Bintang..gadis cantik dengan segudang prestasi yang pantas untuk ia banggakan. Tampilannya yang terlihat sederhana membuatnya tak terlalu mencolok diantara teman-temannya.
Sikapnya yang cuek tapi tetap humble membuatnya memiliki banyak teman. Hampir semua teman menyukai dirinya. Karena Bintang tidak pernah pelit ilmu terhadap teman-temannya.
Tapi tidak sedikit pula yang membencinya karena merasa iri dengan apa yang Bintang miliki. Prestasi akademik maupun non akademik nya benar-benar membuat banyak gadis iri.
Bintang juga memiliki seorang sahabat baik. Rembulan namanya, atau sering Bintang panggil Bubul. Gadis cantik yang berasal dari keluarga sederhana itu sudah bersahabat baik dengan Bintang sejak duduk di bangku sekolah dasar.
Hingga kini keduanya duduk dibangku kelas 11 SMA, tak pernah sekalipun keduanya terlibat perdebatan serius yang menyebabkan persahabatan mereka renggang.
Sikap keras kepala Bintang selalu bisa diimbangi Bulan dengan sikap tenangnya. Karena itulah keduanya selalu cocok dan tak pernah bertengkar.
Berawal dari ketertarikan keduanya terhadap bola basket, membuat hubungan keduanya semakin dekat hingga bisa bersahabat baik seperti sekarang ini.
Bintang merupakan putri seorang konglomerat terpandang di kotanya. Namun tak seorang pun tahu status Bintang yang sesungguhnya kecuali Bulan.
Bintang tidak suka terlalu diekspos sejak kecil. Sehingga tak banyak yang tahu seperti apa wajah putri bungsu pengusaha kondang itu. Terlebih setelah ibunya meninggal saat dirinya berusia 10tahun.
Ayah Bintang, Henry Laksmana merupakan pengusaha sukses yang kekayaannya tak perlu diragukan lagi. Memiliki dua orang anak laki-laki dan satu orang putri melengkapi kebahagiaannya.
Meski berasal dari keluarga kaya raya, Henry tidak pernah membatasi pertemanan putra dan putrinya. Seperti Bintang yang lebih nyaman berteman dengan Bulan yang notabene nya berasal dari keluarga sederhana. Pun dengan putra keduanya yang memilih menikah dengan mantan karyawan di kantornya yang juga berasal dari keluarga biasa saja.
Bagi Henry, selagi pertemanan itu membawa dampak positif bagi putra putrinya, ia tidak mempermasalahkan dan akan terus mendukungnya.
Sadewa Laksmana, merupakan putra sulung dari Henry. Kakak tertua Bintang itu sudah berkeluarga tiga tahun lamanya, istrinya bernama Kirani. Sayang keduanya belum dikaruniai keturunan setelah tiga tahun pernikahannya.
Sementara putra keduanya bernama Arjuna Laksmana, yang juga sudah menikah dengan seorang wanita bernama Naura. Pernikahan mereka baru menginjak usia satu tahun. Dan kini Naura tengah hamil anak pertama mereka.
Terlahir sebagai anak bungsu membuatnya dilimpahi kasih sayang. Tidak hanya dari ayah dan kedua kakaknya, namun juga dari kedua kakak iparnya. Dirumah, Bintang benar-benar menjadi seorang putri yang sangat dimanja.
Namun meski begitu, Bintang tak pernah berlaku seenaknya pada orang-orang yang menyayanginya itu. Pada asisten rumah tangga nya saja, Bintang jarang menyusahkan. Selagi ia bisa mengerjakan sendiri, gadis itu akan lebih senang melakukan segala hal sendiri.
Apalagi jarak usianya dengan kedua kakaknya yang terpaut cukup jauh. Dengan kakak pertamanya, keduanya memiliki selisih umur 10tahun, sementara dengan Arjuna kakak keduanya, selisih umur Bintang terpaut sekitar 8tahun.
Bintang tak kekurangan apapun, namun begitu dirinya enggan menunjukkan kemewahan yang disediakan oleh ayahnya.
