5 tahun kemudian🎊🎊
Seorang pria nampak sedang terduduk di lantai dengan kameja kotor yang terkena tumpahan wine. Namun pria itu tidak peduli sama sekali dan terus meminum wine berbotol yang ada di tangannya.
Dia begitu menyesal karena tragedi itu. Tragedi yang seharusnya menjadi penutup masa kelamnya kini terbuka dan terulang kembali.
Dengan wajah datar, pria itu meminum kembali wine yang ada di tangannya. Setelah kematian istrinya, dia kemudian mendapatkan rekaman di salah satu kamar militer di mana istri kecilnya juga ada di sana.
Ternyata istrinya itu berusaha mengkontrol dirinya dengan menggigit bibirnya untuk menahan gejolak hasrat dalam dirinya. Meskipun tidak berhasil, namun di Vidio itu dengan jelas Leon hanya membalas sebentar perlakuan istrinya saat di ranjang.
Rhadika mengetahui dari rekaman CCTV itu bahwa seorang tentara wanita membukakan baju wanita itu, namun tidak di pakaikan pakaian baru karena istrinya sudah tertidur.
Sedangkan Leon dia yang sebelumnya sudah panas dingin, memilih membuka seluruh pakaiannya karena rasa panas yang di rasakan tubuhnya.
Dia mengambil satu buah selimut lagi dan menggunakan itu untuk dirinya sendiri agar tidak satu selimut dengan Rosaline dan saling bersentuhan. Tentunya si Leon yang sudah penuh cinta dengn Ros tidak dapat menahan godaan yang kedua kalinya jika di pancing kembali.
Rhadika tersenyum miris mengingat hal-hal indah bersama istrinya di barengi dengan rasa bencinya akan dirinya sendiri ketika mengingat kata gugurkan dari mulutnya.
Miris, dia merasa sangat miris ketika mengingat perilaku biadabnya yang tidak mengakui darah dagingnya. Namun penyesalan selalu datang terlambat bukan? Dia hanya bisa meratapi nasib saat ini.
Rasa penyesalan Rhadika lebih dalam lagi ketika melihat isi sebuah surat yang terselip di bawah tempat tidur ketika dia melampiaskan amarahnya pada benda-benda di sekitarnya.
"RHADIKA, SUAMI KU TERCINTA. AKU TAU DI BALIK SIFAT CUEK DAN DINGIN MU ITU SELAMA INI ADALAH CARA MU UNTUK MENUNJUKKAN RASA PEDULI MU DALAM DIAM. TAPI LEVI MENGATAKAN HIDUP KU TIDAK AKAN LAMA LAGI KARENA BANYAK BERCAK MERAH DI TUBUH KU. LEVI MENGATAKAN BAHWA ITU ADALAH PENYAKIT YANG MEMATIKAN. JIKA KAU SUDAH MENEMUKAN SURAT INI, SAAT AKU TIDAK DI SISI MU LAGI, INGAT AKU TETAP MENCINTAI MU DARI HATI KU YANG TERDALAM DAN AKU MENUNGGU KATA CINTA DARI MU" itulah isi dari surat Rosaline.
"Apakah itu juga berlaku ketika aku mengatakan bahwa anak yang kau kandung bukanlah milik ku saat itu?" batin Rhadika tersenyum masam.
Tiba-tiba suara dobrakan pintu menghentikan aktivitas Rhadika yang lagi dan lagi meminum wine berkadar alkohol tinggi itu.
Pria yang mendobrak pintu itu adalah Levi. Dia sangat amat kecewa dengan sifat kakaknya itu. Dia melihat rambut pria yang biasanya tersisir rapi dan mapan itu kini sudah tak berbentuk lagi. Wajah yang dulunya tegas kini tidak berdaya seperti orang bodoh yang hilang akal.
Rhadika yang melihat siapa yang datang hanya acuh saja. Sudah berapa kali pria itu datang namun tidak di tanggapi sama sekali oleh Rhadika.
