Adam Mateo umur 39 tahun, seorang CEO di perusahaan besar dan sukses di kota z, perusahaan yang berfokus pada bidang teknologi. Hanya dalam beberapa tahun ia sudah berhasil membuat perusahaannya berjalan sukses melewati perusahaan orang tuanya. Anak satu-satunya dari keluarga Mateo.
Membuat ia menjadi pria yang begitu mandiri dan bertanggung jawab dalam menggapai sesuatu. Bukan tanpa sebab karakter nya seperti itu, tetapi karena sedari kecil ia sudah dididik keras oleh ayahnya untuk bisa melakukan apapun itu. Membuat ia menjadi pria yang begitu gila kerja.
Masa mudanya habis hanya untuk memajukan perusahaannya. la adalah tipe pria yang serius, jarang tertawa, dan angkuh. Ia tertawa jika itu bersama Hana wanita yang begitu ia cintai.
Keluarga Mateo memang terkenal angkuh, Adam juga termasuk pria yang ambisius. Tidak heran jika dalam kurun waktu yang begitu cepat ia mampu melebarkan sayap bisnisnya hingga ke manca negara.
Pria dengan wajah dingin, tegas, gagah, ganteng dan sejuta pesonanya. Mampu membuat para wanita diluar sana begitu tertantang untuk mendekatinya.
Walaupun begitu, ia tetap menaruh hatinya untuk satu wanita saja, wanita yang ia adopsi sebagai anak angkatnya.
Hana Adam, wanita berparas cantik berbibir seksi dan tubuh bak model itu, mampu menghipnotis mata para lelaki. Salah satunya adalah ayah angkatnya sendiri. Ia berumur 19 tahun. Ia wanita yang begitu friendly pada semua orang. Walaupun diangkat menjadi anak angkat dari keluarga kaya, tetapi ia tidak menjadi kan hal itu sebagai alasan untuk menjadi sombong. Ia tetap dengan sikap rendah hatinya.
Sandra Leo, berumur 29 tahun, wanita yang begitu cantik cantik dengan pesonanya. Wanita dewasa itulah yang akan dijodohkan dengan Adam Mateo. Wanita cantik yang berprofesi sebagai seorang dokter kecantikan. Ialah yang menjadi calon istri Adam, yang sudah orang tua Adam pilihkan untuk anaknya. Ia wanita sukses dan mandiri.
Tika Putri umur 19 tahun. Wanita yang begitu ayu dan baik itu adalah sahabat Hana, yang selalu menjadi garda terdepan untuk Hana. Ia selalu menjadi sahabat sekaligus saudara untuk Hana.
Ia menjadi sahabat Hana sejak mereka duduk di-bangku SMA kelas 1. Tiga tahun persahabatan mereka, membuat mereka sudah saling mengenal karakter masing-masing. Ia sahabat yang begitu tulus kepada Hana.
Leo Clark pria yang berumur 19 tahun. Pria yang dikenal playboy di kampus mereka. Ia suka sekali mempermainkan para wanita di kampus mereka maupun di luar kampus.
Ia satu kampus dengan Hana dan juga Tika. Pria berwajah campuran Asia Eropa itu menyukai Hana saat pertama kali melihatnya di kampus. Tidak tahu mengapa hatinya ingin sekali memiliki wanita seksi dan cantik itu. Sikap playboy nya tiba tiba hilang saat melihat Hana pertama kalinya.
Sebelumnya ia tidak pernah merasakan perasaan ini dengan wanita lain. dan ini pertama kalinya ia begitu jatuh cinta pada wanita yang berusia sembilan belas tahun itu. Hingga ia berniat mendekati Hana agar mau menjadi pacarnya.
Ia pria tinggi, ganteng dan cool membuat ia menjadi perhatian para mahasiswa di kampus mereka.
Anak dari seorang pengusaha yang cukup sukses di luar negeri tapi ia lebih memilih mengabdikan pendidikannya di negara z. Ia ingin mencoba pengalaman baru nya untuk melakukan studi di universitas ternama yang berada di kota itu. Ia mempunyai sifat yang begitu baik walaupun terkenal dengan sikap pemain wanita.
Pagi telah tiba, tampak matahari sudah menampakkan cahaya dengan begitu malu malu. Masuk perlahan menyinari disela sela jendela kamar gadis cantik itu. Ia begitu tertidur nyenyak di kasur empuknya, yang berukuran king size. Kamar yang begitu luas dihiasi desain bunga bunga berwarna merah agak gelap.
