Di sebuah halaman rumah tampak wanita cantik turun dari mobil nya berjalan memasuki rumah nya wanita itu berlari dengan sangat riang .
"Mama! mama!" panggil nya dengan suara yang cukup keras membuat seorang wanita paruh baya keluar dengan terburu-buru karena panggilan putri nya itu .
"Laras, bisa tidak sih? tidak usah berteriak-teriak!" omel sarah sambil berjalan menghampiri putri nya itu .
"Maaf aku terlalu senang, Mama tau tidak? hari ini aku memenangkan proyek besar," jelas Laras dengan antusias sambil memeluk Mama nya itu .
"Ya ampun, kau ingin membuat mama mati!" pekik Sarah saat putri nya itu memeluk nya dengan erat .
"Maaf jangan marah dong," bujuk Laras menampilkan wajah memelas nya karena melihat raut wajah mama nya itu terlihat marah .
"Baik, Mama tidak akan marah, mana mungkin Mama marah dengan putri mama ini," jawab Sarah sambil mencubit pipi putrinya itu .
"Mama, Laras, bukan anak kecil lagi!" pekik Laras sambil cemberut karena mama nya itu selalu mencubit pipinya .
"Wah anak papa lagi merajuk nih," ujar Adi yang tiba-tiba datang dan menghampiri kedua nya .
"Pah, benar? putri kita sudah memenangkan proyek besar?" tanya Sarah menatap suaminya itu dalam-dalam .
"Iya sayang, Putri kita memang pandai tapi ada hal yang ingin aku katakan pada nya," jawab Adi sambil menatap kedua nya .
"Apa pah?" tanya Laras menatap papa nya penasaran .
"Nanti saja, setelah makan malam, Papa mau mandi dulu," jawab Adi berjalan menggandeng istrinya menunjuk ke kamarnya .
Laras hanya diam saja menatap kedua orang tuanya yang berjalan beriringan layaknya pengantin baru itu.
"Papa dan dan Mama selalu saja romantis semoga Aku bisa mendapatkan pasangan seperti Papa," gumam Laras dalam hati nya, berharap suatu hari nanti bisa mendapatkan pasangan seperti Papa nya yang penyayang dan perhatian.
DI Dalam Kamar
"Pah, apa yang ingin papa katakan?" tanya Sarah, dengan penasaran menatap suaminya dalam-dalam .
"Tentang perjodohan anak kita mah, Aku dan Malik sudah membahas nya, kalau Laras akan menikah Minggu depan, karena Bela sering sakit, dia ingin melihat putra nya menikah," Jelas Adi panjang lebar mengingat pembicaraan nya bersama sahabat baiknya itu .
"Tapi Pah, Laras apa kah dia mau? menikah secepat itukah?" tanya Sarah dengan sedih .
"Anak kita itu penurut pasti dia mau, perjodohan ini harus di lakukan agar hubungan keluarga kita semakin erat," jawab Adi dengan yakin, membuat Sarah hanya mengangguk saja karena tidak ingin berdebat dengan suaminya itu .
MALAM HARI NYA
Laras sudah berjalan turun menuju meja makan gadis itu berjalan dengan ceria, ya Laras memang gadis yang selalu ceria .
"Malam mah, Pah," sapa nya sambil menarik kursi untuk duduk .
"Malam, putri papa," jawab Adi sambil tersenyum senang .
Mereka pun makan tanpa sedikitpun berbicara, karena itu memang kebiasaan keluarga tersebut, jika makan tidak boleh berbicara mereka hanya makan bertiga saja, karena Frans memang tinggal di luar negeri .
Setelah beberapa saat kemudian
"Laras, kau tau kan? kalau kau sudah di jodohkan sejak kecil," ujar Adi saat selesai makan .
"Iya emang nya kenapa? bukan kah itu sudah lama dan Laras pikir itu hanya pembicaraan konyol?" tanya Laras menatap papa nya sambil tersenyum tipis.
"Papa sudah membicarakan tentang hal ini, pada sahabat baik papa, kalau kau akan menikah Minggu depan," jawab Adi dengan yakin nada bicara nya terdengar seperti sebuah peringatan bagi Laras.
"What, OMG hellooooo!" pekik Laras merasa terkejut dengan apa yang di dengar nya.
"Papa, Laras masih muda, bukan kah? Laras masih harus membantu papa di perusahaan? kalau Laras menikah siapa yang akan membantu papa?" sambung nya lagi dengan menampilkan wajah yang terlihat sangat begitu memelas, berharap papa nya itu mau memahami nya.
"Ras, kau ingat kan Tante Bela? yang dulu sering baik banget sama kamu, sekarang dia sering sakit-sakitan, jadi kalau kau tidak menuruti nya, apa kau tidak kasihan? melihat dia pengin melihat putranya menikah dan kau adalah calon menantu nya masa kau mau egois sih?" bujuk Adi sambil menampilkan wajah memelas nya, membuat Laras menatap nya dengan tidak enak hati.
"Terserah Papa deh, Laras nurut aja!" jawab Laras sambil berusaha tersenyum meskipun dalam hati dia tidak rela, jika harus menikah, apa lagi dengan orang yang tidak pernah dia temui karena mereka bertemu mungkin waktu Laras masih kecil dan itu sudah sangat begitu lama.
