Di sekolah menengah pertama swasta yang cukup terkenal di kota S.
Seorang bocah laki-laki yang biasa duduk di bawah pohon terlihat berusia kira-kira kurang lebih 13 tahun sedang serius menatap layar handphonenya. Bocah tersebut bernama Yoru. Dia keseringan bermain game hingga larut malam. Untuk lepas dari game, hanya bisa pada saat pelajaran saja. Sisanya kalau ada jam kosong dan istriharat, pasti tangannya tidak lepas dari handphone-nya.
Di dunia game dia dikenal sebagai player yang tidak terkalahkan. Permainan battle apa pun selalu diraihnya dalam posisi pertama. Membuat nama username-nya ditakuti oleh penggemar e-sport. Dirinya juga sering ikut lomba e-sport yang hampir sering diadakan di salah satu mall yang cukup terkenal di Kota S dan selalu menjadi juara pertamanya.
Di sekolahnya dirinya dikenal sebagai pemuda yang dingin dan enggan melakukan pertemanan. Terkenal cuek dan acuh tak acuh terhadap teman sebayanya yang selalu membuat para guru selalu menasehatinya. Pernah orangtuanya dipanggil untuk berkonsultasi dengan guru BK yang mengajari Yoru namun hasilnya tetap saja nihil. Teman satu-satunya hanyalah Khun Agnes Aguero, teman masa kecilnya dan sahabatnya yang satu sekolah dengan dirinya. Hanya saja mereka selalu berbeda kelas sejak SD. Tujuannya adalah untuk membuat Yoru tidak bergantung pada Khun. Tetapi hasilnya adalah Yoru makin tertutup rapat pada pertemanan dengan usia sebayanya.
Sejak awal kelas 7 di SMP tersebut Yoru memiliki banyak penggemar gadis, dikarenakan wajah tampannya dan tubuhnya yang atletis. Membuat pesonanya yang juga dingin dan cuek berhasil meluluhkan hati para gadis yang menatapnya. Sering mendapat surat di lokernya. Namun dengan cuek dan santai, semuanya dibuang olehnya. Sehingga membuat Khun menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku sahabatnya yang satu ini pada saat jam istirahat.
"Mengapa kamu membuangnya?" tanyanya Khun pada Yoru.
"Aku tidak tahan melihat loker dikotori oleh surat tidak berguna," jawab Yoru dengan santai.
"Kasian cewek-cewek jika mengetahui suratnya sama sekali tidak dianggap dan pastinya mereka akan menangis," batin Khun.
Berbeda dengan Yoru, Khun memiliki sikap yang ramah dan mudah didekati oleh siapa pun. Memiliki hobi yang sama dengan Yoru, tetapi tidak membuat Khun tergila-gila dengan game. Dirinya hanya bermain jika stresatau mengisi waktu luang. Karena Khun tidak memiliki otak secerdas dan sepintar Yoru, maka Khun harus berkerja keras untuk menuruti semua tuntutan orangtuanya yang harus mendapatkan nilai bagus. Berbanding terbalik dengan orang tua Yoru yang membebaskan anaknya tanpa adanya beban belajar .
"Yoru..." panggil Khun.
"Ada apa?" jawabnya malas.
"Kamu bisa ajari aku fisika tentang magnet tidak?" tanyanya was-was takut ditolak.
" Hhmm boleh lah, kamu ke rumahku saja setelah pulang sekolah. Sekalian belajar MAT buat UTS besok. Aku merasa materi untuk Mat cukup susah," ujarnya masih santai.
"Makasih, Yoru," ucapnya dengan girang.
"Iya sama-sama, tetapi jangan lupa bawa cemilan buatan mamamu, aku udah kangen," kata Yoru.
"Oke," jawab kilat Khun.
Sebenarnya Yoru jarang sekali mengulang di rumah. Dirinya cukup fokus mendengarkan pengajaran gurunya di kelas dan belajar pada saat hari h di sekolah. Namun, nilainya tidak pernah merah dan malah selalu mendapatkan nilai sempurna. Sehingga dari SD dirinya mendapatkan juara kelas. Pernah ditawari untuk mengikuti perlombaan kecerdasan tingkat anak-anak pada waktu SD tetapi ditolaknya. Kecuali pada waktu kelas 6, dirinya mengikuti lomba satu kali, karena Khun mengikutinya dan ingin menemaninya di perlombaan tersebut. Namun, Yoru tidak pernah latihan hanya ikut Khun untuk menemani pada saat mereka berdua dilatih oleh guru mereka. Walaupun demikian, tim mereka berhasil mendapatkan juara pertama di perlombaan tersebut.
