Ruangan Kasino yang penuh sesak, sekumpulan bandar sedang berjudi di sana, terlihat ketegangan di ruangan itu. Sungguh menyesakkan, asap rokok dimana-mana. Dentingan suara gelas pun terdengar. Dua orang sedang saling menatap satu sama lain sambil memperhatikan kartu yang ada di tangan mereka, salah satu dari mereka menyeringai puas. Sedangkan yang satunya terlihat gelisah tidak karuan. Mereka membuka perlahan kartunya, pria yang gelisah tadi mendengus lalu menutup kartunya kembali.
"Sial!" Pria itu membatin.
Lawan mainnya tersenyum kecut, dia sudah tahu kali ini dia pasti akan menang lagi. Setelah semua hutang-hutang pria itu padanya, Apalagi yang akan dia pertaruhkan? Sedangkan harta kekayaannya sudah terkuras habis. "Kau selalu tidak bisa menang dariku Skandar!" ejek pria di depannya.
Pria itu lari dan berniat kabur, tetapi ajudan lawannya terlalu cepat sehingga dia berhasil di bekukan. "Keparat! Mau kemana kau?" Lawan mainnya menghampiri pria itu, sambil menekan dagu nya.
"Skandar, kau kira bisa lari kemana? " Ucap pria itu sambil mendorong dahi Skandar, menghinanya.
"Pilihlah! Nyawa mu atau serahkan rumah dan peternakan mu! Sebagai jaminan semua hutang yang sudah kau pinjam pada ku!" pria yang menjadi lawan Skandar adalah Albert Sky, pria berbadan kekar yang tingginya sekitar 190 sentimeter itu tertawa jahat.
"Ambil saja rumahku dan segala isinya. Dari yang bergerak dan tidak bergerak!" kata Skandar dengan nada meringis setelah dibekuk tak berdaya.
Lawan mainnya berhenti sejenak, mencoba mencerna apa maksud dari yang bergerak dan tidak bergerak. "Baiklah, kebetulan suasana hatiku sedang baik hari ini. Jadi, ajudan lepaskan saja si brengsek ini! Tapi, sebelum itu kau harus menanda tangani perjanjiannya dulu!" Albert memberi Skandar selembar kertas kosong.
Dia meminta Skandar untuk mengisi perjanjian yang dia buat tadi, lalu menandatanganinya. Senyum puas terukir di bibir pink Albert Sky. Pria berdarah dingin yang terkenal kejam. Beruntungnya Albert, karena kecanduan Skandar terhadap judi, dia dengan mudah menghancurkan pria itu.
"Cepat lepaskan aku brengsek!" pungkas Skandar dengan mata yang membulat.
"Kau pikir dengan menyerahkan semua itu, sudah melunasi semua hutangmu? Aku hanya sedang bersikap baik, sehingga ku anggap kita impas sekarang!" Kata Albert sambil memukul kepala pria itu.
Albert Sky pun melepaskan Skandar, dia membiarkan pria itu kabur entah kemana. Padahal rumah dan peternakan yang dijadikan taruhan oleh Skandar masih jauh dari kata cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya. Albert Sky, adalah seorang bandar judi terhebat di kotanya. Dahulu pria itu hanyalah seorang budak biasa. Namun, karena hasil dari kegigihannya, sekarang dia bisa mencapai puncak kekayaan dan sosial tertinggi di ibu kota seperti sekarang.
Albert Sky atau akrab dipanggil Sky, diusianya yang menginjak tiga puluh delapan tahun, masih belum ada minat untuk memiliki istri. Ini semua didasari karena trauma masa lalunya. Tragedi yang membuatnya menjadi pria dingin dan kejam. Rumah Skandar yang Sky dapatkan dari hasil perjudian itu terletak di sebuah Desa Konov yang jika di hitung jaraknya bisa memakan waktu sekitar lima jam perjalanan.
Di sana, adik dari Skandar yang bernama Elisabeth Michigan tinggal. Wanita itu berusia dua puluh delapan tahun. Seorang kutu buku dan jarang sekali tampil keluar rumah. Yah, selain pergi ke pesta yang dilaksanakan oleh ketua kumpulan Bangsawan di lingkungannya. Mereka biasa memanggil Elisabeth dengan julukan Lady Elisa.
