Always happy 🤯
Jam menunjukan pukul tujuh pagi,Seseorang dengan motor sport hitam dengan helm full face nya membelah jalanan yang nampak sedikit ramai. menambahkan kecepatannya lebih tinggi, menghiraukan beberapa umpatan pengendara lain yang ia salip, menyalip setiap kendaraan didepan dengan lihai.
Cittt...
Decitan ban motor sport itu terdengar nyaring saat mobil Jeep Wrangler Rubicon berwarna hitam menghalangi jalannya lebih tepatnya hampir tertabrak motor sport itu.
Pengendara motor sport itu lantas turun dari motornya tanpa melepas helm yang ia gunakan, begitu juga pengendara mobil tersebut turun dari mobilnya.
Pengendara motor itu berdiri bersedekap dada didepan lelaki bertubuh tegap yang menggunakan seragam guru yang lengkap.
"Tau nggak, lampu merah itu artinya apa?" Tangannya sang pengendara motor.
Lelaki itu menyengit saat mendengar suara pengendara motor itu, kenapa suaranya lembut dan seperti suara seorang perempuan tapi dari penampilannya layaknya bukan seorang perempuan lebih mengarah ke seorang lelaki karena seorang yang berada didepanya menggunakan celana jeans panjang berwarna hitam, jaket jeans berwarna senada dengan celananya,sarung tangan hitam membalut tangan tersebut, tas gendong berwarna biru dipundaknya serta sepatu heel boot coboy berwarna hitam.
Tapi kalau laki laki kenapa memakai sepatu heel boot coboy? Pikirnya.
...
...
Heel boot coboy
Terlihat Gadis didepannya ini seorang pelajar, tapi kenapa penampilan seperti ini sama sekali bukan mencerminkan seorang pelajar. Apa lagi didepannya adalah seorang siswi pikirannya, matanya Menatap gadis itu dari atas sampai ke bawah dan kembali lagi ke atas.
"Gue ngomong sama Lo! Lo denger gue nggak sih." kesal pengendara motor itu saat ucapannya di abaikan,melepas helm nya yang langsung memperlihatkan rambut nya yang panjang tergerai indah.
Mata hitam lelaki pengendara mobil Jeep itu terpaku saat seseorang didepannya benar benar yang ada dipikirannya yaitu seorang perempuan,dan sialnya sangat cantik.
Lelaki itu menggelengkan kepalanya saat menyadari ia memuji gadis didepannya
Itu, ini bukan dirinya karena dirinya tidak pernah memuji seorang perempuan selain mamanya sendiri.
"Harusnya saya yang tanya sama kamu! apa arti warna merah dalam lampu jalanan." Gadis itu menyengit binggung mendengar ucapan lelaki didepanya.
"Maksud Lo?"
"Kamu nggak liat lampu jalanan dari arah kamu berwarna merah dan lampu arah saya berwarna hijau, kamu melanggar aturan bukan saya." cerca lelaki itu.
Gadis itu berdecih.
"Peraturan dibuat untuk dilanggar!"ucap gadis itu lalu berjalan menuju motornya memakai kembali helmnya dan langsung meninggalkan lelaki itu.
Lelaki itu tersenyum tipis lantas memasuki mobil Jeep Wrangler nya dan segera melaju menuju tempat tujuannya.
***
Motor sport hitam memasuki perkarangan sekolah elit diwilayah tersebut.
SMA PELITA.
Sekolah elit yang sebagian besar murid dari kalangan atas karena biayanya cukup fantastis.
Pengendara motor sport itu melepas helm full facenya,
Hal yang pertama adalah menjadi pusat perhatian siswa siswi SMA pelita yang berlalu lalang di area parkiran.
Gadis itu membenarkan tatanan rambut nya melangkahkan kakinya berjalan menyusuri koridor dengan tangan yang memasukkan permen karet kedalam mulutnya lalu mengunyah permen itu dan sesekali ia tiup menjadi gelembung kecil dan meletus.
Menjadi pusat perhatian bukan hal yang pertama kali untuk dirinya, sedangkan yang menjadi pusat perhatian hanya berjalan santai dan sesekali membalas sapaan yang menyapanya.
"STEVANI." Panggil seseorang dari arah belakang.