Pulang sekolah pada saat bel selesai pelajaran berbunyi.
Yoru seperti biasa dijemput oleh ibunya yang selalu menyediakan waktu untuk menjemput anaknya. Ibunya sebenarnya adalah ibu rumah tangga sekaligus juga istri seorang konglomerat yang terkenal di negara Indonesia.
"Bagaimana sekolahmu, Yoru?" tanyanya dari sang ibu.
"Biasa saja Mami," katanya dengan santai.
"Apakah kamu tidak kesepian?" ibunya bertanya
"Maybe, sih," cicit Yoru.
"Coba kamu berteman. Yoru jangan sampai kamu sendirian saja. Papi dan Mami tidak selalu bisa menemanimu," ucapnya dengan sedih
Papi Yoru walaupun dibilang sibuk tetapi mamanya selalu menemani setiap hari, setiap detik ada untuk Yoru. Sesibuk apa pun mereka selalu meluangkan waktu untuk putra semata wayangnya. Sehingga putranya tidak pernah merasakan kesepian. Walaupun hanya seorang diri. Sehingga dia tidak pernah mau berteman, cukup papi maminya yang menanganinya katanya jika ditanyakan soal mengapa dirinya tidak punya teman.
"Tetapi Mami, Yoru tidak ingin punya teman," jawabnya dengan jujur
"mengapa?" tanya maminya dengan penasaran.
"Ada papi dan Mami, Yoru sudah cukup dengan keberadaan mami dan papi kok," ungkapnya
"Kecuali papi Mami mau memberikan Yoru adik, Yoru akan lebih senang lagi," ungkapnya melanjutkan percakapannya.
Sang mami pun terdiam mendengar jawaban dari Yoru. Siapa sangka, sebenarnya putra semata wayangnya menginginkan adik. Namun, sejak maminya mendapatkan kanker rahim dan sudah melakukan operasi pengangkatan rahim, mustahil untuk mengandung lagi. Dan sekarang dirinya tidak bisa menjawab pertanyaan dari anak kesayangannya.
"Mami?" panggil Yoru.
"Iya sayang, ada apa?" maminya menjawab.
"Apa Mami sedih tadi? Maafkan Yoru, Mami. Mami, Mami kalau ingin Yoru punya teman selain Khun maka Yoru akan berusaha," ucap Yoru
Yoru sekilas melihat mami kesayangannya bersedih. Dia segera membuat maminya tidak bersedih dan segera berusaha membuat pernyataan akan mencari teman untuk mengurangi kesedihan maminya.
"Mami, tetapi Yoru hanya ingin Mami dan papi," ucapnya jujur.
"Jangan marah jika Yoru tidak punya teman, mami," Yoru melanjutnya dengan takut.
"Mami tahu kok, sayang," ucapnya.
"tetapi Yoru sayang harus berusaha, ya," katanya lagi
"Baiklah Mami, oh, iya, Mami, katanya Khun sore ini mau ke rumah kita, Mami," nada riangnya
"Okey sayang, kalau begitu Mami nanya siapkan cemilan kesukaanmu dan Khun ya," nada perhatian sang mami kepada putra satu-satunya.
"Baik, Mami" ucapnya senang.
Yoru bercerita mengenai sikap gadis yang selalu menerornya di lokernya. Maminya hanya menjawab dengan tertawa. Tidak terasa mereka sudah sampai di rumah mereka. Rumah mereka sangat megah dan hanya ada 10 pembantu yang terlihat di halaman rumah mereka. Begitu mendengar suara mobil istrinya, suaminya menyambut kepulangan mereka.
"Papi, Yoru pulang!" serunya dengan riang. Dirinya langsung turun dari mobil tanpa mempedulikan kata-katanya ibunya. Langsung memeluk dengan semangat ke arah ayahnya.
"Hei, jagoan Papi pulang dari sekolah," ucap ayahnya.
"Papi tadi Mami sempat sedih," ucap Yoru dengan polos tetapi mimik muka sedih.
