Pernikahan merupakan hal yang paling di rindukan dan di inginkan oleh semua orang.
Memiliki pernikahan impian merupakan keinginan bagi setiap wanita, keinginan yang ingin di wujudkan oleh pria yang dia cintai.
Malam hari ini terlihat satu sosok wanita cantik sedang duduk di depan meja rias di sebuah kamar mewah yang masih terasa asing baginya.
"Mas Ronald, maafkan aku, sebenarnya aku tidak mengerti bagaimana cara menyenangkan mu di malam hari ini."
"Aku tau malam pertama, adalah satu malam yang selalu di tunggu oleh wanita dan laki - laki yang sudah sah menjadi sepasang suami istri."
"Namun mungkin itu tidak berlaku bagiku, aku sendiri tidak pernah merasakan malam pertama yang sering di ceritakan oleh banyak gadis - gadis lainnya."
"Karena kesucian ku di ambil secara paksa dalam keadaan ku yang tidak sadar."
"Aku tidak bisa lagi merasakan mencengkram seprai kuat - kuat saat laki - laki yang aku cintai menyentuh ku di atas tempat tidur."
"Aku juga tidak bisa lagi merasakan bagaimana rasanya pertama kali di cium, di sentuh oleh laki - laki yang aku cintai."
"Yang pernah aku rasakan, aku terbangun di kamar hotel dalam keadaan menangis, karena mendapatkan tubuhku sudah tanpa pakaian dan aku sendiri tidak mengetahui siapa laki - laki yang tega melakukan hal ini terhadap ku."
"Mas, maafkan aku jika malam ini mungkin aku tidak bisa maksimal di dalam memberikan mu cerita malam pertama."
Luisa terus mengatakan hal tersebut sambil menyisir rambut panjangnya dan juga sesekali mengoleskan body lotion ke tangan dan kakinya
Luisa seorang dokter Psikiater terkenal yang terpaksa di berhentikan dari salah satu progam di televisi swasta karena terbongkarnya masa lalu dan itu dianggap aib oleh para penikmat acara talk show tersebut.
Luisa seorang dokter Psikiater yang terpaksa harus merelakan tunangannya yang bernama Bramasta bersama orang lain, hanya karena Bramasta tidak bisa menerima kenyataan bahwa dirinya bukan seorang gadis lagi.
Luisa seorang dokter Psikiater terkenal, dengan segudang prestasi dan di puja oleh banyak orang ternyata memiliki masa lalu dan masa lalunya tersebut pada akhirnya membuat dia harus di benci oleh orang - orang yang ada awal memuja dirinya.
Luisa seorang dokter Psikiater yang memiliki anak tanpa suami, memiliki anak penderita epilepsi yang sempat dia sembunyikan dari orang - orang dan juga kepada manager dan juga sahabatnya Franda.
Malam ini Lusia pada akhirnya resmi menjadi istri sah laki - laki cacat berwajah tampan bernama Ronald.
Ronald sang CEO televisi swasta dimana dia berhentikan, laki - laki ini yang pada akhirnya menolong dirinya, saat dirinya di cerca pertanyaan oleh banyak media tentang siapa sebenarnya ayah dari anak yang saat ini telah diketahui oleh masyarakat.
Dengan persetujuan kilat, pada akhirnya malam ini Lusia menikah dengan laki - laki tampan yang telah menyelamatkan dirinya dari kejaran para awak media.
"Mas Ronald, bolehkah aku berharap jika malam ini kau tidak menyentuh ku? dari lubuk hatiku yang paling dalam sebenarnya aku belum siap mas untuk melakukan hal itu."
Luisa mengatakan hal tersebut sambil memejamkan ke dua matanya.
Luisa kembali teringat bagaimana dirinya bangun di kamar hotel dalam keadaan telanjang dan dirinya tidak mengetahui siapa laki - laki yang telah melakukan hal itu.
Luisa kembali teringat peristiwa dimana Bramasta juga pernah membuatnya tidak sadar dan menjamah tubuhnya tanpa izin.