"Benarkah? kau setuju? ini baru anak papa," ucap Adi dengan sangat begitu senang dan memeluk putri nya dengan sangat begitu bahagia.
"Iya, Kalau begitu Laras masuk ke kamar dulu yah," jawab Laras berusaha untuk menutupi rasa sedih nya dan berjalan meninggalkan meja makan bergegas menaiki anak tangga menuju ke arah kamar nya.
"Pah, Mama tidak tega deh melihat Laras, pasti dia pura-pura tersenyum didepan kita, apa keputusan kita itu sudah benar?" tanya Sarah menatap suaminya itu dengan tatapan mata yang terlihat tidak yakin.
"Papa Yakin, dengan putra Malik dia orang yang baik hati ko," jelas Adi berusaha untuk meyakinkan istrinya itu.
Keesokan Malamnya
Kini Laras sudah berada di depan halaman rumah yang menurut nya itu adalah rumah calon mertuanya gadis itu sudah turun dari mobil nya mengikuti papa nya sambil berusaha untuk tenang dan menutup kegugupannya.
Ya sejak kemarin gadis itu berusaha untuk memantapkan hati dan keputusan nya, meskipun demikian perasaan nya masih bertolak belaka, tapi Laras adalah tipikal orang yang memiliki pendirian kuat dan tidak mau mengecewakan kedua orang tuanya meskipun Mimpi nya harus buyar seketika.
"Wah, selamat datang Adi, Sarah dikediaman rumah kami," sambut Bela dan Malik yang sudah berada di depan pintu sambil tersenyum senang.
"Terimakasih atas sambutan nya Malik, jangan seperti itu anggap saja kita itu biasa saja, jangan berlebihan," ucap Adi dengan tidak enak hati melihat keduanya membungkukkan badan.
"Sudah, Ayo masuk! jangan terlalu banyak ngobrol di luar, tidak baik," ajak Bela sambil merangkul lengan suaminya untuk mengajak semuanya masuk.
Mereka pun sudah masuk dan duduk di sofa, para pelayan sudah mempersiapkan hidangan dan cemilan, sementara Laras justru malah fokus melihat sekeliling berharap ada foto atau apa yang bisa di lihat di mana dirinya berada? Dan seperti apa calon suaminya itu? namun hasil nya nihil karena di ruangan itu tidak ada foto keluarga.
"Jadi ini Laras? wah kau sudah jadi gadis cantik sekali, pasti putra kami bakalan terpesona dengan kecantikan mu," tanya Bela menatap Laras dengan tersenyum senang membuat Laras berekspresi seperti biasanya karena tidak ingin kepergok.
"Iya Tante,Tante bisa aja," jawab Laras membalas senyuman Bela tak kalah ramahnya sambil mencium punggung tangan wanita paruh baya tersebut.
"Wah selain cantik kau juga sopan," puji Malik dengan takjub saat melihat Laras menyalami keduanya.
"Om, bisa aja," jawab Laras sambil tersenyum malu-malu karena lagi-lagi puji, karena bagi nya ini adalah sebuah kemustahilan selama ini dirinya tidak pernah mendapat pujian selain dari kedua orang tua nya.
"Tama, kemari sayang!" panggil Bela saat melihat putranya baru menuruni anak tangga, membuat pria itu menghela nafas panjang, karena merasa sangat begitu malas dengan apa yang di inginkan orang tuanya itu.
"Pasti itu gadis pilihan mereka, gadis modis dan berpenampilan cantik seperti model, bukan tipe ku sama sekali," gumam Tama dalam hati nya, yang hanya melihat Laras dari belakang yang memperlihatkan tubuh tinggi semampai bak model , berbeda dengan kekasih nya yang mungil dan pendek.
"Laras, ini Ka Tama yang dulu sering sekali bermain dengan mu, tapi selalu saja dingin, Tama ini Laras gadis kecil yang selalu bicara cempreng," ucap Bela memperkenalkan keduanya membuat Laras yang hanya melihat ke arah kaki Tama kini segera menoleh.
"Laras," ucap Laras sambil mengulurkan tangannya dengan tersenyum tipis, membuat Tama menoleh saat melihat suara yang tidak asing bagi nya.
"Kau," ucap Tama terkejut siapa yang ada dihadapannya itu membuat Laras juga ikut terkejut.
BERSAMBUNG
Hallo semua yang suka cerita nya jangan lupa like komen yah agar author tau pendapat kalian tentang cerita ini
"Kalian sudah pernah bertemu?" tanya Bela menatap kedua nya dengan heran.
"Tidak, kami tidak pernah bertemu apa lagi kenal," jawab Laras dengan cepat membuat Tama menatap nya dengan heran.
"Oh kirain, beneran tidak pernah bertemu? atau saling kenal?" selidik Bela menatap ke arah Tama yang hanya diam saja.
"Tidak penting Mah, Mama tidak dengar? dia tidak pernah bertemu, apa lagi kenal, jadi anggap saja ini pertama kali nya kami bertemu," jawab Tama dengan datar tanpa ekspresi sedikit pun.
