yang sedang memperhatikan nya dari kejauhan.

Aditia berhenti sejenak, mengedarkan pandangan nya kesegala arah.

"Mungkin hanya perasaanku saja." Batin Aditia setelah tidak menemukan ada sesuatu atau seseorang berada di sekitar nya.

Aditia kembali berjalan, semakin masuk kedalam. Hingga sampai pada tempat dimana dirinya telah sampai di sumber air yang

menjadi tujuan nya.

"Pssstt..."

Ada suara seperti seseorang berdesis.

Aditia menoleh, tidak ada apapun yang dia temukan.

"Psssst.."

Suara itu terdengar kembali.

"Woy siapa tuh, jangan iseng." Aditia berteriak, merasa kesal karna menurut nya saat ini ada seseorang yang sedang mengerjai nya.

Sunyi. Tidak ada suara apapun selain gemericik air, dan burung-burung yang terkadang terdengar bersahutan.

Tengkuk nya tiba-tiba terasa sedikit hangat, seperti ada seseorang yang berdiri di belakang nya dan bernafas tepat di leher nya.

Aditia mengusap tengkuk nya dan buru-buru menutup semua botol yang telah terisi penuh oleh air.

Dengan berjalan sedikit cepat, akhirnya Aditia kini telah sampai kembali kepada teman-teman nya.

Nafas nya tersenggal-senggal, kaki nya terasa lemas karna harus berlari cukup jauh.

Aldi dan kedua teman yang lain nya menatap Aditia dengan penuh keheranan.

Apa yang terjadi kepada Aditia sehingga dirinya harus berlari, apa yang di lihat nya di dalam hutan?

Hari pertama - Awal tersesat.

...Aditia POV...

Entah perasaan ku saja atau hal itu memang nyata, aku tidak dapat berfikir dengan kepala dingin saat ini.

Dalam hutan sana, ada sesuatu yang memperhatikan ku dan aku tidak tahu apa itu.

Saat selesai mengambil air tadi, tiba tiba saja tengkuk ku terasa hangat seperti ada seseorang yang berdiri di belakang ku dan bernafas tepat di tengkuk ku.

Aku yang reflek memutar tubuh ku karna merasakan hal itu tidak menemukan ada apa-apa di belakang ku.

Suasana sunyi. Hanya terdengar gemericik air dan burung burung yang bersahutan.

Dengan cepat-cepat aku segera menutup botol air mineral yang telah terisi penuh, entah kenapa perasaan ku menjadi tidak enak. Padahal ini masih berada di pinggiran hutan, belum masuk kedalam.

Pada awal nya aku mencoba untuk berjalan santai, seperti biasanya. Dan menepis semua pikiran negative ku, karna hari masih pagi.

Namun sesaat kemudian ada sesuatu yang membuat ku mau tidak mau harus mempercepat langkah ku, sampai aku berlari.

Dibalik sebuah pohon yang berukuran besar dan menjulang tinggi, seperti ada sebuah mata yang melihat tepat ke arah ku.

Aku sempat berdiam diri selama beberapa saat, memperhatikan sesuatu di balik pohon yang terlihat seperti mata itu.

Apa aku berhalusinasi, aku tidak tahu. Yang jelas mata itu berkedip dan seketika membuat darah ku terasa panas karna ketakutan, hingga membuatku harus berlari.

...***...

Waktu hampir menjelang tengah hari, rencana untuk berisitrahat hanya selama beberapa saat ternyata hanya sebuah wacana saja.

Fakta nya Aldi dan ketiga teman nya masih bersantai-santai di tempat yang sama. Tempat dimana pertama kali mereka berhenti dan membuka nesting untuk membuat sarapan.

Gilang yang menyadari waktu telah semakin siang mengatakan untuk segera berkemas kembali, untuk segera melanjutkan perjalanan mereka.

Aldi dan kedua nya langsung berbagi tugas untuk mengemas kembali semua peratan mereka.

Dalam perjalanan, Aldi merasakan ada sesuatu yang berbeda dengan hutan ini. Rasanya mereka seperti sudah berjalan sangat jauh sekali masuk kedalam hutan. Mengingat jalan setapak yang semakin sempit dan merapat. Padahal baru sekitar 15 menit saja mereka kembali berjalan.

Aldi yang berada di depan merasa heran dan menghentikan langkah nya, membuat ketiga teman di belakang nya bertanya hal apa yang membuat Aldi berhenti.

Aldi berbalik badan, menghadap teman-teman nya. "Apa kalian merasakan ada sesuatu yang aneh?" Tanya Aldi.

Ketiga teman nya kompak menjawab tidak ada sesuatu hal yang aneh, dan menyuruh Aldi untuk segera kembali berjalan.