Elisa sendiri sering menghabiskan waktunya di peternakan, membantu para pekerja memerah susu, berkebun bahkan sampai menanam bibit sayuran. Apa jadinya jika dia tahu, mengenai pertaruhan yang kakaknya buat akibat perjudian? Dia pasti akan kecewa dan marah besar. Terlebih, dia termasuk bagian dalam taruhannya.
Keesokan paginya, Sky segera pergi ke wilayah rumah Skandar di Konov. Setelah lima jam di perjalanan, akhirnya Albert Sky pun sampai. Dia memasuki wilayah rumah itu dengan hati-hati. Suasana di sana terlihat sunyi hanya beberapa pekerja di luaran yang terlihat. Semua barang-barang atau apapun yang terlihat di sana terlihat sangat rapih dan tersusun pada tempatnya.
Tidak lama, kepala pelayan rumah tangga menghampirinya dan menyapa Albert Sky dengan senyuman manis. "Selamat pagi Tuan, ada yang bisa kami bantu? " tanya pelayan itu.
"Saya ingin bertemu dengan pemilik rumah." Sky tersenyum dengan karismanya yang menawan.
"Maaf, tapi Tuan Skandar sedang tidak ada di sini. " jawab pelayan itu.
"Oh bukan dia, kudengar masih ada penghuni lain di sini?" tanya Sky dengan penuh kesopanan.
"Maksud Anda... Nona Elisa? Tapi, dia jarang menerima tamu asing. Jika boleh saya yang mewakilkan—" ucapan pelayan terpotong dengan dengusan kasar Sky.
Sky menghela napas panjang, lalu mengeluarkan selembar kertas. "Saya Albert Sky, saya yang akan mengambil alih rumah ini. Tolong katakan pada Nona mu, bahwa saya datang secara sopan dan ingin bertemu dengannya. Jika dia enggan bertemu, saya terpaksa akan melakukan cara yang lain!"
Pelayan itu membelalak, dia membuka mulutnya sedikit karena terkejut. "Itu tidak mungkin, anda tidak boleh sembarangan, Tuan! Lebih baik anda segera pergi dari sini, sebelum kehadiranmu mengganggu kenyamanan Nona kami!" Pelayan itu mendorong Sky.
Albert Sky dengan sigap menahan tangan kecil itu dengan cepat. "Saya tidak terbiasa berurusan dengan orang rendahan sepertimu. Jadi, jangan membuang waktuku. Panggilkan nona mu sekarang atau saya akan meratakan semua lahan ini!"
"Saya akan melaporkanmu ke polisi!" Seru Nori si Kepala Pelayan.
"Ada keributan apa ini?" Seorang wanita dengan rambut coklat panjang nan menawan menghampiri Albert dan Nori yang sedang berdebat. Keringat menetes ke pelipisnya membuat tampilan wanita itu agak memakai mata Sky, belum lagi rona pipi yang kemerahan melengkapi tampilannya yang agak berantakan.
"Pria ini... Dia mengatakan hal yang tidak masuk akal Nona!" Seru Nori.
Albert Sky menyerahkan selembar kertas perjanjian yang dibuat dirinya dan Skandar, kakak dari Elisa. Mata Elisa menanam seiring ia berhasil membaca isi perjanjian dengan lengkap sebelum akhirnya menatap Sky dengan tajam.
"Kakakmu... Mempertaruhkan rumah ini dan segala isinya, Nona Elisa!" Albert mendekatkan diri ke arah Elisa dan berbisik pada wanita itu. Elisa membeku, ini pertama kalinya seorang pria berani sedekat ini dengannya.
Elisa mundur beberapa langkah. "Tidak, kakak ku tidak akan mungkin mempertaruhkan satu-satunya peninggalan keluarga kami!" Elisa menatap tajam ke arah Sky.
