NovelToon NovelToon

Bunga Pengantin

PROLOG

Seorang gadis menatap dirinya yang cantik di hadapan cermin, ia terus tersenyum pada pantulan dirinya. Gadis itu bahkan bicara sendiri saat melihat pantulan nya, kadang ia akan tertawa geli karena merasa aneh saat bicara dengan sendirinya.

memakai sebuah gaun pernikahan yang super cantik dan mewah, bahkan jika dilihat tampak gaun itu sangat mahal. sentuhan terakhir gadis itu membawa sebuah bunga mekar ditangannya, seakan bunga pengantin itu menyontohkan betapa cantiknya keduanya.

"kamu cantik sekali nak, gaunmu cocok dengan dirimu! " ucap seorang wanita paruh baya, gadis itu menoleh dan tersenyum tipis.

"iya ibu, aku sangat menyukai gaunku. aku sangat gugup, sebentar lagi dia akan datang dan kami mulai mengucapkan janji pernikahan! " ucap gadis itu lembut, sang ibu tersebut tersenyum dan mengusap kepala anak gadisnya dengan lembut.

"tidak kusangka, gadis ibu sudah besar! " ucap ibunya, gadis itu mengangguk.

hari semakin siang, menunjukkan keterlambatan sang pengantin pria untuk datang. gadis itu yang awalnya masih biasa, kini menjadi tidak tenang. bahkan keluarganya mengalami ketegangan menghubungi keluarga pria itu, gadis itu tetap tenang dan berusaha untuk tidak tegang.

"bagaimana apa ada kabar? "

"tidak ada, ponselnya tidak bisa dihubungkan! " ucap seseorang, gadis itu mulai gelisah bahkan ia melihat beberapa tamu pergi dari rumahnya karena merasa sangat lama acara yang tidak dimulai. gadis itu berusaha menghubungi calon pengantin pria nya, tapi tidak ada sahutan dan dicoba beberapa kali pun tetap sama.

semuanya terhenti, dan berfokus pada seseorang yang berdiri disamping pintu. yang diyakini adalah keluarga dari calon pengantin pria, kelegaan yang mereka rasakan. Gadis itu pun merasa lega, ia berdiri dari duduknya dan memasang senyuman kepada keluarga itu. tapi ada perasaan aneh yang terjadi, ketika kedua orang tua dihadapannya menunduk lemah dan seorang ibu terisak menangis.

"kenapa ibu menangis, apa yang sebenarnya terjadi?" ucap gadis itu dengan lembut, seorang pria yang dipanggilnya ayah itu tersenyum. pria itu adalah calon ayah mertua gadis itu, tersenyum dan mengusap lembut kepalanya.

"kamu sangat cantik dan juga baik, kamu tidak pantas menikah dengan putra Kami! " keterkejutan terjadi, bunga yang ia pegang setinggi perut mendadak lemas dan menjatuhkan bunga itu.

"putra Kami pergi bersama wanita lain, ia mengatakan tidak bisa menikah denganmu. kami sebagai orang tuanya benar benar minta maaf, maafkan kami nak! "

hancur sudah hati gadis itu mendengar ungkapan seorang ibu di hadapan nya, pria itu meninggalkannya. perjuangan mereka bertahun tahun menjadi tidak berguna, gadis itu mulai merasa sesak mengingat semua masa lalu bersama pria itu. para tamu yang ada disana diminta pulang, kedua orang tua gadis itu dengan sopan meminta maaf atas kejadian yang tidak diinginkan itu.

"tidak perlu meminta maaf, semua sudah terjadi. saya permisi dulu! "

"kamu mau kemana? " tanya sang kakak, gadis itu mengambil bunga yang terjatuh dari tangannya.

"mau ganti pakaian kak, kan sudah selesai acaranya! " ucap gadis itu kemudian berjalan tanpa menoleh, ia masih berjalan dengan tenangeleeati beberapa orang yang menatapnya.

"kenapa calonnya pergi ya, kasian sekali padahal dia cantik loh! "

"kalau aku jadi dia, aku sudah tidak bisa hidup lagi! "

"iya malu banget"

"hushh sudah, jangan diomongin kasian dia! "

Gadis itu berjalan tanpa mendengarkan orang lain bicara, ia menaiki anak tangga rumahnya hingga menuju kamarnya. pintunya tertutup rapat dengan suara bantingan pintu cukup keras, tidak lupa ia mengunci pintu itu. gadis itu menatap dirinya di hadapan cermin, ia berkhayal dirinya yang buruk didalam pantulan cermin.