"Kok bisa Mamimu sedih? Apakah Yoru buat ulah?" tanyanya dengan lembut
"Tidak Papi, Mami hanya berkata bahwa Yoru harus bisa berteman," cicitnya dengan wajah sedih.
"Apakah Yoru menyanggupinya?" tanya papinya penasaran.
"Sebenarnya cukup Papi-Mami menemani Yoru, Yoru tidak butuh teman. tetapi Yoru menyanggupinya karena tidak mau Mami sedih," ucapnya lagi.
Ayahnya yang melihat mimik polos anaknya ingin mencubitnya. Walaupun Yoru sudah kelas 7 tetapi dia masih suka bermanja-manja dengan papi maminya. Dan kedua orangtuanya tidak pernah keberatan akan sikapnya. Bahkan sangat menyukainya.
"Kalau begitu bagus dong anak Papi mau berteman," kata sang ayah lagi.
"tetapi Papi, aku lebih suka berteman dengan adik ketimbang yang lain," ungkapnya jujur.
Mendengar kata "adik" dari mulut putra semata wayangnya, mimik ayahnya menampilkan sama seperti ibunya, membuat Yoru meralat ucapannya.
"Tidak Papi, Yoru akan berteman dengan orang lain, Yoru tidak akan menyebut ‘adik’ lagi," ucapnya
Walaupun Yoru terkenal cuek di sekolah. Namun berbeda di rumah. Dirinya paling tidak suka membuat kedua orangtuanya bersedih. Sehingga apa pun permintaan yang menurutnya menyebalkan, jika itu mampu membuat orangtuanya tersenyum pasti dituruti oleh dirinya.
"Baik Papi akan mendengarkan kata Yoru," kata papinya dengan wajah yang kembali ceria.
Yoru mengetahui kedua orangtuanya menyembunyikan sesuatu dari dirinya. Namun, dirinya tidak berani menanyakan karena takut kedua orangtuanya bersedih dan terluka. Maka, dirinya hanya mampu mengiyakan segala permintaan orangtuanya.
Sore harinya.
Sesuai dengan janjinya dengan Yoru, Khun menghampiri rumah Yoru.
Sesampai di rumah Yoru....
Tok....tok....
Khun mengetuk pagar rumah Yoru
Pengawal pribadi yang melihat Khun segera menghampiri dan menanyakan ada apa dia kemari. Dan bertanya kepada Khun apa tujuannya. Walaupun dirinya mengetahui jika itu adalah sahabatnya tuan kecil namun dirinya tetap mengikuti prosedur yang ada.
"Ada apa kamu ke sini nak?" tanya salah satu pengawal
"Saya mau belajar bersama sama Yoru, Pak," ujar Khun
"Siapanya Yoru kamu?" tanya pengawal
"Saya sahabatnya Yoru, Khun," jawab Khun
"Khun?" tanyanya. Para pengawal mengenal bocah labil tersebut yang mengaku bernama Khun. Untuk memastikannya, dia meraih handphone-nya dan melihat foto Khun.
"Apa ini kamu, nak?" memastikan sambil memperlihatkan foto tersebut.
"Ya itu saya, Pak," jawabnya
"Baiklah, kalau begitu. Nak, kamu boleh masuk," ucapnya sambil mempersilahkan Khun masuk ke dalam.
Khun berjalan masuk hingga masuk ke dalam mansion tersebut. Dia berjalan hingga ke ruang keluarga.
Di ruang keluarga, tampak bocah pemilik mansion terus menunggu seseorang. Sambil menampilkan muka yang cemberut karena orang tersebut masih belum menampakkan batang hidungnya. Khun yang melihat sosok Yoru yang membelakangginya segera menyapanya
"Hai, sob," ujar Khun
"Eh Khun," kata Yoru dengan kurang semangat
"Eh mengapa kamu lemas begini?" tanya Khun dengan khawatir.
"Aku membuat papi dan mami bersedih," ujarnya dengan raut wajah murung.
Khun yang mendengar perkataan Yoru cukup terkejut. Faktanya dirinya mengenal Yoru adalah Yoru tidak pernah membuat kedua orangtuanya bersedih bahkan selalu membuat keduanya tersenyum. Sehingga dirinya cukup kaget mendengar perkataan dari sobatnya ini.
"Mengapa, kok bisa kamu bikin papi dan mamimu bersedih?" tanya Khun.