Pria keji itu tertawa lagi, dia memanggil pengacara yang ikut di dalam mobilnya. "Perjanjian ini resmi, dibuat dengan kesadaran Skandar sendiri."
Bagai tersambar petir disiang hari, napas Elisa menjadi berat dan lutut kakinya terasa lemas seketika. Kepala Pelayan langsung menyadari bagaimana terkejutnya Elisa sehingga dengan sigap menolong tubuh Elisa yang hampir hilang keseimbangan. "Nona!"
Elisa mencoba mengatur napasnya dengan baik, dia kemudian merasakan hawa sesak di dadanya. Elisa memiliki asma, jadi setiap kali dia terkejut atau panik dia akan merasakan sesak di dadanya dan kambuh. Nori langsung berlari ke dalam rumah dan mengambilkan inhaler untuk Elisa. Sesaat dia kembali dan meletakan alat itu di mulut majikannya. Elisa menarik napas panjang dan menghirup benda itu sembari mencoba tenang.
"Apa Nona baik-baik saja?" Albert mencoba mendekati Elisa dan tangannya secara refleks terulur.
Elisa mengibaskan tangan Albert Sky secara kasar. "Berani sekali Tuan berniat mengambil alih peninggalan keluargaku! Sampai mati pun aku tidak akan keluar dari rumah ini! " Elisa menatap Albert Sky dengan tajam.
"Saya tidak memintamu untuk keluar dari rumah ini, karena kamu termasuk kedalam taruhannya!" katanya sembari menyeringai tipis.
"Nonaku bukan barang! Dasar anda bajingan! Hentikan omong kosong mu!" Nori berusaha mendorong Albert Sky lagi namun, dengan satu tangannya Sky menahan pelayan itu. "Anda juga termasuk Kepala Pelayan!" katanya sembari menggertak Nori.
Elisa dan Nori menatap satu sama lain. Mereka memutuskan untuk membicarakannya di dalam sesuai hukum yang ada. "Hentikan! Mari kita bicarakan ini di dalam!" usul Elisa.
Albert Sky mengangguk, mereka berbincang dengan pengacara yang Albert bawa. Putusan akhirnya, Elisa akan tetap tinggal di sana tapi, kepemilikan rumah itu bukan lagi milik keluarganya melainkan milik Albert Sky sekarang.
Sky juga akan tinggal di sana, di ruangan khusus yang akan dibangun di samping rumah utama. Dia akan menempati itu sewaktu-waktu dia menginginkan ketenangan.
"Mari berdamai!" Sky menyeringai dan mengulurkan tangannya pada Elisa yang kini hanya menatap datar tangan itu. Dia tidak berniat berteman dengan Sky.
"Jika menjadi aku, apa yang kamu harapkan dari seseorang yang mengambil rumahnya secara paksa? Pertemanan? Cih sungguh naif." Elisa menatap Albert tajam, sambil menepis tangan pria itu lagi.
"Secara teknis, saya tidak mengambil rumah ini secara paksa. Saya hanya mengambil apa yang sudah menjadi hak saya." Sky tersenyum jahat. Pria itu duduk di kursi dengan menyilangkan kakinya menatap Elisa dengan sedikit tertarik.
Elisa hanya mampu menatapnya dengan penuh kebencian. Tangannya mengepal sampai kuku-kuki jarinya memucat. Tapi dia lebih membenci Skandar, bagaimana bisa pria itu menjadikan dirinya dan rumah peninggalan orang tuanya sebagai bahan taruhan?
Sekarang dia tidak tahu dimana keberadaan kakaknya yang brengsek. Pria itu benar-benar menghancurkan hidup adiknya sendiri. Betapa sedihnya Elisa, dia harus tinggal dengan orang asing yang tidak dia kenal seumur hidupnya. Bahkan bisa dibilang musuh kakaknya, Elisa langsung kembali ke kamar dan tidak mempedulikan Sky yang masih di sana bersantai di dalam rumah yang kini telah menjadi miliknya.