"kurang apa aku, coba katakan padaku? " ucapnya sendiri di hadapan cermin, ia memandang tubuhnya gaunnya secara perlahan. "kurang apa sampai dia tidak mau menikahiku, katakan padaku! " suara gadis itu mulai meninggi, ia melihat foto calon suaminya diatas meja. "bagaimana bisa kau melakukan ini, bagaimana bisa! " ucapnya melempar figira foto kecil itu, membuat cermin riasnya pecah berkeping. mungkin seperti gambaran hati gadis itu, hancur dan tidak akan bisa disusun kembali.

gadis itu menangis pilu, suara tangisnya didalam kamar terdengar menyayat hati. ia menghancurkan kamar yang begitu cantik terhias bunga, kamarnya itu akan digunakan sebagai kamar pengantin mereka jika sudah menikah. gadis itupun menyobek gaunnya sendiri yang masih melekat ditubuhnya, ia tidak peduli dengan luka yang tanpa sengaja menggores kulitnya hingga berdarah.

"kalau kaj tidak ingin menikah denganku, maka katakan saja. kenapa kau harus pergi... kenapa kau menghancurkan impianku, kenapa kah membuatku hancur... kenapa... hiks... hiks... apa salahku padamu, bahkan kau tidak mau menemuiku disaat seperti ini... aku membencimu... aku sangat membencimu... "

"buka pintunya, apa yang kau lakukan didalam! " suara orang diluar pintu kamar gadis itu, ia mengabaikan suara suara yang mengkhawatirkannya. ia hanyut dalam kesedihannya, menangis meluapkan semua kepedihannya. sampai semua orang berhasil membuka pintu kamar gadis itu, dan melihat gadis itu sudah tergeletak diatas kasur. mereka semua terkejut melihat darah mengalir ditangannya, segera sang kakak mengakat adiknya yang berusaha mengakhiri hidupnya sendiri. gadis itu masih membuka mata meskipun pandangannya kabur, ia melihat kakaknya yang berlari menggendongnya dan melihat orang tuanya panik dengan khawatir.

"maafkan aku, aku tidak sanggup lagi! "

...****************...

Assalamu'alaikum semuanya, apa kabar kalian. dinda balik lagi nih, mau bikin cerita seru lagi. insyallah ceritanya bakal berlanjut, dan Do'akan dinda berkarya terus yaa... hehe salah cinta buat kalian para reader❤

...----------------...

Bunga.

tahun berjalan begitu cepat tanpa terasa, kesedihan dan kesenangan berlalu seiring waktu berjalan. di sebuah kota besar dan juga padat, terdapat suatu daerah tempat tinggal seorang gadis cantik. gadis itu bernama Bunga Larasati, yang biasa dipanggil Bunga. gadis itu berusia 27 tahun, tapi wajahnya masih terlihat seperti remaja. gadis dengan tubuh tinggi yang mungil tidak seperti orang dewasa, berkulit putih dan cetakan wajah yang pas membuat siapapun terpesona. Bunga dikenal sebagai gadis yang baik, ia bekerja sebagai dosen di sebuah universitas negeri disebuah kota.

ia dari keluarga biasa saja tidak kaya juga tidak miskin. sifatnya yang rendah hati, membuat ia digemari banyak orang. sifatnya yang periang membuat hati seseorang ikut riang, wajahnya tidak pernah suram selalu menampilkan senyuman. tapi siapa sangka dibaling keriangannya itu, ada kejadian yang membuat hatinya hancur mungkin saja belum tersusun rapi didalam dirinya.

hari ini Bunga datang lebih awal, karena memang dirinya suka datang lebih awal dari pada terlambat. seperti biasa ia berjalan dengan elegan, menerima sapaan beberapa murid yang menyapanya.

"miss... miss Bunga! " panggil seseorang membuat Bunga menghentikan langkahnya, gadis itu menoleh dan menatap seorang remaja berlari kearahnya.