"Ih Tama, selalu saja dingin, Mama sedang bertanya dengan baik-baik, tapi malah seperti itu, Laras, kau harus banyak sabar deh sepertinya, punya suami kaya anak tante ini yang paling irit bicara sekali nya bicara menyebalkan," jelas Bela panjang lebar membuat Tama mendengus kesal dengan ocehan mama nya itu.
Sementara Malik Adi dan Sarah justru malah terkekeh melihat wajah Tama yang seperti itu.
"Sudah-sudah kita makan malam saja dulu, nanti kita lanjutkan lagi obrolan nya, kasihan pasti sudah pada lapar," ajak Malik yang tidak enak hati.
"Ayo mari! Sarah, Laras, Adi kita ke meja makan, Aku sudah memasak masakan spesial untuk menyambut kedatangan kalian," sambung Bela mengajak semuanya menuju meja makan .
Semuanya pun sudah berada di meja makan, Bela tampak antusias menyuguhkan banyak nya makanan di meja, membuat Tama hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Mama nya yang tidak seperti biasanya itu, apa lagi dia sendiri yang memasak.
"Mah, sudah cukup! aku tidak makan sebanyak itu juga!" protes Tama saat mamanya itu meletakkan lauk pauk di piring nya.
"Siapa tahu, kau mau nambah, tapi malu jadi sekalian saja," jawab Bela sambil tersenyum tipis, membuat Tama hanya mendengus kesal tidak berani menolak lagi.
"Tante, ini semua Tante yang masak? bukan kah Tante sedang sakit?" tanya Laras yang sedari tadi diam dan merasa heran melihat Bela terlihat sehat dan Baik-baik saja.
Mendengar Laras yang bertanya seketika Adi langsung saja menginjak kaki putrinya itu agar tidak banyak bertanya lagi.
"Aaaaaw, sakit!" pekik Laras sambil menatap ke arah papa nya dengan tatapan heran .
"Laras kau tidak papa?" tanya Malik akhirnya angkat bicara.
"Tidak Om, hanya ada sesuatu saja tadi," jawab Laras dengan tersenyum tipis .
"Kau pasti heran dengan tante yah? tentu saja tante memasak spesial untuk menyambut kedatangan kalian, jadi walaupun kondisi nya sering lemah, tapi dia tidak pernah mau berhenti melakukan apa yang di inginkan nya dia itu rajin sekali," jelas Malik sambil merangkul pinggang Bela, membuat Bela hanya menanggapi nya dengan senyuman saja karena merasa sangat tersipu malu dengan pujian suaminya itu.
"Oh iya, terima kasih Tante, sudah repot-repot memasak sebanyak ini untuk menyambut kedatangan kami," jawab Laras sambil tersenyum tipis.
"Tidak masalah, ayo Laras, Adi, Sarah, jangan sungkan, silahkan di nikmati, terlalu banyak mengobrol makan malam nya jadi tidak enak," ucap Bela yang mengerti situasi karena sedari tadi melihat Sarah dan Adi hanya diam saja.
Mereka pun makan dengan hening tidak ada yang berbicara sama sekali meskipun tatapan Tama sedari tadi merasa tidak suka dengan keberadaan Laras tapi wanita itu menanggapi nya dengan cuek dan acuh. Hingga selesai makan kini akhirnya Malik menatap ke arah Tama.
"Oya, pernikahan akan di adakan Minggu depan, jadi untuk persiapan gaun pengantin dan resepsi pernikahan dari pihak sini yang akan mengatur semuanya," ucap Malik tiba-tiba Membuat Tama yang masih makan tiba-tiba tersedak.
"Uhuk-uhuk"
"Tama kau baik-baik saja? ayo minum," ucap Bela dengan khawatir sambil memberikan segelas air putih dan menepuk pundak Tama agar berhenti terbatuk-batuk.
"Pah ko Minggu depan? sejak kapan aku setuju menikah Minggu depan?" tanya Tama saat sudah minum.
"Apa-apaan ini Malik? ko putra mu terkejut begitu, bukan kah kau bilang sudah membicarakan pada nya?" tanya Adi yang melihat ekspresi wajah Tama yang terlihat tidak terima.
"Mungkin, Tama lupa kali, karena dia terlalu sibuk di perusahaan, makannya dia terkejut begitu," jelas Malik sambil menatap ke arah Tama yang terlihat sangat begitu kesal.
"Bisakah? Aku berbicara dengan Laras?" tanya Tama yang melihat Laras hanya diam saja tanpa sedikitpun berbicara.
"Oh silahkan, berbicara lah agar kalian bisa saling mengenal," jawab Adi sambil mempersilahkan keduanya untuk berbicara.
Laras yang sedari tadi diam dengan terpaksa akhirnya mengikuti Tama, meskipun dalam hati nya dia bertanya-tanya kenapa harus berbicara berdua? padahal menurutnya tidak ada yang perlu di bicarakan pikir nya.