Gadis yang dipanggil Stevani pun menoleh mendapati sahabatnya yang tengah berlari kearahnya.
STEVANI ANGGELIA PUTRI
Gadis cantik dengan kulit putih, anak dari pasangan suami-istri bernama Leon dan hanna. Gadis dengan paras cantik Membuatnya populer di sekolahnya banyak yang mengenal gadis itu, sifatnya yang Hubble dan friendly tentunya membuat banyak orang yang nyaman berteman dengannya, ia juga salah satu gadis penyumbang banyak piala diSMA pelita.
Cantik,pintar,kaya,royal dan friendly hampir sempurna Dimata semua orang yang mengenalnya, berbanding balik dengan parasnya yang cantik gadis itu memiliki hobi yang bikin banyak orang tak percaya yaitu bolos dan balapan motor.
"Woy.. bespren gue nih, baru berangkat ya bund."ujar gadis berambut sebahu berdiri disampingnya.
TANIA STELLA ARUM
Gadis cantik dengan rambut sebahu biasa dipanggil Tania, sahabat Stevani dari Sekolah Dasar. Sifatnya hampir persis sama Stevani cuma yang lebih membedakan Tania cenderung lebih cerewet, memiliki kulit putih sama sepertinya, wajahnya yang cantik membuatnya banyak yang mengenalnya.
"Gue rasa mata Lo nggak buta." ujar stevani berjalan menuju belakang sekolah.
"Bolos lagi?"tanya Tania mengikuti langkah sahabat nya.
Stevani menggangguk.
"Ada guru baru gantiin Bu Nori." Ucapan Tania membuat sahabatnya menghentikan langkahnya.
"Itu guru badut udah nggak ngajar lagi disini?" Tanya stevani.
Guru yang keduanya maksud adalah Bu Nori guru matematika berumur 30 tahun janda anak tiga, dandanya yang menor serta seragam yang cukup ketat membuat banyak murid yang tidak suka padanya serta memiliki mulut yang super cerewet. Selain cerewet guru itu termasuk jajaran guru killer dengan sifat pelit saat memberikan nilai.
"Hmm, diganti sama guru yang ganteng katanya."
Stevani mengganggukkan kepalanya bersikap acuh pada guru yang akan menggantikan Bu Nori.
Keduanya melanjutkan langkahnya bertepatan dengan bel masuk sekolah berbunyi, sampai suara bariton menghentikan langkah keduanya.
"Mau kemana kalian berdua?"tanya seseorang dari arah belakang.
Dua gadis itu menoleh mendapati guru laki laki dengan rahang tegas, hidung mancung, alis tebal dan kulit putih.
Sangat tampan.
Mata stevani bertubrukan dengan mata hitam guru tersebut.
"Lah kek orang tadi"batinnya dengan alis berkerut.
"Bolos,"jawab Stevani dengan acuh.
Sedangkan Tania menggeleng pelan kepalanya saat matanya melihat sosok guru yang sangat tampan didepanya.
"Stevani, gue nggak jadi bolos kalau gurunya ganteng kaya gini,"ujar Tania dengan mata terus menatap guru itu
Stevani mendengus mendengar ucapan tania, memang sahabatnya itu kalau soal cowok ganteng nomer satu.
Cogan is number one itu kalau kata Tania.
"Saya mau bolos, bapak mau apa?"tanya Stevani, kedua matanya menatap malas guru didepannya.
"Saya mau kamu." Ujar guru itu membuat Stevani melototkan matanya.
"Saya mau kamu balik lagi kekelas kamu kembali mengikuti pelajaran! Bukan cuma kamu tapi teman kamu juga,"tegas guru itu bernama Naufal.
NAUFAL ANGGARA PUTRA
Lelaki berusia 27 tahun yang menyandang gelar sebagai guru baru diSMA pelita, wajah tampan dengan rahang tegas alis tebal serta mata hitam pekat menambah kadar ketampanan.
Terlahir dari keluarga kalangan atas memiliki papa seorang pemimpin diperusahaan terbesar di Indonesia yang dikelolanya dari nol, serta mama nya yang memiliki butik yang cukup terkenal di Indonesia dan sudah menyebar di berbagai wilayah, anak semata wayang yang baru saja memulai bekerja sebagai guru. lelaki itu juga memiliki rumah makan yang ia dirikan sendiri dengan uang hasil belajar bekerja di perusahaan milik ayahnya.