"Sampai kapan, sampai kapan kau akan seperti ini kak. Kenapa kau bisa berubah menjadi pria bodoh seperti ini?" Dika kembali acuh dan tidak memperdulikan ucapan meremehkan Levi.
Belum sempat Levi bereaksi, tiba-tiba seorang pria paruh datang dan mendorong pintu dengan kasar dan sangat keras.
"Pria sialan, kau telah mengorbankan putri ku demi ambisimu," marah pria paruh baya itu sambil memberikan bogeman mentah kepada pria muda yang sudah seperti gembel di depannya.
Jangan lupa likenya 😊😊😊👍👍
Horas ✋
Felice yang awalnya berada di kamar dia segera bergegas keluar ketika mendengar suara pamannya tadi. Namun dia heran, mengapa pamannya berteriak seperti membawa amarah datang ke mansion nya.
Namun saat sampai di kamar kakaknya, dia bukannya melihat basa basi paman Zevano seperti biasanya, namun dia melihat pria-pria di sana sedang bersitegang.
Levi yang melihat kakaknya diperlakukan seperti itu tentu saja tidak terima jika kakaknya diperlakukan seperti orang yang paling bersalah dalam kematian kakak iparnya.
"Paman, apa yang kau lakukan?" Kenapa paman melakukan itu pada Kakak?" seru Felice di sana.
"Lepaskan kakak ku tuan Zevano!" seru Levi sambil menahan tangan tuan Zevano yang ingin memberikan bogeman mentah lagi.
Levi tidak mengatakan embel-embel paman yang sering di ucapannya saat dulu karena saking amarahnya juga.
Sedangkan tangan satunya milik Zevano masih setia memegang kerah Rhadika. "Lepaskan tangan mu Levi. Ini tidak ada urusannya dengan mu," seru tuan Zevano tak kalah dinginnya dan mengabaikan perkataan Felice.
Levi diam, tapi bukan berarti dia menerima perlakuan Zevano. Dia tiba-tiba mengingat ucapan pamannya itu tadi.
"Putri, mengorbankan putrinya?" batin Levi. Dia melihat ke arah paman Zevano yang begitu emosi, amarah yang tinggi bercampur dengan rasa sedih.
"Siapa? Apa Kakak pernah membunuh wanita malamnya yang ternyata adalah putri paman Zevano? Tapi aku tidak pernah mendengar hal itu. Levi memutar otaknya untuk mendapatkan jawaban.
Begitu juga dengan Felice. Dia memang tau kakaknya itu setelah ditinggal kan oleh Lili menjadi seorang playboy ke pada para wanita. Berc*inta saat dai mau, menggunakan tubuh wanita sekali pakai seperti baju yang dipakainya.
Sedangkan Rhadika, dia tetap seperti orang bodoh yang tidak menghiraukan kejadian yang terjadi didepannya. Rasa sakit akan pukulan kepalan tangan Zevano tidak berarti sama sekali untuknya. Dia sudah seperti orang bodoh yang terlalu lama sendirian dan tidak mengenal manusia.
"Aku menyesal telah menganggap mu selama ini menjadi bagian dari diri ku," seru Zevano melemparkan Rhadika ke atas ranjang. Dia juga ingin membunuh pria ini, tapi mengingat siapa pria di depannya ini membuat hatinya tidak tega.
"Apa maksud mu Paman. Aku tidak pernah mendengar kakak ku membunuh seorang wanita. Dan putri mana yang Paman maksud?" tanya Levi.
Paman Zevano menjatuhkan dirinya ke lantai. Dia berlutut dan mengusap rambutnya dengan kasar. Air matanya lolos begitu saja. Rasa penyesalan dan kesedihannya dia keluarkan di depan dua pria muda yang sudah dia anggap juga sebagai anaknya.