Yoru terdiam karena pasalnya dia ingin memberi tahu kepad Khun perihal dia mengatakan "adik", tetapi dia tidak ingin kedua orangtuanya mendengar dan bersedih kembali.
"Aku tidak bisa Khun," ujarnya nada sedih
Disaat Yoru dan Khun berbincang-bincang, sebenarnya kedua orangtuanya Yoru mendengarkan ucapan anak kesayangannya melalui CCTV pengawasan.
"Sayang, bagaimana ini?" ujar mami Yoru pada saat dia mendengar anaknya bersalah.
"Kasian juga Yoru," ujar papinya.
"Apakah kamu mau mewujudkan keinginan anak kita,Pi?" tanya sang istri dengan lembut.
"Iya, Mi, Papi merasa kasian sama Yoru. Demi kita bahagia dia sampai rela berkorban untuk kepentingan melihat senyum kita," ujar suaminya.
"Iya Mami juga tidak tega, dia sangat ingin mempunyai adik," ujar maminya lagi.
"Papi akan berusaha lagi, ya, yang," jawab sang suami.
"Papi akan mencari dokter bagus, supaya sayangku bisa melahirkan lagi," ucapnya sambil mencium lembut kepala sang istri.
"Iya Mami mau, sayang," menyenderkan kepalanya ke dada bidang suaminya.
Yoru terdiam sejenak sebelum mengatakan lagi kepada Khun.
"Khun, bisakah kau membantuku untuk berteman?" tanya Yori dengan sedih
"Why?!" tanya Khun heran. Setahunya, Yoru sangat membenci relasasi dengan teman sebayanya. Sehingga kaget dengan perubahan Yoru. Dia merasa senang atau tidak atas perubahan aneh dari Yoru.
"Karena aku berjanji kepada mami dan papi untuk berteman," ujar Yoru.
"Jadi papi dan mamimu bersedih karena kau jarang berteman?" tanya Khun lagi.
"Iya, jadi aku berusaha membuat mami dan papi kesayanganku tersenyum lagi," ucap Yoru.
"Apa kau tidak apa-apa?" tanya Khun dengan khawatir.
"Tidak apa-apa aku, demi kebahagiaan papi dan mami, aku akan mencobanya," cicit Yoru lagi.
Khun merasa kagum dengan sikap penyanyang Yoru. Di sekolah dia terlihat cuek dan dingin tetapi jika masalah papi dan maminya, anak itu langsung sekejap menuruti keinginan mami papinya meskipun dia tidak menyukainya bahkan membenci keinginan mami papinya. Salah satunya adalah mengikuti lomba cerdas cermat yang pertama dan terakhir Yoru ikuti bersama dengan dirinya. Dia hanya bisa mendukung sahabatnya.
"Baiklah Yoru, aku akan membantumu mendapatkan teman selain diriku," ujar Khun.
Ucapan sahabatnya membuat semangat Yoru tumbuh
"Terima kasih Khun, aku tidak akan melupakan dirimu, tenang saja," ucap Yoru dengan bahagia.
Yoru segera mengganti suasana dengan cepat. Dia tidak mau membuat papi dan mami ya mendengar dan kembali bersedih. Dia juga tidak mau membuat Khun kepikiran masalahnya. Cukup dirinya yang menanggungnya, batinnya.
"Khun, kamu kangen kan sama snack mamiku?" tanya Yoru dengan semangat
Khun pada awalnya kaget melihat perubahan dratis Yoru, hanya bisa mengikuti perubahan tersebut.
"Iya aku kangen dengan snack tante," cicit Khun.
"Mami dan aku bikin tadi siang, yuk cobakan," ujar Yoru
"Ayok!" ucap Khun.
Papi dan mami Yoru yang melihat di kamar mereka hanya bisa menangis dan tersenyum bahagia. Mereka sangat bersyukur karena mendapatkan anak seperti Yoru yang sangat perhatian kepada mereka. Sehingga apa punkeinginan Yoru selama masih dibatas mereka, mereka berusaha keras untuk mendapatkan agar Yoru juga bahagia.
Yoru menyuruh salah satu pelayannya mengambilkan snack yang sudah disiapkan dirinya bersama dengan mami kesayangannya.
Yoru segara menghidangkan di meja makan dan mengajak Khun untuk mencicipi buatannya bersama mami kesayangannya.