Guru bernama Naufal tersebut lantas pergi meninggalkan dua gadis itu,Tania tersenyum lalu mengikuti langkah Naufal
Stevani mendengus kembali melanjutkan langkahnya menuju taman belakang, ia akan bolos dirinya benar benar malas mengikuti pelajaran.
Stevani duduk diatas pohon mangga yang berada di halaman belakang sekolahnya, dengan aerphone yang dipasang ditelinganya, mulutnya tak henti-hentinya mengunyah permen karet, semilir angin menerpa wajah ayunya membuat gadis itu nyaman berada disana.
Sudah satu jam gadis itu hanya duduk diatas salah satu dahan pohon mangga yang besar itu tanpa melakukan apapun.
"SEDANG APA KAMU?"Suara bariton yang tegas membuat Stevani menoleh kebawah dan mendapati guru bernama Naufal, guru barunya tadi sedang bersedekap dada mendongak keatas dimana Stevani berada.
Gadis itu turun dari pohon lalu satu tangannya menepuk rok nya, tangan yang satu melepas earphone lalu menatap guru itu dengan santai.
"Menurut bapak?" Tanyanya Bersedekap dada menatap guru didepannya dengan badan yang ia senderkan di pohon.
"Saya sudah bilang kembali ke kelas kamu, kenapa bolos?"
"Males pak" kedua kalinya gadis itu masih bersikap santai saat berbicara dengan naufal gurunya.
Naufal melongo mendengar jawaban dari muridnya itu lantas dengan cepat menarik tangan gadis itu menuju lapangan membuatnya mengikuti dengan langkah malas.
"Lari keliling lapangan tiga kali."titahnya saat sudah berada dilapangan.
Berdecak pelan memutar bola matanya dengan malas "Males ah elah."
"Kerjakan hukuman kamu masih ada jam pelajaran saya selama satu jam, Setelah selesai kembali ke kelas dan ikuti pelajaran." Lelaki itu pergi ke kelas dimana ia mengajar meninggalkan stevani begitu saja dilapangan.
Tangannya membenarkan letak tas dibahunya kedua matanya
Menatap punggung Naufal yang perlahan menjauh dengan tatapan malas, gadis itu memilih pergi meninggalkan lapangan menuju kantin sekolah tanpa melaksanakan hukumannya.
To be continue...
Always happy🤯
Kamar bernuansa biru laut terlihat seperti kapal pecah.
Bekas plastik Snack makanan berserakan, kaleng soda kosong dilantai bersama dengan beberapa novel, selimut di dikolong kasur yang terlihat setengah menambah kotor pemandangan kamar tersebut, penghuni kamar terlihat tertidur pulas tanpa menghiraukan suara alarm yang berada di atas nakas samping ranjang, maupun seseorang yang sendari tadi mengedor pintu kamarnya.
"STEVANI SAYANG, BANGUN." teriak seseorang yang tak lain bundanya stevani,
Wanita paruh baya itu mengedor pintu kamar anaknya yang ia yakini bahwa putrinya masih terlelap tidur.
Ceklek
"Lah ngak di kunci kalau gitu ngapain digedor dari tadi." monolog nya lalu memasuki kamar anaknya yang langsung disuguhi pemandangan yang bikin geleng geleng kepala.
"Stevani bangun, udah jam setengah tujuh buruan bangun ntar kamu telat lho sayang udah mau lulus jangan telat terus." Wanita paruh baya bernama hanna menepuk pelan pipi putrinya.
Menghela nafas panjang saat tak ada respon dari putri nya itu, lantas satu tangannya menjewer telinga Stevani membuat putrinya itu langsung terbangun dan mengaduh kesakitan.
"Bangun udah jam setengah tujuh, bunda tunggu dibawah." ucapnya keluar dari kamar putrinya.
Stevani mengelus telinganya yang dijewer bundanya lalu gadis itu meregangkan otot-otot tubuhnya lantas Setelahnya berjalan ke kamar mandi.
Beberapa menit kemudian..
Stevani berjalan menuju ruang makan dengan penampilan seperti biasa jauh dari kata rapi. dasi ia sampirkan di pundaknya, tangan kanannya ia gunakan untuk menyeret tasnya menuruni tangga.
ia sangat malas untuk pergi ke sekolah tapi bagaimana pun jika tidak berangkat ia pastikan bundanya akan berceramah panjang kali lebar layaknya rumus persegi panjang.
