NovelToon NovelToon

SUAMIKU CEO AROGAN

awal cerita yang menyedihkan

Kimmy bergegas melakukan ibadah sholatnya. Selesai sholat dia segera kembali menyelesaikan pekerjaannya yang memang telah menjadi rutinitasnya sehari-hari.

Pagi-pagi sekali dia sibuk berkutat di dapur untuk menyiapkan sarapan pagi.

Tak terasa sudah sebulan dia menjalani aktivitas kehidupan sehari-harinya menyandang status sebagai seorang istri dari pengusaha muda tampan, tajir dari sebuah perusahaan besar Jakarta. Dia tersenyum pahit mengingat nasib yang menimpa hidupnya, bagaimana tidak pria tampan dan angkuh tidak lain suaminya.

Sampai detik ini tidak pernah memperlakukan dia layaknya seorang istri.

Terkadang perlakuan sikap suaminya yang jauh dari kata suami pujaan hatinya seringkali menyakiti batinnya, dia sampai di jadikan pembantu di rumahnya sendiri oleh sang suami. Tanpa mengeluh dia tetap sabar dan ikhlas mengerjakan rutinitasnya sebagai seorang istri dan tetap patuh menjalankan perintah suaminya.

Selesai mempersiapkan sarapan pagi, Kimmy memanggil sang suami untuk memulai sarapan pagi, berjalan menaiki anak tangga lantai dua dengan perasaan takut Kimmy memberanikan dirinya.

Sesampai di depan pintu kamar Kimmy mengetuk pintu, "Mas, sarapan paginya sudah siap." ucap Kimmy sambil terus mengetuk pintu kamar.

Tidak ada sahutan, Kimmy mencoba mengetuk pintu kamar kembali, "sarapan pagi sudah siap Mas." Knop pintu kamar di putar terlihat sosok pria tampan dengan warna kulitnya yang tidak terlalu putih berbadan tegap athletis dengan wajah datar, memakai setelan jas kantor yang mahal, Kimmy memperkirakan harga setelan jas seharga puluhan juta.

Kimmy terpaku diam melihatnya, tidak ada senyum kecil yang tersungging di bibir pria tampan itu. Dia berjalan angkuh tanpa menoleh dan mengucapkan sepatah katapun pada Kimmy.

Hati Kimmy begitu teramat pedih dan sakit, walaupun setiap harinya dia sudah terbiasa dengan perlakuan dingin suaminya tapi masih saja dia merasakan sesak di dada. "Astaga, aku menangis." ucapnya sambil mengusap air mata di pipi.

Kimmy berjalan mensejajarkan langkah kaki suaminya menuju meja makan.

Di meja makan dia melihat suaminya menarik kursi dan mendudukinya, dia makan dalam keadaan hening tanpa di temani seorangpun.

Kimmy sibuk menatap dan terus memperhatikan dari kejauhan, tidak jauh dari letak meja makan.

"Apakah kamu tidak punya pekerjaan lain?" tanya pria tampan dengan nada kesal.

"Ma, maaf Mas," ucap Kimmy sambil bergegas pergi meninggalkan suaminya.

Pria tampan itu sangat membenci Kimmy yang berstatus sebagai istrinya, dia tidak menyangka kenapa bisa menikah dengan gadis dusun itu.

Setelah selesai sarapan pagi, dia berdiri dan berjalan menuju pintu utama ruang tamu, segera dia masuk ke dalam mobil sportnya lalu menyalakan mesin mobil dan menggas dengan kecepatan tinggi meninggalkan pekarangan rumah.

Kimmy berjalan menuju pintu utama ruang tamu, setelah suaminya pergi dia berdiri sejenak dengan keadaan sedih sambil menatap kepergian suami. Dari hati kecil Kimmy ingin sekali mengantar suaminya setiap hari pergi bekerja layaknya istri pada umumnya, dia juga ingin sekali mencium punggung tangan suaminya. Tak terasa air mata mengalir dengan deras diiringi isak tangis, dia hanya bisa melihat suaminya dari kejauhan.