Laki - laki yang pada saat itu sangat dia percaya bisa menjaga dan menghormati dirinya, namun laki - laki tersebut yang melakukan hal yang sama seperti peristiwa di hotel dimana Luisa diperkosa oleh laki - laki yang dikenalnya.
"Tuhan apakah aku egois jika aku memohon kepada mu untuk mas Ronald tidak menyentuh aku terlebih dahulu di malam ini?"
Dan tepat di saat yang sama pintu kamar mewah tersebut terbuka.
Satu laki - laki tampan masuk ke dalam kamar dengan menggunakan kursi roda.
Luisa langsung membalikkan badannya untuk menatap kedatangan laki - laki tampan tersebut.
Dan laki - laki tampan itu juga menatap Luisa dengan tajam.
Ke dua matanya seakan - akan tidak berhenti memandang tubuh Luisa dari kepala sampai ujung kaki.
Dia melihat lekuk demi lekuk tubuh Luisa yang saat ini menggunakan lingerie tipis dan hal tersebut yang membuat seluruh lekuk tubuhnya yang indah terlihat dengan sempurna.
"Malam Luisa."
Dengan tersenyum laki - laki tampan tersebut mulai menyapa Luisa.
"Malam mas Ronald."
"Kemarilah."
Deg
Hati Luisa tersentak ketika Ronald meminta Lusia untuk mendekatkan diri ke arahnya.
Ingin rasanya Luisa untuk tidak mendekat, namun akan menjadi sebuah kesalahan jika dirinya tidak segera menghampiri Ronald.
Dengan langkah pelan Luisa berjalan ke arah Ronald dan pada akhirnya ke dua mata saling bertatapan tajam.
"Boleh aku bantu aku untuk turun dari kursi roda ini?"
Deg
Hati Lusia kembali tersentak ketika Ronald memintanya untuk membantu turun dari kursi roda dan memapahnya ke arah tempat tidur.
"Iya mas Ronald pasti aku bantu."
Dengan cepat Lusia segera membantu Ronald untuk menuju ke tempat tidur.
Ronald duduk dia atas tempat tidur dan ke dua matanya masih menatap tajam ke arah Luisa.
Dengan cekatan Luisa menarik selimut untuk menutupi setengah dari tubuh Ronald.
"Apa yang kau lakukan di sana? kemarilah dan mendekatlah ke arah ku."
Deg
Hati Lusia kembali tersentak ketika Ronald meminta dirinya untuk masuk ke dalam selimut yang sama dengannya.
Luisa yang masih dalam posisi berdiri sebenarnya enggan untuk satu tempat tidur dengan Ronald.
Luisa begitu canggung dengan hal ini, pernikahan yang terjadi tanpa dasar cinta yang kuat membuatnya hanya bisa diam mematung ketika Ronald meminta dirinya untuk mendekatkan diri.
"Kau tidak mau berada dekat dengan ku Luisa?"
Dengan cepat Luisa langsung menggelengkan kepalanya.
"Bukan maksudku seperti itu mas."
"Lalu apa?"
"Aku, aku, aku hanya masih merasa canggung saja."
Ronald yang mendengarkan alasan Luisa kini tersenyum.
"Ya aku mengerti, mungkin pernikahan ini terlalu cepat bagi mu, aku tidak memaksa mu untuk berada dekat dengan ku."
Setelah mengatakan hal tersebut Ronald mengambil ponselnya dan memainkan ponsel tersebut.
Saat ini sungguh hati dan pikiran Luisa sedang bergejolak, dirinya yang masih berdiri hanya mampu menatap Ronald yang saat ini sedang asyik memainkan ponselnya.
Dengan langkah yang cepat pada akhirnya Luisa berjalan ke arah tempat tidur dan langsung masuk ke dalam selimut yang sama dengan Ronald.
"Mas Ronald maafkan Luisa, jika sejenak Luisa sempat meragukan mas Ronald."
Luisa mengatakan hal tersebut di dalam dekapan dada bidang Ronald yang saat ini dengan perlahan mulai memeluk dirinya.
Rasanya begitu hangat dan tenang ketika Luisa menenggelamkan wajahnya ke dalam dada bidang milik Ronald.