Akhirnya Aldi kembali berjalan, menyusuri jalanan setapak yang semakin terasa semakin kecil dan sempit. Hingga setelah beberapa saat Aldi kembali berhenti, mematung menghadap kedepan.

"Ada apa lagi?" Tanya Devi yang berada di belakang nya.

Aldi tidak menjawab, masih terdiam.

Gilang dan Aditia sedikit berbelok, menghampiri Aldi dari samping.

Gilang dan Aditia yang mengikuti arah pandangan Aldi tiba-tiba ikut teridam mematung.

...Aldi POV...

Aku sedikit merasa tidak percaya dengan apa yang aku lihat saat ini, jalanan setapak ini hilang. Dan aku berdiri tepat di ujung jalan.

Tidak ada lagi jalanan setapak di depan ku, semua hanya rumput dan ilalang yang cukup tinggi.

Aku memang jarang sekali memasuki hutan ini, tapi aku sangat yakin bahwa tidak seharus nya jalanan setapak ini berhenti di tempatku berdiri saat ini.

Aku memutar badan ku saat Devi terus menerus menepuk pundak ku, dan terjadi hal lain yang membuat ku lebih kaget lagi.

Jalanan itu hilang. Sama sekali tidak ada jalan setapak di hadapan ku. Hanya rumput liar dan ilalang yang sudah meninggi, seperti apa yang aku lihat di ujung jalan.

"Dev.." Panggil ku pelan. Devi dan kedua teman ku terlihat heran menatap ku, belum menyadari apa yang sedang terjadi saat ini.

Hingga aku mengangkat tangan ku, dan menunjuk kebelakang mereka.

...***...

Hal yang aneh telah terjadi kepada ke empat pemuda ini. Tidak ada jalanan setapak yang telah mereka lewati.

Bahkan saat ini, mereka semua berada di atas rerumputan.

Devi, Gilang dan Aditia yang baru menyadari nya seketika panik dan memutar pandangan ke segala arah.

"Apa yang terjadi.." Devi terlihat kebingungan, begitupun dengan yang lain.

Gilang yang sedari tadi tidak banyak bicara memberi usulan kepada teman-teman nya, untuk tetap tenang dan kembali menyusuri jalanan kebelakang.

Semua nya setuju dengan usul dari Gilang, ke empat nya berbalik arah dan kembali berjalan kebelakang. Menyusuri rerumputan yang bahkan saat mereka berjalan di awal tadi sama sekali tidak ada.

Kini Gilang berada di barisan paling depan, sedangkan Devi tepat di belakang nya di susul oleh Aditia dan Aldi yang berjalan paling belakang.

Cukup lama ke empat nya kembali berjalan, namun semua nya sama sekali tidak menemukan jalan setapak yang di awal menjadi pengarah jalan mereka semua.

Hingga kini giliran Gilang yang menghentikan langkah nya secara tiba-tiba.

"Tidak mungkin.." Gumam Gilang.

Serentak ketiga teman nya yang lain juga ikut berhenti. Dan saat itu lah mereka semua baru menyadari, bahwa mereka semua kini seperti ada di tengah hutan yang semua pepohonan nya menjulang tinggi dan besar.

Ke empat nya berhenti dan terheran heran. Bagaimana bisa jadi seperti ini, padahal mereka berniat kembali kebelakang namun yang ada di hadapan mereka kini adalah pepohonan tinggi dan besar.

Gilang melihat kompas yang di pegang nya sedari tadi. Arah yang mereka semua tuju sama sekali tidak salah. Ini adalah arah yang benar.

...Aldi POV...

bagaimana bisa seperti ini, kini jalanan yang kami cari sama sekali tidak ada. Rasanya aneh sekali, karna bukan nya keluar dari hutan kini kami semua malah seperti ada di tengah-tengah hutan.

Sudah jelas, ada sesuatu yang tidak beres saat ini menimpa kami.

Ini sangat aneh dan di luar nalar, terlebih lagi kini tidak ada sinar matahari masuk kedalam hutan karna tertutupi oleh rindang nya pepohonan yang cukup rapat.

Aku ingin mencoba untuk tetap tenang dan tidak panik saat ini, tapi semua itu sulit ku lakukan karna aku memang sangat panik saat ini.

Apa yang sedang terjadi kepada kami saat ini.

Aku rasa ini bukan halusinasi ku, karna semua teman ku juga merasakan hal yang yang sama.

...***...

Bingung dan panik, itu lah saat ini yang Aldi dan ketiga teman nya rasakan dengan keadaan saat ini yang membuat mereka semua merasa kebingungan.