Khun yang juga ketepatan kelaparan segara mencobanya.
"Bagaimana Khun, apakah enak?" tanya Yoru was-was.
"Hhmm, ini enak sekali Yoru," ujar Khun
"Benar kan, mamiku bilang aku punya bakat masak," ujar dengan senyum bahagianya.
"Kalau begitu kita belajar," ajak Yoru
"Okey," sahut Khun
Mereka berdua menghabiskan waktu dengan belajar bersama. Yoru sangat telaten mengajari Khun sampai Khun bisa dan mengerti rumus fisika yang menurutnya itu rumit. Yoru mengajari dengan rumus yang lebih mudah dipahami untuk Khun. Terkadang mereka berdua tertawa atas kesalahan Khun.
Kedua orangtuanya melihat Yoru yang bahagia dengan keberadaan Khun, mereka hanya bisa pasrah dengan sikap terbukanya Yoru hanya untuk Khun saja. tetapi apa daya mereka tidak bisa memarahi dan memaksa anak semata wayangnya untuk berteman selain Khun. Mereka merasa hanya dengan Khun, Yoru merasa bahagia bersamanya. Sehingga mereka menyuruh Khun untuk sering berkunjung ke rumah mereka.
Mereka belajar hingga jam menunjukkan pukul 7 malam. Mami Yoru segera menghampiri anaknya dan Khun.
"Sayangnya Mami, Yoru, ini sudah malam. Khun pasti dicari orangtuanya" ucap maminya dengan lembut.
"Apa Mami?! Kok cepat ya? Yoru tidak kerasan. Khun besok jangan lupa ke sinilagi," ucap Yoru dengan nada terkejut.
"Oh iya snack mamimu mana?" Yoru menagih permintaannya kepada Khun.
Khun hanya bisa berkeringat dingin karena dia lupa memberi tahumamanya untuk membawakan snack kesayangan Yoru.
"Ingat juga dia," batin Khun
"Hehe, Yoru aku lupa, maafkan aku. Besok aku bawakan dobel deh," ucap Khun membujuk Yoru.
"Yahh..., padahal aku udah kangen sangat sama buatannya. Ya udah besok ya jangan lupa, double loh," ucap Yoru.
"Iya janji aku," kata Khun
Mami Yoru yang mendengar hanya tersenyum melihat tingkah lakunya anaknya yang menurutnya lucu.
"Mami, Yoru lapar," ucap Yoru.
"Ya sayang nanti Mami buatin makanan kesukaanmu," ucap maminya dengan mengelus rambut putra kesayangannya.
"Mami antar Khun dahulu ya sayang," ucap maminya.
"Ya Mami, Yoru tunggu Mami kok," ucap Yoru manja
Mami Yoru mengantarkan Khun dan membawakan camilan untuk Khun.
Di mobil mami Yoru
"Khun, kamu sering-sering mampir ya ke rumah kami, Yoru sangat senang bersamamu," ucap mami Yoru
"Iya Tante, Khun akan berusaha," ucap Khun
Rumah Khun tidak terlalu jauh dan sesudah sampai di rumahsederhananya Khun. Khun pamit dan masuk kerumahnya
Malam harinya di kamarnya.
Yoru mengerjakan tugas dari sekolahnya. Dia mengerjakan matematika tentang rumus trigonometri dan fisika mengenai gaya. Yoru mengerjakan tugas dengan baik. Setelah semua selesai, seperti biasa Yoru bermain game di PC-nya setelah mengerjakan tugas sekolah.
Mami Yoru memanggil putra kesayangannya. Maminya segera naik ke kamar anaknya di lantai dua.
"Sayang, waktunya makan malam, sayangku," kata maminya sembari masuk ke kamar
Pada waktu maminya masuk, Yoru tidak mendengarkan karena telinganya ditutupi oleh headset, sehingga maminya mencoleknya.
"Yoru.." panggil sang mami
Yoru merespon dengan mendangak kepalanya.
"Mami?" ucapnya
"Ada apa Mami?" kata Yoru lagi.
"Waktunya makan malam, sayang. Mami dan papi sudah menunggu dirimu," ucap maminya dengan sabar
"Baiklah Mami,maafkan Yoru yang membuat papi dan Mami menunggu Yoru makan," ucapnya sambil melepaskan headset dan mengajak maminya makan.