Dia sadar tidak akan pernah terjadi hal yang dia damba-dambakan sebagai seorang istri, jangankan untuk di sentuh suaminya melirik dirinya saja tidak sudi.

Kimmy sadar suaminya tidak akan pernah mencintainya, karena pernikahan yang tidak pernah mereka inginkan. Rasanya dia ingin berlari pergi dari rumah, rumah begitu mewah yang pantas di sebut hotel bintang lima bak mansion. Tinggal di rumah ini sangat menyakitkan bagi Kimmy, namun dia enggan meninggalkan rumah ini mengingat amanah wasiat dari Papa mertuanya.

Flashback

Seorang pria paruh baya berbaring di atas kasur sebuah kamar rumah sakit dengan keadaan yang mengenaskan. Dengan bantuan selang pernapasan dan sekujur tubuhnya di penuhi darah.

Pria paruh baya itu adalah Anderson Willy Smith, Ayah dari Arkana Andrew Smith. Yah, pria tampan itu bernama Arkana Andrew Smith.

Pak Anderson berbaring lemah ditemani Dokter juga Perawat. Setelah keluar dari ruang ICU seorang Dokter menghampiri Kimmy.

"Maaf, apakah anda pihak keluarga pasien?" tanya Dokter.

"Tidak Dok, saya hanya seorang karyawati Restoran, yang kebetulan saya menemukan pasien tidak sadarkan diri di jalan akibat kecelakaan tabrak lari." jawab Kimmy.

"Baiklah kami akan segera menghubungi pihak keluarga pasien, terima kasih sudah membawa pasien kemari!" Kata Dokter.

"Sama-sama Dok, lalu bagaimana dengan keadaan pasien?" tanya Kimmy dengan hati-hati.

"Keadaan pasien sangat buruk, pasien kekurangan banyak darah." jawab Dokter. Kimmy terkejut atas keterangan Dokter, "astaga bisakah Dokter lakukan yang terbaik, tolong selamatkan dia." ucap Kimmy dengan wajah memohon.

"Baik kami akan melakukan yang terbaik untuk pasien." ucap Dokter.

"Suster, segera hubungi pihak keluarga pasien." Perintah Dokter pada salah satu Perawat dan segera pergi menuju resepsionis.

"Saya pergi dulu, karena harus mengecek darah yang sama pada darah pasien." ucap Dokter pergi meninggalkan Kimmy.

Dari kejauhan di tempat Kimmy berdiri, dia melihat seorang resepsionis sedang sibuk menghubungi pihak keluarga pasien. "Halo selamat pagi, betul ini dengan kediaman keluarga Anderson Willy Smith?" tanya resepsionis ketika panggilan teleponnya sudah diangkat.

"Iya, benar, ini dengan siapa?" tanya Arka. Kami dari rumah sakit Pak, ingin menyampaikan bahwa Pak Anderson mengalami kecelakaan." jawab resepsionis.

"Bagaimana bisa terjadi, tolong jelaskan kepada saya?" tanya Arka terkejut dengan suara bergetar.

Arka cemas dan begitu takut kalau Papi yang sudah membanggakannya meninggal dunia. Sementara Mami Patricia Smith sejak bercerai dengan Papinya dia tidak pernah mengetahui keberadaan Mami sampai sekarang.

"Kami menunggu kedatangan Bapak ke rumah sakit, dan kami akan menjelaskan kondisi pasien saat ini." jawab resepsionis.

"Kirimkan alamat rumah sakit sekarang." perintah Arka sambil mencatat di secarik kertas.

Arka bergegas menuju rumah sakit, dia langsung mengambil kunci mobil yang berada di atas meja kantor, lalu berlari ke parkiran VVIP.

Sesampai di parkiran Arka berpapasan dengan Isabella sepupu yang ikut bekerja di perusahaannya. Isabella sendiri menjabat sebagai sekretaris Arka.