Berada di tengah-tengah hutan yang entah ada di mana, dengan pencahayaan yang minim karna sinar matahari seperti tidak dapat menembus rindang nya pepohonan disini.

"Tunggu, jangan ada yang berjalan. Kita istirahat dulu disini." Usul Aldi.

Ketiga teman nya mengangguk lalu duduk bersila, membuat sebuah lingkaran di antara mereka.

"Sudah ku bilang di awal tadi, ada sesuatu yang aneh. Kalian tidak percaya.." Gumam Aldi sambil meneguk sedikit air.

Ketiga teman nya hanya diam saja, tidak dapat menjawab perkataan Aldi karna memang sebelum nya mereka bertiga tidak merasakan ada seuatu hal yang aneh.

Seperti yang Aldi ucapkan.

Gelap Gulita.

Plysheet kembali di bentangkan, Aldi dan ketiga teman nya memutuskan untuk makan kembali, karna sarapan tadi tidak mampu bertahan lagi dalam perut mereka masing-masing.

Ke empat nya sempat berdisikusi sebentar sebelum mulai menyalakan kompor. Mendiskusikan apa yang akan mereka buat terlebih dahulu.

Dan ke empat nya sepakat untuk memasak air telebih dahulu, untuk menyeduh kopi. Hingga saat dimana mereka menunggu masakan matang, ada kopi yang menemani.

Tidak membutuhkan waktu yang lama, hanya sekitar 10 menit saja air telah mendidih.

Aldi memindahkan air mendidih itu kesamping, berbagi tugas dengan Devi yang telah menyiapkan empat gelas kopi untuk di seduh.

Aldi kembali fokus dengan kompor di depan nya, kali ini mereka akan memasak nasi terlebih dahulu. Karna sedari pagi mereka memang belum memakan sesuap nasi pun.

"Ini ko kopi nya ada 5 gelas?" Celetuk Aditia dengan keheranan.

Devi yang tadi bertugas menyeduh kopi berbalik badan, dan menatap gelas kopi yang di simpan nya di pinggir. Dan benar saja apa yang Aditia baru saja katakan. Kopi yang Devi seduh tadi kini menjadi 5 gelas.

Kini Devi ikut keheranan, seperti Aditia.

Devi mencoba mengingat kembali, apakah memang dirinya yang salah atau memang ada keanehan lain yang sedang terjadi pada mereka semua saat ini.

Aditia bertanya kepada Devi, kenapa membuat 5 gelas kopi sedangkan mereka hanya ber empat.

Devi menyangkal nya. Dirinya tetap yakin bahwa tadi hanya membuat 4 gelas saja.

"Sudah-sudah, yang satu biarkan saja." Gilang menengahi, sementara Aldi tidak ikut campur karna selain menunggu nasi matang. Dirinya fokus pada lauk yang sedang di siapkan nya untuk di masak.

Devi mengambil satu persatu gelas kopi, dan memberikan nya pada setiap orang. Dan tetap membiarkan satu gelas yang tersisa tetap berada di pinggir.

30 menit telah berlalu, kini nasi telah matang.

Aldi mulai memasukan satu persatu lauk yang akan di masak nya kedalam wajan. Namun karna di rasa akan memakan waktu kembali jika di masak satu persatu, Gilang memberi usulan kepada Aldi supaya memasak semua lauk nya secara bersamaan.

Tidak memakan waktu yang lama, kurang dari 10 menit kini lauk nya telah matang.

Aldi dan ketiga sahabat nya membuat posisi baris 2. Saling berhadapan dengan nasi dan lauk nya yang berada di tengah dan memulai acara makan siang.

...Aldi POV...

Entah keanehan apa lagi yang kini sedang menunggu kami, setelah semua yang terjadi saat ini.

Selama memasak, sebenarnya aku merasa ada sesuatu di luar Plysheet. Seperti ada banyak sekali orang atau mungkin bukan orang, yang sedang memperhatikan dan mengawasi kami ber empat.

Aku berusaha untuk tetap tenang sedari tadi, bahkan permasalahan gelas kopi yang menjadi 5 saja aku tidak ikut campur.

Bukan tidak perduli. Hanya saja aku telah merasa ketakutan duluan dari saat Aditia berbicara di awal.

"Sreeeek... Grseeekk.."

Ada suara dari luar plysheet. Aku dan ketiga teman ku yang sedang menikmati kopi langsung terdiam saling melempar tatapan.

"Greekkkk.. Grekkk.."

Suara itu terdengar lagi, seperti suara seseorang yang menginjak dedaunan yang telah kering.

Tapi ada sesuatu yang janggal, selama berjalan tadi hingga aku dan ketiga teman ku memutuskan untuk berisitirahat dan membuka plysheet kembali. Sama sekali tidak ada dedaunan kering di bawah kami, semua lahan tertutup rerumputan dan ilalang.