"Luisa, aku sangat mengerti apa yang kau rasakan, dan aku tidak akan pernah memaksa mu untuk melakukan hal itu."
Deg
Seketika itu juga Luisa langsung bangkit dari pelukan Ronald.
"Mas Ronald serius?"
Tatapan Luisa kepada Ronald seakan -akan masih tak percaya jika malam hari ini Ronald mengatakan hal tersebut kepadanya.
"Ya aku mengatakan hal itu kepada mu dengan serius, aku tidak ingin jika wanita yang aku sentuh nanti dalam keadaan terpaksa, aku ingin dia menerima dan juga menikmatinya dengan baik, bukan hanya aku saja yang mendapatkan hal itu, namun pasangan ku juga harus mendapatkan hal yang sama."
Dan setelah Ronald mengatakan hal tersebut air mata Luisa langsung mengalir dengan deras.
"Hei kenapa kau menangis? apakah perkataan ku ada yang membuat hati mu sakit?"
Ronald mengatakan hal tersebut sambil menghapus air mata Luisa yang terus membasahi pipinya.
"Maafkan Luisa mas, maafkan Luisa, maafkan Luisa belum bisa menjadi istri yang baik untuk mas Ronald."
Ronald langsung tersenyum dengan perkataan Luisa yang di sertai dengan air mata.
"Aku menikahi mu untuk menjadikan mu istri ku, bukan teman tidur ku saja."
"Aku menikahi mu bukan hanya meminta mu untuk menjadi pemuas nafsu ku di atas tempat tidur ku saja."
"Aku menikahi mu bukan atas dasar itu saja Luisa, laki - laki yang menikah hanya untuk dasar itu, alangkah lebih baiknya untuk tidak menikah, karena mereka bisa mencari para pelacur di luar sana."
"Lantas mengapa mas Ronald tiba - tiba mengatakan kepada seluruh awak media bahwa aku adalah calon istri mu? dan dengan keputusan yang cepat mas Ronald melamar ku dan memberikan ku status seorang istri."
Deg
Pertanyaan Luisa kini membuat Ronald kembali terdiam, tangan yang semula masih menghapus air mata Luisa tiba - tiba saja terhenti.
"Apakah aku perlu mengatakan alasan ku akan hal ini? apakah kurang penjelasan ku kepada mu Luisa?
"Ya mas, karena wanita butuh penegasan."
"Baiklah, aku akan mengatakan bahwa aku ingin melindungi mu Luisa."
"Hanya itu mas Ronald?"
"Maafkan aku Luisa, namun hanya itu yang ada di dalam pikiran ku ketika para awak media terus mengepung mu dengan pertanyaan demi pertanyaan yang mereka ajukan, apakah kau menjadi kecewa dengan perkataan ku tadi?"
Dengan cepat Luisa langsung menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak pernah kecewa dengan keputusan mas Ronald, aku hanya merasa bahwa aku belum bisa menjadi istri yang baik untuk mas Ronald."
Ronald yang mendengarkan ucapan Luisa hanya bisa tersenyum dengan sinis.
"Sebenarnya bukan hanya kau saja yang belum bisa menjadi istri yang baik Luisa, namun mungkin aku juga belum bisa menjadi suami yang baik juga."
"Kau bisa melihat bukan kekurangan fisik yang aku miliki? mungkin wanita yang ingin dekat dengan ku hanya karena harta yang aku miliki saja."
"Mas, tidak semua wanita seperti itu."
"Ya dan aku yakin kau adalah salah satu wanita itu bukan?"
"Bagaimana jika kenyataannya aku sama seperti wanita - wanita itu mas? hanya menginginkan harta mas Ronald saja?"
"Aku tidak akan pernah salah pilih Luisa."
Luisa hanya terdiam dan tidak bisa mengatakan apa - apa lagi di hadapan Ronald.
"Walaupun kita belum melakukan hubungan suami istri, sekarang boleh aku untuk memeluk mu?"
Deg
Jantung Luisa tiba - tiba saja berdetak dengan sangat kencang saat Ronald mengatakan hal tersebut.
"Ya mas aku mau."
