NovelToon NovelToon

Belenggu Cinta Tuan Pemaksa

Bab 1 : Kamu ada dimana?

Halo para readers kesayangan novi. Selamat datang di kisah Pangeran dan juga Anne. Semoga kalian suka dengan alurnya ya. Jangan lupa untuk like, komen, vote, hadiah serta bintang limanya ya...

Untuk tahu visual dan vidio tentang para tokoh Kalian juga bisa follow ig novi : Novi_Rahajeng08

...~ Selamat membaca ~...

" Anne ...," seru seorang pria yang baru saja datang dengan nafas tersengal-sengal.

Melihat Jeremy sudah datang, membuat Anne merasa senang. Pasalnya, Ia sudah sangat bosan berada di ruangan kantor polisi sejak beberapa jam yang lalu.

" Kenapa baru datang? "protes Anne dengan wajah kesal.

" Aku masih kerja, Anne. Lagian, kamu kenapa bisa ada di kantor polisi? Apa kamu melakukan tindakan kejahatan? " cecar Jeremy dengan berbagai pertanyaan.

Anne hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

" Apakah anda wali dari nona Aurora? "tanya seorang pria berpakaian polisi. Sejak menghilang tiga tahun silam, Anne memang mengubah identitasnya sebagai Putri Aurora agar keluarganya tak bisa menemukan keberadaannya. Tetapi, khusus Jeremy terkadang ia masih memanggil nama asli Anne.

Jeremy mengangguk, setelahnya ia segera membereskan kasus Anne agar bisa pulang. Selama tinggal di sini, Jeremy memang bertanggung jawab penuh akan Anne.

Setelah selesai, akhirnya mereka bisa keluar dari tempat itu.

" Jer, jangan cepat-cepat kalau jalan!" keluh Anne saat jalan Jeremy yang begitu cepat.

Jeremy menghentikan langkahnya, lalu berbalik ke arah Anne dengan memasang wajah masam.

" Ada apa lagi Anneta ...? Bukankah aku sudah mengeluarkanmu dari tempat itu?" ujar Jeremy yang berusaha untuk tidak kesal setelah mendengar apa kesalahan Anne di dalam sana.

" Bisakah jangan memanggilku Anneta lagi?"

" Bukankah itu namamu?" Jeremy justru bertanya balik, membuat Anne kesal.

" Kenapa wajahmu seperti itu? Kamu kesal padaku? Seharusnya aku yang kesal karena hari ini kamu sudah bersikap di luar batas!" tandas Jeremy yang seakan mengeluarkan unek-uneknya. Pasalnya, gara-gara Anne yang terus menelpon tanpa henti sampai membuat Jeremy gagal untuk memenangkan tender.

" Maaf, tapi aku tidak___"

" Sudahlah, kita pulang!" titah Jeremy. Sementara Anne hanya bisa menurut jika Jeremy sudah memperlihatkan wajah sangarnya.

Dulu, saat masih menjadi asisten Brian, Jeremy memang sangat tunduk pada Anne yang merupakan kekasih Bosnya. Tapi sekarang, hubungan mereka bukanlagi hubungan antar bawahan dan atasan. Melainkan layaknya adik dan Kakaknya atau bisa di sebut wali juga. Karena selama Anne tinggal di kota sini, yang mengurus semuanya adalah Jeremy. Jadi, tanpa dia Anne akan sangat kesulitan.

Selama perjalanan, Anne dan Jeremy Sama-sama diam satu sama lain. Tidak ada yang membuka suara hingga sampai di depan rumah.

" Anne," panggil Jeremy pada Anne yang akan membuka pintu rumahnya.

" Maaf jika tadi aku sudah bersikap terlalu kasar."

" Aku mengerti, Kok. Aku juga minta maaf jika terlalu merepotkan," ujar Anne yang jadi sadar jika ia juga salah.

Jeremy tersenyum tatkala melihat Anne yang menundukkan kepalanya seakan benar-benar sedang merasa bersalah.

" Ahh..., " Jeremy berpura-pura menghela nafas panjang.