Elisa menjatuhkan tubuhnya di atas kasur seraya menghembuskan napas pelan. Air matanya sudah berkumpul di kelopak sejak pernyataan Sky, ia tidak kuasa menahan tangis yang kini pecah sembari meraih foto kedua mendiang ibu dan ayahnya. Tidak ada yang bisa dijadikan sandaran baginya, selama ini Skandar hanya bisa menghabiskan uang mereka. Semua peternakan di Konov Elisa lah yang mengurus, sekarang Dia harus dihadapi dengan kenyataan pahit. Bahwa rumah itu, bukan lagi miliknya, peternakan itu juga.
"Skandar aku akan membunuhmu!" Dia membatin sambil mengeratkan pelukannya pada guling dan kembali menangis.
..."Bertemu denganmu adalah takdir, menjadi temanmu adalah pilihan, tapi jatuh cinta denganmu benar-benar di luar dayaku."...
Wanita itu masih bersimpuh meratapi nasibnya, sejak awal dia tidak pernah menginginkan pernikahan ini.. Tapi, pria itu mampu meluluhkan hatinya dengan segala tipu daya yang dia lakukan di awal.
"Jadi, dia memang tidak pernah tulus mencintaiku."
Napasnya tersendat, dadanya agak menyesak karena wanita itu punya asma di paru-parunya. Hidup di bawah kaki pria itu sudah cukup membuatnya menderita. Dia bahkan tidak tahu alasannya, alasan pria itu tidak pernah menghargainya dan menganggapnya ada.
......................
Elisa menangis sejadinya dikamar mewah yang dia tempati, wanita itu terisak sambil menelungkupkan wajahnya di bantal. Sky, masih duduk di ruang tamu. Dia akan bermalam disana, sedangkan Pengacaranya akan pulang sendirian naik kereta.
Dia mengeluarkan sebatang rokok, menaruhnya dimulut yang tidak terlihat seperti perokok itu. Dia memegang korek api di tangan satunya lagi, pria itu mulai menghidupkan koreknya. Mendekatkan api itu ke rokok yang dia letakkan dimulut tadi.
Dia mengesap rokok sambil memejamkan mata, lalu mengeluarkan asapnya dengan perlahan. Dia sangat haus sekali, para pelayan itu bahkan tidak ada yang menghampiri Tuan Rumah barunya. Bahkan, tidak menawarkan segelas air atau kopi.
Setidaknya, mereka basa-basi. Bagaimanapun, Sky lah yang akan memberi upah mereka nantinya.
"Pelayan!" Suara Sky begitu menggelegar.
Tapi, tidak ada satupun yang menghampiri. Elisa yang mendengar teriakan Sky dari kamarnya, langsung menghapus air matanya dan turun kebawah untuk memarahi Sky.
"Kamu! Jika para pelayanmu menolak melayaniku. Berarti kamulah yang harus melayani saya!" Sky menunjuk Elisa yang baru beberapa langkah berjalan turun dari tangga.
"Aku tidak pernah menerima perintah dari siapapun!" Elisa menatap pria itu tajam. Dia sangat membenci Sky.
"Kalau begitu, panggilkan para pelayanmu. Jika mereka membuat saya kesal sekali lagi. Saya akan memecat mereka semua dan menjadikanmu budak saya!" Sky berdiri, menatap Elisa lebih tajam.
Para pelayan itu datang tanpa diminta oleh Elisa, mereka menunduk patuh pada Sky. Para pelayan itu, tidak mau pergi dari sana dan meninggalkan Elisa sendiri dengan pria itu. Sejak kecil, Elisa dirawat baik oleh mereka. Setelah kepergian orang tuanya, dia dibawah pengasuhan pelayan yang bernama Nori. Wanita paruh baya, yang sekarang menjadi kepala pelayan dirumah itu.
Sedangkan Skandar, sejak usia 20 tahun dia sudah tinggal jauh dari Elisa. Dia tinggal diperkotaan di rumah ayah mereka yang berada disana. Tapi akibat kecanduannya pada judi, rumah itupun habis tersita. Belum lagi, hutang Skandar yang masih dimana-mana. Selama ini, Elisa lah yang mengurus peternakan keluarga. Tapi, sumber penghasilan satu-satunya itu, sekarang bukan miliknya lagi. Tidak ada hal yang bisa dia lakukan diluaran sana, dia belum pernah mencobanya sama sekali.
