Kina Anantasya Braspati.
Merupakan wanita yang paling beruntung di nikahi pria tampan dan baik. Sudah sejak lama ia menyimpan perasaan dan mencintai dalam diam. Sebab ia terlalu sadar diri jika harus mengungkapkan perasaan tersebut duluan.
Baginya, suaminya ini merupakan pria yang sempurna. Jika ada tolak ukur kebahagiaan, mungkin saat ini ialah manusia yang paling bahagia di muka bumi.
Agam Ligerald.
Merupakan pria yang baru saja Kina sebut-sebut. Ia menikahi Kina tanpa dasar cinta, melainkan Kina ini satu-satunya pewaris di keluarga Braspati. Ia ingin menguasai seluruh harta milik Braspati dengan alasan tertentu.
.
"Cantik sekali istriku .." puji Agam seraya melingkarkan tangannya di pinggang Kina saat wanita itu sedang bercermin.
Kina mengulas senyum lalu membalikan badan menjadi menghadap suaminya.
"Terima kasih, mas. Aku beruntung sekali memiliki suami sepertimu."
Agam memberi satu kecupan di bibir mungil Kina, membuat wajah wanita itu menegang.
"Sayang .. Aku ingin mulai besok kita pisah rumah ya sama orang tuamu. Aku merasa segan jika harus tinggal di sini," pinta Agam.
"Iya, mas. Nanti aku akan bicarakan dengan papa dan mama."
"Ok."
Agam berharap jika Kina berhasil meminta izin pada orang tuanya untuk segera pisah rumah. Rasanya enggan jika harus tinggal satu atap bersama keluarga Braspati.
***
Keesokan harinya, Kina selesai mengemas barang setelah meminta izin pada orang tuanya untuk pisah rumah saja. Dalam hati Agam bersorak kegirangan.
"Kalian bisa tinggal di rumah yang sudah papa sediakan untuk kalian. Papa harap kalian betah tinggal di sana," ucap Braspati.
"Terima kasih banyak, pa," ucap Agam dan Kina nyaris bersamaan.
"Untuk kamu Agam, papa percayakan untuk kamu meneruskan bisnis furniture. Apa kamu bersedia?"
Agam mengangguk. "Tentu saja."
"Kalau begitu aku sama mas Agam pamit dulu ya, ma, pa."
Kina menyalami kedua orang tuanya, di susul oleh Agam.
"Iya, sayang. Hati-hati, ya," ucap Hana, mama Kina, lalu mereka berpelukan.
"Iya, ma. Aku pergi, ya. Daaahh .."
Kina melambaikan tangan sebelum akhirnya mereka masuk ke dalam mobil.
Di perjalanan, Kina terus memandang ke arah suaminya. Wajah tampan suaminya itu yang membuatnya betah memandang. Hanya suara musik yang sengaja Agam stel kini mendominasi.
Tidak terasa, perjalan yang memakan waktu kurang lebih satu jam pun kini sudah berhasil di tempuh. Mobil sudah sampai di pelataran rumah yang akan mereka tinggali.
Agam turun dari mobil kemudian mematung. Ia mengedarkan pandangannya ke setiap sudut rumah tersebut. Bibirnya mengulas senyum.
Besar sekali rumahnya. Ujar pria itu.
"Gimana, mas? Kamu suka rumah pemberian dari papa?" tanya Kina yang saat ini sudah berdiri di samping suaminya.
Agam menoleh ke arah Kina. Kemudian mengulurkan tangan. "Mana kuncinya?"
Kina mengernyit saat Agam tidak menjawab pertanyaannya. Tapi baginya itu bukan masalah. Mungkin suaminya sudah tidak sabar untuk melihat bagian dalam rumah tersebut.
Kina merogoh sesuatu dari dalam tasnya, kemudian memberikan benda tersebut ke tangan suaminya.
"Ini, mas," Kina berikan kuncinya.
Agam pun melipir pergi dari sana guna membuka pintu rumah yang ia anggap sebagai rumah miliknya.
"Eh, kamu mau kemana?" tanya Agam saat Kina ikut masuk.
"Mau masuk, mas," jawab wanita itu.
"Ambil dulu kopernya di mobil," perintah Agam.
Kina kembali mengernyit. "Loh, enggak kamu aja, mas?"
"Nyuruh aku?"
"Bukan gitu, mas. Tapi-"
"Udah cepetan sana ambil kopernya," pangkas Agam.