" Menjaga seorang nona muda yang manja dari keluarga kaya memang harus siap untuk di repotkan," goda Jeremy yang seketika membuat Anne mendongak.

" Aku bukan nona muda yang manja!" kesal Anne yang paling tak suka di sebut nona muda. Dikarenakan kesal, membuat Anne langsung masuk ke dalam rumah.

" Hei, nona muda. Nanti malam mau makan apa? "teriakan Jeremy dari depan rumahnya.

Meski menjadi wali Anne, mereka berdua tetap tinggal di rumah yang berbeda tetapi masih bersebelahan.

Anne menghentakkan kakinya berjalan memasuki kamarnya, lalu melemparkan totebagnya ke atas kasur. Setelahnya, Ia juga ikut merebahkan tubuhnya ke atas ranjang itu.

Tatapan Anne nanar menatap langit-langit kamarnya, tiba-tiba Ia teringat kembali pada almarhum Brian.

"Kak, Anne rindu...," lirihnya yang masih saja merindukan seseorang itu.

Meski sudah tiga tahun berlalu, Anne masih saja berharap bahwa ini semua hanyalah mimpi atau Brian sedang pergi ke belahan dunia lainnya. Yang, kemungkinan Bis kembali lagi.

Anne menatap kembali cincin pernikahan yang telah di siapkan oleh Brian di jari manisnya.

" Kenapa hidup inj terasa hampa tanpamu, Kak?" gumam Anne dengan air mata yang kembali menetes dari pelupuk matanya.

Hidup sendiri di negara orang memanglah tak mudah, selain merindukan Brian, sebenarnya Anne juga merindukan keluarganya. Tapi, Ia belum siap pulang ke rumah.

Ya, mengingat soal rumah dan keluarga. Kira-kira bagaimana kabar suami sirinya itu? Apakah hubungan pernikahan mereka sudah berakhir, mengingat Anne yang menghilang cukup lama. Akibat terlalu larut dalam kesedihan sampai membuat Anne lupa jika sebelum pergi, statusnya adalah istri siri dari seorang Pangeran Aditama.

" Ah, malas sekali jika ingat kembali kejadian itu!" gumam Anne yang sangat membenci kejadian dimana Pangeran yang tiba-tiba menggantikan Brian untuk menikah dengan dirinya.

...***...

Di sebuah ruangan, terlihat seorang pria tampan yang tengah sibuk dengan setumpuk dokumen pekerjaan. Demi mengalihkan perhatian tentang istrinya yang tak kunjung di temukan, membuat Pangeran lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja.

Tiba-tiba, terdengar suara seseorang yang tengah mengetuk pintu.

" Masuk!" kata Pangeran dengan suara beratnya.

Setelahnya, terlihat asistennya Bentala memasuki ruangan kerjanya.

" Siang, bos," sapa Bentala.

" Ada apa?"

" Ini ada dokumen yang harus anda tanda tangani," ujar Bentala seraya menyodorkan sebuah map berwarna hitam pada Pangeran.

Pangeran pun mengambil map itu, lalu membacanya sekilas dan menandatanganinya.

" Oh, ya, Ben. Bagaimana dengan pencarian istri saya? Apakah sudah ada berita terbaru? "tanya Pangeran.

" Maaf, bos. Kita belum menemukan sebuah petunjuk tentang istri anda, "tutur Bentala apa adanya.

" Yaudah kalau begitu. "

Setelahnya, Bentala segera pergi dari ruangan Pangeran. Sementara Pangeran, terlihat menyandarkan tubuhnya ke kursinya, kemudian meraup wajahnya secara kasar.

" Kamu sebenarnya ada dimana Anne? Kenapa sulit sekali untuk menemukanmu? "gumam Pangeran yang merasa sangat tak bisa diandalkan karena tak kunjung Bisa menemukan dimana keberadaan istrinya.

...****************...

Bab 2 : Pasti akan menemukanmu!

Ketika waktu makan malam tiba, Anne terlihat begitu malas untuk memasak. Ingin Delivery, bingung mau memesan apa. Ketika rindu kembali melanda, Anne akan jadi seperti ini, malas untuk melakukan sesuatu.