"Baik Tuan, kami siap melayanimu. Asal kami mohon, jangan mengganggu Nona kami." Nori meminta dengan sopan.
"Rupanya, kalian sangat menyayanginya." Sky tersenyum kecut.
"Saya akan memecat sebagian dari kalian semua. Saya harus memotong biaya operasional yang harus keluarkan untuk Putri dirumah ini!" Sky mendelik ke arah Elisa. Dia berbicara sarkas pada Elisa bak seorang putri tinggal di istana megah penuh dengan pelayan.
"Tapi Tuan," Nori menginterupsi. Wanita paruh baya itu menatap wajah Elisa dengan sendu. Elisa mengangguk, seolah dia mengatakan bahwa dia baik-baik saja.
"Tapi sebelum itu, berikanlah mereka pesangon yang cukup untuk hidup mereka. Sesuai dengan berapa lama mereka bekerja disini."
"Nona, saya tidak menerima perintah dari siapapun. Saya melakukan, apa yang ingin saya lakukan!" Sky mengesap rokoknya lagi, sembaru menyandar di lemari kayu jati yang kokoh.
Elisa mengerucutkan bibirnya, dia makin kesal pada pria itu. Dia kembali masuk ke kamarnya dan mengunci diri disana. Dia tidak mau keluar sampai orang itu pergi dari ruang tamunya. Elisa mengkhawatirkan para pelayannya yang akan dipecat, selama ini mereka hidup hanya dari gaji yang Elisa berikan. Elisa hanya berharap, mereka mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dari ini.
Sky keluar dari rumah itu, dia meminta pengurus peternakan untuk mengantarnya keliling dan melihat beberapa hewan disana. Pertama, dia masuk ke kandang sapi perah. Melihat kondisi sapi-sapi itu. Hewan itu terawat dengan baik, bahkan dia mencicipi susu sapi segar dari sana.
"Rasanya luar biasa, apa kalian sudah menjual ini ke kota?" Tanya Sky penasaran.
"Tidak Tuan, kami hanya menjualnya di daerah sini saja sebagian. Sebagian lagi di gunakan untuk pribadi, Nona Elisa sangat suka berendam dengan susu segar. Dia juga suka mengkonsumsinya." Petugas peternakan berjalan mendahului Sky.
Sky tertawa kecil, tidak heran wanita itu berkulit seputih susu. Dia berjalan kembali mengikuti petugas itu. Sekarang dia menunjukan Sky beberapa Hewan potong, seperti ayam dan bebek. Dilanjut, ke Kuda. Mereka memiliki beberapa kuda yang gagah-gagah. Sky menepuk-nepuk punggung kuda itu, kuda itupun protes dengan mengangkat kedua kaki depannya.
"Berhati-hati lah! Itu kuda Nona Elisa, kuda itu sangat sensitif dengan sentuhan orang lain selain majikannya."
"Luar biasa, wanita itu!" Sky membatin, dia merasa terpana dengan hal-hal unik yang Elisa miliki. Dia menyeringai. Teganya Skandar, menjadikan Elisa bahan taruhan. Tapi, yang paling penting adalah dia sudah berhasil merebut semua yang pria itu miliki. Dia akan menjadikannya menderita, semenderita dirinya dulu.
KILAS BALIK 27 TAHUN LALU..
Sky baru saja memetik bunga dihutan, dia dan adiknya tinggal bersama dirumah kecil dekat hutan. Kedua orang tuanya yang bukan berasal dari keluarga konglomerat sudah meninggal dunia.
Hanya dia dan adiknya, Ara. Adiknya baru berusia 9 tahun saat itu. Mereka tidak pernah sekolah, mereka pun menjadi petugas peternakan diwaktu luang mereka. Sky juga menjadi penyemir sepatu jalanan. Mereka 3 hari sekali, mengurus beberapa ternak di rumah keluarga Michigan. Saat itu, Sky sedang pergi ke kota untuk menjual beberapa barang yang dijadikan upah nya menyemir sepatu.
