NovelToon NovelToon

Kehormatan

1. Pernikahan.

"Saya terima nikahnya dan kawinnya Nasha Shabilla Larasati binti Mumchemar Al Khobar dengan mahar yang tersebut di bayar tunai"

SAH

Seru para tamu mengamini pernikahan Bang Panji dan Nasha. Saat menimbang banyak pemikiran, hari ini Nasha pun menikah dengan mantap berhijab. Nasha mencium punggung tangan suaminya dan Bang Panji mengecup keningnya dengan sayang layaknya seorang suami yang mencintai istrinya. Di antara semua tamu yang berbahagia, hanya Bang Panji, Nasha dan Diani kekasih Bang Panji yang menangis di sudut ruangan. Saat tamu akan menyalami kedua mempelai Diani memilih untuk pulang. Nasha ingin mengejar Diani tapi tangannya di cekal oleh Bang Panji.

...

Hari pun beralih malam saat Bang Panji dan Nasha selesai menyalami semua tamunya.

"Bang, cepat ke rumah Diani. dia pasti sangat sedih sekarang" Nasha mengkhawatirkan Diani yang tadi lebih memilih untuk pulang.

"Kamu nggak apa-apa Sha?" Tanya Bang Panji pada Nasha.

"Nggak apa-apa Bang" jawab Nasha dengan menunduk. Bang Panji menghampiri Nasha dan akan mengecup keningnya tapi diurungkan niatnya, Bang Panji hanya mengusap keningnya sekilas lalu turun ke lantai bawah

"Mau kemana kamu, mau menemui Diani?" Tanya Mama Fia pada Bang Panji. Bang Panji diam tidak menjawab pertanyaan Mama Fia dan itu di artikan Mamanya bahwa itu benar adanya.

"Kamu sudah menikah Panji. Kasihan istrimu harus di tinggal. Mama dan papa menikahkan kamu dengan wanita yang sehat dan yang pasti akhlaknya terpuji demi kebaikanmu Panji..!!" Mama Fia meluapkan marahnya pada Bang Panji.

Nasha yang mendengar keributan itu segera menghampiri Mama Fia di ruang tamu.

"Ma.. Abang Panji hanya sebentar, tidak lama untuk menemui Diani. setidaknya berikan Bang Panji waktu, ini terlalu mendadak ma" bujuk Nasha.

Melihat mamanya melunak oleh bujukan Nasha. Bang Panji berlalu pergi ke rumah Diani.

...

"Kamu kok disini Bang?" Diani heran karena Bang Panji datang kerumahnya, bukankah ini malam pertama Bang Panji dan Nasha.

Bang Panji langsung memeluk kekasih yang sangat di cintainya itu.

"Aku merindukanmu sayang, maaf aku menyakiti hatimu" Bang Panji memeluk erat Diani

"Bang.. jangan begini, aku tidak sedih lagi. ini takdir kita Bang.. kamu jangan menentang suratan takdir. Aku bahagia karena kamu menikah dengan sahabat terbaikku" Senyum Diani membuat Bang Panji sangat terluka

"Kamu tidak sedih?" tanya Bang Panji lirih.

"Tentu saja aku sedih, aku khan manusia biasa. tapi aku tenang karena kamu bersama orang yang tepat"

"Di.. kalau kamu katakan kamu hanya manusia biasa, lalu apa aku ini? jiwa dan ragaku sulit untuk terbagi. Sekarang aku sudah terkunci.. tapi aku sangat mencintaimu. Jika saja Mama dan Papaku tidak salah sangka padamu......"

"Bang.. Jangan bawa orang tua dalam persoalan kita saat ini. Kalau kamu ikhlas semua akan terasa mudah. Biarkan waktu berjalan apa adanya Bang.

Sekarang pulanglah..temui istrimu, sekarang kamu sudah punya tanggung jawab" Diani menutup pintunya dan merosot dalam tangisannya yang di tahan kuat.

"Sayang.. jangan seperti ini, aku tidak bisa kalau harus jauh dari kamu. Aku sudah berjanji akan menjagamu. Aku mohon sayang" Bang Panji pun menangis di depan pintu meratapi hubungannya dengan Diani.

...

"Bagaimana keadaannya Bang?" Tanya Nasha melihat suaminya yang pulang dengan keadaan berantakan.

"Diani menolak kehadiran Abang. Abang sudah kehilangan dia Sha. Dia ingin kita baik baik saja. tapi kalau hati Abang tidak baik-baik saja disini lantas Abang harus apa?"

Nasha menyentuh dada Bang Panji. "Tanyakan pada hatimu Bang" kata Nasha. "Abang imam untuk Nasha, kemana arah Abang membawa Nasha.. Nasha akan ikut denganmu Bang" Nasha tersenyum sangat cantik di mata Bang Panji.

"Maaf Nasha.. kamu salah menggantungkan hidup padaku. Di hatiku hanya ada Diani. Abang tidak bisa membaginya" ucap Bang Panji.