Anne membuka tempat penyimpanan makanan, lalu mengambil buah apel dan pisang.

" Makan ini saja," tukas ya seraya berjalan kembali ke kamar. Demi menghilangkan Kesunyian dan kesepiannya, Anne kembali menonton vidio-vidio lamanya saat masih bersama Brian.

" Kak, lihatlah ke arah sini," pinta Anne yang saat itu tengah memegang kamera untuk merekam momen kebersamaannya dengan Brian.

" Kamu sedang merekam , Anne?" Brian bertanya.

" Em, jadi tersenyumlah yang lebar."

Brian pun mengikuti permintaan Anne untuk tersenyum.

" Halo My Baby Anneta, " ucap Brian yang seolah-olah menyapa Anne.

" Apa kamu suka tempat ini?"

Anne mengangguk.

"Kalau sama aku, suka nggak?"

"Em ... Suka nggak ya ...." Anne justru menggoda Brian dengan memasang wajah jahilnya.

Brian memasang wajah cemberut karena Anne terlihat seakan tak mau mengatakan bahwa ia menyukainya. Di tengah perjalanan jalan-jalan mereka, Brian melihat sebuah balon dengan lampu warna - warni. Ia pun membeli beberapa, lalu memberikannya pada Anne.

"Untukku?" Anne menunjuk dirinya sendiri.

" Tentu baby, kalau begitu berpose lah biar aku ambil foto," pinta Brian yang kini sudah mengambil alih kamera dari tangan Anne.

" Tapi aku malu, Kak. Mau berpose seperti apa?"

" Tersenyum saja yang lebar, biar terlihat bahwa kamu sangat bahagia saat bersamaku."

Anne pun tersenyum sesuai arahan Brian, dan setelahnya dia sangat menyukai foto itu.

" Andai aku tahu bahwa kebersamaan kita hanya sebentar, aku akan mengambil vidio dan foto yang banyak sebagai kenang-kenangan, Kak. " lagi-lagi perasaan menyesal menghampiri Anne.

Andai Anne tahu lebih awal jika penyakit Brian kembali, saat itu ia tak akan menyetujui perpisahan mereka.

Di saat Anne masih mengenang masa lalu, tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar dari luar. Anne pun segera mengusap air matanya, lalu beranjak bangun untuk melihat siapa yang datang.

" Au ... Apa kamu di dalam?"

" Jeremy!" tandas Anne yang hafal betul dengan suara itu.

Anne pun segera membuka pintu. " Ada apa?" tanya Anne dengan nada ketus.

" Astaga Auuu ... kenapa kamu judes sekali jadi wanita," ledek Jeremy sambil menggeleng-geleng kan kepalanya.

" Auuu ... Auuu ... Kamu sedang menggonggong!"

Jeremy justru tertawa tatkala melihat Anne yang terus saja mengomel, sepertinya tamu bulanannya sedang datang sehingga membuat wanita itu terus-menerus marah.

" Apa Kamu sedang kedatangan tamu, hem?"

" Buat apa tanya hal seperti itu! "ketus Anne dengan melipat tangan di depan dada.

" Ya habisnya kamu marah-marah terus, lagipula aku itu bukan sedang menggonggong, melainkan memanggil namamu Au dari kata depan Aurora. Bukankah tadi kamu mengatakan jangan memanggil nama Anneta lagi!"papar Jeremy.

Anne terlihat menghela nafasnya, semenjak hubungan mereka dekat, Jeremy sungguh semakin mengesalkan.

" Tapi tidak memanggil Auu juga, panggil Aurora 'kan bisa."

" Baiklah..., " Jeremy ikut menghela nafas.

" Sudah makan malam apa belum? "

" Sudah."

" Makan apa?"

" Apel sama pisang."

Jeremy kembali menggeleng-gelengakan kepalanya. " Apa Kamu pikir kenyang hanya makan buah saja? Lagipula, badanmu itu sudah sangat kurus, jangan terlalu diet berlebihan," nasehat Jeremy.

" Siapa yang diet," elak Anne yang memang tak berniat diet.

Jeremy memicingkan matanya, seakan menyelidik wajah Anne yang ternyata sembab seperti habis menangis.