Sedangkan ini jadwal mereka berternak, karena Sky tidak bisa ikut, akhirnya Ara yang pergi kerumah keluarga itu sendirian. Yang terjadi saat itu, setelah Sky pulang kerumah. Dia melihat adiknya menelungkupkan kepala dan menangis.
"Kenapa? Kau baik-baik saja?" Sky mencoba melihat wajah adiknya.
Adiknya tidak menjawab, dia masih menangis. Sky tidak sengaja melihat warna merah yang membuatnya hilang fokus. Itu darah, yang keluar dari area bawah perut adiknya, Ara. Sky membelalak, dia menggoyangkan tubuh adiknya. Memaksa gadis kecil itu menatapnya dan mengatakan yang sebenarnya.
Tapi yang Ara lakukan hanya menangis, tubuhnya bergetar hebat. Sky yakin, saat itu adiknya telah diperkosa. Tapi entah siapa yang memperkosanya, dia tidak tahu. Dia langsung pergi ke rumah keluarga Michigan, karena tempat itulah satu-satunya Ara pergi.
Dia menggedor rumah beberapa kali, tapi tidak ada yang menjawab. Rupanya keluarga itu telah pindah dan membawa semua hewan ternaknya. "Brengsek!"
Selama hidupnya, Sky mencari keluarga itu. Sedangkan, adiknya menjadi trauma atas kejadian yang menimpanya. Dia bahkan tidak mau bicara, makan atau apapun. Sky yang kesulitan dalam biaya tidak bisa membawa Ara kerumah sakit. Hingga pada akhirnya, saat Sky ke kota. Adiknya memutuskan untuk bunuh diri dengan menyayat lengannya. Ara kehabisan darah dan tidak terselamatkan.
Hilangnya keluarga Michigan serta meninggalnya adiknya, membuat Sky menjadi pria dingin. Dia selama bertahun-tahun mencari keluarga itu. Sampai suatu saat, setelah 15 tahun berlalu, dia bertemu dengan Skandar Michigan dimeja perjudian.
Dia yakin, Skandar adalah anak dari keluarga bajingan itu, setelah itu dia terus menjebak Skandar agar semakin candu dengan perjudian. Hingga membuat pria itu bangkrut seperti sekarang. Tapi, itu belum cukup baginya. Dia berjanji untuk mambalas keluarga itu 10 kali lipat menderita dari yang adiknya rasakan saat itu.
KILAS BALIK SELESAI.
...****************...
...****************...
Setelah mengelilingi peternakan keluarga Michigan, Sky kembali kerumah besar itu. Dia ingin disiapkan kamar untuk beristarahat disana. Sky pun memanggil pelayan dengan cara berteriak. "Pelayan!" Sky menunggu pelayan datang sambil menyilangkan kakinya.
Dua orang pelayan menghampiri Sky. "Iya tuan." Pelayan itu menunduk, menunggu sky menjawab.
"Siapkan saya kamar!" Sky bersandar di sofa yang dia duduki, pria itu menatap jam dinding di depannya. Waktu sudah menunjukan pukul 03.00 sore, dia merasa sangat lapar.
"Siapkan saya makanan juga!" Sky memalingkan wajah kelaparannya dari para pelayan. Para pelayan saling bertukar pandangan, "Ma-af Tuan, tapi jam makan siang sudah terlewat tadi. Kami hanya akan menyiapkan makan malam di jam 08.00 nanti."
Sky menatap pelayan itu dengan tajam, dia juga mengernyitkan dahinya keheranan. "Peraturan siapa itu? Persetan dengan aturan itu!Tuanmu ini lapar. Jadi cepat siapkan! Atau kalian saya pecat!" .
Rupanya Sky bukan hanya ingin menyiksa keturunan keluarga itu saja, tapi semua yang terlibat dengan keluarga yang sangat dia benci itu. Apalagi dia sekarang harus menatap potret besar dari Tuan Michigan dan Istrinya di ruang tamu.