"Morning bunda,ayah" sapanya menarik bangku disamping kiri ayah nya.
"Morning juga sayang,kenapa lemes? semangat dong masih muda jiwanya harus semangat."Leon, ayah Stevani menatap putrinya menyemangati putri semata wayangnya itu.
"Males banget yah, lama banget dah nggak lulus- lulus"gerutunya menyuapkan nasi goreng buatan bundanya.
"Nggak sampai lima bulan kok, bentar lagi lulus. Makanya biar nggak kerasa lamanya kamu harus rajin belajar kurangin bolosnya juga." Nasehat Bunda Hanna pada putrinya dengan tersenyum manis.
"Dengerin kata bunda mu Stevani, biarpun kamu pinter kamu harus tetep belajar biar nilai kamu memuaskan saat ujian nanti" Leon bersuara, pria paruh baya itu menatap putrinya.
"Iya iya kalau nggak lupa, kalau lupa ya bolos." Jawab gadis itu dengan santai.
"Udah kelas dua belas lho sayang, udah bukan waktunya kamu main main." Nada lembut Hanna ia keluarkan untuk menasehati putri semata wayangnya.
"Duh bunda, nggak bolos mah nggak seru!" Ucapnya masih nada santai.
"Stevani!"
"Iya-iya bunda." Sendok nasi goreng terakhir masuk kedalam mulutnya lalu beranjak pamit pergi ke sekolah dengan berlari kecil.
"Bye-bye bunda, ayah Stevani nanti bolos tenang aja." Gadis itu melambaikan tangan nya sebelum benar benar hilang dari pandangan kedua orangtuanya.
Hanna dan Leon hanya menggelengkan kepalanya pelan tak heran dengan tingkah putri nya.
Kali ini stevani membawa mobilnya tidak memakai motor sport nya, Sampainya disekolah Stevani memarkirkan mobil sport nya lalu berjalan keluar dari mobil. Hal biasa dipagi hari saat ia datang masih sama yaitu menjadi sorotan siswa siswi sekolahnya yang berada di area parkiran, kedua kakinya melangkah melewati koridor menuju kelasnya.
"Hay stevani."sapa lelaki berambut pirang menyamakan langkahnya.
Stevani memutar bola mata malas ia tak menjawab sapaan lelaki disampingnya tersebut,melanjutkan langkahnya tanpa menghiraukan sosok disamping nya.
"Stevani ntar malem jalan yuk."ajak lelaki itu sebut saja Aldi namanya.
"Nggak."
"Ayolah sekali aja." mohonnya menakupkan kedua tangannya menatap Stevani dengan tatapan penuh harapan.
"Nggak." Jawabnya dengan cuek.
"Please stev kali ini aja. gue bayarin deh apapun yang Lo minta mau beli sepatu,tas, novel apa aja gue bayarin asal Lo mau jalan sama gue"lelaki itu terus saja memohon.
"Please deh Al, gue nggak mau ya nggak mau! Nggak usah dipaksa, satu lagi gue bisa beli sendiri apapun yang gue Mau jadi nggak usah sok mau bayarin gue, tabung aja duit lo."ucapnya meninggalkan Aldi begitu saja.
Aldi mengeram kesal selalu saja seperti itu cintanya bertepuk sebelah tangan sudah dua tahun ia mencintai Stevani dan dua tahun juga cintanya ditolak.
"Liat aja Lo bakal gue buat tunduk sama gue"batinnya menatap punggung Stevani yang perlahan semakin menjauh.
Sampainya dikelas Stevani menelungkup kan kepalanya di lipatan tanganya, memejamkan matanya sungguh matanya terasa berat sekali karena tadi malam tidur jam dua pagi karna pulang diam diam setelah balapan motor.
"Stevani."pangil seseorang.
Stevani mendongakkan kepalanya mendapati Siti salah satu teman kelasnya.
"Ada apa?"
"Emm itu..aku disuruh pak Naufal, kamu disuruh keruangan nya."ucap Siti memilin bajunya dengan kepala menunduk.
"Thanks."ucapnya dengan tersenyum.