"Rosaline, dia putri ku. Dia putri satu-satu ku, peninggalan dan titipan emas dari istri ku," seru Zevano. Dia tak kuasa menahan tangisnya ketika melihat foto anaknya bersama dengan Rhadika yang di pajang di sana.
Dia berdiri dan mendekat ke arah foto yang terpampang begitu jelas di dinding kamar itu.
Levi tidak mengerti akan perkataan Zevano, namun dia juga merasa terkejut. Dia tidak mengerti mengapa paman Zevano mengatakan itu. Bagaimana caranya almarhum kakak iparnya menjadi putri dari pamannya ini.
Felice menutup mulutnya tak percaya. Dia juga sebelumnya pernah mendengar paman Zevano mencari putri nya namun selalu menemukan jalan buntu.
Rhadika yang mendengar nama istrinya di sebut, dia tersadar dan sejenak melihat ke arah Zevano.
"Apa maksud mu, paman?" tanya Rhadika.
"Jangan sebut aku sebagai Paman mu, mulut kotor mu sama sekali tidak cocok mengatakan itu." Tatapan Zevano begitu tajam ke arah Rhadika.
"Aku pikir selama ini kau adalah orang yang paling becus jika tentang orang yang kau cintai. Namun kau hanyalah pria pengecut yang tidak bisa menjaga putri ku. Orang yang selama ini ku cari ternyata ada di depan mata ku. Tapi sebelum aku mengetahui kebenarannya, kau sudah dulu membunuh nya," seru paman Zevano dengan deraian air mata.
Dia begitu merasa sangat kasihan akan dirinya. Dia belum sempat memeluk putri kandungnya yang selama ini ia cari.
Dika semakin semakin merasa sesak hatinya. Dia mengecewakan dua orang sekaligus dua orang penting dalam hidupnya. Satu paman Zevano yang sudah ia anggap sebagai putrinya dan satu lagi wanita yang di cintanya yang telah mati akibat ke lainnya menjaga sang istri.
"Maaf Paman, aku begitu bodoh dan tidak becus sama sekali untuk menjaga wanita ku," seru Dika. Dia juga tak kuasa menahan air matanya.
"Aku tidak butuh minta maaf mu. Aku butuh pembuktian," ucap Zevano. Dia menghapus air matanya dengan kasar khas seorang laki-laki. Wajahnya menandakan amarah yang begitu kuat. Tangannya terkepal hingga menunjukkan urat peredaran darahnya.
"Apa maksud mu Paman?" tanya Rhadika. Levi juga yang di sana begitu ngeri melihat tampang pria paruh baya yang saat ini mengepalkan tangannya.
"Victor, dia masih hidup," seru paman Zevano.
"Apa kau ingat, Rosaline yang kekurangan darah saat kecelakaan itu. Biadab itu yang merencanakan seluruh kronologi kejadian itu. Dia tidak ingin langsung membunuh mu, namun ingin menyiksa mu terlebih dahulu," jelas tuan Zevano.
Dia menarik napasnya sebentar Karana merasa sesak akan dadanya yang sangat sakit karena kehilangan putrinya. Tidak hanya itu, dia juga harus kembali mengulang ingatannya tentang kematian sang istri.
"Darah itu adalah darah langka. Golongan darah itu sangat sulit di temukan. Hanya keturunan Vanbosh yang memiliki golongan darah itu. Apa kalian mengingat bahwa darah itu memang cocok dengan putri ku? Aku juga membawa golongan darah yang sama bukan?"
Levi dan Felice masih bingung akan ucapan Zevano yang menurut mereka berbelit-belit. Sedangkan Rhadika, dia sudah mengetahui inti dan poin utama dari ucapan pamannya.
"Bagaimana dia bisa hidup Paman," tanya Dika. Wajahnya juga sudah berubah pada awal mula dia menjadi seorang mafia.