"kamu panggil saya? " ucap Bunga tersenyum, remaja itu mengangguk dan memberikan sekantung kresek yang Bunga sendiri heran tidak tahu apa isinya.

"ini Miss, ada sedikit makanan ringan buat anda hehe... " ucapnya, dengan senyuman Bunga menggelengkan kepala.

"kalau kamu seperti ini, pasti kamu membuat masalah! " Bunga menebak karena itu memang biasa terjadi, remaja tersebut tertawa dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "sudah masuk kelasmu sekarang, dan bagikan yang ada didalam kantung itu kepada teman temanmu. saya permisi dulu! " ucapnya lagi kemudian pergi, remaja itu menghela nafas kemudian merasa cemberut.

Bunga berjalan memasuki ruang dosen, seperi biasa ia akan duduk dengan tegap di kursinya dan ia mulai menyalakan komputernya. hari hari begitu berat untuknya, karena diakhir tahun ini semua akan menjalani ujian akhir tahun. Bunga sibuk membuat materi yang akan diterangkan kepada siswanya, lebih tepatnya ia membuat bahan untuk ujian yang akan datang.

"hay flower, masih pagi sudah sibuk saja! " ucap seseorang yang berdiri di hadapan Bunga, dengan senyuman gadis itu mengangguk.

"iya Pak Deni, ujian semakin dekat banyak bahan yang harus dijelaskan! " ucapnya, Deni tersenyum kemudian duduk disamping Bunga.

"percuma Bu, gak akan dipelajari sama siswa-siswi nakal itu. kita susah susah buat, tapi mereka tidak paham! "

"tidak masalah pak, yang penting kita disalahkan jika memang nilai mereka jelek. oh ya, ngomong ngomong apa bapak sudah mempersiapkan materinya? " tanya Bunga, Deni yang senang dengan suara Bunga tersenyum kemudian mengangguk.

"sudah dong, gampang itu. saya mau lihat wajah kamu saja, tidak masalah kan? " ucapnya, seketika Bunga tertawa kemudian mengangguk dengan mereka saling tertawa.

Deni orang yang sangat humoris, beberapa banyak dosen hanya dirinya yang berani menggoda Bunga. bahkan gadis itu sendiri merasa tidak terganggu, ia menganggap Deni sebagai kakaknya dan menerima setiap kehumorisan Deni disana.

...****************...

Bunga selesai mengajar, ia membereskan buku miliknya diatas meja. para siswa pun mulai keluar satu persatu dari ruang kelas itu, sampai Bunga pun siap keluar dan berpamitan pada beberapa siswa yang masih duduk di bangku karena menunggu pelajaran selanjutnya. sedang santai berjalan tiba tiba dirinya mendengar keributan dari jauh, suara periak periuk siswa terdengar. Bunga berjalan cepat menghampiri kericuhan itu, ia terkejut melihat siswa laki laki yang sedang bergulat dan tidak ada yang melerai. Bunga terkejut karena mengenal dua siswa itu, karena dua siswa tersebut adalah anak muridnya yang menjadi tanggung jawabnya sebagai wali kelas.

"siapa ini, hentikan apa yang kalian lakukan! " ucap Bunga tanpa didengar, terjadi kericuhan disana bahkan tubuh Bunga yang kecil seperti tertelan di dalam kericuhan tersebut. "berhenti, saya bilang berhenti! " teriak Bunga lagi, semuanya terdiam, bahkan pertengkaran itu terhenti. Bunga menarik nafasnya yang tersenggal, ia tidak pernah marah seperti itu. Bunga menatap kedua siswa laki laki yang bergulat itu, wajah yang memar dan saling menatap penuh dendam.

"jangan melihatku seperti itu, kau ingin kubunuh! " ucap seorang siswa yang berjaket hitam, dikenal sebagai David di Universitas itu.

"heleh... kau tidak bisa membunuhku, kau yang akan mati duluan! " saut lawannya, bernama Riyan yang juga siswa terkenal di Universitas itu.

"kalian yang akan saya bunuh, ikut saya keruangan sekarang! " ucap Bunga kemudian berjalan pergi, kedua siswa itu menurut dan berjalan dibelakang Bunga.

sampai diruangan nya, Bunga bertemu dosen lain dan pak Deni yang menatap kedua siswa dibelakang Bunga. Deni memberikan pukulan pelan dengan sebuah rotan kecil, membuat kedua siswa itu menunduk tanpa berani menegakkan kepala.