"Ayuk Mami, kita makan bersama," ajak Yoru.
"Oke, Yoru," jawab sang mami
Mereka berdua keluar dari kamar Yoru dan turun menuju ruang makan. Terlihat papinya sedang menunggunya dan terlihat banyak sekali masakan yang sudah disiapkan dan dihidangkan di meja makan.
"Yoru, ayo segera makan," ajak papinya
"Oke Papi, Yoru segera ke sana," ucapnya sambil berlari kecil.
Yoru sampai di meja makan dengan sedikit ngos-ngosan karena berlari kecil. Maminya menyusul Yoru.
"Sayang, kamu jangan lari-lari begitudong, kamu nanti cepat capai," tegur maminya dengan lembut.
"Hehe, maafkan Yoru mami. Yoru ingin Mami dan Papi juga cepat makan," ucap Yoru riang.
"Papi, maafkan Yoru yang membuat Papi dan Mami menunggu Yoru," ucapnya dengan elegan
"Ya ampun, Yoru, kamu jadi terlihat tuan muda kecil," ejek papinya dengan senang
"Aku memang tuan muda kecil, Papi," ucap Yoru cemberut.
"Ya, memang Yoru tuan muda kecil keluarga kita," sahut maminya riang melihat tingkah laku anaknya yang masih manja
Mereka makan bersama dengan gembira. Para pelayan melihat keluarga kecil itu dengan bahagia. Mereka berbisik-bisik satu sama lain. Melihat tuan muda kecil mereka yang terlihat manja kepada kedua orangtuanya terlihat sangat menggemaskan. Pasalnya, Yoru merupakan anak keluarga kaya dan dia juga satu-satunya pewaris. Namun, sikap Yoru yang sekarang malah terlihat anak kecil yang merengek di mata para pelayan yang melayaninya dari kecil.
Sesudah keluarga kecil itu makan. Yoru meminta izin untuk kembali ke kamarnya.
"Papi,mami, Yoru mau kembali ke kamar dahulu ya," izin Yoru dengan sopan dan elegan.
"Jagoan Papi kok udah balik kamar?" tanya papinya
"Mau main game,Papi, hehehe," ucap Yoru jujur.
"Kalau begitu Sabtu - Minggu, waktu malamnya buat Papi Mami, ya, Yoru," jawab papinya.
"Iya, Yoru, Mami Papi mau menemanimu bermain," ucap maminya
"Benarkah,Papi, Mami?" tanya Yoru girang
"Iya, sayang," kata maminya lagi
"Hem, Yoru janji waktu malam Sabtu-Minggunya Yoru buat Mami Papi. Yoru akan menemani Mami Papi," ucapnya girang.
"Papi, Mami, Yoru senang kalau Mami sama Papi mau menemani Yoru main," ucapnya lagi dengan semangat dan manja.
Papi dan maminya hanya tersenyum kepada Yoru. Sebenarnya, mereka hanya ingin bersama dengan Yoru sebelum mereka pergi untuk menyembuhkan masalah kandungan maminya. Tadi sore papi Yoru mendapatkan telepon dari temannya bahwa kenalannya ada seorang dokter kandungan yang hebat. Namun, harus membuat janji dan dokter itu berasal dari negara C. Papi Yoru yang mendengar hal itu merasa bahagia dan segera memberitahukan kepada istrinya. Istrinya senang dan berharap agar dirinya bisa memenuhi keinginan putra sulungnya yang semata wayang. Sehingga mereka mengatur jadwal pengobatan dan itu harus meninggalkan Yoru sebulan di negara I. Mau tidak mau dengan berat hati mereka berdua merelakan demi bisa memberikan seorang adik kepada Yoru.
"Yoru, janji ya sama Mami Papi," ucap maminya
"Ya, Yoru janji akan menemani Papi Mami," ucapnya tanpa sadar kalau kami papinya akan meninggalkan dirinya selama sebulan.
"Kalau begitu Yoru bisa lanjutin main gamenya," kata papinya
"Sabtu besok Yoru ajak Papi main," kata Yoru
"Oke sayangnya Papi," ucap papinya mengiyakan permintaan Yoru
"Tumben Yoru, biasanya kan olahraga sepeda sama Papimu" ucap mami sedikit heran dengan permintaan putra semata wayangnya yang biasanya setiap Sabtu pasti bermain bersamanya.