Tampak jendela kamarnya belum juga terbuka karena pemilik nya masih saja tertidur memeluk guling empuknya dari balik selimut itu.
Ia tidur menggunakan baju tidur yang begitu terlihat seksi di tubuhnya dengan motif tembus pandang berwarna hitam yang memperlihatkan tubuh-nya. Ia memang terbiasa tidur menggunakan pakaian seksi seperti itu.
Suara langkah kaki terdengar memasuki kamarnya, Adam berdiri tepat di depan pintu kamar sambil menatap Hana dengan tersenyum menggelengkan kepalanya.
Ia lalu beranjak, melangkah perlahan kearah kasur itu. mendudukkan bokongnya di sisi samping kasur milik wanita itu. Ia memandangi Hana sambil mengukirkan senyuman penuh cinta pada anak angkat sekaligus cintanya itu.
Kedua tangan Adam bergerak di-atas pipi milik Hana, mengelusnya pelan dengan gerakan lembut penuh cinta. Hana yang masih memejamkan matanya, akhirnya menggeliat pelan saat merasakan, elusan lembut di pipinya.
"Eungh!." lenguhan pelan terdengar dari mulut Hana, ia perlahan membuka kedua matanya.
Dan hal pertama yang ia lihat di depan matanya adalah pria yang begitu ia cintai. Ia melebarkan senyuman itu saat mengetahui elusan itu, berasal dari tangan Adam.
"Dady." Hana tersenyum, lalu satu tangannya meraih tangan Adam yang masih berada di pipinya. Mengecup tangan kekar itu penuh sayang. Ia kemudian memberikan satu gigitan pelan di jari Adam dengan senyuman nakal.
"Kamu ingin menggoda ku, baby?" tanya Adam dengan menatap nakal kearah Hana.
"Hahaha, bukankah Dady yang ajarin aku" ucap Hana sambil mengigit bibirnya.
"Dasar anak nakal, umaach ... umaach ." seru Adam sambil memberikan dua serangan ciuman di pipi Hana dengan gemas.
"Daddy, aku belum mandi, jangan di cium." jerit Hana pelan dengan suara terdengar manja.
"Sudah mandi ataupun belum, kamu tetap aja wangi sayang, umaach." sahut Adam yang masih sibuk menciumi pipi Hana, Hinga ciuman itu turun perlahan di ceruk leher milik Hana.
Adam mencium leher Hana dengan kuat menggunakan kedua bibirnya hingga meninggalkan bekas merah di leher putih Hana.
"Eungh ... Dady jangan tinggalin jejak! Aku mau ke kampus pagi ini, nanti teman Hana bisa lihat, Dady." Hana mencoba menyingkirkan kepala Adam dari ceruk lehernya.
Takut jika Daddy-nya akan meninggalkan banyak jejak di-sana. Tapi Adam tidak juga mengangkat kepalanya dari leher itu. Ia masih saja asik mencium leher jenjang itu dengan begitu g**r*h.
"Daddy ..." mata Hana sudah terlihat sayu.
Adam menyeringai dibalik ceruk leher itu, saat mendengar des*han Hana. Ia lalu mengangkat kepalanya sebentar, lalu menyingkirkan selimut yang masih menutupi tubuh Hana. Membuangnya asal hingga tergeletak di atas lantai kamar.
Saat selimut itu sudah berhasil disingkirkan, Syaf menatap lapar melihat baju transparan yang dipakai Hana. Terlihat sangat menggoda imannya. Membuat ia menatap lapar tubuh itu.
"Kamu benar benar, menggoda sayang." ujar Adam dengan tatapan mendamba, ia lalu naik keatas kasur.
"Dady mau apa?" Hana sudah waspada dengan gerakan Daddy-nya. Ia sudah tebak jika Daddy nya sudah menaiki kasur seperti ini, akan berlanjut dengan adegan yang sudah sudah.
"Kita akan melakukan pemanasan dulu, sebelum kamu akan ke kampus." sahut Adam yang sudah menurunkan satu tali baju tidur Hana dengan tersenyum nakal.
"Jangan sekarang Dady, nanti aku terlambat ke kampus." ucap Hana mencoba menolak.
Ia memang akan ke kampus pukul delapan nanti, karena ia mempunyai jadwal pada jam itu.
