NovelToon NovelToon

Menikahi CEO Idiot

BAB 01 - Kisah Stefanny Kiara

"Pergi kamu dari sini!"

Stefanny terdiam kaku dihadapan dua orang yang merupakan adik dari almarhum Mamanya.

"Maksudnya?" Stefanny mencoba meralat dan mencerna ucapan mereka. "Ini rumah aku, kenapa aku harus pergi?"

Kedua orang itu tersenyum sinis yang membuat Stefanny semakin heran, keduanya segera menarik tangan Stefanny dan menghempaskan Stefanny ke lantai.

"Itu dulu! Sekarang ini sudah jadi rumah kami, kamu gak sadar, Mama dan Papa kamu sudah meninggal, kamu gak punya hak disini!" ucap seorang wanita berusia empat puluh tahunan itu kepada Stefanny.

"Kemaskan, barang-barang kamu, kamu sudah gak ada hak di rumah ini, lagi!" sentak seorang pria yang merupakan suami wanita tadi.

Stefanny menatap nanar mereka berdua. "Gaada hak? Ini rumah orang tua aku, kalau ditanya siapa yang lebih berhak disini itu adalah aku!"

"Emang kamu bisa apa, sekarang kemasin barang-barang kamu sekarang juga!"

Stefanny mengepalkan tangannya kesal, ini benar-benar menginjak harga diri Stefanny, kali ini Stefanny memilih mengalah, dia berdiri dan berjalan ke dalam kamar.

Stefanny mengemasi barang-barangnya termasuk baju, dan dokumen penting miliknya, dia berjanji ke dalam hatinya akan membalas semua ini.

"Kalian akan menyesali ini!" Stefanny mendecih sinis kemudian melangkahkan kakinya keluar dari rumah milik keluarganya.

Sebelum benar-benar pergi, Stefanny memandang lagi rumah yang sudah menemani dirinya dan kedua orang tuanya itu, rumah hasil kerja keras almarhum Papanya.

"Pa, Ma, maafin Stef, Stef janji Stefanny bakal merebut hak kita dari mereka,"  ucap Aida dalam hati.

Stefanny melangkahkan kakinya keluar dari pekarangan rumah itu, dia tidak menyangka bahwa kehidupan akan benar-benar seperti ini, satu Minggu yang lalu Papa dan Mamanya meninggal dalam kecelakaan yang membuat Stefannya harus mendapat gelar yatim piatu.

Stefanny kini tengah duduk di halte pinggir jalan, dia bingung kemana lagi tujuannya kali ini, desir angin malam membawa Stefanny sedikit mengigil ditambah rambutnya yang coklat terurai terbawa angin.

Dua bola mata coklat, gabungan Indonesia-Australia itu tidak bisa menahan tangisnya, badai pasti berlalu, berlalu lalang mungkin, setidaknya itulah yang ada di pikiran Stefanny.

Pit!

Suara klakson mobil membuat wajah sedih itu mengangkat kepalanya, siapa dia, begitulah pemikiran Stefanny, dia melirik sebuah mobil berwarna putih yang kini sudah terparkir di hadapannya.

"Assalamualaikum, Stef?"

Suara itu, membuat Stefanny kembali memastikan siapakah pemiliknya. "Gea?"

Itu Gea, seorang Notaris yang merupakan teman Stefanny semasa kuliah.

"Kamu, ngapain disini Stef?" tanya Gea yang membuat Stefanny perlahan menangis di hadapan Gea. "Kok nangis, cerita aja sama aku."

Gea melirik tas milik Stefanny. "Kamu bawa Tas, mau kemana?"

"A-aku, di usir dari rumah, keluarga Almarhum Papa yang ngusir aku."

"Astagfirullah, kok bisa Stefanny, kenapa mereka tega banget sama kamu." Gea mendecak lirih atas nasib sahabatnya itu.

Stefanny tidak menjawab, dia hanya menangis dengan bahu yang bergetar tidak karuan, Gea yang melihat itu segera memeluk Stefanny dalam.