"hisshh kalian lagi, bosan saya lihatnya! " ucap Deni, Bunga menggelengkan kepala dan menghela nafasnya dengan berat.

"mau lanjut memukul kan, silahkan disini sepi hanya ada saya dan juga pak Deni! "

"wah saya juga mau ikut memukul, tapi saya ada jam pelajaran! " ucap Deni kemudian pergi, Bunga masih menatap kedua remaja itu tanpa berkedip. "ambil kursi itu, duduk di hadapan saya! " keduanya segera mengambil kursi, duduk dengan tenang di hadapan Bunga. gadis itu menatap Riyan yang penuh lebam di wajahnya, Bunga pusing menghela nafas berulang kali.

"saya tidak salah miss, dia yang memulai dulu mencari perkara! " ucap David, Riyan yang melipat kedua tangannya menatap Remaja itu malas.

"miss sekarang lihat saja, muka siapa yang penuh dengan lebam. dia memukuli aku, jadi aku tidak salah! " saut Riyan, remaja itu terkenal diseluruh sekolah. terkenal dengan kenakalan pria itu, memang ia tidak membuat keributan, tapi dengan diamnya Riyan pun masalah akan hidup.

"panggil orang tua kalian, tidak sekali dua kali kalian seperti ini. besok saya mau kalian datang dengan orang tua, terserah ibu atau ayah kalian! "

"saya tidak punya orang tua, hanya punya kakak laki laki! " ucap Riyan enteng, Bunga menghela nafasnya.

"terserah, bawa siapa saja yang menjadi walimu! "

"dia sibuk, dia hanya mengirim uang saja bahkan aku lupa dengan wajahnya! " ucap Riyan lagi, Bunga menyesali perkataannya. memang sudah berulang kali Bunga memanggil wali Riyan, tapi tidak ada yang datang dan jawaban Riyan akan selalu seperti itu tidak pernah berubah. Riyan pergi begitu saja tanpa bicara lagi, David sendiri mengangguk kemudian berpamitan pergi. Bunga menghela nafasnya, kemudian bersandar di kursi karena merasa pusing.

"punya siswa, nakal semua tidak ada yang tidak! " ucap Bunga, ia menunduk lesu dan menatap jam tangan yang selalu ia pakai. "sudahlah aku akan pulang sekarang, tubuhku sangat lelah! " ucapnya merapikan barang miliknya, beberapa menit kemudian ia siap pergi dari sana menuju rumahnya.

diperjalanan pulang ia melihat seseorang yang dikenalnya, tentu saja membuat Bunga yang fokus menyetir tiba tiba meminggirkan mobilnya tanpa memperdulikan belakangnya. suara klakson ia abaikan, Bunga turun dari mobil demi menemui seseorang yang ia kenal. seseorang yang menghancurkan hidupnya, seseorang yang membuat kecewa hatinya, seseorang juga yang merubah dirinya. bukan untuk mengharap orang itu lagi, melainkan ia ingin bertanya. kenapa, kenapa orang itu tega menyakitinya hingga sedalam itu.

Riyan.

Bunga dan Riyan duduk di sebuah mini market, karena keadaan yang sedang hujan diluar. mereka secara tidak sengaja bertemu, saat mobil Riyan tanpa sengaja menabrak Bunga yang sedang berlari tanpa melihat arah. sekarang Bunga tertunduk lesuh , tubuhnya setengah basah ditambah ia bersama murid nakalnya itu. tiba tiba rasa hangat menyelimuti nya, ia melihat Riyan memakaikan sebuah handuk yang dibelinya kepada Bunga.

"miss anda baik baik saja kan? " tanya Riyan, Bunga mengangguk dan tersenyum.

"iya saya baik baik saja, kamu kalau naik mobil yang hati hati jangan sampai nabrak orang! " saut Bunga, Riyan memutar dua bola matanya.

"lah lagian, miss Bunga tiba tiba lari gitu saja. lah mana saya tahu kalau ada orang, lagian itu dijalan raya! " saut Riyan, Bunga hanya menggelengkan kepalanya. ia menatap remaja nakal satu itu, kemudian menggelengkan kepalanya.