Pria itu melipir masuk lebih dalam lagi, sementara Kina mematung di tempat mendapati sikap Agam yang tiba-tiba berubah.
"Mas Agam kenapa ya?" batin wanita itu.
Sebelum akhirnya Kina kembali ke mobil guna mengambil koper yang terdapat di dalam bagasi.
_Bersambung_
Hari ini sikap Agam berubah seratus delapan puluh derajat. Seharian penuh dia bermain ponsel dan sesekali tampak senyum-senyum sendiri.
Kini membawakan teh manis hangat untuk suaminya yang saat ini tengah duduk di sofa ruang tamu. Sambil menanyakan perubahan sikap pria itu.
"Kamu lagi nonton apa, mas?" Kina meletakan cangkir tersebut di atas meja, lalu mendaratkan tubuhnya di sofa dekat suaminya.
"Enggak lagi nonton apa-apa," jawab pria itu.
"Terus kenapa kamu senyum-senyum?"
"Bukan urusan kamu," jawab Agam ketus.
Seketika dada Kina merasa sesak mendengar jawaban ketus suaminya. Namun Agam terlihat santai tanpa merasa bersalah.
"Mas, kamu kenapa?" tanya Kina kemudian, pelupuk matanya kini mulai memupuk cairan putih bening.
Agam sama sekali tidak merespon pertanyaan Kina, pria itu kembali senyum-senyum sambil memainkan jarinya di layar ponsel.
"Mas! Kamu dengar aku gak sih?"
Lagi-lagi Agam tak merespon.
Kina bangun dari tempat duduknya dan menyambar ponsel dari tangan Agam.
"Hei, balikin gak?" seru Agam saat merasa Kina sudah lancang.
"Enggak!"
"Balikin!" pinta Agam.
"Kamu harus jawab dulu pertanyaan aku, mas. Kamu kenapa?"
"Kenapa apanya, sih?"
"Kamu berubah, mas."
"Berubah apanya?"
"Kamu beda."
"Aku gak berubah, Kina. Kamu aja yang gak kenal aku siapa," jawab Agam sontak membuat wanita itu diam.
Agam kembali merebut ponselnya dari tangan Kina dan melipir pergi dari sana.
"Mas .. Mas Agam! Mas .."
Kina menyusul langkah suaminya. Ia tidak paham dengan apa yang baru saja pria itu katakan.
Agam duduk di sofa yang terdapat di kamar. Ia kembali membuka room chat nya dan mengetikkan balasan. Namun chat nya hanya centang satu dan begitu di lihat teman chat nya sudah offline.
"Yah, dia udah off." Agam melemparkan pelan ponselnya ke atas meja.
"Mas Agam .." panggilan dari Kina membuat pria itu menoleh.
"Apa?"
Kina berjalan mendekat dan duduk di sampingnya.
"Mas, kamu kenapa? Kenapa kamu berubah? Kenapa kamu beda dari sebelum kita pindah rumah? Kenapa, mas? Terus apa maksud ucapan kamu tadi, hah?" cecar Kina.
Agam menghela napas panjang. Kemudian tangannya menangkup kedua pipi Kina seraya menatapnya lekat.
"Maafin aku, ya. Tadi aku habis chat sama grup circle pertemanan aku sampai aku mengabaikan kamu. Maafin aku, ya," ucap pria itu dan Kina percaya begitu saja.
"Iya, mas. Maafin aku juga ya udah bersikap kayak tadi sama kamu."
"Iya, sayang .."
Kina merasa lega lantaran suaminya kembali bersikap seperti yang ia kenal.
Agam baru menyadari Kina yang saat ini menggunakan piyama terusan dengan tali kecil di masing-masing bahunya. Menampakan belahan dada yang tampak jelas dan menggoda.
Aku emang gak cinta sama Kina, tapi sayang juga kalau aku gak pake tubuhnya.
Tangan yang semula menangkup kedua pipi wanita itu perlahan mulai bergerak merambat pada bagian tengkuk yang menciptakan rasa geli di sekujur tubuh Kina. Perlahan ia memajukan wajahnya dan kini bibir mereka saling menempel dan bertaut. Pria itu menidurkan Kina dan tubuhnya menindih di atas tubuh wanita tersebut. Perlahan tangan nya bergerak menyusuri setiap permukaan tubuh Kina dan berhenti di bagian-bagian yang menimbulkan sensasi menggiurkan.