Tama yang merasa sudah berada di dalam langsung menarik tangan Laras, karena merasa gadis itu berjalan dengan santai, hingga sampailah di Dapur yang terlihat sepi, Tama langsung menyudutkan Laras ke tembok dan mencengkram dagu nya.
"Jelaskan apa tujuan mu tidak menolak perjodohan ini haaah!" ucap Tama dengan nada meninggi, menatap Laras dengan tatapan tajam.
"Kau kasar sekali? mana Aku tahu, kalau kau yang akan di jodohkan dengan ku, terus aku harus berbuat apa? haaah!" jawab Laras tak kalah meninggi nya.
"kau yang berpura-pura tidak mengenal ku? padahal kita sudah saling mengenal dan kau tahu sendiri kan? seperti apa hubungan ku dengan Ti, tapi kau santai saja, saat tahu kita akan di jodohkan dan akan menikah Minggu depan, di mana pikiran mu itu? haaah!" jelas Tama panjang lebar sambil menatap Laras dengan tatapan tajam.
"Terus apa yang harus aku lakukan? kau tidak tahu bagaimana di posisi ku, aku terpojok di sini, jadi jangan menyalakan ku saja, minggir!" jawab Laras sambil menepis tangan Tama yang masih mencengkram erat dagunya.
"Batalkan pernikahan itu, sekarang juga! sebelum semuanya terlambat, jika kau masih punya hati!" ucap Tama sambil memegang tangan Laras dengan kuat dan kembali menyudutkan Laras ke tembok.
"Kenapa? kau tidak menolak nya sendiri saja!" ketus Laras sambil meringis kesakitan, karena Tama mencengkram Tangan nya dengan erat.
"Tama, Laras, kalian di mana?" panggilan Bela membuat Tama melepaskan tangan nya.
"Ingat, kita bertemu besok di Cafe biasanya, kita selesaikan semua nya bertiga, bersama Tiara juga, kau harus datang!" ucap Tama dengan penuh peringatan dan segera menoleh saat mendengar suara langkah kaki semakin mendekat.
"Kalian ko ada di sini sih? sedari tadi Mama cariin, malah di sini, sedang apa di dapur?" tanya Bela menatap kedua nya dengan heran.
"Kita hanya berbicara sedikit ko Tante, tadi Laras kebelet, jadi aga lama, maaf yah," jawab Laras dengan berbohong sambil berusaha untuk tersenyum.
"Ya udah, ayo kita ke sana, tidak baik lama-lama di dapur, syukur lah kalau kalian sudah berbicara, Tante ikut seneng denger nya!" jawab Bela sambil merangkul lengan Tama dan mengajak nya kembali ke depan.
"Pah, Mah, kita pulang aja yah, Laras aga lelah, pengin istirahat!" ajak Laras saat sudah berada di depan kedua orang tua nya.
"Loh, ko cepat-cepat begitu sih? kita belum bicara banyak loh?" tanya Malik dengan heran.
"Iya Ras, apa Tama berkata kasar? makan nya kau tiba-tiba ingin pulang?" sambung Bela menatap Laras dengan penuh selidik.
"Tidak tante, Ka Tama tidak berkata apa-apa, cuma ngomong biasa aja ko, tapi emang Laras sedang aga cape aja, dari kemarin banyak kerjaan," jawab Laras sambil tersenyum tipis menggandeng tangan Mama dan papa nya dengan cepat.
"Ya sudah kalau begitu, Malik, Bela, Tama, kami pamit ya, terima kasih loh, untuk semua hidangan yang kalian sajikan, kami sangat begitu menikmati nya!" pamit Sarah dan Adi bersamaan. Bela dan Malik pun ikut mengantar ketiganya ke depan sementara Tama segera kembali ke kamar nya.
Sepanjang perjalanan hening tidak ada yang berbicara, Laras yang biasanya banyak bicara kini menjadi pendiam membuat Adi merasa heran dengan putrinya itu, hingga sampailah mobil di depan rumah nya.
"Ras, kau baik-baik saja? sejak tadi kau menjadi pendiam begini apa yang terjadi dengan putri papa ini?" tanya Adi sambil menatap Laras dengan penuh selidik.
"Apa, perjodohan itu tidak bisa di batalkan, Pah?" tanya Laras setelah sudah sampai di dalam sambil duduk di sofa.
"Apa kau keberatan dengan perjodohan ini?" bukan nya menjawab Adi malah balik bertanya.
"Aku tidak keberatan Pah tapi ..!" ucapan laras terpotong.
"Tapi karena kau tidak mencintai nya, makan nya kau keberatan, ingat Ras dulu mama dan papa mu juga menikah karena perjodohan, tapi sampai sekarang lihat, hubungan kami langgeng kan? kau tadi tidak lihat sendiri tante Bela yang terlihat sangat begitu senang kau menjadi menantu nya, apa kau tidak kasihan dengan nya?" ucap Adi memotong ucapan Laras menjelaskan panjang lebar sambil mengelus rambut Laras dengan lembut membuat Laras menjadi bingung sendiri.
"Baiklah, kalau begitu Laras Cape, pengin istirahat dulu," jawab Laras yang tidak ingin membantah ucap papa nya itu dan langsung saja berjalan menuju ke arah kamarnya.