"jangan lupa, bawa walimu besok pada saya. saya sudah capek mendapat laporan kamu membuat keributan, kamu gak capek apa buat keributan? "

"hehe tidak miss, soalnya saya terlalu kesepian jadi sangat suka dengan keributan! " saut nya, Bunga dengan kesal melempar handuk yang yang ia bawa kearah Riyan. remaja itu tertawa renyah, Bunga kembali menggelengkan kepala dengan sedikit tersenyum. "jangan galak galak miss, nanti jodohnya menjauh! " perkataan itu berhasil membuat Bunga terdiam, Riyan yang melihat itu merasa aneh dan menatap Bunga yang menatapnya.

"apa menurutmu saya ini galak? " tanya Bunga, Riyan menganggukkan kepalanya. "apa saya ini terlihat buruk? " tanya Bunga lagi, Riyan terkejut dengan itu. karena semua orang tahu seperti apa Bunga, gadis itu dikenal tidak memiliki keburukan apapun didalam dirinya.

"Miss Bunga, anda itu memang galak. tapi anda tidak buruk sama sekali, anda sempurna dalam hal apapun! " ucap Riyan, Bunga menghela nafas kemudian berdiri dari duduknya. terlihat hujan sudah reda, dan waktunya untuk mereka berdua pulang.

"ayo saya antar pulang, remaja seperti kamu ngapain keluyuran! " ucap Bunga berdiri, gadis itu menarik Riyan seperti seekor kucing. Riyan meronta, tapi tidak terlalu melawan karena takut akan menyakiti Bunga yang menurutnya lebih kecil darinya. Bunga membawa Riyan masuk kedalam mobilnya, karena mobil Riyan sebelumnya menabrak tiang dipinggir jalan demi menghindari Bunga yang tiba tiba berdiri.

"saya bisa pulang sendiri, lagi pula saya ini laki laki! " ucap Riyan, Bunga tidak mendengar kemudian melajukan mobilnya. "biar saya yang menyetir, saya tahu kaki anda sakit kan? " ucap Riyan lagi, Bunga yang belum menjalankan mobilnya pun setuju. akhirnya mereka bertukar tempat, mobil pun melajukan dengan Riyan yang mengemudikan.

"Miss tadi kenapa sih, anda tiba tiba berlari seperti itu! " tanya Riyan, Bunga yang terdiam melihat kearah luar jendela mobil. "ternyata dibalik senyum cantik Miss Bunga ini, dia bisa menggalau seperti ini ya! "

"saya menggalau karena tidak punya uang, kamu pikir karena apa? " saut Bunga, Riyan terkekeh lagi.

"ya biasa nya wanita galau kan karena laki laki, siapa tahu saja anda sedang galau karena laki laki! "

"kamu cerewet sekali jadi laki laki, menyetir dengan benar jangan banyak bicara! " ketus Bunga, galaknya Bunga membuat Riyan tidak takut malah semakin tertawa.

beberapa menit kemudian mobil itu sampai disebuah rumah, bukan rumah tepatnya di istana. karena menurut Bunga tidak pantas jika disebut rumah, bangunan itu sangat megah dan juga besar. Riyan menghentikan mobil itu di luar pagar rumah itu, Bunga masih menatap tidak percaya itu adalah rumah Riyan.

"bukan rumah saya Miss, ini rumah kakak saya! " ucap Riyan, Bunga pun mengangguk dengan itu.

"jadi rumah sebesar ini hanya kalian yang tinggal, tidak ada orang tua? " tanya Bunga, Riyan mengangguk membenarkan hal itu.

"tentu, ini adalah hasil kerja keras kakakku. sangking sibuknya bekerja, ia tidak pernah memperhatikan adiknya masih hidup atau belum! " ucap Riyan, Bunga memberikan pukulan ringan pada dahi remaja itu.