Dan setelah mengatakan hal tersebut Luisa kembali menenggelamkan dirinya di dalam dada bidang Milik Ronald..
Rasa hangat dan rasa nyaman kembali menyergap tubuh Luisa ketika dirinya berada di dalam pelukan dari Ronald.
"Kau tidak perlu lagi khawatir dengan Jovan, saat ini dia berada di dalam tanggung jawab ku, sekarang Jovan memiliki sosok ayah dapat di andalkan."
"Jadi kau tidak perlu lagi berperan ganda menjadi ibu dan ayah sekaligus untuk Jovan, lakukan tugas mu sebagai istri dan seorang ibu, aku akan melakukan tugas ku sebagai seorang suami dan juga ayah untuk Jovan."
"Iya mas Ronald, terima kasih."
Luisa mengatakan hal tersebut dengan perlahan karena tiba - tiba rasa kantuk begitu kuat menguasainya.
"Tidurlah, aku tidak ingin esok hari kau terlalu lelah dengan semua aktivitas yang akan kau kerjakan, mulai esok aku hanya ingin dilayani oleh mu, apakah kau keberatan?"
Dengan cepat Luisa langsung menggelengkan kepalanya.
"Sama sekali tidak mas, ini sudah menjadi tugas ku."
"Bagus, terima kasih Luisa."
Ronald mengatakan hal tersebut sambil mengecup kening Luisa dan ajaibnya Luisa langsung memejamkan mata ketika Ronald menghujaninya dengan ciuman sayang di kening.
*Luisa kau wanita yang kuat, entah sudah berapa banyak air mata yang telah kau keluarkan selama ini.
Kau melakukan semuanya seorang diri, aku tau kau mampu, kau bisa, namun aku sangat yakin ada rasa sedih yang begitu mendalam ketika engkau melakukan itu semua..
Aku hanya ingin melindungi mu Lusia, dan akan aku lakukan segala cara untuk melakukan hal tersebut untuk mu*.
Ronald mengatakan hal tersebut di dalam hati sambil terus memeluk Luisa.
Malam hari ini Ronald tenggelam di dalam tidur panjangnya bersama dengan satu wanita yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan sedikitpun.
Rasa tenang menyelimuti ke dua insan yang saat ini sudah terlelap di dalam kehangatan malam.
Rasa saling membutuhkan membuat ke dua insan ini berjanji untuk saling menjaga.
Sementara itu di lain tempat.
"Ampun mas Bramasta!"
Di dalam kamar terdengar Isak tangis satu wanita yang menahan perih karena tamparan Bramasta.
"Ayundira aku muak melihat mu!"
"Mas kemana lagi mas Bramasta akan menyuruh aku untuk pergi, malam ini adalah malam pengantin kita mas, pernikahan kita tadi siang baru saja berlangsung."
Bramasta hanya memandang sinis ke arah Ayundira ketika Ayundira mengatakan hal itu kepadanya.
"Cih pernikahan yang di satukan dengan pernikahan kakak mu Ronald, kau bilang kalian adalah keluarga kaya, tapi mengapa harus menikah bersama - sama seperti ini? apa bedanya dengan pernikahan massal gratis itu ha?"
Bramasta mengatakan hal tersebut dengan suara sangat keras.
"Mas maafkan Ayundira mas, namun itu adalah permintaan mas Ronald agar menyetujui pernikahan kita, dan aku ingin mengabulkan permintaan mas Ronald agar mas Bramasta di depan mas Ronald bisa terlihat dengan baik."
"Cih peduli apa aku dengan kakak mu yang cacat itu, untuk berdiri saja dia tidak mampu, mana mungkin dia mampu melakukan tugasnya malam ini bersama dengan Luisa."
"Apa yang sebenarnya mas Bramasta inginkan? kenapa sampai saat ini mas Bramasta masih saja menyebutkan nama Luisa di hadapan ku?"
Ayundira mengatakan hal tersebut di dalam kamar pengantin mereka.
Malam ini adalah malam pengantin yang seharusnya di lewati dengan penuh kebahagiaan, namun berbeda dengan Ayundira dan Bramasta yang masuk ke dalam kamar di mulai dengan pertengkaran demi pertengkaran.