"Pah, sepertinya Laras terlihat sangat begitu sedih, Mama tidak tega melihat nya," ucap Sarah sambil menatap ke arah punggung Laras dengan tidak tega.
"Sudah, nanti Putri kita juga akan mengerti," jawab Adi berusaha untuk menenangkan istrinya itu.
Sepanjang malam Laras bener-bener gelisah pikiran nya menjadi kacau ucapan Tama terus saja terngiang-ngiang di pikiran nya, gadis itu merasa gundah sendiri entah apa yang harus di lakukan nya.
KEESOKAN HARINYA
Sepanjang pagi hingga menjelang siang hari, Laras yang di landa galau akhirnya memutuskan untuk menemui Tama sesuai yang di katakan Tama semalam, kini sudah ada Tiara yang terlebih dahulu datang.
"Ras, tumben ngajak ketemuan siang-siang begini? biasanya juga sibuk?" tanya Tiara sambil memeluk sahabatnya itu dengan sangat begitu senang.
"Ada hal perlu di bicarakan!" jelas Laras melepaskan pelukan Tiara sambil duduk membuat Tiara heran.
"Ka Tama sudah datang?" sambung nya lagi sambil menatap ke arah kanan dan kiri.
"Oh Mas Tama, dia tadi ada urusan dengan klien, mungkin sebentar lagi dia datang, apa sih yang membuat mu harus memanggil nya dengan ka Tama?" jelas Tiara sambil bertanya karena merasa heran dengan panggilan Laras yang tidak biasa nya.
"Karena dia ternyata, adik dari Frans Nugroho yang dulu sering sekali memanggil ku Ka Tama dan dia juga adalah wanita yang akan di jodohkan dengan ku," jawab Tama yang baru saja datang membuat Tiara terkejut dengan apa yang di dengar nya.
"Jadi kalian akan menikah? dan calon mempelai wanita nya adalah sahabat ku sendiri? luar biasa, selamat!"ucap Tiara berusaha untuk menutupi rasa sesak yang ada di dalam hati nya.
"Ti, hanya itu saja kau? Kau tidak marah?" tanya Laras menatap Tiara dengan heran.
"Lalu aku harus apa? marah-marah? tidak Ras, Aku bukan tipe orang yang seperti itu, kau memang pantas untuk nya, aku apa Ras? hanya wanita miskin yang tidak pantas bersanding dengan nya!" jawab Tiara berusaha untuk tenang dan biasa saja, meskipun hatinya merasa sangat begitu sesak.
"Tiara, Aku hanya mencintai mu, Aku tidak ingin menikah dengan nya, cinta ku hanya untuk mu, mana mungkin? Aku menikah dengan nya," jelas Tama panjang lebar, sambil memegang tangan Tiara dengan erat.
"Laras, jelas kan apa yang perlu kau lakukan!" sambung nya lagi menatap ke arah Laras dengan tatapan tajam karena melihat Laras hanya diam saja.
Laras menghela nafas panjang, berusaha untuk tenang, diri nya benar-benar merasa terpojok, di satu sisi dia terus teringat ucapan papa nya dan tidak ingin mengecewakan kedua orang tua nya, di sisi lain dia tidak ingin menyakiti sahabat nya itu.
"Tiara, Aku akan menikah dengan nya, tapi pernikahan ini hanya karena terpaksa, aku tidak akan pernah menuntut apa pun darinya kau tetap menjalin kasih dengan nya, Aku tidak akan pernah mengusik hubungan kalian, meskipun Aku sudah menjadi istri nya, aku berjanji!" ucap Laras sambil memegang tangan Tiara membuat Tama semakin menatap tajam ke arah Laras.
"Pernikahan bukan hal yang main-main, jadi jangan macam-macam!" jawab Tama dengan penuh peringatan.
"Tapi, apa kau tega membiarkan tante Bela sedih? melihat wanita yang melahirkan mu bersedih, meskipun aku tidak pernah sedikit pun menginginkan pernikahan ini, aku juga memikirkan perasaan orang lain, di sini aku juga terpojok, pokok nya kau harus menerima perjanjian ini, dan lagian ini tidak merugikan mu sama sekali!" jelas Laras dengan penuh penekanan memberikan sebuah Map yang sudah di sediakan nya.
Keduanya akhirnya membaca Map tersebut dengan sangat begitu intens
"Kau gila yah? ini semua tidak menguntungkan bagi mu, lalu untuk apa kau melakukan semua ini?" pekik Tiara sambil menatap Laras dengan tidak habis pikir.
"Tanda tangan di sini, Aku tidak akan menuntut apa pun dari mu? meskipun aku sudah menikah dengan mu, jadi kalian tidak perlu khawatir!" ucap Laras tanpa sedikitpun memperdulikan pertanyaan Tiara, membuat Tama lagi-lagi mendengus kesal dan dengan terpaksa akhirnya mengikuti apa yang di inginkan wanita yang menurutnya gila itu .
"Deal, perjanjian ini tidak boleh di khianati, kalian berdua masih tetap menjalankan hubungan kalian seperti biasanya!" ucap Laras sambil mengambil Map yang sudah di tanda tangani oleh Tama dan segera melangkah keluar dari ruangan tersebut.