Dingin, seperti tidak ada kehidupan, wajah tegasnya sudah kembali ke keadaan sempurna, meskipun tak berekspresi namun tetap mengeluarkan wibawa seorang pria tampan kaya raya nan bengis.
"Memang benar kau menembak jantungnya. Tapi dia adalah seseorang dengan kelainan dekstrokardia. Jantungnya berada di sebelah kanan," jelas tuan Zevano.
ilmu : Posisi jantung yang miring ke sebelah kiri merupakan penyesuaian dengan organ penting lainnya seperti paru-paru dan hati. Akan tetapi, ada kelainan jantung langka yang menyebabkan letak jantung bergeser jadi ke sebelah kanan. Kelainan jantung ini disebut dekstrokardia.
"Sial, pantas saja selama ini Thomas bisa menjalankan setiap misinya, ternyata dia di perintah oleh tua Bangka itu," seru Rhadika.
"Maka dari itu, kau harus bisa membalas kan dendam Putri ku. Aku tidak ingin dua wanita sekaligus yang terpenting di dalam hidup ku mati begitu saja di tangan pria sialan itu," ucap tuan Zevano.
"Baik paman, aku akan memburu pria sialan itu," seru Rhadika.
Tuan Zevano mendekat dan memeluk Rhadika. Dia sadar, tadi dia begitu berlebihan dan over emosional. Dia tau yang paling sakit di sini adalah Rhadika. Dia tau bagaimana sifat Rhadika jika sudah mencintai seseorang.
Rhadika membalas pelukan khas laki-laki itu. Dia merasa seperti sudah memeluk ayahnya karena saking rindunya dan rasa sakit yang sudah terulang kembali. Kemudian tuan Zevano melepaskan pelukan itu karena teringat sesuatu.
"Apa benar kau sudah bertunangan dengan Lili? Apa keputusan mu sudah bulat? Aku tau kau masih mencintai almarhum istri mu," seru paman Zevano.
"Benar Paman, tapi aku tidak bisa begitu saja melepaskan wanita itu," seru Rhadika terduduk lemas di tempat tidur. Dia begitu benci ketika harus bertanggung jawab akan wanita itu.
Jangan lupa like nya 😊👍👍
Horas✋
Seorang wanita sedang memasak melakukan kegiatannya seperti biasanya. Seorang anak kecil turut membantu wanita dewasa itu.
"Sayang, bunda sudah bilang, belajar saja di sana. Bukankah kau mengatakan ada perlombaan yang sedang kau ikuti. Nanti kamu kalah. Bukankah kamu mengatakan kau tidak ingin di kalahkan?" tanya wanita dewasa itu.
"Ck, bunda kau berlaku seperti kau lebih cepat lulus dari ku dan gelar mu lebih tinggi dari ku," jawab anak kecil itu. Meskipun dia mengatakan fakta, tapi ucapan itu seakan menusuk hati wanita yang sedang memasak itu.
"Kau meremehkan bunda?" Anak kecil itu menggelengkan kepalanya sambil membantu bundanya membersihkan sisa-sisa sayuran yang sudah layu.
"Bunda itu yang mengajari mu sejak kecil. Bunda yang mengajari mu berjalan, bunda yang mengajari mu bicara, bunda yang mengajari mu segalanya. Dan sekarang kau meremahkan bunda mu yang cantik dan jenius ini?" Wanita dewasa itu nampak berkacak pinggang merasa dirinya hebat.
"Tapi kata ayah aku belajar sendiri bunda," jawab anak kecil itu. " Dan bunda juga lulus S1 selama empat tahun. Dari mana kata jeniusnya?" Anak kecil itu menggelengkan kepalanya. Namun wajah itu sama sekali tidak berekspresi dan kata-katanya selalu membuat orang ingin membunuh anak kecil itu.
"Shine Damian???" teriak wanita dewasa itu dengan tidak senang. "Aku hanya mengatakan fakta bunda," jawab anak kecil itu juga acuh.