"Kamu tidak akan terlambat baby," ucap Adam lalu memberikan remasan pelan di satu buah melon itu.
"Ah ... Dady." Hana m*nd*sah lagi sambil mengigit pelan bibirnya.
"Sangat nikmat bukan?" Adam tersenyum puas melihat Hana yang menikmati hal itu.
Adam kemudian menurunkan kepalanya didepan satu melon itu, lalu melahapnya dengan rakus.
"Eungh!." suara laknat Hana terdengar lagi, ia menekan kepala Adam lebih dalam, dibuah melon itu.
"Ah ... aku tidak tahan lagi dady." Hana menahan kepala Adam.
Adam lalu mendongakkan kepalanya keatas melihat wajah Hana yang sudah berkabut gairah.
Ia lalu bangkit, memindahkan kepalanya keatas tepat di wajah Hana. Ia memberikan satu kecupan di kening Hana dengan sayang.
"Baiklah, ayo kita mulai baby." ucap Adam.
Hana menganggukkan kepalanya sambil tersenyum nakal, Adam lalu berbaring di samping Hana dengan satu lengannya ia letakkan dibelakang kepala Hana. dan satu tangan lainnya ia gunakan untuk pemanasan nanti.
Mereka lalu melakukan aktivitas itu dengan penuh gairah dan cinta.
"Hmm ... ini begitu nikmat Daddy" racau Hana sesekali memejamkan matanya.
Mereka saling menikmati satu sama lain tanpa adanya penyatuan langsung. Yap Adam dan Hana memang tidak ingin melakukan penyatuan secara langsung. Mereka ingin melakukannya, jika hubungan itu memang sudah ada titik terang ke arah pernikahan.
Semoga saja.
Waktu sudah menunjukkan pukul delapan tepat. Dan sudah pasti Hana akan terlambat beberapa menit ke kampus.
Tampak Hana menekuk wajahnya dengan kesal, saat memasuki ruang makan. Sementara Adam hanya senyum memandangi kedatangan Hana. Hana meruncingkan bibirnya ke-depan.
"Udah dong mukanya! Dari tadi loh kamu kayak gini." ucap Adam menatap Hana yang baru saja duduk di tempat duduk yang bersebelahan dengan Adam.
Hari ini, ia memang mengantarkan Hana untuk ke kampus setelah itu, barulah ia ke kantornya.
"Ish ... ini juga gara gara Dady, aku jadi nggak tepat waktu kan." ucap Hana sambil meraih satu gelas susu di depannya, kemudian meneguknya hingga tandas.
"Kamu juga keenakan sayang, kalau kamu lupa." Adam meledeknya.
Sontak pipi hana menimbulkan semburat merah di-sana. "Ih Daddy ..." ucapnya dengan wajah terlihat malu.
Sementara Adam hanya terkekeh melihat kelakuan anaknya. Lebih tepatnya kekasih hatinya.
"Sini, biar Daddy suap-in." Adam meraih sendok di atas piring, lalu menyuapkan Hana nasi goreng itu ke-mulutnya.
Hana tersenyum kecil menerima suapan itu, perlahan rasa kesalnya tadi hilang tergantikan dengan senyuman senang.
Ia lalu mengambil alih sendok yang dipegang Adam, lalu menyendok kan lagi ke mulut Adam. Mereka saling menikmati makanan itu satu piring berdua.
Pembantu yang sedari tadi berada tidak jauh dari mereka, menatap dengan berbagai macam reaksi. Ada yang menatap iri keduanya dan ada juga yang menatap curiga hubungan majikannya dengan anak angkatnya itu.
"Kamu curiga nggak sih? Sama hubungan mereka?" tanya salah satu pembantu di rumah itu, yang usianya 24 tahun.
"Diam! Kamu mau ketahuan sama Tuan Adam? Kalau kita lagi gosip-in mereka." ucap pembantu yang satunya lagi.
"Gosip aja terus. Biar bentar saya buat pengaduan ke-Tuan." Ancam bi Surti menatap tajam kedua pembantu itu.
Kedua pembantu itu pun tidak berani lagi mengeluarkan suara mereka.
BI Surti adalah pembantu yang begitu setia dan menjaga nama baiknya majikannya. Ia memang sudah mengetahui hubungan kedua majikannya dan menutup rapat rahasia itu. Menurutnya sah sah saja, hubungan Tuanya dan juga anak angkatnya itu, karena tidak ada ikatan darah dari keduanya.