Bahkan bersekolah ditempat yang ayahnya menjadi donatur terbesar saja, Bintang memilih masuk menggunakan jalur prestasi. Itu semua ia lakukan semata-mata untuk menjaga identitasnya tetap aman. Ia juga tak pernah diantarkan oleh supir, meski mobil dirumah ayahnya lebih dari cukup untuk bisa mengantar dan menjemput dirinya.
Bintang lebih memilih naik motor matic biasa yang dibelinya sendiri dari hasil menyisihkan uang saku miliknya selama beberapa tahun.
Ia benar-benar enggan jika teman-temannya sampai mengetahui statusnya yang sesungguhnya. Karena selama bertahun-tahun lamanya, ia sudah nyaman dengan posisi nya seperti saat ini.
Namun sayang, hidup tenang nya harus terusik dengan kehadiran sosok pemuda tampan penuh pesona bernama Langit.
Sifat playboy pemuda itu benar-benar membuat Bintang jengah. Bintang sangat membenci laki-laki yang suka mempermainkan perempuan.
S*alnya, kebencian Bintang justru membawanya sering berinteraksi dengan si playboy.
Status keduanya yang sama-sama kapten tim basket membuat keduanya sering bertemu dan terpaksa berinteraksi. Atau lebih tepatnya Bintang yang enggan.
Karena sejatinya, Langit sangat tertarik pada Bintang yang tidak sedikitpun silau dengan wajah tampan dan juga kekayaan yang dimiliki orang tuanya.
Sikap galak Bintang menjadi daya tarik tersendiri bagi Langit. Apalagi tantangan dari teman-temannya.
Mereka akan mengakui Langit sebagai seorang penakhluk wanita sejati jika memang bisa menakhlukkan seorang Bintang yang selama ini memang tidak pernah dekat dengan pemuda manapun.
Langit adalah pemuda tampan yang juga berasal dari keluarga terpandang dikota itu. Ayah nya seorang pengusaha dibidang properti. Sementara ibunya adalah seorang designer kondang yang sudah memiliki jam terbang tinggi.
Paras tampan yang ditunjang dengan segala kemewahan menjadikannya seorang pemuda yang dipuja banyak gadis. Dirinya adalah incaran para gadis yang senang mencari ketenaran dan pamor.
Sementara Bintang? Gadis itu bahkan tidak melirik pada Langit sedikitpun. Dan Langit benar-benar merasa tertantang untuk bisa mendapatkan Bintang. Lalu akankah Bintang luluh dan jatuh cinta pada Langit? Atau justru si playboy yang jatuh tak berdaya dalam pesona Bintang yang memang berbeda dari gadis lain?
---***
Sore itu, selepas jam pelajaran terakhir selesai, Bulan dan Bintang pergi ke loker nya untuk mengambil seragam basket milik keduanya. Sore ini seperti hari sebelumnya, mereka memiliki jadwal latihan basket.
Keduanya berjalan sambil bersenda gurau membahas hal-hal yang menurut keduanya lucu selama jam pelajaran berlangsung. Otak keduanya yang sama-sama cerdas menjadikan keduanya benar-benar menjadi sepasang angsa emas bagi sekolah itu.
Tak butuh waktu lama untuk keduanya sampai di loker masing-masing yang letaknya juga bersebelahan.
"Bul, nanti nginep rumah gue ya". Ucap Bintang membuka obrolan.
"Nanti malem ada acara dirumah, Bibin. Gue nggak bisa". Sahut Bulan sambil sibuk mencari seragamnya.
"Acara apa?". Tanya Bintang yang langsung menatap sahabatnya lekat.
"Alhamdulillah bapak dapet rejeki naik jabatan". Ucap Bulan dengan waut wajah bahagia.
"Alhamdulillah.." Seru Bintang yang juga ikut merasakan kebahagiaan sahabat dan kedua orang tua sahabatnya.
"Anak bontotnya bapak sama ibu juga di undang kok". Ucapan Bulan membuat senyum Bintang semakin mengembang.