"Pagi Pak Arka, mau kemana?" tanya Isabella.

"Ikut aku." jawab Arka sambil berlari kecil menuju parkiran.

Mengeryitkan kening, "Pak apakah kamu lupa kita akan mengadakan meeting pagi hari ini dengan klien kita!" ucap Isabella menjelaskan.

"Batalkan saja meeting hari ini." kata Arka dengan suara sedikit tinggi.

Perasaan Arka semakin kalut tak karuan, dalam pikiran Arka hanya sibuk memikirkan kondisi Papinya.

Dengan terkejut, kontan Isabella segera menelpon seseorang untuk memberitahukan kalau meeting hari ini di batalkan. Setelahnya Isabella langsung segera mengikuti mobil Arka.

awal bertemu

RS. Healthy Care Medika

Kimmy masih setia menunggu Dokter yang sedang mentransfusi darahnya untuk Pak Anderson. Seperti yang di katakan Dokter, kalau Pak Anderson kekurangan banyak darah, sedang stok darah rumah sakit habis.

Entah suatu kebetulan darah Kimmy ternyata sama dengan darah Pak Anderson, setelah transfusi darah selesai dia di perintah Dokter beristirahat. Dia merasa senang melakukan itu karena dia ingin pria paruh baya tetap selamat.

"Semoga cepat sembuh Pak, jangan tinggalkan keluargamu pasti mereka sangat sedih jika Bapak pergi meninggalkan mereka." dengan lirih Kimmy berbicara kepada pria paruh baya yang tidak sadarkan diri.

Sesampai di rumah sakit Arka dan Isabella berlari menuju meja resepsionis.

"Ruang Inap Pak Anderson?" tanya Arka sambil mengatur napasnya.

"Mari ikut saya pak." ajak salah satu suster yang bertugas di sana.

Suster pun berjalan menuju ruang inap tempat Pak Anderson di rawat diikuti Arka dan Isabella di belakangnya.

Semenjak kepergian mereka dari kantor tadi, Isabella mengeryitkan kening untuk berpikir sebenarnya ada apa dengan Pamannya.

"Apa yang terjadi dengan Pamannya! mengapa dia bisa ada di rumah sakit."

batin Isabella bertanya-tanya kepada dirinya. Dia tidak berani bertanya langsung kepada Arka, karena dia tahu sepupunya sedang dalam keadaan tidak baik. Setiba di depan ruang inap, Suster mempersilahkan mereka berdua untuk masuk.

"Silahkan masuk Pak." ucap Suster mempersilahkan.

Tanpa dipedulikan Arka, dia melewati Suster dan langsung membuka knop pintu ruangan. Begitu pintu di buka terlihat pria paruh baya yang terbaring lemah dengan perban yang melingkar di kepalanya. Arka terenyuh melihat itu semua, Isabella pun kaget melihat Pamannya terbaring lemah tak berdaya.

"Apa yang terjadi Papi, kenapa bisa seperti ini?" tanya Arka dengan mata yang berkaca-kaca sambil mencium punggung tangan Papinya yang tidak sadarkan diri.

Isabella terdiam, dia bingung apa yang harus dikatakannya. Tiba-tiba pintu ruangan terbuka, dan Dokter masuk.

"Selamat pagi Pak, saya Dokter Arga yang merawat Papi anda." sapa Dokter Arga kepada Arka dan Isabella sambil tersenyum memperkenalkan diri.

"Bagaimana keadaan Papi saya?" tanya Arka cemas.

"Papi anda sudah membaik Pak, beruntung seorang gadis yang bernama Kimmy sudah membantu pasien." ucap Dokter.

Mengeryitkan kening, "jelaskan kepada saya apa yang terjadi?" tanya Arka dengan suara lirih.