Mobil Adam telah memasuki halaman, kampus ternama itu. Terlihat para mahasiswa pun berlalu lalang di aula kampus.
Adam menghentikan mobilnya. "Belajar yang giat." ucap Adam melirik kearah Hana.
"Iyah Daddy sayang" sahut Hana dengan suara manja. Adam tersenyum melihat lalu mengelus kepala Hana dengan gemas.
"Ya sudah, nanti kalau kamu udah selesai jamnya, kamu telfon Aryo! Biar dia yang jemput kamu"
"Loh ... memangnya Daddy udah nggak jemput Hana?" Hana dengan wajah bertanya tanya.
"Iyah, Daddy sedang ada pertemuan dengan klien, jadi mungkin Daddy akan pulang sedikit larut" Adam sambil menghela nafasnya.
la sedikit merasa bersalah karena tidak bisa menjemput Hana, karena jadwalnya yang begitu padat mengharuskan ia tidak bisa menghindari hal itu.
"Nggak apa apa, Daddy. Biar om Aryo aja yang jemput Hana." ucap Hana, mencoba menghilangkan perasaan bersalah di-hati Daddy-nya.
"Tapi Daddy akan usahakan, jika bisa Daddy akan menjemput kamu."
"Nggak usah Daddy, biar om Aryo aja. Jangan terlalu dipikirkan, okay!" Hana mengelus pipi Daddy-nya lembut sambil tersenyum menatap Adam.
Adam membalas senyuman itu. Dengan satu tangannya terangkat, memindahkan tangan Hana yang ada di-pipinya beralih ke bibirnya, ia lalu mengecup tangan itu dengan sayang.
Hana tersenyum lebar melihat tangannya yang di kecup Adam. la lalu memeluk Adam sebentar dan Adam membalas pelukannya dengan memberikan sapuan di belakang Hana. Han lalu melepaskan pelukan itu.
Menatap Adam sebentar lalu berucap. "Ya udah, aku keluar ya." ucap Hana tersenyum.
la lalu meraih tas sampingnya dan akan membuka pintu mobil itu untuk keluar, tapi dengan cepat Adam menarik tangannya pelan.
Hana berbalik menatap Adam dengan wajah bingung. "Kenapa Daddy?"
"Kamu lupa sesuatu baby." Imbuh Adam sambil tersenyum nakal.
Sontak Hana langsung mengerti dengan apa yang dimaksud daddy-nya itu. la lalu berbalik sempurna menghadap Adam, lalu memberikan ciuman dibibir Adam.
Adam membalas ciuman itu dengan bahagia. Mereka saling ******* sebentar, hingga detik berikutnya mereka menghentikan ******* itu.
Adam dan Hana saling memandang lalu terkekeh pelan. Mereka menertawakan kelakuan mereka, yang tak pernah puas jika soal ini.
Tangan Adam terangkat menghapus sisa sisa saliva di bibir Hana menggunakan jari jempolnya.
"Kamu ingin melihatkan sisa ciuman ini?" Adam bertanya sambil meledek Hana.
"Ish.. nggak:" Hana menepuk dada Adam dengan bibir yang terlihat meruncing.
"Hahaha.. ya sudah sana pergi" ucap Adam mempersilahkan Hana untuk keluar
"Ya udah, aku duluan. ucap Hana lalu mencium sebentar pipi Daddy-nya, kemudian membuka pintu mobil itu dan keluar.
Adam tertawa pelan melihat tingkah Hana yang semakin berani dan nakal padanya. Membuat ia semakin jatuh cinta dengan Hana saja.
Setelah Hana keluar, Adam langsung menyalakan kembali mobilnya, ia menurunkan sedikit kaca mobil itu agar Hana bisa melihatnya dari dalam sana.
"Bye Dady .." Hana tersenyum, memandangi kepergian Daddy-nya
Hana lalu melangkah pergi menuju ruangan nya dengan wajah begitu bahagia. Saat akan sampai di ruangan nya, terdengar suara pria memanggil dengan.suara yang terdengar samar-samar dari arah belakang nya.
Hana lalu membalikkan badannya, mencari cari asal suara itu. Dan saat berbalik ke belakang ia menatap.tak jauh dari tempatnya berdiri, ada seorang pria dengan wajah blasteran itu tersenyum kearah nya.