"Iya." Siti menjawab pelan lalu pergi kembali ketempat duduknya.
Stevani membenarkan tatanan rambut nya lalu ia dengan malas bangkit dari duduknya. biarpun matanya terasa berat ia harus keruangan guru itu, ia tidak tau kenapa guru barunya memanggil yang terpenting ia keruangnya saja dulu.
Berjalan santai sampai berada didepan ruang guru,
Disinilah Stevani disebuah ruangan guru yang tadi memanggilnya berdiri malas disamping guru muda tersebut.
"Kamu tau alasan saya memanggil kamu ke ruangan saya?"tanyanya berdiri dari kursinya menatap Stevani dengan bersedekap dada.
"Bapak takut diruangan sendiri makanya manggil saya buat nemenin bapak"balas Stevani, yang langsung mendapat sentilan dari Naufal di keningnya.
"Ishhh..bapak ngapain nyentil dahi saya! kalau saya gagar otak gimana emang bapak mau nanti tanggung jawab hah..." Tungkas gadis itu mengusap dahinya yang terkena sentilan.
"Ya nanti saya tanggung jawab saya bawa kedua orang tua saya kerumah kamu."
"Ngapain pak mau main monopoli?"Stevani terkekeh.
"Tak lamar kamu, katanya saya disuruh tanggung jawab."guru itu menjawab dengan santainya.
"Ishh... bapak kok nyeselin sih,inget pak! bapak udah tua ngak usah nyeselin"kesal Stevani.
"Bilang apa hm?"
"Bapak udah TUA, nggak usah nyeselin"ucapnya memperjelas kata tua.
"Umur saya 27 tahun kalo kamu lupa."
"Maaf maaf nih ya pak, saya bukan lupa, saya kagak tau lagian juga saya kagak nanya."
Naufal mendengus siswi didepanyan sunggguh menyebalkan menurutnya.
"Kemarin kamu saya hukum setelah itu saya suruh kamu buat masuk kelas,tapi saya tunggu sampai istirahat kamu nggak Datang."
"Ya karna saya emang nggak datang"balasnya duduk di kursi Naufal seenaknya.
"Sekarang hukuman kamu nambah kamu bersihin ruang perpustakaan,ruang musik,dan ruang olahraga"titah Naufal menatap stevani.
Stevani yang mendengar langsung bangkit dari duduknya gadis itu menatap Naufal dengan menggelengkan kepalanya pelan serta memegang dadanya memasang wajah melas didepan Naufal.
"Ngapain geleng geleng ngedugem?"tanyanya menaikkan sebelah alisnya.
"Bapak ngajak saya ngedugem? ayok skuy lah."jawab Stevani dengan antusias.
"Saya lagi serius Stevani."
"Jangan serius-serius pak saya belum siap"ujarnya Stevani mengedipkan sebelah matanya.
Lagi dan lagi Naufal menghela nafas menatap datar siswi bernama Stevani tersebut.
"Kerjakan hukuman kamu,tidak ada bercandaan lagi"
"Tapi pak itu hukumannya banyak banget, nanti kalau saya capek terus pusing abis itu pingsang masuk rumah sakit terus koma gimana?"cerocos nya dengan satu tangan memegang dahi berlagak seolah pusing lalu dengan tiba-tiba melemaskan tubuhnya lalu duduk dilantai.
"Nggak ada sejarahnya kaya gitu lakukan hukuman kamu."tegas Naufal menatap murid didepanya yang masih berlagak lemas dilantai.
Mendengar itu Stevani bangkit dari duduknya gadis itu menangkup kedua tangannya mengerjap berkali kali matanya memasang puppy eyes lalu berkata "kurangin hukumannya ya pak."
"Ya udah kamu bersihin perpustakaan aja."ucapnya menepuk pelan kepala Stevani membuat Stevani mematung tiba tiba.
Naufal meniup pelan wajah cantik Stevani membuat gadis itu tersadar dan langsung mendapati wajah tampan guru didepanya.
"Kenapa diem? bukanya kerjain hukumanya, sana mulai kerjain."ucapnya.
"Eh iya pak"gadis itu buru buru berjalan keluar dari ruangan Naufal.
Setelah murid nya keluar Naufal duduk dikursinya tangannya mengambil ponselnya membaca pesan mamanya semalam.