"Nasha tau Bang, Nasha juga paham Abang pasti tau apa yang harus Abang lakukan" Ucap lirih Nasha menunduk tidak berani menatap mata suaminya. Bang Panji berjalan ke arah tempat tidur. Diserak kan seluruh hiasan bunga yang indah di atas ranjang.

Nasha istriku, Abang tidak tau kamu selembut ini. Abang tau kewajiban itu, tapi maaf Abang belum bisa memenuhinya. Hati Abang masih penuh dengan Diani. Kuharap saat ini kamu tenang karena posisimu lebih tinggi dari Diani. Karena kamu..istriku yang sah.

"Tidurlah, ini sudah malam" Bang Panji menyuruh Nasha untuk tidur tapi Nasha tidak bergerak dari tempatnya. Bang Panji seolah tau perasaan sang istri.

"Tidurlah disini" Bang Panji menepuk tempat tidurnya.

" Tapi Bang...Diani??" Nasha ragu dengan ajakan Bang Panji.

"Apa kamu bisa menyangkal pernikahan kita? Abang tidak mau kekanak kanakan yang menghindari masalah dengan tidur di sofa, dan lebih tidak mungkin istri Abang yang tidur di sofa" ucap Bang Panji pada istrinya yang sejak tadi tidak mau menatapnya.

"Iya Bang"

Di dalam satu selimut, Bang Panji dan Nasha tidak saling melihat, mereka saling memunggungi satu sama lain, ada rasa canggung, gelisah. Air mata Nasha menetes, ia sangat bersalah pada Diani, tapi Diani sendiri yang meminta padanya agar mau menikah dengan Bang Panji.

Bang Panji memejamkan matanya sejenak, merasakan nafasnya sesak dengan pikiran yang berkecamuk dalam hatinya memikirkan dua wanita yang masuk dalam hidupnya saat ini. Ia mendengar suara isak tangis sang istri dan entah mengapa, ada sisi hati yang terluka di dalamnya mendengar suara tangis Nasha.

.

.

.

.

2. Rasa yang mengguncang.

Nasha sudah bangun pagi hari dan menyiapkan sarapan untuk Bang Panji. Mama papa sudah pulang dari pagi sekali karena Papa harus segera berangkat berdinas.

"Kamu masak apa Sha" tanya Bang Panji.

"Hanya ayam goreng dan sup saja Bang. Abang mau makan sekarang?" Nasha menawari Bang Panji untuk sarapan.

"Iya.. Oya.. Abang mau pergi keluar kota, ada dinas dadakan sampai sore dan tidak bisa di tinggal"

"Iya Bang, hati hati di jalan ya" pesan Nasha sambil meletakan masakannya pagi ini di hadapan Bang Panji.

Bang Panji menatap setiap gerak Nasha, istrinya itu selalu menundukan wajah, tidak membuka jilbab sejak di hadapannya kemarin.

Kamu terlalu baik Nasha, membuat hatiku tidak tega dan mati kutu.

drrrttt...drrrttt..drrrtt

"Iya..saya akan segera kesana" Bang Panji menyelesaikan dengan cepat acara makannya lalu pergi dengan setengah berlari.

"Ada apa Bang" tanya Nasha merasa cemas.

"Diani masuk rumah sakit"

"Nasha ikut ya Bang?" Wajah Nasha nampak memelas.

"Ayo cepat..!!" Bang Panji tau Nasha pasti khawatir dengan keadaan Diani.

***

Diani sudah ada di ruang perawatan, wajahnya sangat sayu membuat Bang Panji dan Nasha menjadi sedih. Dokter menjelaskan bahwa sakit Diani kambuh karena lelah.

Nasha melihat tas milik Diani, di lihatnya isi tasnya berharap menemukan buku diary milik Diani, buku kesayangan sahabatnya. Akhirnya Nasha menemukannya. Saat membacanya Nasha terduduk lesu pada kursi di samping ranjang. Ekspresi Nasha membuat Bang Panji mendekat dan ikut membacanya.

Dear diaryku

Bang Panji sudah menikah dengan sahabat terbaikku, aku sangat bahagia saat tau sahabatku yang menjadi istri lelaki yang sangat kucintai. Ada sedikit rasa cemburu dalam hatiku saat membayangkan mereka sedang bersama. memadu kasih. Itu wajar khan diaryku?

Dulu..sebelum aku tau anugrah ini bersanding pada tubuhku, aku selalu membayangkan indahnya menikah dan bersama denganmu, setiap saat..setiap waktu..

Kini..biarkan setiap waktu yang berdetik menghapus bayangmu dalam hatiku..tersimpan erat cerita tentangmu dan aku.

Bang Panji juga terlihat sangat sedih, tapi dia mencegah Nasha untuk tidak menangis.

Diani membuka matanya dan tersenyum ceria melihat Nasha dan Bang Panji. Nasha sengaja menutupi perasaannya dengan bercanda seperti biasanya sampai mereka akan pulang.