Ya, Bintang sudah dianggap seperti putri kandung dikeluarga Bulan. Bulan yang terlahir sebagai anak tunggal tentu saja bahagia saat kedua orang tuanya menerima dengan baik kehadiran sahabatnya.
"Oke. Pulang latihan kita langsung cus rumah lo". Seru Bintang penuh semangat.
"Ayo cepetan ganti. Kita harus cepet pulang nih". Bulan menggeleng pelan. Dalam hati ia benar-benar bersyukur memiliki sahabat seperti Bintang.
Sahabat yang benar-benar mengerti dan menerima dirinya dengan sangat baik. Tidak membedakan kasta padahal jelas ia tahu seperti apa kaya nya Bintang.
Tapi gadis itu lebih memilih menaiki motor biasa dan pergi bersama dirinya yang hanya anak seorang manager di perusahaan kecil.
"Ayo Bubul. Ntar kesorean pulangnya". Bulan mengangguk, melihat Bintang bersemangat membuatnya ikut bersemangat.
Bulan benar-benar mengagumi pribadi sahabat baiknya itu. Berasal dari keluarga kaya dan memiliki otak yang cerdas serta segudang prestasi tak membuat Bintang sombong.
Gadis itu tetaplah gadis yang ia kenal sejak 7tahun lalu. Gadis yang dulu selalu menyendiri dan tak mau bergaul dengan siapapun karena kepergian ibunya.
Bulan kembali tersenyum mengingat bagaimana pertemuan awal mereka dulu. Melihat Bintang yang seperti sekarang ini sudah cukup membuat Bulan bahagia dan senang.
...¥¥¥¥•••¥¥¥¥...
...Gaskeun tipis-tipis dulu ya sayang sayangkuh😘...
...Bantu like biar othornya makin semangat nulisnya ya🥰🥰...
...Genre nya masih cinta-cintaan aja, othornya amatir sih..jadi genre nya begindang begindang saja😂😂...
...Sarangheo sekebon jagung readersku tercintahhh🥰😘😘💋♥️💐...
Bintang mematung saat dirinya sampai dilapang basket yang biasa ia gunakan bersama timnya.
"Kok malah diem sih. Ayo! Katanya mau cepet pulang". Bulan hampir menabrak punggung sahabatnya itu karena Bintang berhenti mendadak.
"Bintang!!". Belum sempat Bintang menjawab pertanyaan Bulan, sang pelatih memanggilnya sambil melambaikan tangannya pada Bintang.
"Itu pak Budi udah panggil. Ayo kesana". Bulan mendorong pelan punggung Bintang.
"Lakukan pemanasan". Perintah pak Budi yang langsung dituruti oleh Bintang dan Bulan. Sementara teman-temannya yang lain sudah lebih dulu melakukan pemanasan.
Sementara seorang pemuda tampan tak sedikitpun mengalihkan pandangannya dari sejak Bintang menginjakkan kakinya dilapang.
"Cantik". Gumamnya dengan seulas senyum menawan yang mampu membuat para gadis yang sejak tadi mangamatinya memekik kegirangan.
Bulan menatap para gadis yang masih histeris. Ia lalu mengikuti arah pandang para gadis yang rupanya tengah menatap kagum pada Langit yang saat ini tengah tersenyum.
Namun dahi Bulan berkerut saat melihat fokus Langit bukan pada gadis-gadis yang berteriak menyerukan namanya.
Bulan menyunggingkan senyum jahil saat tahu siapa fokus Langit saat ini. Dia adalah sahabat baiknya, gadis yang bahkan menganggap Langit tak pernah ada.
"Bin.." Bintang yang tengah melakukan pemanasan menatap Bulan dengan sebelah alis terangkat seolah mewakili pertanyaan 'ada apa?'.
"Liatin deh, kayanya Langit beneran suka deh ama elo", Bulan melirik pada Langit yang masih menatap Bintang dengan intens.
Tak ada niatan sedikitpun dari Bintang untuk mengikuti arah pandang Bulan.