"Papi anda tadi mengalami kecelakaan tabrak lari, beruntung Kimmy segera membawa pasien kemari dan langsung mentransfusi darahnya untuk Pak Anderson. Karena stok darah di rumah sakit kami kehabisan

Golongan darah O, kebetulan sekali golongan darah Kimmy sama dengan pasien." jelas Dokter Arga.

Mendengar itu semua, Arka mengepal keras tangannya hingga buku-buku jarinya menonjol, perasaan syukurnya membuat hatinya sedikit tenang, karena nyawa Papi masih bisa diselamatkan.

Bella,,,, panggil Arka dengan suara serak, Isabella pun menatap Arka, "cari tau siapa yang sudah menabrak Papi." perintah Arka dengan Rahang mengeras.

Isabella bergegas keluar dari ruang inap dia langsung mengambil ponsel dari saku celana dan menempelkan di telinganya. Isabella menelpon polisi, beberapa karyawan sudah ada yang datang ke rumah sakit dan membantu mencari tahu siapa yang sudah menabrak Pamannya.

Di dalam ruang inap Kimmy masih berbaring di atas brankar yang bersebelahan dengan brankar Pak Anderson hanya di batasi selembar tirai putih bening.

Arka menyadarinya, "berapa banyak uang yang kamu butuhkan untuk mengganti semuanya?" tanya Arka dengan tatapan mata datar.

Kontan saja Kimmy kaget, "apa maksud kamu?" tanya Kimmy sambil menatap nanar wajah Arka.

"Katakan berapa uang yang kamu butuhkan, kamu sudah menyelamatkan Papi saya?" ulang Arka sambil memegang dompet kulit berwarna hitam di tangan kanannya.

"Maaf saya ikhlas menolong Papi anda, saya tidak meminta bayaran ganti rugi sedikit pun. ucap kimmy menatap wajah pria tampan yang berdiri tepat di depan brankarnya.

"Baik terima kasih atas kebaikan anda, silahkan pergi dari sini." ucap Arka tegas.

Di dalam ruangan hanya mereka bertiga, Kimmy terkejut atas sikap Arka yang dingin dan ketus. Tanpa sedikit patah kata pun Kimmy beranjak dari tempat dia berbaring, dan langsung keluar dari ruang inap. Arka mengelus punggung tangan Papi, tiba-tiba tangan Pak Anderson bergerak. Arka terkejut, segera dia memanggil Dokter.

Tak lama kemudian Arka datang bersama dengan Dokter Arga, Dokter Arga langsung memeriksa kondisi Pak Anderson dan memberikan suntikan, entah cairan apa yang diberikan.

"Bagaimana keadaan Papi saya Dok?" tanya Arka penuh antusias dia menatap Dokter Arga.

"Pasien sudah mulai membaik Pak, kondisinya mulai stabil kita tunggu beberapa jam lagi." jawab Dokter Arga.

Perasaan Arka begitu bahagia, bagaimanapun dia belum siap dan takut kehilangan Papi. Di depan halaman rumah sakit Kimmy masih berdiri menunggu angkutan umum, membayangkan bagaimana sikap pria tampan tadi.

"ya, Allah sikapnya sangat angkuh sekali, bagaimana bisa kau menciptakan pria angkuh seperti dia." ucap Kimmy kesal.

Tadinya dia ingin berangkat kerja di salah satu restoran tidak jauh dari rumah sakit, tapi jam sudah menunjukkan pukul dua siang. Tidak mungkin dia memaksa diri untuk pergi ke restoran, percuma sampai sana pasti dia akan kena tegur Bosnya.

Beberapa jam kemudian Pak Anderson sudah sadar dari kritisnya, dia sudah di pindahkan ke kamar VIP rumah sakit.

"Siapa nama gadis yang sudah menyelamatkan Papi, Arka?" tanya Pak Anderson.

"Sudahlah Papi, lebih baik Papi beristirahat jangan banyak pikiran dulu." ucap Arka sambil menarik selimut ke badan Papi sampai ke dada.