...

"Panji.. Nasha.. ada apa kalian disini?" tegur Opa Danar yang kebetulan ada di rumah sakit untuk check up kesehatan rutin bersama Oma Nadine.

"Mama khan sudah bilang jangan melihat masa lalumu lagi. itu tidak akan baik untuk kelangsungan pernikahanmu. Diani bukan gadis yang baik" Oma Nadine ikut menasihati

"Oma.. jangan bicara masalah ini lagi. Beri aku waktu Oma. pernikahan bukan mainan. Aku juga yakin Diani itu gadis yang baik." Bang Panji tidak bisa menahan rasa sedihnya.

"Kalau bukan mainan ya lakukan tanggung jawabmu dengan benar, jangan melirik perempuan lain lagi..!!!!" Tegur Opa Danar yang juga sangat menyayangi Bang Panji.

Bang Panji meninggalkan Oma Nadine dan Opa Danar dengan hati yang amat resah. Nasha pun mengikuti langkah Bang Panji dari belakang.

"Menikah dan menikah lagi yang ada dalam pikiran mereka. Selalu menganggap Diani buruk." pikiran Bang Panji sangat kacau hingga melajukan mobil dengan kecepatan tinggi membuat Nasha sangat takut.

Sesampainya di rumah, Bang Panji langsung duduk di ruang tamu dan menyandarkan kepalanya. ia ingin menenangkan sejenak pikirannya yang sangat berantakan, tapi perasaannya yang selalu tertuju pada wanitanya tak lantas hilang begitu saja.

Sekarang kalau sudah begini kamu pun merasakan sakitnya Di.. tak hanya kamu. tapi aku pun sakit melihatmu terluka.

...

Nasha mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil, handuk di tubuhnya hanya melilit tidak sempurna sampai terdengar bunyi pintu kamar terbuka. Nasha sangat terkejut dan berlari ke dalam kamar mandi, karena tidak hati-hati Nasha terpeleset dengan sangat keras.

bruuuugghh

"Ada apa Sha??" tanya Bang Panji sedikit cemas sambil menutup pintu kamar dan bergegas masuk ke kamar mandi.

"Tidak ada apa apa Bang" jawab Nasha dengan setenang mungkin, padahal ia sudah meringis kesakitan.

Bang Panji tidak lantas percaya, ia mencoba membuka pintu kamar mandi tapi pintu tersebut di halangi oleh Nasha dan Bang Panji pun semakin penasaran apa yang terjadi di dalam lantas mendorong pintu itu dengan kuat.

Nasha yang sudah bisa bangkit sambil menahan sakitnya kembali harus jatuh. Rambutnya tergerai menutupi sebagian wajahnya.

Bang Panji terkejut sampai menelan salivanya melihat penampilan Nasha yang hanya menggunakan handuk setengah terlepas. Bang Panji menghampiri Nasha dan menyelipkan sedikit handuk tersebut pada dada Nasha kemudian Bang Panji mengangkat tubuh Nasha menuju ranjang mereka.

Nasha menutup wajahnya yang sudah sangat merah. Tapi Bang Panji bisa melihat wajah istrinya itu. Reaksi yang polos dan begitu alami. Tanpa sengaja jantung Bang Panji berdebar kencang desiran naluri manusiawi seorang pria timbul seketika, deru nafasnya tak beraturan. Gairahnya meronta naik turun.

Bang Panji mendudukan Nasha pada ranjang itu dan berjongkok di hadapannya lalu menarik kedua tangan Nasha yang menutupi wajah cantiknya

"Nggak apa-apa Sha, yang melihat Abang. bukan orang lain" kata Bang Panji terdengar tulus. Bang Panji memilih segera keluar dari kamar lagi untuk menepis rasa tidak tenangnya.

Aku tidak bisa mengkhianati Diani. Tapi aku juga sudah menikah. Suatu saat aku pasti akan membutuhkannya juga dan akan melakukannya. Kalau aku melakukannya pada Nasha tanpa cinta, kasihan Nasha.

...

Bang Panji kembali ke kamar.. di lihatnya wajah wanita yang kini menjadi istrinya.

"Abang sangat mencintai Diani, tapi aku juga tidak sanggup kalau ini akan menyakitimu Nasha. Kalian berdua sudah masuk dalam diri Abang" Gumam Bang Panji lirih, ia mengusap pipi Nasha yang kini tengah tertidur dengan rambut setengah basah.

.

.

.

.

Cek respon.

Terima kasih banyak atas responnya yang sangat bagus kak. Nara memang sengaja memindahkan Novel lama. Dikarenakan perombakan ulang.. maka masih banyak typo bertebaran dan ada yang kurang sinkron. Nara mohon maaf untuk hal itu. Next Nara akan perbaiki ulang satu-persatu biar cerita nya bisa indah, mengena dan bisa di pahami.

Sekali lagi Nara ucapkan terima kasih banyak. 🙏🙏🙏🙏.

.

.

.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!