Leo berjalan ke tempat Hana dengan sedikit berlari. Sementara Hana hanya memasang wajah heran. la heran mengapa pria didepannya ini harus repot-repot berteriak dan berlari memanggil nya, seolah olah ada sesuatu yang begitu penting.
"Hai" sapa Leo.
"Ya, hai" jawab Hana dengan senyum paksa.
"Aku cariin kamu loh, dari tadi" seru Leo.
"Emangnya kenapa?" Hana dengan wajah bertanya tanya.
"Ya, nggak kenapa napa sih. Cuman kangen aja Maybe." Leo menggombal.
Hana menggelengkan kepalanya sambil terkekeh pelan. "Kamu ada ada aja, gombalnya."
Leo tersenyum kikuk sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Jadi jawaban yang serius nya apa?" tanya Hana lagi.
"Nggak ada yang serius amat sih, cuman pengen lihatin wajah kamu aja. Sehari nggak lihat kamu tuh rasanya kayak sewindu, tahu nggak" gombalnya lagi.
"Hahaha, ish garing banget tahu nggak, candaan kamu" sahut Hana.
"Hehehe. Leo hanya tertawa.
"Ya udah, aku masuk duluan ya. Soalnya ada jam gue: ucap Hana sambil melirik jam tangannya.
"Oh, ya udah. Sampai ketemu lagi di kantin" ucap Leo dengan sedikit berteriak.
Melda hanya menangapi dengan senyum, ia lalu berjalan pergi meninggalkan Leo di tempat itu. Leo memandangi kepergian Hana sambil senyum-senyum sendiri di tempatnya berdiri.
"Interesting, lo benar benar buat gue jadi makin tertarik sama lo, Han" gumam Leo.
Tiba tiba terdengar suara bertanya tepat di belakang Leo. Leo begitu tersentak kaget dan berbalik kebelakang.
"Lo tertarik sama siapa?" tanya Alex dengan wajah menyelidik.
"Astaga! Lo kayak hantu di siang bolong, tahu nggak" Leo berdecak kesal sambil mengelus dadanya.
"l asking you, siapa yang lo maksud tadi?" pria berwajah bule seperti Leo itu, menatap Leo dengan menaikkan sebelah alisnya.
"Cih! Cari tahu aja sendiri, kepo banget lo." Leo menatap kesal temannya itu, ia lalu meninggalkan Alex begitu saja.
"Hey, you don't answer me!" teriak Alex lalu mengejar temannya itu.
Sementara di kantor. Adam tampak sedang duduk di kursi kebesarannya, sambil sibuk dengan berkas berkasnya di atas meja. la menandatangani berkas berkas itu dengan serius.
Terlihat jelas jiwa kepemimpinan nya begitu kentara. Hingga bunyi panggilan telepon miliknya, mengehentikan pergerakan Adam. Adam lalu mengalihkan perhatiannya kearah telepon itu.
Satu tangannya meraih benda itu, sambil terus menandatangani lagi berkas. "Halo:
"Adam, ayah dan mommy akan ke rumah kamu sebentar malam." terdengar suara tegas dibalik telpon itu.
"Untuk apa?" tanya Adam dengan nada terdengar keberatan. Adam melepaskan pena nya di atas berkas.
"Untuk apa kamu bilang! Apa kedatangan orang tua ke rumah anaknya harus punya alasan?" ayah Barack berdecak kesal di sebrang sana.
"Bukan begitu ayah, cuman aku merasa aneh saja. Kenapa tiba tiba. Apa ada sesuatu yang penting?" tanya Adam dengan wajah curiga.
"Nanti saja, ayah akan jelaskan maksud kedatangan ayah dan mommy. ucap pria tua itu.
"Tapi Adam tidak bisa untuk malam ini, bagaimana
jika besok malam saja." usul adam.
"Memangnya kenapa, tidak bisa malam ini?" tanya
ayahnya dengan wajah heran.
"Adam lagi ada meeting, sama klien sebentar malam. Jadi mungkin Adam tidak bisa"
"Ya sudah kalau gitu, besok malam ya, kalau besok malam kamu nggak bisa, ayah akan tetap paksa kamu." ucap ayah Barack tegas.
Adam hanya bisa menghela nafasnya. "Dasar pria pemaksa, sudah tua juga." Adam mengumpat ayahnya dengan kesal.
la tidak sadar jika ia juga sudah tidak mudah lagi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!