Agam mulai memainkan permainan intim tersebut hingga sampai pada sebuah puncak kenikmatan tersebut.
_Bersambung_
Hari ini Agam sudah bisa menggantikan Braspati di usaha furniture nya. Pria itu begitu semangat sekali. Semburat kebahagiaan terpancar di wajah pria tersebut.
"Kamu kelihatan bahagia sekali, mas," kata Kina ketika mengantar pria tersebut sampai halaman rumah.
"Bahagia dong, sayang. Aku kan udah jadi kepala keluarga yang akan menafkahi kamu," jawab pria itu.
Kina mengulas senyum. "Iya, mas. Kamu hati-hati, ya."
Kina mencium punggung tangan suaminya.
"Iya. Aku pergi dulu, ya."
"Iya, mas."
Agam masuk ke dalam mobilnya, tidak lama kemudian mobil tersebut sudah pergi meninggalkan halaman.
Kina mematung sejenak di sana, membiarkan cahaya mentari pagi jatuh ke tubuhnya. Sedetik kemudian senyumnya terbit, lalu ia memutuskan untuk kembali masuk ke rumah.
Di perjalanan, pria itu mendapat telepon dari mertuanya, yaitu Braspati. Ia segera menjawab telepon tersebut dan menyambungkannya melalui earphone.
"Halo, pa."
"Agam, hari ini kamu toko kan?" tanya Braspati dari sebrang sana.
"Iya, pa. Ini aku sedang dalam perjalanan."
"Mulai hari ini, papa putuskan kamu tidak hanya mengelola usaha tersebut, melainkan kamu jadi pemiliknya. Papa percayakan sama kamu."
Agam membulatkan mata dan senyumnya seketika mengembang.
"Serius, pa?"
"Iya. Mulai sekarang seluruh penghasilan dari toko tersebut untuk kamu dan Kina."
Agam mengepalkan tangannya dan menariknya ke bawah. "Yes," ucap pria itu pelan tak sampai terdengar oleh Braspati.
"Iya, pa. Terima kasih banyak atas kepercayaannya."
"Sama-sama."
Sambungan telepon pun di matikan, kini pria itu mengepalkan kedua tangannya dan menariknya ke bawah.
"Yes, yes, yes ... Akhirnya toko furniture itu jadi milik aku," ucapnya di akhiri dengan senyum seringai.
Agam melajukan mobilnya di iringi dengan siulan penuh bahagia.
***
Sementara di rumah, Kina tengah mengobrol dengan temannya yang baru saja datang. Sebelumnya Kina sudah mengirimkan alamat rumah yang saat ini ia tinggali.
"Kamu beruntung banget ya, Ki. Bisa dapetin orang yang kamu cintai," ujar temannya.
"Alhamdulillaah, Nay. Aku bersyukur banget, cinta dalam diam ku berubah kenyataan," jawab Kina.
"Oh ya, sekarang suami kamu mana? Lagi kerja?" tanya wanita itu lagi sambil mencari sosok di rumah tersebut.
"Iya, tadi udah berangkat. Mas Agam sekarang nerusin toko furniture papa aku."
"Oh ya?"
"Iya. Papa percayain toko furniture nya ke mas Agam."
Nayla mengangguk-anggukan kepalanya. Ia sedikit iri dengan apa yang temannya miliki.
"Oh ya, terus sekarang kamu tinggal berdua aja di sini? Apa punya ART?"
"Sekarang sih masih berdua, rencananya juga mau berdua aja. Aku mau melayani suami aku tanpa campur tangan asisten rumah tangga."
"Kamu yakin rumah sebesar ini mau kamu sendiri yang bersihin? Gak cape?"
"Ya pasti cape, sih. Tapi itu kan udah jadi tugas aku sebagai istri. Mungkin kalau aku udah hamil, baru mau mikir punya asisten rumah tangga," jawab Kina.
Mereka melanjutkan obrolan ringannya sampai akhirnya Nayla memutuskan untuk pulang lantaran ada janji dengan seseorang.
Setelah Nayla pergi, Kina kembali ke kamar untuk menata pakaian ke dalam lemari yang belum sempat terselesaikan. Ia mengambil baju Agam lalu mendekap nya di dada.
"Aku benar-benar beruntung bisa dapetin kamu, mas. Aku janji bakal jadi istri yang baik buat kamu," ucapnya di akhiri dengan mengecup baju tersebut dengan cukup dalam.
_Bersambung_
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!