Jeremy menarik nafas bertanya, jika sudah seperti ini. Jeremy tahu apa yang telah terjadi.

" Jangan terus-menerus larut dalam kesedihan, rindu boleh tapi jangan menyiksa diri sendiri!"

Setelahnya, ada seorang wanita cantik dengan Pakaian seksi datang berkunjung ke rumah Jeremy.

"Jer," panggil wanita itu dengan tersenyum lebar ke arah Jeremy.

Jeremy pun membalas sapaan yang di berikan oleh wanita itu.

" Siapa lagi?" tanya Anne penasaran. Pasalnya, wanita yang datang kali ini berbeda dari wanita satu minggu lalu.

" Tentu saja My Partner," ucap Jeremy dengan wajah bangganya.

"Ganti lagi?" tanya Anne yang tak di hiraukan oleh Jeremy.

Anne hanya bisa geleng-geleng kepala saat melihat penyakit player Jeremy kambuh lagi. Dimana, Ia sering kali gonta ganti pasangan. Selama tiga tahun tinggal di sini, entah sudah berapa wanita yang dia kencani.

Saat Anne ingin menutup pintu, Jeremy kembali memanggilnya.

" Aurora," panggil Jeremy yang membuat Anne tak jadi masuk kedalam rumahnya.

" Ada apa lagi sih, Jer...," kesal Anne karena Jeremy datang hanya menganggu dirinya saja.

" Makanan untukmu." Jeremy menyodorkan paper bag itu ke arah Anne. Sedangkan Anne terlihat ragu-ragu untuk mengambilnya.

" Ambil saja, makananya halal kok!" tukas Jeremy yang sudah hafal betul jika Anneta sangat hati-hati dalam memilih makanan.

" Thanks."

Setelahnya, Jeremy pergi lagi untuk menghampiri wanita yang ia sebut partner tadi.

...***...

Jika Anne masih terus mengenang kenangan dengan masa lalu, lain halnya dengan Pangeran yang berusaha menyelesaikan pekerjaannya. Pasalnya, besok ia harus pergi dinas keluar negeri selama beberapa hari. Jadi, mau tak mau ia harus menyelesaikan pekerjaan yang ada di sini terlebih dahulu.

Suara dering panggilan terdengar dari ponselnya, membuat Pangeran menghentikan pekerjaannya sebentar untuk mengangkat panggilan itu.

" Halo, Assalamualaikum, Nek," salam Pangeran pada seseorang di ujung telepon.

" Halo, Ran. Kamu ada di mana?"

" Oh, Pangeran masih ada di kantor, Nek. Ada apa?"

" Astagfirullah Pangeran, ini sudah jam berapa kok kamu masih saja di kantor. Sudah makan malam belum? "tanya Nek Ratu yang terdengar khawatir.

" Em ... habisnya nanggung Nek, lagian bentar lagi selesai kok. "

" Ya Allah Pangeran, se sibuk-sibuknya kamu jangan sampai telat makan. Jaga kesehatan, biar tidak sakit. "

" Iya, Nek. Nenek gak usah khawatir, setelah pekerjaan selesai. Pangeran akan pulang, makan, dan istirahat kok. "

Neke Ratu hanya bisa menghembuskan nafas panjangnya, melihat cucunya yang tak bisa mengatur pola hidup dengan baik, membuatnya semakin cemas. Sepertinya, Pangeran memang sudah sangat membutuhkan seseorang yang bisa membantu mengontrol kehidupannya.

" Ran, kamu kapan menikah lagi?" tanya Nek Ratu.

" Kok Nenek tanyanya seperti itu?"

" Ya nenek hanya khawatir saja sama kamu yang tidak bisa menjaga pola hidup dengan baik. Kalau kamu menikah, setidaknya 'kan ada seseorang yang akan membantu mengontrol kehidupanmu yang gila kerja itu."

" Nek, Nenek kan tahu sendiri kalau Pangeran itu sudah punya istri. Jadi___"

" Tapi istri kamu kan kabur dan tak tahu kapan akan kembali lagi. Jadi, sampai kapan kamu mau menunggu dia?"