"Laras, ku harap kau tidak menyesal dengan apa yang kau lakukan!" teriak Tiara saat melihat sahabatnya itu sudah menjauh.
BERSAMBUNG
Seminggu kemudian
Apa yang lebih besar bagi dua jiwa manusia,? daripada merasakan bahwa mereka bersatu seumur hidup, untuk saling menguatkan dalam semua pekerjaan, untuk saling bersandar dalam semua kesedihan, untuk saling melayani dalam kenangan sunyi yang tak terkatakan itu lah yang seharusnya diinginkan semua orang .
Berbeda dengan seorang gadis cantik yang sudah berbalut gaun pengantin, yang sudah di rias mak-up yang seharusnya menjadi hari bahagia nya, namun justru malah menjadi hari kegundahan nya.
Bagaimana tidak? pernikahan atas dasar perjanjian hanya karena sebuah perjodohan yang tidak pernah di impikan seumur hidup nya.
"Ros, mungkin jika kau hadir apa kau akan menertawakan ku? menikah karena sebuah perjodohan dan perjanjian aneh, lebih parahnya lagi pria itu adalah kekasih Ti, menyedihkan bukan? dulu kau selalu bilang kalau kau mencintaiku tapi aku selalu saja menganggap bahwa cinta mu itu konyol, tapi dipikir-pikir saat kau pergi keluar negeri aku juga merasa kesepian, saat kau selalu membuat ku selalu kesal, tapi terkadang kau juga membuat ku tertawa dengan sikap humoris mu," celoteh Laras panjang lebar sambil menatap ke arah Foto di layar Hpnya mengingat sahabat baiknya itu.
"Wah, adik kakak sudah cantik sekali!" ucap Frans yang baru saja datang membuat Laras segera berdiri.
"Ka Frans, sudah mau di mulai acaranya?" tanya Laras menatap ke arah Frans langsung saja menyembunyikan Hp nya.
"Adik, kakak ini sudah Cantik, bikin orang gemas, pengin cubit pipinya!" ucap Frans tanpa menjawab pertanyaan Laras segera mencubit pipi Laras.
"Ka Frans! membuat Mak up ku berantakan kan, kau tau tidak!" pekik Laras dengan marah sambil mendorong kakak dengan kesal saat melihat make-up nya jadi berantakan karena ulah kakak nya itu.
"Ka Frans, keluar! Aku tidak ingin di ganggu!" sambung nya lagi mengusir kakak nya itu dengan kesal.
"Ada apa ini? ko ribut-ribut sih?" tanya Sarah yang mendengar suara Laras yang keras.
"Ini loh Mah, Ka Frans, membuat mak up ku jadi berantakan!" adu Laras sambil menunjuk ke arah Frans dengan kesal.
"De, kan kakak cuma pengin usilin, Kakak kan udah lama ngga ngusulin kamu, kalau melihat kamu cemberut begitu, kakak jadi tambah gemes, rasanya pengin cubit kembali," jelas Frans panjang lebar sambil hendak mencubit pipi Laras kembali, membuat Laras semakin kesal langsung saja menepis tangan kakak nya itu.
"keluar ka Frans! kau menyebalkan, Aku sedang tidak ingin becanda apa lagi di usilin!" usir Laras membuat Frans keluar dari kamar tersebut.
"Awas ya De! nanti kau kena karma sudah mengusir kakak tampan mu ini!" teriak Frans sebelum melangkah keluar, sambil tersenyum tipis merasa senang sudah membuat adiknya kesal.
"Kau itu masih saja selalu membuat adik mu kesal, kapan kau mau berubah? dan kapan kau mau menikah?" omel Sarah sambil geleng-geleng kepala melihat tingkah putranya itu .
"Jangan bahas pernikahan mah! Frans Masih pengin berbisnis dulu, santai aja lah!" jawab Frans dengan acuh tak ingin membahas tentang pernikahan yang akan membuat nya merasa malas pikir nya.
Akhirnya Laras kembali di Mak up karena tadi penampilan nya berantakan, setelah beberapa saat kemudian Tiara masuk ke dalam kamar Laras.
"Bagaimana Ras? apa kau bahagia?" Tanya Tiara membuat Laras yang sedang bercermin segera berdiri dan menoleh sahabatnya itu.
"Ti, kau marah dengan ku? Aku kan sudah berjanji tidak akan meminta apapun dari pernikahan ini, kau tidak akan merasa sakit hati karena Aku tidak mencintai nya," Jawab Laras berusaha untuk menyakinkan sahabatnya itu.
"Kau tidak mencintai nya, bagaimana? kalau dia jatuh cinta pada mu? kau cantik Ras, dari segi mana pun kau sempurna, Aku ini apa? hanya sampah yang tidak pernah terlihat," ucap Tiara sambil tersenyum getir, mengingat kejadian waktu itu di mana dirinya di hina oleh keluarga Tama.