"Yoru mau lomba sama Papi, Mami," ucapnya dengan girang
"Oow begitu," angguk maminya paham
Kedua orangtuanya mengetahui kalau anaknya sangat menyukai bermain game. Mereka mendukung keinginan Yoru, karena mengerti Yoru tidak pernah bermain sampai larut malam. Dan memang Yoru tidak pernah mengecewakan orang tuanya. Dia bermain hanya sampai jam 9 malam. Selanjutnya tidur. Dia memang jarang sekali mengulang kembali pelajarannya dan hanya mengerjakan tugas sekolahnya saja.
Karena mendapatkan izin, Yoru kembali ke kamarnya untuk bermain game.
Di kamarnya, Yoru kembali melanjutkan gamenya yang terhentikan. Dia bermain hingga jam 9 malam. Setelah alarm pengingat ya di PC mengatakan udah jam 9 malam, dirinya segera mematikan layar PC nya dan menuju kamar mandinya untuk sikat gigi dan berganti pakaian tidur. Lalu menuju kasurnya dan merebahkan tubuhnya. Dia tidak lupa mengucapkan selamat malam yang dituju kepada orangtuanya, walaupun dia tidak satu kamar dengan kedua orangtuanya. Setelah itu Yori jatuh terlelap.
Tanpa Yoru sadari bahwa kedua orangtuanya sesudah Yoru tidur, mereka masuk dan mengelus kepala putranya dengan penuh kasih sayang dan cinta. Tidak lupa papi dan maminya memberikan ciuman tidur yang selalu dilakukan oleh keduanya dari Yoru kecil. Namun, itu sering membuat Yoru terhindar dari mimpi buruk yang bisa membuat Yoru menangis. Setelah puas mengelus dan menciumi putra semata wayangnya, mami dan papi keluar dari kamarnya dan kembali ke kamar mereka.
Keesokan harinya....
Jam alarm Yoru berbunyi dan membangunkan Yoru untuk Yoru bersiap ke sekolah.
Dengan berat hati Yoru segera bangun dari mimpi indahnya dan mematikan alarmnya.
Sesudah bangun, dia selalu merapikan tempat tidurnya dan segera mandi. Pelayan sudah menyiapkan baju seragam tuan kecilnya dan meletakkan dalam kamar tuannya. Pelayannya selalu merasa bahwa tuan kecilnya sangat mandiri karena setiap pagi dirinya masuk kamar tuan kecilnya selalu rapi tidak ada satu kusut pun di tempat tidurnya. Setelah mandi, Yoru memakai seragam yang sudah disiapkan oleh pelayannya dan turun untuk sarapan bersama dengan keluarganya.
"Selamat pagi, Papi dan Mami," ucap Yoru dengan riang
"Jagoan Papi udah bangun dan semangat, ya," ucap papinga merentangkan tangannya untuk menyambut Yoru
Yoru merespon dan segera menghamburkan dirinya ke pelukan papinya. Dengan manjanya dia berceloteh tentang mimpi indahnya.
Maminya yang muncul dengan tangan memegang kotak bekal untuk anaknya hanya tersenyum mendengar melihat tingkah laku putranya.
"Yoru senang sangat, Pi," ucap Yoru bahagia dengan manja di pelukan ayahnya
"Papi juga senang mendengarnya jika Yoru tidak mimpi buruk," kata papinya
Yoru menikmati sarapannya di pelukan papinya. Terasa nyaman sehingga dirinya tidak mau melepaskan. Mami dan papi ya tertawa melihat anaknya melekat pada mereka. Dengan berat hati, akhirnya Yoru melepaskan dirinya karena waktu sudah menunjukkan pukul yang biasa dia berangkat ke sekolah. Yoru memberi salam kepada maminya dan masuk kedalam mobil dan papinya yang mengantar dirinya hingga tiba ke sekolah. Tanpa malu, Yoru segera memberi selamat tinggal dengan manja kepada papinya. Hingga aksinya sempat menjadi pembicaraan temannya yang sempat melihatnya. Dengan berat hati, dirinya turun supaya gosip itu tidak memanas atau dirinya tidak bisa hidup tenang di sekolah. Papinya yang melihatnya hanya tertawa dan melihatnya hingga anaknya masuk ke gedung sekolah baru pergi meninggalkan dan kembali ke rumahnya
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!