"Jangan cuek-cuek Bin, nanti elo yang jatuh cinta". Goda Bulan sambil terus melakukan pemanasan.
Bintang memutar bola matanya, jengah mendengar godaan sahabatnya itu selama satu bulan terakhir ini.
Ya, sudah satu bulan ini pemuda bernama Langit itu mengganggu dirinya. Membuatnya kehilangan hari-hari tenang dan damainya.
Membuatnya harus berurusan dengan para gadis yang mengaku sebagai fans garis keras lelaki itu.
"Yang bener kalo lagi peregangan tuh". Dengan jahil Bintang menahan punggung Bulan yang sedang membungkuk, menyentuhkan tangannya pada ujung kakinya hingga membuat Bulan mengaduh.
"Bin aduh...sakit Bibin. Lepas ih.." Bulan berusaha menyingkirkan tangan Bintang yang menahan punggungnya, namun tangan sahabatnya itu menahan kokoh punggungnya.
"Bibin.." Rengek Bulan membuat Bintang tertawa dan kemudian melepaskan tangannya.
"Makanya nggak usah godain gue mulu". Omel Bintang sambil melotot.
"Kalian berdua kebiasaan ngobrol terus". Keduanya langsung diam saat ditegur pak Budi.
"Cepet sana masuk". Keduanya mengangguk patuh dan langsung berlari memasuki lapang basket.
Ada dua tim basket, tim yang diketuai Bintang dan tim lelaki yang diketuai Langit. Kedua kapten berdiri berdampingan. Namun Bintang terus menggeser tubuhnya dan memberi jarak agar tidak terlalu dekat dengan Langit.
"Hari ini kalian akan bertanding".
"Hah?". Seru Bintang membuat dirinya menjadi fokus teman-temannya yang lain.
Bukan apa, Bintang terkejut karena selama ini belum pernah sang pelatih meminta kedua tim saling adu kemampuan.
"Ada masalah Bintang?", Tanya pak Budi membuat Bintang gelagapan. Sementara Langit yang berdiri disamping nya tersenyum tipis.
"Eh..eng-enggak pak. Saya cuma kaget". Cicit Bintang lalu menunduk karena malu.
"Dengarkan. Siapa yang bisa mengumpulkan 10poin pertama, dia bisa menggunakan lapangan lebih dulu untuk latihan". Bintang mengangkat wajahnya.
"Maaf pak. Saya latihan besok saja dengan tim", Bintang mengangkat tangannya untuk menginterupsi.
"Kenapa?? Calon pacar takut kalah ya? Tenang aja, nanti ayang lo ini bakal ngalah kok.." Langit mengerling genit .
"Takut sama lo? Jangan ngarep". Langit semakin tersenyum, senang sekali melihat gadis incarannya itu berubah galak. Dan Bintang memang selalu galak jika berurusan dengannya.
"Kamu yakin? Ingin mundur sebelum berperang?". Pak Budi mengompori, ia sangat tahu bagaimana jiwa kompetitif yang dimiliki Bintang.
"Nggak pak". Tegas Bintang dengan tatapan tajam menghunus Langit.
"Bapak sengaja melakukan ini. Kita lihat bagaimana kemampuan kalian". Semua kompak mengangguk, pun dengan Bintang yang mengangguk terpaksa.
"Ambil posisi kalian". Kembali semua mengangguk dan segera menempatkan diri pada posisi nya masing-masing.
Tatapan mata Langit bertemu dengan tatapan tajam Bintang yang menatapnya penuh permusuhan. Membuat Langit senang melihatnya dan memiliki ide jahil.
"Siap-siap kalah ya, calon pacar", Langit mengedipkan sebelah matanya membuat Bintang melotot kesal.
"Ngimpi aja lo!". Sengit Bintang membuat senyuman Langit semakin mengembang.
"Kita liat aja ya sayang.." Bintang menunjukkan kepalan tangannya pada Langit yang justru terkekeh.
Pak Budi hanya bisa menggeleng melihat bagaimana tidak akurnya kedua kapten basket yang ada dibawah bimbingannya itu.