"Papi ingin berterima kasih pada gadis itu Arka," ucap Pak Anderson lirih.

"Aku sudah berterima kasih kepadanya mewakili Papi, sekarang Papi butuh istirahat." tegas Arka sambil mengusap punggung tangan Papinya.

Pak Anderson tersenyum melihat tingkah putra semata wayangnya, tetapi sikap anak laki-lakinya ini sangat keras, cuek, acuh dan dingin pada orang di sekitarnya semenjak kepergian Maminya.

Dia juga cemas dengan anaknya, usia Arka sudah menginjak dewasa, 25 tahun. Usia ideal untuk menikah bukan? dan usia Papi juga sudah semakin bertambah.

Pak Anderson ingin sekali melihat Arka menikah sebelum sang pencipta memanggil dirinya. Tiba-tiba dia teringat gadis yang menyelamatkannya, walaupun dia belum melihat wajah gadis itu dan belum tahu siapa nama gadis itu, Pak Anderson hanya mendengar semua cerita dari Dokter Arga tentang gadis yang menolongnya tanpa menyebut nama gadis itu.

"Arka, mau kah kamu menikahi gadis yang sudah menolong Papi?" tanya Pak Anderson menatap wajah Arka dengan suara lemah.

Kontan Arka terkejut dengan pertanyaan Papi, "apa maksud Papi?" tanya Arka.

"Menikahlah Arka, usiamu sudah cukup untuk menikah, usia Papi sudah tidak lama lagi." jelas Pak Anderson.

"Papi jangan bicara seperti itu, Papi akan segera sembuh, Arka juga tidak akan menikahi gadis itu Papi." ucap Arka tegas.

"Papi ingin melihat kamu menikah, begitu halnya Mami pernah meminta hal serupa tapi kamu bersikeras terus menolak. Bagaimana perasaan Mami pada saat itu dia ingin sekali melihat kamu bahagia, dia ingin segera meminang cucu dari kamu Arka. jelas Papi dengan wajah sedih mengingat kembali Patricia Smith.

terpaksa menerima tawaran menikah

Memang beberapa tahun lalu Mami meminta agar Arka segera mengakhiri masa lajangnya. Meminta Arka agar menikah, karena dia berharap mendapat cucu dari anak semata wayangnya.

Tapi Arka tidak kunjung mengabulkan permintaan Mami, hingga perceraian terjadi kepada kedua orangtuanya. Padahal Mami sudah sangat berharap untuk diberikan cucu secepatnya dari anak semata wayangnya.

Mami sangat sedih atas penolakan anaknya, untuk segera berumah tangga karena keinginan besarnya meminang cucu dari Arka. Takdir tidak mengizinkan itu semua. Arka kembali sedih mengingat permintaan Mami, dia sungguh merasa bersalah sampai sekarang.

"Papi Arka tidak menyukai gadis itu, dan Arka tidak mengenalnya." sanggah Arka.

"Menikahlah Arka, ini permintaan terakhir Papi, Papi ingin sekali melihatmu bahagia sebelum Papi pergi meninggalkan dunia selamanya." suara lemah Pak Anderson semakin lirih.

Dia berpikir tidak akan menemukan jalan lain selain memaksa Arka dengan cara seperti ini.

"Papi Arka mohon jangan meminta hal yang tidak bisa Arka kabulkan sekarang." ucap Arka.

"Kabulkan permintaan terakhir Papi Arka, ini semua untuk kebaikanmu." kata Pak Anderson penuh antusias.

Seketika Arka langsung memijit pelipisnya mencoba menjawab permintaan Papi, dia sangat menyayangi Papi dan takut kalau permintaan Mami dulu terulang kembali dan dia akan menyesal seumur hidupnya.

"Baik Papi, Arka akan mencoba mencari keberadaan gadis itu dan menikahinya." ucap Arka dengan berat hati.

Senyum Papi menghiasi wajah pucat dan lemahnya, namun wajah itu tidak kalah tampan dari wajah anaknya.