"Baik Tuan, akan kami siapkan." Satu pelayan itu pergi ke dapur, dan yang lainnya pergi menyiapkan kamar untuk Tuan baru mereka. Sky berjalan, menghampiri potret besar dibawah jam dinding. Pria itu memicingkan matanya. Menyiratkan kebencian yang amat dalam, dia mengepalkan tangannya dan siap menghancurkan potret itu. Tapi dia mengurungkan niat dan malah meninju meja di depannya.
Elisa yang mendengar teriakan dan amarah Sky, merasa geram. Wanita itu sampai harus menutup telinganya menggunakan kedua jari telunjuk. Elisa tidak terbiasa dengan suara seperti itu, dirinya terbiasa dengan didikan orang tuanya yang lemah lembut. Itu yang membuatnya tumbuh menjadi anak yang penuh kelembutan dan keceriaan.
Elisa menghela nafas panjang, dia menatap langit-langit dirumahnya. Bagaimana pun, dia harus mengatur rencana agar pria itu bisa keluar dari rumahnya. Dia tidak peduli dengan perjanjian Skandar. Dia hanya ingin mempertahankan hak nya sebagai ahli waris keluarga Michigan.
Elisa tersenyum, dia mempunyai ide agar pria itu diusir dari rumah. Bukan dia yang akan mengusirnya, tapi para ketua konglomerat disana. Di desa yang Elisa tinggali, tradisi kumpul untuk status sosial masih dilakukan. Semakin banyak uang dan jabatan tinggi, semakin akan di hargai.
Setiap dua minggu, para konglomerat disana akan mengadakan pesta, yang dihadiri langsung oleh para anggota dengan status sosial yang tinggi. Keluarga Michigan adalah Keluarga yang termasuk didalamnya. Elisa biasanya hadir di acara itu, berkumpul bersama istri-istri para konglomerat disana.
Sudah beberapa kali, Elisa di goda untuk menjadi istri simpanan atau istri kedua para pria hidung belang disana. Tapi, dia tertarik untuk itu. Dia hadir dipesta itu hanya untuk menunjukan, bahwa dia masih ada dan keluarga Michigan masih berjaya. Sehingga, dia tidak disepelekan dan dihina oleh mereka.
Walau pada dasarnya dia tidak peduli dengan semuanya, dia hanya melakukan itu demi keselamatannya. Setelah Skandar pergi dari rumah, dia harus bisa menjaga dirinya sendiri. Bergabung dengan mereka berarti keamanan Elisa akan terjamin.
Sore itu, Elisa langsung bersiap-siap melancarkan rencananya. Dia menggunakan pakaian yang jarang dipakai.
Gaun berwarna merah, dengan belahan rok yang tinggi hingga hampir ke ujung pangkal pahanya. Sebenarnya dia tidak percaya diri dan tidak nyaman mengenakannya, tapi demi menjebak pria itu dia rela melakukannya. Bagaimana pun pria itu harus pergi dari rumah itu secepatnya.
Saat jam makan malam tiba, Elisa turun dari tangga. Dia berjalan ke arah ruang makan. Betapa terkejutnya semua pelayan melihat Elisa dengan dandanan juga pakaian seperti itu. Sky yang sudah duduk di kursi meja makan, menatap wanita itu dari ujung kaki hingga rambutnya.
"Sialan!" Pria itu mengumpat dalam hati, melihat betapa indahnya makhluk Tuhan yang satu itu. Tapi, dia langsung menundukan pandangannya dan membalikan piring yang sudah tersedia.
"Cepat, ambilkan makanannya!" Kata Sky tanpa menoleh lagi ke arah Elisa yang duduk disampingnya.
Sedangkan, Nori langsung membungkuk membisikan sesuatu pada Elisa. "Nona, apa yang kamu pakai? Kenapa memakai pakaian seperti ini?" , Nori merasa khawatir pada Nonanya itu.
"Tidak apa-apa." Kata Elisa pelan sambil menoleh ke arah Nori.
"Hmm, Apa kamu punya rencana Tuan?" Elisa menatap Sky yang sedang serius melahap makan malam nya.