"pokoknya besok bawa kakakmu menemuiku, atau kamu akan saya skors 1 tahun. biar saja tidak lulus, biar malu sekalian! " ucap Bunga, Riyan mengangguk dengan terpaksa. "saya pergi dulu, kamu segera masuk! "

"baik miss, Terima kasih! " ucap Riyan, Bunga melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Riyan melihat mobil Bunga hingga menghilang dari pandangannya, satpam rumahnya pun membuka pagar untuk memberikan akses Riyan masuk.

secara bersamaan mobil hitam datang, Riyan menoleh dan diyakininya mobil itu milik sang kakak. mobil hitam berhenti disamping Riyan, dan pintu mobil terbuka untuk memberi Riyan tumpangan. tanpa bicara Riyan masuk ke mobil tersebut, dan mobil pun melaju sedang. disampingnya terdapat sang kakak yang terdiam dengan memegang sebuah ponsel, Riyan ingat harus mengatakan hal yang diminta Bunga.

"hoyy anak nakal, kau membuat masalah lagi dikampus? " ucap seseorang di bangku depan, Riyan tersenyum kaku kemudian mengangguk pelan. "lihat wajahmu itu, siapa yang berani memukulmu seperti itu? "

"tidak perlu bertanya seperti itu, harusnya tanyakan bagaimana bisa mereka memukulnya seperti itu! " ucap kakaknya yang disamping, Riyan menggelengkan kepalanya.

"aku diam saja, tiba tiba temanku itu memukul ku. ah bukan teman, dia musuhku sekarang! " saut Riyan, pria yang didepannya itu tertawa. "kak Refan tumben kesini, lagi gak sibuk ya? " tanya Riyan pada kakaknya yang didepan bernama Reyvan, pria itu tersenyum melihat Riyan.

"sibuk sih, cuman ada urusan sama Kak Rayhan! " saut Reyvan, tidak kembar tapi nama mereka hampir sama. mereka pun tidak memiliki sifat yang sama, sifat mereka jauh berbeda dari kata sama.

Riyan Andrizal adalah anak ketiga dari tiga bersaudara, ia memiliki dua kakak yang bernama Rayhan Andrizal kakak pertamanya dan kakak keduanya bersama Reyvan Andrizal. ketiga saudara itu hidup tanpa diawasi orang tua, karena orang tua mereka meninggal lima tahun yang lalu karena sebuah kejadian. Riyan dirawat oleh kedua kakaknya, meskipun seperti tidak peduli tapi kedua kakaknya itu sangat menyangi Riyan yang mungkin tidak nurut kepada mereka. Riyan hanya takut kepada Kakaknya Rayhan, kakak yang menurut ya seperti gunus es dan kemarahannya itu tidak bisa dikontrol oleh siapapun.

"kak, besok dosen ingin bertemu wali Riyan. apa ada yang berkenan datang, tapi jika tidak ada tidak masalah! " ucap Riyan memberanikan diri, Rayhan yang sedari tadi tidak peduli menoleh kearah sang adik. memberikan tatapan elang yang tajam, Riyan mendadak lemas dan pasrah jika kakaknya itu akan marah.

"sudah tahu kami sangat sibuk, kenapa kau selalu bikin ulah! " tegas Rayhan, Riyan terdiam tanpa menjawab.

"sudah sudah, aku yang akan datang! "

"kau, bukankah kau akan pergi luar kota besok? " ucap Rayhan, Reyvan mengangguk dengan senyuman.

"tidak lama kan, mungkin dosennya hanya memberikan masukan setelah itu yasudah selesai! " ucap Reyvan, kedua orang itu saling tersenyum dan kemudian tos tangan dengan riang. Rayhan yang melihat itu menggelengkan kepalanya, mereka keluar dari mobil secara bersamaan memasuki rumah.

"kakak tahu gak sih, tadi dosen ku yang mengantarku pulang. dia terheran heran melihat rumah ini, mungkin terlalu besar dilihatnya! "

"kenapa kau tidak menyuruhnya masuk, kita bisa mengobrol disini dan kami tidak perlu repot repot ke kampusmu besok! " ucap Reyvan, Riyan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"kalau dipikir pikir, aku rindu rumah kita dulu! " ucap Riyan, Reyvan dan Rayhan saling menatap kemudian saling membuang muka. Riyan pun berlari cepat kearah kamarnya, ia tidak mau diantara dua kakaknya itu.

"aku juga rindu rumah dulu, apalagi masih ada orang tua! "

"karena masalahmu dulu kita kehilangan rumah kita, yang paling utama kehilangan orang tua! " saut Rayhan ketus kemudian berjalan meninggalkan sang adik, Reyvan menghela nafas kemudian berjalan menuju kamarnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!