Sejak dulu Bintang memang selalu menjaga jarak dengan Langit. Namun tak pernah berdebat seperti satu bulan terakhir ini. Sejak Langit menyatakan cinta kepada Bintang secara terang-terangan, Bintang langsung mengibarkan bendera permusuhan.
"Ingat! Bermain sportif, tunjukkan kemampuan kalian".
"Baik pak!", Kompak semua menjawab, pak Budi berdiri diantara Bintang dan Langit yang berdiri berhadapan seolah siap berperang.
"Siap?". Kedua kapten itu mengangguk.
Suara peluit panjang dan bola yang dilambungkan ke atas membuat Bintang dan Langit sama-sama melompat setinggi yang mereka mampu untuk bisa lebih dulu menggapai bola yang dilambungkan pak Budi.
Dan sudah bisa dipastikan jika Langit lah pemenangnya. Tinggi badannya yang jelas melebihi Bintang memudahkannya untuk bisa lebih dulu menggapai bola.
Dengan gerakan cepat, Langit mengoper bola pada temannya, kemudian berlari maju hingga dekat ring. Dia tersenyum melihat Bintang yang berusaha mengambil bola dari temannya.
Suara tepuk tangan dan teriakan histeris para penonton menandakan keberhasilan Langit memasukkan bola ke dalam ring lawan.
Pemuda tampan itu melemparkan ciuman jarak jauhnya pada para gadis yang semakin histeris melihat apa yang dirinya lakukan.
"Kalo lo kalah, lo harus mau kencan sama gue". Langit sedikit menunduk dan berbisik tepat ditelinga Bintang.
Bintang langsung melirik dengan tatapan galaknya membuat Langit semakin senang menggodanya.
Bulan mendapatkan bola dan segera mengoper pada Bintang saat melihat posisi Bintang bebas dari penjagaan.
Dan seterusnya seperti itu hingga kini skor keduanya seri. Dua poin lagi, ini adalah penentuan siapa yang berhak menggunakan lapang lebih dulu. Hawa disekitar lapang terasa semakin panas karena Bintang dan Langit sama-sama menatap tajam.
Pak Budi memberi kode pada pemain lain untuk keluar dari lapang saat melihat Bintang dan Langit kembali saling berhadapan.
Keringat bercucuran dari keduanya. Jika Langit masih bisa tersenyum menatap Bintang, maka tidak dengan Bintang. Gadis itu menatap lawannya bak binatang buas yang melihat mangsanya.
"Kalo gue menang, lo harus kencan sama gue". Ucap Langit menatap lekat Bintang yang justru tersenyum miring.
"Dan kalo gue menang. Lo harus berhenti gangguin gue!", Kini Langit yang tersenyum penuh makna.
"Deal.." Ucap Langit dan langsung merebut bola yang sejak tadi dipantulkan oleh Bintang.
"YAAAAA....!!!!!!!", Teriak Bintang tak terima karena Langit bermain curang.
Dan sudah bisa dipastikan jika lelaki itu bisa dengan mudah memasukkan bola dan menjadikannya pemenang atas pertarungan sengit itu.
priiiittt....
Peluit panjang yang ditiup pak Budi menandakan akhir pertandingan siang sore itu. Dan Langit lah yang keluar sebagai pemenang.
Langit membalikkan badannya, menatap Bintang dengan senyum penuh kemenangan sambil membentuk hati dengan jari telunjuk dan jempol yang ia silangkan.
"Gue pemenangnya". Ucapnya sambil mengedipkan mata membuat Bintang sangat kesal.
"Lo curang!". Ketus Bintang membuat Langit berjalan mendekatinya.
"Yang pasti gue yang menang. Iya kan pak?". Pak Budi mengangguk mendengar teriakan Langit.
"Tapi pak. Dia curang". Bintang tak terima dengan kemenangan Langit yang menurutnya curang.
"Kamu yang kurang fokus Bintang. Itu namanya taktik". Semakin kesal saja Bintang dibuatnya.
"Tepatin janji lo, Bintang.."