Setelah melakukan pekerjaannya, dia berjalan ke arah ruang makan. Dia menunggu masakan bundanya di sana.
"Tapi setidaknya aku sudah menjadi seorang CEO di perusahaan," jawab wanita dewasa itu sambil membawa makanan itu ke meja makan.
"Terserah bunda," jawab anak kecil itu karena tidak mau berdebat lagi dengan bundanya.
"Bunda, kita akan ke Spanyol besok bukan?" tanya Shine dengan datar.
"Hmmm, benar. Dan ingat apa yang bunda minta kemaren. Dimana kode data sahabat bunda ? Apa kau sudah menyimpannya dengan baik? Bunda tidak mau informasi itu tersebar!" jelas wanita dewasa itu.
"Tenang saja Bunda, aku sudah menyimpan data sahabat bunda dan kodenya aku akan berikan pada bunda saat kita ke Spanyol," anak kecil itu mulai memakan masakan bundanya.
"Apa kau tidak apa-apa kita pergi ke Spanyol?" tanya wanita itu. Shine yang sebelumnya sudah makan kini berhenti dari acara makannya dan menatap sebentar makanan itu.
"Aku baik-baik saja Bunda, kenapa aku harus tidak merasa baik-baik saja?" Anak kecil itu bertanya kembali pada ibundanya. Sang ibunda hanya menatap Shine dan mengelus kepala anaknya.
"Bunda, aku tidak suka," seru anak kecil itu sambil melanjutkan makannya, namun tidak menghindarkan kepalanya dari bundanya.
"Bagiamana dengan ayah, apa dia juga akan ikut ke Spanyol?"
"Yah, ayah akan ikut sesuai dengan janjinya untuk mengantar mu. Tapi tidak akan lama," jawab wanita dewasa itu.
"Baiklah bunda, aku akan tidur," seru anak kecil itu bergegas ke arah kamarnya.
Yah, dia adalah Shine Damian, seorang anak kecil jenius yang sudah lulus dari S2 di umur yang masih menginjak empat tahun itu. Dia saat ini sudah seperti orang dewasa yang sudah mengerti segala sesuatu sesuai alur dunia ini.
Dia tidak pernah menyusahkan bundanya yang adalah seorang CEO dari salah satu perusahaan kecantikan yang ada di negara Barcelona. Hampir berdekatan dengan Spanyol. Meskipun perusahaan itu murni bukan milik bundanya, tapi dia tetap bersyukur. Bundanya mengatakan bahwa itu adalah milik bersama dengan sahabatnya
**
Rhadika yang sudah mendapatkan kabar bahwa Viktor adalah dalang di balik kematian sang istri merasa sangat marah. Bahkan ini kedua kalinya Viktor membunuh orang yang di sayanginya.
"Viktor, ternyata Tuhan mengampuni nyawa mu saat itu, akan ku bunuh kau dengan senang hati untuk yang kedua kali nya," batin Rhadika tersenyum iblis.
Dia merapikan seluruh tubuhnya yang sebelumnya sudah seperti gembel. Namun saat dia akan melakukan apapun, bayang-bayang istrinya selalu mengikuti setiap kegiatannya.
Saat mandi, dia mengingat istrinya mandi bersamanya, dia berharap itu benar-benar nyata. Tapi realita selalu jauh dari ekspektasi.
Saat duduk di sofa, dia mengingat istrinya yang selalu bermanja-manja dengannya dan meminta tidur secepatnya. Saat sudah di ranjang, dia menoleh ke arah pintu berharap istrinya akan segera kembali.
Dia menarik napas dalam. "I'm mafia boss, aku bisa melewati hari ini dan esok. Tapi ingat Baby, nama mu akan terus terukir di hati ku," batin pria itu.
Akhirnya malam ini dia tidur dengan nyenyak, dia sadar bahwa dunia ini terus berjalan meskipun kau merasakan sakit, merasa kau ingin mati saja. Dunia sama sekali tidak peduli dan akan terus berjalan seiring waktunya.