"Menikahlah besok Arka!" kali ini suatu perintah bukan permintaan, kontan Arka tersentak mendengar kata-kata Papi.

"Bagaimana bisa Arka harus menikahinya secepat itu Papi? Arka tidak tahu di mana tempat tinggal gadis itu." ucap Arka.

"Arka." panggil Papi.

"Baiklah Papi Arka akan mencoba mencarinya dan besok menikahinya." sambil mengangguk kepala tanda menjawab.

"Terima kasih Arka kamu mengabulkan permintaan Papi, Mami pasti senang mendengar semua ini bila suatu hari nanti kamu bertemu." ucap Pak Anderson dengan berbinar senang.

"Sekarang Papi istirahat, Arka keluar sebentar." ucap Arka bangkit meninggalkan ruangan Papi.

"Gadis itu bekerja di salah satu restoran dekat dari rumah sakit ini, cari dia sampai ketemu." jelas Papi, Arka hanya mengangguk dan berlalu pergi.

Papi merasa bersalah pada Arka, tidak seharusnya dia meminta hal yang tidak masuk akal ini, apalagi Arka tidak menyukai hal tersebut, tapi dia tidak mempunyai pilihan lain.

Papi berdoa semoga ini yang terbaik untuk Arka, dia ingin kehidupan Arka yang sekarang ada yang mengurusnya, apalagi Arka sangat sibuk. Seorang CEO mempunyai perusahaan, dan beberapa cabang perusahaan yang tersebar sejabodetabek, Arka tentu saja membutuhkan pendamping hidup yang bisa mengurusnya.

Akhirnya Arka sudah menemukan gadis yang menolong Papi, dan mengajaknya untuk bertemu Papi di rumah sakit. Begitu Arka masuk di ruang inap di depan pintu terlihat berdiri sosok pria tampan, beralis tebal, dan bermata tajam dengan seorang gadis cantik.

Papi tersenyum melihatnya dan menyapa gadis itu, "siapa namamu nak?" tanya Pak Anderson langsung kepada gadis manis bermata sendu.

"Kimberly Alexandria Minha, biasa dipanggil Kimmy, Pak." dengan ramah dan tersenyum manis Kimmy menjawab pertanyaan yang diberikannya.

"Bagaimana keadaan Bapak?" tanya Kimmy.

"Sudah mulai membaik, terima kasih sudah menyelamatkan nyawa saya." ucap Pak Anderson berterima kasih.

"Bagaimana saya membalas kebaikan kamu Kimmy?" tanya Pak Anderson kembali.

"Ah, tidak perlu Pak, saya ikhlas menolong Bapak, syukurlah keadaan Bapak sudah mulai pulih kembali." ucap Kimmy sambil terus tersenyum manis.

"Apakah kamu sudah mempunyai kekasih?" tanya Pak Anderson sangat hati-hati.

Kimmy Menggelengkan kepala sebagai jawaban ke Pak Anderson.

"Di mana orang tuamu nak?" tanya Pak Anderson dengan penuh penasaran.

Wajah Kimmy seketika sedih, Pak Anderson memahami dan mengerti akan keadaan gadis manis berhati malaikat yang ada di depannya.

"Maaf jika pertanyaan Bapak salah." ucap Pak Anderson dengan perasaan bersalah, Kimmy memberikan senyuman sebagai jawaban.

"Oh, iya perkenalkan dia putra Bapak namanya Arkana Andrew Smith." ucap Pak Anderson memperkenalkan Arka putra semata wayangnya yang hanya berdiri diam di samping brankarnya.

Kimmy melirik pria tampan yang berdiri tepat di sebelahnya, dia hanya tersenyum pada Pak Anderson.

Dalam hati Kimmy sangat kesal pada pria tampan dan angkuh di sebelahnya. Bagaimana tidak, tadi saja pria tampan mengajaknya ke rumah sakit dengan paksa tanpa memberitahu alasannya.