" Sampai Pangeran bisa menemukan dia, Nek."

" Ran, jangan menyiksa diri sendiri. Kalau kamu memang ingin menikah lagi, Menikahlah. Lagipula, pernikahan kalian itu hanya sah di mata agama kalau___".

" Maaf, Nek," potong Pangeran yang tak mau mendengar perkataan itu lagi.

" Pangeran tidak akan menikah lagi, atau menceraikan Anne. Karena bagi Pangeran, dia adalah satu-satunya istri Pangeran. Nenek tidak usah khawatir, dalam waktu dekat pasti Pangeran akan bisa menemukan Anne," ucap Pangeran yang terdengar begitu yakin kalau dia bisa menemukan istrinya kembali.

" Terserah kamu saja lah, semoga sebelum nenek meninggal kamu sudah memiliki keluarga kecil yang utuh. "

Setelahnya, Panggilan itu pun dimatikan.

Pangeran kembali meraup wajahnya. Lalu, menatap foto Anne yang ia gunakan sebagai walpaper layar ponselnya.

" Aku harap secepatnya bisa menemukan kamu, Anne. Dan ketika waktu itu tiba, aku tidak akan pernah membiarkan kamu bisa pergi lagi!" janji Pangeran pada dirinya sendiri.

...****************...

Bab 3 : Kota Bern

Setelah menempuh penerbangan selama puluhan jam, akhirnya Pangeran sampai juga di negara Swiss. Meski selama perjalanan ia hanya tidur, tapi entah kenapa rasanya begitu melelahkan sekali.

Pangeran terlihat menarik nafas seakan merasakan udara segar di negara yang terkenal bersih dan indah ini.

" Akhirnya, aku datang lagi ke sini," gumam Pangeran yang sedikit rindu dengan kota penuh cerita ini.

Kedatangan Pangeran ke negara ini bukan untuk masalah pekerjaan, melainkan kepentingan yang masih masuk dalam ranah pribadi. Dimana Ia akan menjadi pengiring pengantin laki-laki di pernikahan sahabatnya.

Dulu, Pangeran pernah kuliah di Swiss selama beberapa tahun, tetapi mendadak harus kembali ke Indonesia karena Ayahnya meninggal.

Selama perjalanan menuju hotel, Pangeran terus memandangi pemandangan kota Bern.

Sesampainya di hotel, Pangeran langsung di sambut hangat oleh teman-temannya.

" Willkommen in der Stadt Bern, Pangeran," seru ketiga teman laki-lakinya dengan menggunakan bahasa Jerman.

Mereka pun saling berpelukan layaknya teman lama yang baru bertemu kembali. Dikarenakan Pangeran datang di jam makan siang, mereka langsung mengajak Pangeran untuk menyantap makan siang di restoran hotel itu.

Selama menunggu hidangan matang, mereka banyak mengobrol.

" Oh ya, Ran. Kamu datang sendirian?" tanya Marquise sang calon pengantin pria.

Pangeran mengangguk.

" Kenapa tak mengajak kekasihmu?" timpal Esmee.

Pangeran masih diam, dan tak menjawab.

" Jangan bilang kamu masih sendiri," tebak Altherr yang membuat Marquise dan Esme ikut menatap Pangeran dengan penuh rasa penasaran.

Pangeran tersenyum, lalu meletakkan gelas air minumnya." Aku____" saking penasarannya ketiga teman Pangeran itu terus menunggu jawaban selanjutnya.

" Sudah menikah," jawab Pangeran jujur karena tak mau menutupi status dirinya yang memang bukanlah pria single.

Ketiga pria itu tercengang, kemudian tertawa terbahak-bahak karena tak percaya jika Pangeran telah menikah. Sedangkan Pangeran terlihat bingung dengan ekspresi ketiga temannya itu.

" Ran, kamu tidak usah berbohong hanya untuk menutupi status single mu itu," terang Esme.

Tanpa banyak bicara, Pangeran langsung memperlihatkan jari manisnya yang terpasang cincin pernikahan.

Altherr yang baru menyadari kalau ternyata Pangeran memakai cincin pernikahan pun langsung menari tangan itu.