"Apa urusan mu dengan aku selalu menyebutkan naman Luisa di hadapan mu?"
"Tentu saja mas itu jadi menjadi urusan ku, sekarang mas Bramasta adalah suami ku, dan apapun yang mas Bramasta lakukan harus seizin ku!"
Dan pada akhirnya air mata yang kesekian menit berusaha untuk di tahan oleh Ayundira pada akhirnya jatuh juga.
"Dengarkan aku!"
Bramasta mengatakan hal tersebut dengan menarik rambut panjang Ayundira.
"Sebenarnya aku sudah muak dengan hubungan kita, kau yang mengemis - ngemis cinta kepada ku Ayundira!"
"Mas lepaskan tangan mu, sakit mas!"
"Kau juga yang mengatakan akan memberikan modal besar kepada ku jika aku mau menikah dengan mu!"
Tatapan mata Bramasta begitu tajam saat mengatakan hal tersebut kepada Ayundira.
"Jadi jangan salahkan aku jika pada akhirnya aku berlaku kasar kepada mu!"
Dan setelah mengatakan hal tersebut Bramasta melempar Ayundira di atas tempat tidur mereka
"Kau harus ingat satu hal Ayundira, sejak awal kau yang meminta aku menjadi kekasih mu, kau yang mengatakan bahwa kau mencintai aku dengan perasaan mu, dan kau akan tetap mencintai ku meskipun aku tidak pernah mencintai mu!"
Dan setelah mengatakan hal tersebut Bramasta melangkahkan kaki keluar dari dalam kamar mereka.
"Mas, aku melakukan semua ini karena aku sangat mencintaimu, mungkin aku adalah wanita paling bodoh di dunia ini karena aku mengorbankan seluruh harga diriku karena mu."
Aku berpura - pura bahagia di depan banyak orang mengatakan bahwa aku adalah wanita paling beruntung karena bersanding dengan mu."
"Mas Bramasta, aku tau semua yang kau katakan itu betul, namun rasanya tetap sakit mas saat kau dengan langsung mengatakan semua hal tersebut itu kepada ku."
"Selama ini aku tidak pernah membongkar kepada siapapun tentang hutang mu yang seperti gunung es, tentang perusahaan mu yang sudah di ambang kebangkrutan, selama ini dengan uang pribadi aku selalu membantu untuk mengatasi hutang - hutang mu."
"Namun entah kemana semua uang ku mas, sampai saat ini hutang tersebut masih terus saja menggunung."
Air mata Ayundira mengalir dengan sangat deras saat dirinya mengatakan semua hal tersebut secara perlahan.
Tidak ada yang mengetahui duka Ayundira yang begitu dalam akibat ulah Bramasta.
Selama ini Ayundira sangat pintar untuk menutupi semua hal yang sebenarnya mendukakan hatinya.
Ayundira dengan bangga mengatakan kepada semua awak media jika Bramasta dengan segala usahanya telah berhasil masuk ke dalam pelukannya dan meninggalkan Luisa yang telah menjadi tunangan Bramasta.
Dengan bangga Ayundira mengatakan kepada awak media jika Bramasta lebih memilih dirinya di bandingkan dengan Luisa.
Sungguh sandiwara yang sangat handal di mainkan oleh Ayundira, namun di saat yang sama hati, pikiran dan raga Ayundira semakin di gregoti dengan kebohongan demi kebohongan yang dia ciptakan sendiri.
"Mas Bramasta aku ini sekarang istri mu, dan aku akan melakukan segala macam cara untuk mempertahankan pernikahan ini meskipun harus dengan tubuh ku yang berdarah - darah karenanya."
Di dalam isak tangisnya di tengah malam, Ayundira terus mengatakan hal tersebut seorang diri.
Rasa yang tertinggal, kebahagiaan yang hanya menjadi halu membuat Ayundira akan terus mempertahankan Bramasta meskipun itu membuat semua hal yang dia miliki akan menjadi taruhannya.