Dalam pesan itu mamanya mengatakan bahwa ia dijodohkan dengan gadis yang baru saja ia kasih hukuman.
Naufal mematikan ponselnya menatap langit-langit ruangan
Nya, pikirannya beberapa hari ini sedang dipenuhin dengan ucapan mamanya yang akan menjodohkan dengan gadis bernama Stevani yang sekarang menjadi muridnya.
Iya sedikit tak yakin setelah melihat sikap Stevani waktu pertama bertemu tapi mau bagaimana pun iya udah mengiyakan ucapan mamanya, ia yakin perlahan dirinya bisa mengubah sifat gadis itu.
TO BE CONTINUE...
Always happy🤯
Pagi ini cukup cerah matahari masih belum menampakan dirinya, jam menunjukkan pukul 05:10 pagi gadis dengan tas biru tersampir dipundak kanannya berjalan santai dikoridor,sebelumnya dirinya sudah memanjat pagar sekolah karna jam masih terlalu pagi satpam sekolah belum datang.
Stevani berjalan menuju tempat dimana ia bisa menemukan kenyamanannya, tempat yang selalu ia datangi saat dirinya banyak pikiran seperti halnya sekarang, melewati kelas kelas yang nampak kosong. Berjalan menaiki tangga menuju rooftop sekolah.
Otaknya dipenuhi Dengan kata kata yang diucapkan Banu semalam,lelaki yang sudah ia anggap abangnya selain Sean dan Arlan mereka bukan Abang kandungnya tapi sudah ia anggap sebagai kakak kandungnya, mereka dekat saat dirinya kelas 1 SMP suatu kejadian yang membuat mereka berteman sampai saat ini.
Flashback
Stevani duduk disalah satu kursi didepan minimarket melirik jam tangannya menunjuk pukul 21:45 malam hari semakin larut. ia tak membawa kendaraan karna tadi ia berniat menggunakan taksi, berjalan dengan kantong plastik berisi makanan ringan yang ia beli tadi di minimarket menuju halte atau dia akan mencari kendaraan yang bisa ia tumpangi untuk pulang.
Saat sedang berdiri dihalte tak jauh dari minimarket tadi, motor sport biru berhenti didepan nya dan ia mengenal pemilik motor tersebut.
"Hay Bang Banu."sapanya saat lelaki yang dipanggil Banu melepas helm fullfacenya.
"Stevani ngapain Lo disini?" tanya Banu setelah berdiri didepan stevani.
"Hehehe.. ini abis belanja."jawab Stevani mengangkat kantong belanjanya.
"Kenapa belum pulang?"
"Lagi nyari kendaraan buat pulang."
"Nggak bawa mobil atau motor?"
"Mobil diservis,lagi males bawa motor."jawabnya mengerucutkan bibirnya.
"Mau Abang anter pulang?"tawarnya mengacak rambut Stevani.
"Boleh, ayok lah stev udah pegel juga"
"Mampir ke cafe dulu Abang belum makan gapapa kan?"tanyanya memakaikan Stevani helm.
"Skuyyy bang,stev juga belum makan hehehe" balasnya dengan cengiran lebarnya.
Sampainya dicafe keduanya langsung masuk dan memesan makanan.
"Stevani,Abang boleh ngomong."ucap Banu saat makanannya sudah habis,ia menatap Stevani yang sedang menyuapkan makanannya.
Stevani menganggukkan kepala, masih sibuk dengan makanannya.
"Kalo boleh jujur gue sayang sama Lo lebih dari seorang Abang dengan adiknya"ucapnya membuat Stevani tersedak, Banu memberikan minuman pada Stevani yang langsung diambil olehnya.
"Haha Abang bercanda nih pasti, mana mungkin bang Banu suka sama stevani."tawanya terdengar garing, ia sebenarnya paham maksud laki laki didepannya, karena jika diteliti setiap perlakuannya pada dirinya mencerminkan seperti sepasang kekasih berbeda dengan perlakuannya pada temannya Tania lebih terkesan cuek tapi masih peduli.
"Nggak, gue nggak lagi bercanda gue suka sama Lo,semenjak Lo masuk SMA."ucapnya menatap lekat Stevani.
"Lo tau sendiri kan bang gue angep Lo sebagai Abangnya gue sendiri nggak lebih,dan gue juga nggak ngarep lebih."balas Stevani menatap banu lekat.