Kami ber empat merapatkan tubuh satu sama lain, karna jujur saja kami semua merasa ketakutan saat ini.

Tidak ada yang benar-benar mempunyai nyali untuk melihat atau hanya sekedar menengok keluar untuk memastikan suara itu berasal dari benda apa.

Kami semua mulai berdo'a, meminta perlindungan kepada Allah subhanahuata'alla.

"Brukkk brukk brukk.."

Degg..

Jantung ku semakin berdegub dengan cepat, setelah suara dedauanan kering di injak kini terdengar suara seperti banyak nya langkah kaki yang melangkah secara bersamaan.

Kami semua semakin ketakutan, mata kami tertutup rapat dan tangan kami saling menggenggam.

...***...

Aldi dan ke empat teman nya tidak berhenti beristigfar. Rasa takut telah mengusai mereka semua.

Ingin pulang. Itulah hal yang ada pada pikiran mereka semua.

Hingga waktu berlalu cukup lama, Aldi mulai memberani kan dirinya membuka mata secara perlahan lahan.

Sunyi, tidak ada suara apapun. Bahkan untuk sekedar suara binatang malam seperti jangkrik pun tidak terdengar sama sekali.

Aditia berbicara dengan nada yang sangat pelan, "Gais, ayo kita cepet tutup nesting dan plysheet. Kita harus pergi saat ini." Suara Aditia terdengar bergetar.

Gilang menahan tubuh Devi dan Aditia yang akan beranjak, meminta kedua nya untuk diam dan tidak bergerak terlebih dahulu.

Kini Gilang bersuara, menanyakan saat ini pukul berapa.

Reflek, semua nya membuka handphone masing-masing.

Dalam layar handphone terlihat waktu yang telah menunjukan pukul 3.40 sore.

"Kalian tidak sadar?" Bisik Gilang.

Gilang meminta Aldi menyalakan kembali layar ponsel nya, kemudian Gilang menyuruh ketiga nya untuk menatap keluar plysheet.

Apa yang di lihat oleh Gilang dan ketiga nya membuat mereka semua kembali terdiam membatu.

Kondisi di luar plysheet sangat gelap sekali, tidak terlihat apapun. Mereka semua tidak bisa melihat apa-apa di luar.

Benar-benar gelap gulita.

Ke empat pemuda yang bahkan belum berumur 20 tahun ini bingung dan panik, saling berpelukan di dalam plysheet dan tidak berani keluar, setelah melihat di luar sangat gelap dan tidak terlihat apa-apa.

Aditia dan Devi terdengar menangis ketakutan. Sementara Gilang dan Aldi masih merasa keheranan dengan semua peristiwa yang sedang menimpa mereka semua saat ini.

"Bagaimana bisa hal seperti ini terjadi pada kita, apa ada sesuatu yang salah?" Aldi berbicara sedikit berbisik.

Kini dugaan Aldi, memang mungkin saja ada hal yang salah di antara mereka ber empat. Dan hal apa itu semua tidak ada yang mengaku.

Aldi yang penasaran dengan kesalahan apa yang telah mereka perbuat kembali melayangkan pertanyaan kepada ketiga teman nya, namun tetap saja tidak ada yang mengaku. Dan mungkin saja bukan tidak mau mengaku, bisa saja memang kesalahan Itu tidak di sadari oleh semua nya.

"Lebih baik kita berdo'a saja saat ini. Semoga saja semua nya cepat berlalu, dan bisa kembali normal." Bisik Devi.

Suasana kembali hening, ke empat nya terus melantukan do'a dalam hati nya masing-masing.

"Ctrekkk.." Kompor tiba tiba saja menyala.

Aldi dan ketiga teman nya reflek membuka mata dan menatap kompor.

Semua nya langsung beristigfar dan sedikit mundur.

"Ya allah, apalagi ini." Gumam Aditia dengan suara bergetar.

Selama beberapa saat, mereka semua menatap api kecil dari kompor yang tiba tiba saja menyala itu.

Hingga Aldi memberanikan diri untuk bergeser kedepan dan dengan ragu-ragu dirinya mematikan kembali kompor itu.

Aldi menghela nafas setelah berhasil mematikan kompor. Rasanya sedikit lega karna tidak terjadi apa-apa saat kompor itu di matikan.

Aldi kembali mundur, dan merapatkan kembali tubuh nya di antara ketiga nya.

Mereka semua tidak akan berani bergerak, sampai rasa ketakutan dalam diri mereka masing-masing mereda.

Sampai saat itu datang, mereka akan tetap dalam keadaan yang sama.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!