Dengan air mata yang masih mengalir Ayundira pada akhirnya tertidur di atas tempat tidurnya seorang diri.
Tanpa pelukan hangat, tanpa cinta kasih dari suami yang baru saja menikahi dirinya beberapa jam yang lalu.
Dengan tangisan Ayundira memejamkan mata dan berharap esok hari Bramasta sudah kembali berada di sampingnya.
"Aku mencintaimu mas Bram."
Kata - kata terakhir yang diucapkan oleh Ayundira sebelum ke dua matanya betul - betul terpejam.
"Selamat pagi mas Ronald."
Pagi yang sudah mulai terlihat membuat Ronald segera membuka ke dua matanya.
Saat Ronald membuka ke dua matanya, di hadapannya sudah ada Luisa yang sudah wangi dengan senyuman manis yang menyapa dirinya.
"Kemarilah."
Ronald mengatakan hal tersebut sambil merentangkan ke dua tangannya di atas
tempat tidur.
"Mas mau apa?"
"Aku ingin memelukmu Luisa."
Dan setelah mengatakan hal tersebut Luisa langsung menyerahkan tubuhnya untuk dipeluk oleh Ronald.
Wangi parfum yang dipakai oleh Luisa tercium sangat dekat di hidung Ronald
Dengan cepat Ronald menciumi semua bagian wajah Luisa.
"Nyaman sekali sayang ketika aku memeluk mu seperti ini, dan aku tidak ingin melepaskannya lagi."
Ronald mengatakan hal tersebut kepada Luisa yang kini masih berada di dalam pelukannya.
"Mas, tapi ini membuat dadaku sesak."
Luisa pada akhirnya terpaksa mengatakan hal tersebut karena ternyata Ronald memeluknya terlalu erat.
"Ah maafkan aku Luisa."
Dengan cepat Ronald segera melepaskan pelukan yang sebenarnya masih ingin dirasakan olehnya.
"Mas aku sudah menyiapkan air panas untuk mandi, dan aku juga sudah menyiapkan sarapan untuk mas Ronald."
"Terima kasih."
Ronald mengatakan hal tersebut dengan membelai rambut panjang Luisa.
Dengan cepat Ronald duduk di atas tempat tidurnya dan langsung mengambil ponsel yang ada di samping tempat tidurnya.
"Pengawal, masuklah ke dalam kamar, bantu aku untuk berdiri."
Dan setelah mengatakan hal tersebut Ronald menutup panggilan ponselnya.
"Mas Ronald, untuk apa menghubungi para pengawal untuk membantu mas Ronald?"
"Ya aku biasa melakukan hal itu di pagi hari Luisa."
"Mas Ronald sudah lupa? sekarang mas Ronald punya aku? mas dengan segenap hati aku akan merawat mas Ronald, dan mengurus semua kebutuhan mas Ronald, jadi aku berharap mas Ronald untuk tidak lagi memanggil para pengawal jika hanya untuk urusan seperti ini saja."
Ronald yang mendengarkan perkataan Luisa kini hanya bisa menatapnya saja.
"Apakah kau sungguh - sungguh ingin membantu ku?"
Dengan kuat Luisa mengatakan hal tersebut sambil menganggukkan kepalanya.
"Baiklah, ini katakan saja kepada para pengawal bahwa aku tidak membutuhkan mereka untuk melakukan hal ini."
Ronald mengatakan hal tersebut sambil menyerahkan ponselnya kepada Luisa.
Dengan cepat Luisa langsung menghubungi para pengawal dan mengatakan apa yang harus dikatakan.
"Sudah mas."
Dengan senyuman manisnya Luisa kembali menyerahkan ponsel tersebut kepada Ronald
"Jadi apa yang harus aku lakukan sekarang?"
"Pertama - tama aku akan membantu mas Ronald untuk turun dari tempat tidur dan langsung mandi karena aku sudah menyiapkan semuanya."
"Ah baiklah jadi kau akan ikut aku mandi? dan kita bisa mandi bersama?"
Dan seketika itu juga Luisa langsung menundukkan wajahnya.
"Aku, aku."
"Sudah aku mengerti Luisa."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!