"Ya gue tau tapi gue nggak bisa bohongin perasaan gue." Banu menggenggam tangan Stevani "gue nggak nuntut Lo suka balik sama gue setidaknya Lo tau perasaan gue ke Lo Stevani."lanjutnya melepas genggamanya.
Stevani tak menjawab ucapan Banu suasana menjadi canggung dan setelah menghabiskan makanan Banu mengantarkan Stevani pulang kerumahnya.
Flashback off
Stevani mengusap wajahnya dengan kasar,ia menganggap Banu abangnya tidak lebih dari itu dan kenapa jadi seperti ini.
Ia tak mau menjalin hubungan lebih dari sekedar Abang dan adek karena ia takut setelah putus nanti tak akan seakarap dulu lagi.
Tet..tet....tet
Setelah lama bertengkar dengan pikiranya bel masuk berbunyi lantas ia menghela nafas kasar lalu berjalan untuk mengikuti pelajaran.
Sampainya dikelas Stevani duduk di bangkunya yang sudah ada Tania disampingnya dengan ponsel ditangannya.
"Dari mana aja si Lo stev? gue kira Lo mau bolos lagi." Tania mengalihkan pandangannya dari ponselnya memandang Stevani kesal.
"Nggak, lagi pengen ikut pelajaran."balasnya mengeluarkan bukunya mungkin mengikuti pelajaran dapat mengalihkan pikirannya.
"Kalo mau bolos ngajak ngajak ya awas kalo enggak!"ancamnya yang dibalas anggukan kecil gadis disampingnya.
Tak selang lama guru muda dengan seragam lengkap memasuki kelasnya.
"Pagi semuanya" sapa guru tersebut.
"Pagi pak."jawab serempak semua murid IPA 2.
"Kita lanjut materi yang kemarin"ucap Naufal membuka bukunya.
Naufal menerangkan satu persatu materi dengan pelan agar muridnya dapat faham apa yang ia jelaskan.
"Ada yang belum paham atau ada yang mau ditanyakan kalau ada yang kurang jelas?"tanya
Naufal menatap satu persatu muridnya.
"Saya pak."seorang gadis mengangkat tangannya.
"Ya Stevani, apa yang mau kamu tanyakan?" tanya Naufal saat Stevani mengangkat tangannya.
"Itu 100 apa pak?"tanyanya sambil menunjuk angka 100 di papan tulis dari jarak jauh. "100% cintaku padamu ya pak"lanjutnya sebelum guru itu menjawab, ucapnya membuat seisi kelas menyoraki.
Mendengar muridnya menyorakinya, Naufal. Lelaki itu hanya tersenyum dan menggeleng kepalanya pelan mendengar gombalan dari muridnya.
"Sudah-sudah saya akan lanjut mengajarnya."ucap naufal.
"Mengajar apa pak?, mengajarkan saya menjadi ibu yang baik buat anak anak kita ya pak."ucapnya dengan lantang, suara Stevani yang keras langsung membuat ricuh kembali seisi kelas saat mendengar gombalan Stevani.
"Stev, gue juga mau dong digombalin Lo."celetuk lelaki berambut kriting membuat semua murid menatap kearahnya, tak lupa Naufal guru itu juga menatap lelaki tersebut, namanya akbar ketua kelas IPA 2.
"Boleh."jawab Stevani dengan senyum manis.
"Lo tau nggak bar, bedanya Lo sama karung beras?"Stevani mulai gombalannya.
"Nggak tau tuh."Akbar menjawab dengan antusias.
"Kalo karung beras beban dipunggung kalo Lo beban negara dan bangsa." ucapan Stevani membuat gelak tawa seisi kelas, Akbar sendiri mengerucutkan bibirnya.
Naufal ikut terkekeh.
Setelahnya kembali pembelajaran Sampai akhirnya Bel istirahat berbunyi mengakhiri pelajaran, Tania dan Stevani pergi menuju kantin untuk mengisi perutnya yang berbunyi.
Disinilah mereka berdua dikantin, duduk dimeja paling pojok tempat favorit nya sejak dulu.
"Tan Lo aja yang pesen"titah Stevani menatap Tania yang duduk dihadapannya.