"Ti, kau cantik, mana mungkin? kau itu jelek, jika kau jelek mana mungkin ka Tama sangat begitu mencintai mu? Aku janji tidak akan pernah sedikit pun menghiraukan nya, apapun yang terjadi, dia hanya milik mu, kau tidak boleh berkecil hati," ucap Laras panjang lebar berusaha untuk meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja, meskipun hati dan mulut nya lagi-lagi selalu bertolak belaka.
"Hay, kalian sedang berbicara apa serius banget!" sapa Frans yang tiba-tiba datang membuat Tiara menoleh dan berusaha untuk menghapus air mata nya dan mengurungkan niatnya untuk berbicara.
"Ka Frans, kapan ka Frans pulang?" tanya Tiara dengan terkejut melihat pria tampan yang sudah berdiri di depan nya mengingat kalau pria itu berada di luar negeri.
"Hayooo? kangen ya? sama ka Frans yang tampan ini," jawab Frans dengan tersenyum menggoda, hal yang biasa di lakukan nya terhadap Tiara sahabat adiknya itu yang terkadang selalu membuat Tiara baper, tapi gadis itu selalu menepisnya karena tahu kalau Frans adalah pria playboy suka menggoda banyak wanita.
"Sedikit kangen, mana oleh-oleh nya? waktu itu katanya mau kasih oleh-oleh," jawab Tiara tersenyum tipis sambil mengadakan tangan nya, membalas godaan Frans dengan mengedipkan sebelah matanya.
"Tara, oleh-oleh untukmu sudah siap." Frans memberikan paper bag yang berisi makanan kesukaan Tiara membuat Tiara terkejut.
"Ini serius untuk ku ka? kan aku cuma becanda, tapi malah beneran," ucap Tiara dengan tidak percaya.
"Tentu saja serius, masa bohongan sih, kapan Aku selalu membohongi mu sih," jawab Frans mengangguk mengiyakan masih terus menggoda.
"Yeee... dapat hadiah dari Ka Frans," sorak Tiara dengan sangat begitu senang bak anak kecil yang mendapatkan mainan nya, membuat Frans terkekeh geli melihat tingkah Tiara yang menurutnya sangat begitu lucu.
"Dih, giliran Tiara, di ingat-ingat, Aku Adik kandung mu ka, masa aku tidak dapat apa-apa seperti di adik tirikan," protes Laras menampilkan wajah memelas nya, membuat Frans terkekeh dan berjalan mendekati adiknya hendak mencubit nya namun Laras segera memegang tangan nya.
"Jangan merusak Mak up ku lagi! kau usil sekali, menyebalkan! tidak ingin melihat adik mu ini bahagia apa," ketus Laras yang mengerti ulah kakak nya itu.
"Ih De, kakak kan cuma pengin gemesin kamu , sebelum kamu menjadi milik orang lain," jelas Frans sambil menampilkan mimik wajah yang memelas.
"Wah, rame sekali ini? bahkan lebih rame di sini, dari pada di bawah," ucap Adi dan Sarah yang baru saja masuk membuat Frans dan Laras menghentikan aktivitasnya.
"Ini ka Frans selalu saja nakal dan dia juga pilih kasih masa Tiara di kasih oleh-oleh aku ngga," adu Laras pada kedua nya sambil cemberut.
"Sudah-sudah, Frans hentikan ulah mu, ini hari bahagia adik mu, berhentilah untuk tidak usil kasihan dia," ucap Adi menatap ke arah Frans dengan penuh peringatan.
"Iya aku tidak akan mengaggu nya lagi deh, dasar tukang ngadu," cibir Frans dengan kesal sambil melirik ke arah Tiara.
"Ayo kita keluar Ti!" ajak nya sambil menggandeng tangan Tiara.
"Tiara, mau menemani ku, jadi Ka Frans jangan macam-macam!" ucap Laras sambil memegang tangan Tiara.
"Tiara harus ikut dengan ku, kau tidak boleh melarang nya, Aku ingin sekali mengobrol banyak hal!" jawab Frans sambil menarik tangan Tiara membuat Tiara jadi bahan perebutan kedua kakak beradik itu .
"Heh Laras, Frans, kalian ini bener-bener tidak ada perasaan, kasihan Tiara menjadi rebutan seperti itu, lagian ngapain? rebutin Tiara, mendingan ayo! kita kebawah bareng-bareng, Ijah qobul nya sudah mau di mulai," jelas Adi panjang lebar sambil menjewer telinga kedua anaknya itu yang suka sekali ribut.
"Aaaaaw! Papa jahat sekali, Laras kan mau nikah masa di jewer sih!" pekik Laras sambil menyengir kesakitan.
"Iya Frans kan sudah gede kaya anak kecil aja!" tambah Frans menimpali.
"Hukuman untuk kalian berdua agar akur!" jawab Adi sambil tersenyum tipis sementara Sarah hanya geleng-geleng kepala saja.
"Oya Tiara, kau cantik sekali hari ini," puji Sarah sambil tersenyum menatap ke arah Tiara.
"Tante Bisa aja dehe," jawab Tiara sambil tersenyum malu-malu.
"Tante pikir kau duluan yang akan menikah, tapi nyatanya Laras duluan, padahal tante denger kau sudah punya pacar?" lanjut nya lagi dengan menyelidik.