Pagi harinya dia bangun lebih awal. Dia menatap sebentar ke arah foto kecil di samping nakas meja, di mana di sana ada foto istri kecilnya yang di ambil oleh Max saat di wahana permainan.
"Morning Baby, aku akan bekerja," ucap Dika. Dia tetap melakukan morning kiss rutinitas biasanya pada istrinya meskipun hanya melalui foto.
Dia bergegas ke arah kamar mandi dan dengan segera masuk kembali ke walk in closet. Saat ini ada pekerjaan yang harus di kerjakan olehnya. Perusahaannya di seorang oleh salah seorang dan mereka tidak tau dari mana asalnya dan siapa.
Levi yang mendapatkan kabar tadi pagi itu langsung menuju perusahaan. Dia sudah berusaha dan mengeluarkan semua kemampuannya dan sama sekali tidak ada hasilnya, data perusahaan terus bocor, tapi anehnya hanya sedikit demi sedikit.
Rhadika turun dari kamarnya dan menuju ruang makan, namun dia sama sekali tidak berselera dan hanya abai saja. Dia mendekat ke arah meja makan dan mengusap pelan rambut hitam putrinya.
"Aurora, Daddy akan pergi bekerja. Stay di rumah," perintah Rhadika.
"Dad, apa aku boleh ikut?" tanya Aurora.
"No, ada masalah di perusahaan. Daddy tidak ingin kau terlibat," jawab Rhadika bergegas keluar dari mansion.
Levi yang sekarang sudah berada di depan laptopnya hampir saja menemukan identitas si peretas, namun laptopnya langsung terbakar karena virus yang begitu banyak di kirim secara tiba-tiba ke laptopnya. Dia melompat dan langsung menjauh dari laptop itu.
Bersamaan dengan itu, Rhadika baru saja masuk dan melihat kejadian itu.
"Sh*it, siapa dia sebenarnya," seru Levi. Baru kali ini dia merasa kalah dalam dunia peretasan.
Tiba-tiba komputer milik Max yang berada di salah satu sudut di sana menyala. "Paman Levi, kemampuan mu memang sangat di ragukan. Kau mengatakan diri mu jenius, dasar tidak berguna," itu lah pesan yang tercatat di layar itu.
Levis dan Rhadika saat ini berada di ruangan Max, Max juga ada di sana dan melihat perkembangan hasil itu.
"Sialan, siapa kau sebenarnya?" balas Levi melalui pesan itu. "Dan kau tidak perlu tau. I"m your king," balasan pesan itu.
"Shine, sayang apa yang kau lakukan. Kau tidak meretas perusahaan lagi bukan. Bunda sudah mengatakan jangan membuat perusahaan orang lain rugi?" ucap wanita itu sambil melihat layar laptop anaknya.
"Bunda, ada satu trik ilmu yang belum ku kuasai, jadi aku menonton tutorialnya," seru Shine menunjukkan layar laptopnya yang berisi Vidio tutorial.
"Aneh, biasanya kau lah yang selalu membuat tutorial untuk orang lain. Ah entahlah, sebentar lagi kita kan sampai, tutup laptop mu yah sayang," ucap wanita dewasa itu sambil melihat ke arah kaca pesawat.
Meraka berangkat dari Barcelona lebih awal karena permintaan Shine. Shine mangatakan bahwa dia sudah tidak sabar ke negara ini.
"Ingat pesan Bunda, jangan ke sana ke mari tanpa Bunda," jelas wanita yang sedang menggunakan kacamata hitam itu.
Shine juga sama, awalnya dia tidak ingin menggunakan kacamata hitam yang sedang digunakannya. Tapi paksaan wanita dewasa di sampingnya dia harus apa?
"Naik ke atas koper Shine!"
"Bunda, aku bisa berjalan sendiri. Aku sudah dewasa," jawab anak kecil itu.