"Nggak,Lo aja sana yang pesen."titah balik Tania.
"Lo aja lah males gue."
"Gue juga males tau nggak, Lo aja dah yang pesen sono."
"Nggak,Lo aj_
"Hay ciwi ciwi."sapa lelaki beralis tebal dengan gadis cantik disamping nya,lelaki itu memotong ucapan Stevani.
"Ziko Lo ngapain disini?"tanya Tania melihat temennya.
"Ngada pertanyaan lain? gue sekolah disini kalo Lo lupa Tan."balasnya menyentil dahi Tania.
"Gue tau bukanya Lo diskors gara gara berantem sama wakil OSIS itu?"Tania bertanya dengan mengusap dahinya akibat sentilan dari ziko.
"Udah selesai bego malah tu anak ngaret kali berangkatnya, diskors seminggu libur 2 Minggu."
Sahut salah satu gadis dengan rambut Curly, namanya indah. Ucap itu langsung dibalas cengiran oleh lelaki yang bernama ziko.
Ziko,Tania,indah dan Stevani mereka berteman sejak pertama masuk SMA biarpun ziko dan indah tidak sekelas tetap saja pertemanan mereka tidak berubah.
"Nah tuh bener kata si indah.... Eh btw nih gue bawain oleh-oleh buat Lo pada, baikan gue."ziko memberikan dua totebag beda warna pada Tania dan stevani.
"Wih oleh-oleh dari mana nih?" Tanya Stevani membuka totebag yang diberi ziko.
"Ausy,gue liburan waktu diskors"balas ziko duduk disampingnya Tania.
"Gila Lo diskors bukan nya sedih malah liburan."Tania tak habis pikir dengan teman satunya ini.
"Sejak kapan si ziko sedih diskors." Sahut indah memainkan kukunya.
"Btw thanks nih oleh-oleh tau aja yang gue pengen ini." Stevani tersenyum lebar saat tau isi totebag itu sebuat jam tangan yang ia ingin kan dari lama.
"Eh si indah udah Lo kasih belum?"tanya Tania diangguki Stevani.
"Udah lah kan gue sekelas sama ni anak jadi gue kasih pertama tadi dikelas." Jelas ziko.
"Ziko yang ganteng nya tujuh turunan tolong dong pes_
"Iye gue pesenin kaya biasa kan."ziko menyela cepat ucapan indah saat tau apa maksudnya.
Menunggu makanannya tiga gadis itu berbincang asik.
"Ndah, emang bener Lo putus sama si Asep?"tanya Tania.
"Agep kali namanya bukan Asep"kesal indah mendengar ucapan Tania mengubah nama mantannya.
"Iya-iya apalah namanya bodoamat emang bener."ucap Tania dibalas anggukan indah.
"Buju buset perasaan baru kemarin Lo pacaran udah putus aja."Stevani angkat bicara.
"Pelit orangnya ogah banget gue pacaran sama dia, kagak bisa gue porotin duitnya."ucap indah dengan nada santai.
Indah memang dikenal Gonta ganti pacar wajahnya yang cantik membuat gampang memikat laki laki yang ia mau gadis itu pacaran bukan karena suka hanya saja memanfaatkan pacar pacarnya itu untuk memenuhi kebutuhannya. Tapi bukan berarti indah miskin menurut indah hal semacam itu adalah melatih seorang laki laki bisa atau tidaknya menafkahi keluarga.
"Si ziko aja noh kaya,kagak pelit porotin dah tu duitnya."usul Tania.
"Ogah banget, si ziko buluk."balas indah dengan terkekeh.
Sebenarnya ziko tidak jelek lelaki itu juga termasuk moswanted SMA pelita hanya saja ia tak ingin mengakui temannya itu ganteng bisa
GR itu orang.
"Sialan gue juga ogah sama Lo ya tepos gitu malah sok jadi pakgril apaan." Sahut ziko saat mendengar ucapan para gadis itu membawa nampan berisi makanan mereka dengan ibu kantin yang membantu nya.
"Tepos-tepos gini banyak yang mau ya."kesal indah tidak terima di bilang tepos.
"Udah makan aja kagak udah debat sama-sama ngak iye juga"lerai stevani.
Sampai akhirnya mereka memakan makanannya dengan diiringi obrolan obrolan ringan.
To be continue 👋
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!