"Ck. Kamu berubah seratus delapan puluh derajat, ada apa huh? Apa kamu mulai menerima saya dirumah ini?" Sky tetap tidak bergeming dan tidak menoleh ke arah Elisa.
"Tentu saja, Aku harus berterimakasih padamu. Karena kamu masih mengijinkanku tinggal disini. Jika tidak, mungkin sekarang aku sudah berada di jalanan." Elisa mencondongkan tubuhnya, dia menyentuh lengan Sky.
Sky menatap jari jemari yang menyentuhnya, "Saya tidak peduli apapun rencanamu, saya tidak tertarik dan saya sudah selesai makan malam." Sky langsung berdiri dan agak membanting sendok nya ke piring, pria itu berjalan meninggalkan semua orang disana, dia pergi keluar dengan membawa sebungkus rokok.
Dia berjalan ke area peternakan, pria itu kemudian melihat petugas peternakan sedang duduk di kursi kayu. Sky menghampirinya lalu menaruh rokok diantara mereka, dia mengeluarkan sebatang rokok lalu menghidupkannya dengan korek api.
"Rokok?" Sky menawarkan pria itu rokok nya, petugas itu dengan sopan menggeleng.
"Tidak Tuan, Nona Elisa tidak bisa menghirup asap rokok. Jadi saya tidak pernah melakukannya." Kata petugas peternakan itu.
"Kenapa? Dan sudah berapa lama kamu bekerja disini?" Sky mengesap rokok lalu mengeluarkan asapnya perlahan.
"Nona Elisa punya asma, jadi saya tidak bisa melakukannya dan tidak terbiasa. Saya sudah bekerja disini sejak nona Elisa berusia 8 tahun. Jadi saya sangat tahu betul dirinya."
Sky mengangguk dan ingat kejadian tadi pagi saat Elisa memakai inhaler, dia percaya semua pelayan disini pasti sudah mengenal wanita itu. Menurut pandangan Sky, Elisa tidak terlihat seperti wanita yang pandai menggoda. Dia juga terlihat tidak nyaman saat memakai gaunnya tadi. Lalu untuk apa wanita itu melakukannya? Mendadak, Elisa menghampiri mereka.
"Pak Gani, aku ingin berbicara dengan Tuan Sky sebentar. Bisa beri kami waktu?" Elisa meminta Pak Gani meninggalkan mereka berdua.
Pak Gani yang tak lain adalah petugas peternakan itu, pergi meninggalkan mereka berdua. Elisa duduk disamping Sky, kakinya yang jenjang langsung terlihat karena belahan roknya. Sky memalingkan wajahnya dari pemandangan indah itu, bagaimanapun dia adalah seorang pria. Sepertinya Elisa dengan sengaja melakukannya.
"Ada apa?" Sky berbicara dengan dingin.
"Ikut lah denganku, aku ingin menunjukanmu semua hal yang berharga ini." Elisa menunjuk sekeliling peternakannya.
"Saya sudah melihatnya tadi siang, kamu tidak perlu repot-repot!" Jawabnya ketus sambil membuang sisa rokoknya, Elisa berdiri.
"Ikutlah saja dulu." Elisa berjalan mendahului. Dia mengajak Sky untuk melihat kuda-kuda yang dia miliki, sebenarnya dia akan menjebak Sky disana. Sky berjalan di belakang wanita itu.
"Ini kuda milikku, nama nya Philips. Dia kuda yang sangat gagah dan tampan bukan?" Elisa menyeringai ke arah Sky. Tapi pria itu hanya menatapnya datar.
"Bisa kah kamu segagah Phililps?" Elisa tertawa kecil, Sky makin kebingungan melihat tingkah wanita di depannya. Elisa langsung berjalan ke arah Sky, dia menyentuh lembut dada pria itu. Mencondongkan wajahnya, seolah sedang menunggu pria itu bereaksi.
"Apa-apaan kamu?" Sky melepaskan tangan Elisa kasar.
"Kamu tidak menginginkanku, Tuan?" Elisa kembali menyentuh pundak kanan Sky.
...****************...
...****************...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!