"Kamu sudah tahu Nak, apa maksud saya memanggil kamu ke sini?" tanya Pak Anderson pada Kimmy.

Yang di tanya hanya

menggeleng kepala sambil mengeryitkan kening Kimmy tidak mengetahui apa maksud pria tampan itu mengajaknya ke rumah sakit, Pak Anderson mengatur napas pelan.

"Kimmy, mau kah kamu menikah dengan anak semata wayang saya, Arkana Andrew Smith?" tanya Pak Anderson dengan penuh percaya.

Seketika jantung Kimmy berdebar kencang, mendengar tawaran dari Pak Anderson. "astaga apakah suatu lamaran?" batin Kimmy.

"A-apa maksudnya Pak?" tanya Kimmy dengan terbata-bata.

Pak Anderson tersenyum dan mengulangi perkataannya lagi.

"Saya Anderson Willy Smith Papi dari Arkana Andrew Smith melamar kamu untuk di jadikan istri sah dari putra saya seorang CEO dan menjadikan kamu menantu saya, mau kah kamu menerima lamaran ini nak Kimmy?" ucap Pak Anderson mantap tanpa ragu.

Kontan Kimmy terkejut bukan main, jantung Kimmy sudah berdetak tidak normal lagi.

"ma-maksud saya bagaimana mungkin saya harus menikah dengan anak Bapak, sedang saya hanya gadis sederhana yang hanya tamatan SMA, saya hanya seorang pegawai restoran, dan saya juga tidak mengenal anak Bapak." jelas Kimmy masih tidak mempercayai, bagi Kimmy semua ini hanya mimpi seperti cerita dongeng.

Kimmy sadar akan statusnya, karena tidak mungkin seorang pria tampan yang memiliki kehidupan mewah, apalagi seorang CEO di perusahaannya sendiri, pria yang sangat di dambakan kaum hawa di luar sana kaya raya, akan menikah dengan dirinya yang notabennya tidak mampu.

Pak Anderson tersenyum "tidak apa-apa Nak Kimmy, kamu pantas menjadi menantu saya, semua kebutuhan kamu akan terpenuhi." jelas Pak Anderson sambil menatap Kimmy dan Arka bergantian.

Kimmy melirik pada Arka, jantung Kimmy berdetak lebih kencang lagi, mata Elang si pemilik mata itu tidak lepas menatapnya tajam, Kimmy langsung berpaling.

"astaga, tidak mungkin aku akan menikah dengan pria angkuh, dari tatapan dan cara memandang Kimmy seperti ingin membunuh dirinya detik ini juga." batin Kimmy takut.

Pak Anderson mengerti dengan raut wajah Kimmy, bagaimana Arka, kamu bersedia Menikah dengan Kimmy?" tanya Pak Anderson pada Arka yang hanya terdiam.

"YA." jawab Arka ketus.

Kimmy sudah menduga, bahwa Arka juga tidak menginginkan pernikahan ini.

Knop pintu berputar, beberapa orang masuk ke ruang inap. Sebelum Arka pergi menjemput Kimmy, dia sudah terlebih dulu menelpon Isabella untuk membawa penghulu ke rumah sakit

juga beberapa orang untuk dijadikan saksi. Isabella sendiri kaget mendengar perintah sepupunya, begitu Arka menjelaskan semuanya barulah Isabella paham.

Pak Anderson tersenyum melihat beberapa orang yang masuk ke ruang inap di mana dia di rawat insentive di sana. Kimmy masih syok dengan kejadian yang tidak pernah sama sekali dia harapkan, membayangkannya saja tidak pernah semua seperti mimpi bagi dirinya, matanya tidak berkedip sedikit pun, dua orang perawat, Dokter Arga juga Pak RT dan,

"Astaga siapa pria paruh baya yang berpakaian layaknya imam masjid, apakah dia penghulu?" batin Kimmy dengan penuh tanda tanya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!