Seketika wajah Tiara berubah menjadi murung bibir nya terasa kelu untuk berucap, gadis itu berusaha untuk tenang sambil menghela nafas panjang.
"Hehehe... Masalah menikah kita kan tidak ada yang tahu, Tan!" jawab Tiara pada akhirnya sambil berusaha tertawa kecil, karena merasa di tatap sedemikian rupa, membuat Sarah mengangguk mengerti.
Setelah beberapa saat kemudian
Laras sudah di gandeng oleh Tiara dan Sarah, sebisa mungkin Tiara berusaha untuk tenang bahkan gadis itu menutupi wajahnya dengan cadar, karena tidak ingin terlihat oleh kedua orang tua Tama karena gadis itu tidak ingin terjadi keributan.
Laras sudah berdiri di hadapan Tama, sejenak mata Tama benar-benar terpesona dengan kecantikan Laras, senyum yang terlihat manis tubuh tinggi ideal semampai jika bersanding dengan nya memang pasangan yang serasi.
Berbeda dengan Tiara gadis itu memiliki tubuh yang mungil jadi tidak heran jika Tiara terkadang merasa minder jika bersanding dengan Tama.
"Andai yang berdiri didepan ku ini adalah Tiara? pasti aku akan bahagia bisa menikah dengan orang yang benar-benar mencintai ku, bukan hanya karena pernikahan paksaan dari Mama atau Papa, tapi Laras juga cantik aku akui sih, tapi sayang nya hatinya kenapa jahat?" gumam Tama sambil menatap ke arah Laras dengan bertanya-tanya di dalam hati nya, matanya bener-bener tidak berkedip sedikit pun membuat Frans segera mendekat ke arah Tama.
"Hay broo! Are you okay?" tanya Frans menepuk pundak Tama membuat Tama tersadar.
"Yes, I’m okay!" jawab Tama dengan singkat.
"Terpesona dengan adik ku yah? tenang sebentar lagi dia akan menjadi milik mu," ucap Frans menggoda Tama sambil merangkul pundak Laras mengajak nya untuk duduk.
Tanpa menjawab perkataan Frans Tama langsung duduk saja tanpa berniat untuk menggandeng Laras.
"Dasar malu-malu, lihat calon suami mu itu, tadi sudah ketangkep basah terpesona dengan kecantikan adik ku ini, tapi pura-pura tidak peduli!" bisik Fransdi telinga Laras sambil masih menggandeng tangan Laras.
"Ka Frans, jangan ngada-ngada deh," sungut Laras berusaha untuk biasa saja karena melihat tatapan Tiara yang terlihat sedih.
Setelah itu Mereka duduk di depan penghulu, Laras hanya menunduk saja saat sudah duduk di samping Tama.
"Sudah siap? Bisa di mulai Ijab qobul nya?" tanya Pa penghulu pada keduanya.
"Sudah silahkan," bukan Tama atau pun Adi tapi Frans yang justru menjawab dengan cepat.
"Broo, jangan tegang ku rasa hanya ijab qobul saja, pasti gampang lah!" bisik Frans di telinga Tama membuat Tama hanya mengangguk saja melirik ke arah Laras.
"Ayo silahkan, jabat tangan wali nikah nya!" perintah Pa penghulu pada Tama, membuat Tama menurut saja meskipun merasa berat.
"Bismillahirrahmanirrahim, Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau saudara Pratama Wira Yudha bin Malik Wira Yudha, saya nikahkan engkau dengan anak saya yang bernama Larasati Nugroho binti Adi Nugroho, dengan Maskawin berupa uang tunai sebesar 5 miliyar, 2 unit mobil, 50 gram mas murni dan seperangkat alat sholat, di bayar tunai," ucap Adi panjang lebar dengan suara lantang .
Seketika Tama menghela nafas panjang matanya sedari tadi menatap seorang gadis yang terlihat sangat begitu sedih, melihat gadis itu mengangguk Tama berusaha untuk tenang .
"Saya terima nikah dan kawinnya, Larasati Nugroho binti Adi Nugroho dengan maskawin tersebut, di bayar tunai!" jawab Tama dengan suara lantang.
Sah !
Sah !
Kata Sah sudah terdengar dari tamu undangan, sakit itu yang di rasakan oleh Tiara gadis itu tidak tahan lagi untuk tetap berada di tempat itu.
"Ti aku minta maaf!" gumam Tama dalam hatinya hendak mengejar Tiara.
"Tama kau mau kemana?" tanya Bela memegang tangan Tama yang tiba-tiba berdiri, membuat Tama hanya diam dan kembali duduk untuk melakukan ritual pernikahan nya karena pria itu tidak ingin membuat Mama nya kembali sakit.
"Terjerat dalam pesona asmaramu ternyata semudah hembusan nafas, namun melihat mu bersanding dengan sahabat ku rasanya bener-bener sakit lebih sakit dari apapun, meskipun janji yang Laras katakan itu, apa yang harus aku lakukan?" ucap Tiara sambil berlari ke arah luar dia benar-benar tidak tahan dengan apa yang di lihat nya .
BERSAMBUNG
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!