"Gue nggak pernah janji sama lo! DASAR BIAWAK!!!".
...¥¥¥•••¥¥¥...
...Nah loh, baru mulai aja udah gelut mulu itu berdua🤦🏼♀️🤦🏼♀️😅...
...Yang satu tengil, yang satu galak banget😂😂 kirakira gimana nih mereka berdua kedepannya?? Bakalan bucin atau malah tetep kaya tikus ama kucing?🤔🤔...
...Ikuti terus kuy kisah mereka, jangan lupa tampol like nya juga🥰🥰...
...Sarangheo sekebon readers🥰😘😘💐💋...
"Karna Langit yang menang. Kalian bisa berlatih lebih dulu..baru setelahnya tim Bintang akan berlatih". Ucapan pak Budi membuat atensi Bintang beralih.
Jadi dirinya benar-benar kalah dari lelaki menyebalkan yang terus mengganggunya itu??? Sangat sangat menyebalkan, batin Bintang.
"Biar mereka dulu saja pak yang berlatih. Kasian kalo ayang saya pulang terlalu sore". Bintang kembali menoleh ke sampingnya saat suara Langit kembali terdengar.
Dengan wajah cool nya, Langit berkata seolah menjadi pahlawan bagi Bintang dan teman-temannya. Menatap Bintang dengan senyum menawan yang mampu membuat para penggemarnya histeris, namun jelas tidak berpengaruh untuk Bintang.
Bintang mendengus kesal. Selalu saja tebar pesona dan mencari perhatian lawan jenisnya. Bintang benar-benar muak.
Jika saja Langit bukan lelaki playboy, mungkin Bintang sudah tersentuh dengan semua yang Langit lakukan selama satu bulan ini, kata-katanya yang selalu berhasil membuat para gadis terkulai lemas karena segala pesonanya. Tapi mengingat perilakunya yang memang selalu menebar pesona pada para gadis membuat Bintang sangat membencinya.
Seperti saat ini, bahkan setelah menyatakan cintanya pada Bintang. Langit masih saja menggoda gadis-gadis yang menyemangati dirinya. Memberikan ciuman jarak jauh dan mengedipkan matanya dengan sangat menggoda.
Bintang memutar bola matanya, sangat jengah melihat Langit yang bermain mata dengan banyak gadis.
Tanpa mengucapkan terimakasih pada Langit. Bintang memberi kode pada teman-temannya untuk segera memasuki lapangan.
Ia enggan menanggapi Langit, lebih baik cepat menyelesaikan latihan dan segera pergi ke rumah Bulan untuk merayakan kenaikan jabatan bapak, pikir Bintang.
Bukan tak tahu terimakasih atau tak tahu diri, Bintang sudah hafal seperti apa Langit. Jika ia menanggapi, waktunya akan terbuang sia-sia dan bisa jadi dirinya akan terlambat ke rumah Bulan.
Langit menepi ke sisi lapangan. Duduk santai dengan mata terus menatap Bintang. Awalnya tak ada yang menarik dari Bintang. Hanya sekedar pembuktian diri pada teman-teman dekatnya jika dirinya mampu menakhlukkan hati gadis manapun, termasuk Bintang.
Tapi setelah satu bulan berusaha mendekati gadis itu, ternyata Langit masih belum berhasil meluluhkan hati Bintang yang sekeras karang. Jangan kan meluluhkan gadis itu, bahkan baru satu minggu ini Bintang menanggapi dirinya. Itupun karena Bintang merasa terganggu.
Hal yang membuat Langit semakin tertantang untuk bisa mendapatkan Bintang.
"Kayanya lo gagal kali ini, Lang", Langit menoleh, mendapati Roman, salah satu sahabatnya menatapnya penuh ejekan.
"Iya nggak Sam?". Roman mencari bantuan dari temannya yang lain, Samudra.
Samudra yang memang paling pendiam diantara ketiganya hanya mengangguk mengiyakan saja. Ia lebih fokus pada gadis lain yang baginya cukup menarik perhatiannya.