" Beneran, kamu sudah nikah?" Altherr kembali bertanya untuk memastikan. Sementara Pangeran hanya menaikkan satu alisnya yang membuat ia langsung mendapatkan pukulan dari teman-temannya.

"Kamu menikah kenapa tidak menghubungi kami? Apa kamu sudah lupa jika mempunyai teman di sini!" kesal Esme karena Pangeran tak mengundang mereka ke acara pernikahannya.

" Tapi, Ran. Jika kamu sudah menikah, kenapa istrimu tidak kamu bawa, hem?" tanya Marquise.

Dikarenakan hubungan mereka memang sangat dekat, Pangeran pun menceritakan apa yang telah terjadi. Siapa tahu mereka bisa membantu mencari keberadaan Anne.

Ketiga teman Pangeran terlihat mendengarkan ceritanya tanpa menyela sedikitpun. Itulah yang Pangeran suka dari ketiga temannya ini. Bagi Pangeran, mereka tak hanya sekedar sahabat, melainkan sudah seperti keluarga yang begitu baik padanya. Justru mereka jauh lebih baik dari kerabat-kerabat Pangeran yang hanya peduli dengan warisan, tetapi ketika ada masalah tiba-tiba berubah menjadi tuli dan buta.

" Apa Kamu punya foto istrimu?" tanya Esme.

Pangeran pun memperlihatkan foto Anne pada ketiga temannya. Ketika mengamati wajah Anne, Esme terlihat seakan pernah bertemu dengan gadis ini.

" Kenapa wajahnya terlihat tak asing, ya," ujar Esme.

" Apa kamu pernah bertemu dengannya?"tanya Pangeran.

" Entahlah, tapi aku seperti pernah melihatnya. "

" Dimana? " entah kenapa Pangeran seakan mendapatkan titik terang setelah mengetahui bahwa sahabatnya pernah bertemu dengan Anne.

Esme kembali menatap foto Anne seraya mencoba mengingat-ingat kembali dimana Ia pernah bertemu dengan gadis seperti ini.

" Apa dia seorang artis atau traveler?" tanya Esme yang membuat Pangeran termangu dan bingung.

" Dia pelukis," jawab Pangeran.

" Hei, Esme! Kamubutu beneran pernah bertemu dengan istri Pangeran atau tidak? Jangan hanya bercanda!" tukas Marquise yang mengira bahwa Esme sedang bercanda.

" Aku tidak bercanda, penampilan dia itu berbeda. Jadi, akan sangat mudah mengingatnya jika pernah bertemu, " terang Esme dengan wajah yang serius.

" Kalau begitu, katakan pada Pangeran dimana kamu pernah bertemu dia?" Altherr ikut bertanya.

Ketiga teman Pangeran itu memang suka bercanda, tapi ketika serius. Mereka akan sangat serius.

" Aku lupa, " jawab Esme yang membuat Marquise, Altherr, dan Pangeran menghela nafas panjang.

Mereka sudah serius-serius mendengarkan, tapi ternyata Esme lupa. Menandakan bahwa perkataannya belum bisa di percaya seratus persen.

Setelahnya, mereka berempat kembali melanjutkan makan siang.

...****...

Ke esokan paginya, Pangeran terlihat sudah siap-siao dengan pakaian yang telah di siapkan oleh Marquise untuk pengiring pengantin pria.

Pangeran menatap Pantulan tubuhnya di dalam cermin, lalu teringat kembali dengan ucapan Esme kemarin.

" Anne, jika kamu benar ada di kota ini. Semoga aku bisa segera menemukanmu," ucap Pangeran yang kembali terlihat muram ketika mengingat kembali tentang istri sirinya yang kabur.

Tak lama kemudian, terdengar suara ketukan pintu dari luar sehingga membuat Pangeran bergegas pergi untuk membukakan pintu. Awalnya, Pangeran mengira bahwa yang datang mengetuk pintu adalah teman-temannya, tapi ternyata ...

" Hai, Ran ...," sapa seseorang itu yang membuat Pangeran tercengang.

...****************...

Halo gengs, kira-kira siapa ya yang datang?

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!