Bagaimana nanti dia tidak malu sudah besar seperti ini masih saja di gendong dan diperhatikan setiap saat.
"Tidak ada penolakan, di bandara, anak kecil adalah santapan para penjahat," ucap wanita itu. Shine hanya bisa pasrah. "Perempuan memang selalu benar dan benar," batin anak kecil itu.
**
Seorang wanita nampak memasuki ruangan Rhadika. Dia menelusuri ruangan itu dan pandangannya jatuh pada foto yang ada di meja kerja Rhadika.
Dia adalah Lili. Wanita licik sejuta taktik untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. "Rosaline, kau memang cantik, baik hati tapi sayangnya sangat bodoh." Wanita itu tersenyum sambil mengusap wajah Rosaline dari kaca foto itu.
"Kau tau, sekarang aku sudah bertunangan dengan suami mu. Yah meskipun tidak ada cincin, tapi setidaknya kami sudah terikat. Aku memang sangat pintar, aku mengatakan bahwa rahim ku rusak akibat tembakan itu, dan yah suami mu percaya dan dia langsung bertanggung jawab.
"Aku tidak menyangka bahwa dia tetap gentleman seperti dulu. Yah, tunggu kabar dari ku tentang pernikahan kami," ucap Lili sambil meletakkan foto itu.
Tapi dia tidak meletakkan foto itu sesuai dengan posisi sebelumnya. Dia menelungkupkan foto itu begitu saja di sana.
Di ruangan Max, mereka semua merasa heran ketika saat Rhadika ingin melawan, tiba-tiba lawannya hilang entah ke mana.
Di ruangan bawah seorang anak kecil berbicara pada resepsionis yang ada di sana.
"Permisi Nona, ruangan CEO di mana?" tanya anak kecil itu dengan dingin di balik meja resepsionis.
Para resepsionis yang mendengar ada yang bertanya, mereka linglung karena tidak melihat siapa pun di sana.
Shine yang merasa kesal tidak di jawab langsung berjalan ke meja resepsionis. "Ruangan CEO di mana?" tanya anak kecil itu lagi dengan nada kesal. Namun wajahnya sudah tidak menyenangkan lagi.
Para resepsionis langsung menutup mulutnya tak percaya ketika melihat siapa yang bertanya. Bukan karena anak itu masih kecil, tapi wajah itu begitu mirip dengan pimpinan mereka.
Shine semakin kesal lagi, dia menatap tajam ke arah para resepsionis. Mereka langsung menunduk khas minta maaf seorang resepsionis.
Mereka berjumlah dua orang. "Maaf, anak kecil. Apa kau sudah membuat janji?" tanya salah satu resepsionis.
"Apa aku perlu membuat janji temu dengan CEO kalian," tanya anak kecil itu. Mereka mengamati lebih dalam tatapan itu.
Mereka tidak berkutik. Tatapan itu persis seperti tatapan CEO mereka. Mereka langsung berpikir, "Apakah anak kecil ini keponakan dari tuan Rhadika? Jika anaknya tidak mungkin, karena istri tuan mereka meninggal dunia saat proses mengandung," itulah isi pikiran mereka.
"Apa butuh waktu sejam untuk mengatakan informasi itu" tanya Shine lagi. Wajahnya sudah sangat tidak menyenangkan. Tatapan dingin dan tajam anak kecil itu mampu mengintimidasi para resepsionis yang sudah cukup umur di sana.
"Di lantai 40 Tuan kecil," jawab salah satu resepsionis. Siapapun anak kecil ini, yang pasti dia adalah salah satu keluarga dari pimpinan mereka, terlihat dari kemiripan wajah itu.
Shine diantar oleh salah satu resepsionis. Merak merasa takut saat ini karena telah menyinggung salah satu keluarga dari pimpinan mereka.
jangan lupa likenya 😊😊👍👍
Horas ✋
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!