"Nggak ada kata gagal buat seorang Langit. Tunggu aja, gue pastiin Bintang bakal bertekuk lutut didepan gue". Ucap Langit penuh percaya diri.
"Ati-ati lo, Lang". Dahi Langit berkerut mendengar peringatan yang tiba-tiba meluncur dari bibir Samudra yang masih menatap lurus ke depan.
"Ati-ati kenapa Sam?". Bukan Langit, tapi Roman yang bertanya.
"Gue was-was kalo temen lo ini lama-lama gila gara-gara gagal deketin Bintang". Roman terbahak mendengar ucapan Sam. Samudra adalah seorang pendiam yang sangat jarang berbicara panjang lebar, diantara mereka bertiga, memang Samudra lah yang paling dingin.
"Si gebleg! Dia juga temen lo". Kelakar Roman membuat Sam menyunggingkan senyum tipis.
Entah mengapa, kali ini Sam memiliki keyakinan jika bukan gadis incaran Langit yang akan bertekuk lutut. Namun Langit lah yang akan dibuat tak berdaya oleh Bintang. Si gadis supel yang galaknya melebihi singa jika itu berkaitan dengan seorang Langit.
"Kita taruhan". Sam yang fokus pada seseorang menatap Langit yang tiba-tiba bersuara.
"Taruhan apa?". Roman manyambut antusias. Jika menyoal taruhan, Roman selalu berdiri paling depan. Dan itu membuat Sam mendengus kesal. Sudah pasti ada sesuatu yang salah dengan ide Langit nantinya.
"Kalo sampe gue gagal ngajak Bintang kencan, gue traktir lo berdua sepuasnya", Roman mendecih.
"Kaga tertarik gue". Kini Langit yang mendengus. Lagipula mengapa dirinya menawarkan hal yang tidak akan diminati kedua sahabatnya.
"Oke gue ganti..kalo gue---" Belum selesai Langit berbicara, Sam sudah memotong ucapannya.
"Tiga bulan". Sam bersuara membuat Langit dan Roman saling menatap.
"Tiga bulan apaan anj*r". Kesal Roman karena tidak paham dengan maksud Sam.
"Kalo tiga bulan lo gagal dapetin Bintang. Lo harus insaf jadi playboy". Roman dan Langit saling menatap. Tidak biasanya Sam mau bertaruh.
"Dan lagi kalo elo gagal, motor kesayangan lo gue ambil". Roman semakin tak percaya mendengar penawaran Sam.
"Sint*ng lo! Mana mau si Langit lepasin si mont*k". Sergah Roman yang sangat tahu jika si mont*k, motor kesayangan Langit tak akan pernah ia jadikan bahan taruhan.
"Deal!!!". Roman menjatuhkan rahangnya melihat Langit mengulurkan tangannya pada Sam. Yang itu artinya Langit menyetujui ide gila Sam.
"Deal!". Sam menyeringai penuh makna.
"Edan lo berdua!!! Gue dapet apaan dong?!". Roman tak terima. Ide untuk bertaruh berasal dari dirinya. Lalu mengapa dirinya tak diajak bertaruh.
"Rugi dong gue!!". Roman masih mencak-mencak. Sementara Langit dan Sam masih saling berjabat tangan.
"Bintang...lo harus jadi milik gue. Gimanapun caranya". Batin Langit membulatkan tekadnya. Ia menatap Bintang yang tampak bermandikan peluh, dan s*alnya Bintang terlihat sangat seksi di mata Langit.
"****!!!". Umpat Langit yang merasakan debaran jantungnya menggila hanya dengan melihat Bintang.
Sam yang melihat Langit memalingkan wajah menyeringai. Bukankah itu sangat menarik, belum pernah Langit memalingkan wajah dari seorang wanita. Apalagi wanita itu tak sama sekali menatap balik dirinya.
Sementara Sam dan Langit asyik dengan pikirannya masing-masing. Si paling rewel dan cerewet, Roman tengah misuh-misuh karena merasa tak mendapat apapun dari pertaruhan yang awalnya ia usulkan.
Satu jam berlalu dengan begitu cepat, Bintang dan teman-temannya mengistirahatkan tubuh mereka yang sudah bermandikan peluh.
"Nyari apa Bin?", Bulan yang melihat Bintang celingukan bertanya.
"Anduk gue kemana Bul?", Bulan ikut mencari dan kemudian menggeleng.
"Lo bawa apa kaga?". Tanya Bulan dijawab anggukan kepala oleh Bintang.
"Gue bawa kok. Ini minum gue juga kemana?". Semakin bingung saja Bintang saat tak mendapati handuk dan air minumnya.
"Haii calon makmum.." Bintang tak segera menengok. Ia hafal itu suara siapa, dan ia enggan untuk menatap orang yang menghampirinya itu.
"Minum sama handuk buat pacar gue yang paling seksi". Langit membisikkan kata seksi tepat disamping telinga Bintang.
Secepat kilat Bintang menoleh, dan ia tersentak saat wajahnya dan wajah Langit berada dalam jarak yang sangat dekat. Bahkan hidung mereka hampir bersentuhan.
Teriakan terdengar dari bangku penonton. Siapa lagi pelakunya jika bukan para penggemar Langit yang histeris melihat kedekatan Langit dan Bintang.
Bulan diam-diam tersenyum melihat interaksi Langit dan Bintang. Melihat sahabat baiknya yang tidak pernah sekalipun bersinggungan dengan laki-laki kecuali ayah dan kedua kakaknya serta seorang lelaki yang berstatus sahabat baik mereka, yang kini entah dimana. Kini harus selalu berurusan dengan Langit yang notabene nya adalah seorang playboy yang digilai gadis hampir seisi sekolah.
Untuk sesaat, mata kedua orang itu saling mengunci. Namun dengan cepat Bintang tersadar dan mundur dari hadapan Langit.
"Handuknya sayang..." Langit mengulurkan handuk yang ia pegang. Wajahnya terlihat sangat tenang dan biasa saja, masih terlihat tengil dengan senyum menggoda. Namun tak ada seorang pun yang tahu seperti apa debaran jantungnya saat ini.
"Nggak butuh! Dasar biawak gila!!". Sengit Bintang yang langsung menyambar ranselnya kemudian menggandeng tangan Bulan. Mengajak sahabatnya itu untuk meninggalkan lapangan karena latihan mereka sudah selesai.
Langi menatap tangannya yang masih menggantung. Gadis itu memang berbeda, sangat berbeda. Mungkin jika gadis lain yang ia perlakukan demikian, ia berani jamin jika gadis itu akan pingsan. Tapi Bintang? Jangan kan tersentuh, gadis itu justru memasang wajah galak pada dirinya.
Sementara suara tawa menggema dari teman-temannya terutama Roman yang terlihat sangat puas menertawakan kegagalan pertama seorang Langit.
"Hahaha..biawak gila kaga tuh". Suaranya menggema keras, membuat Langit yang sebenarnya ingin kesal jadi ikut tersenyum mendengar panggilan Bintang untuk dirinya.
Sam tersenyum samar memdengar Bintang menamai sahabatnya itu. Nama yang sangat unik dan menarik, batin Samudra.
"Biawak gila". Gumam Langit dengan seulas senyum tipis. Matanya terus menatap punggung Bintang yang semalkin menjauh dan lambat laun tak terlihat lagi.
...¥¥¥¥••••¥¥¥¥...
...Biawak gila kaga tuh?!😂😂😂...
...Si Bintang kalo ngasih nama kaga nanggung-nanggung, orang ganteng bin tahir dinamain Biawak🤦🏼♀️🤦🏼♀️😅...
...Jangan lupa tampol like nya yaaa readerskuh🥰🥰...
...Dan doakanlah othor shalehah ini bisa bikin bonchapt yang bagus buat cerita sebelah🙏🏻🙏🏻 kayanya kalian masih belum mopeon dari kuman sama santen ya😂😂😅...
...Ahh yang penting mah sarangheo sekebon raya bogor kalian semuaaa🥰🥰😘😘💋💐...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!