"Maaf yah Stef, aku gabisa ngajak kamu tinggal dirumah aku, aku gak enak sama Mas Ozan dan tetangga, tapi semoga kamu betah yang di apartemen ini."

Stefanny melangkahkan kakinya memasuki apartemen milik Gea itu, setidaknya dia punya tempat itu berteduh malam ini.

Sekarang Stefanny hanya perlu mencari pekerjaan yang bagus untuknya.

"Kamu itu lulusan terbaik, aku yakin kamu bisa dapat pekerjaan dengan posisi yang bagus," ujar Gea duduk di samping Stefanny yang tengah duduk di ranjang.

"Aku gatau Ge, aku bisa kuat atau gak," jawab Stefannya yang membuat Gea meraih tasnya dan mengambil sebuah kain.

"Liat aku," Gea menyuruh Stefanny menatapnya. "Kamu gak sendirian, kamu punya Allah, kamu harus yakin hari-hari bahagia dalam hidup kamu akan datang."

Gea memberi jeda. "Kamu harus sabar dan berusaha ikhlas."

"Aku rasa kesabaran akutuh dah ada batasnya, dan keikhlasan, aku gabisa ikhlas karena memang aku masih merasakan sakit."

"Berarti kamu, benar-benar belum belajar sabar dan ikhlas," Gea memasangkan kain itu menutupi bagian rambut Stefanny. "Bukanlah sabar jika itu ada batasnya, dan buka Ikhlas juga kita masih merasakan sakit."

"Percaya sama Allah," Gea mengambil lagi tasnya dan mengeluarkan sebuah kartu nama. "Ini kartu nama milik Allan, dia sahabatku, aku akan menyuruhnya memberi kamu pekerjaan dan besok kamu bisa datang ke alamat ini, kalau gitu aku permisi yah, Assalamualaikum."

"Waalakumsalam," jawab Stefanny yang membuat Gea melangkahkan kakinya keluar dari apartemen itu.

Pagi sudah menyambut, Stefanny sudah memikirkan ini matang-matang, dia akan mendatangkan kantor di kartu nama yang diberikan Gea padanya.

Entah kenapa setelah Gea memasangkan hijab padanya, Stefanny merasakan hal lain darinya, tapi di karenakan dia belum memiliki baju syari'i, dia tidak mengenakan hijab hari ini, dan berjanji, dia akan membelinya sepulang nanti.

Stefanny kini berdiri di hadapan sebuah kantor dengan tiga lantai, Stefanny melangkahkan kakinya masuk dan menemui satpam.

"Mbak Stefanny?"

"Bapak kenal saya?" tanya Stefanny pada satpam yang ada di pintu ruangan.

Kalau boleh hiperbola, siapa sih yang tidak mengenal Stefanny, anak dari pengusaha kaya raya, Pasangan Pak Alam dan Bu Nurasya, Stefanny tergolong anak kaya raya itu sebelum orang tuanya meninggal dan haknya direnggut.

"Ngapain disini Mbak?"

"Saya, mau ngelamar pekerjaan," jawab Stefanny yang membuat satpam itu mendelik.

"Hah? Ga salah Mbak, tapi kayaknya dikantor ini tidak ada lowongan Mbak," jawab satpam itu yang membuat Stefanny mengangguk sejenak.

"Kalau gitu saya permisi, Pak," jawab Stefanny.

Baru saja dia berbalik badan, sebuah suara segera menghentikan langkah Stefanny yang membuat si pemilik badan membalikkan kembali tubuhnya.

"Kamu Stefanny kan?" Pria berusis dua puluh delapan tahun itu membuat Stefanny menganggukkan kepalanya.

Kalau boleh jujur pria di hadapannya ini, sangatlah tampan, garis wajah tegas, kedua bola mata coklat yang menterang dengan janggut dan kumis tipis perpaduan wajah Asia.

"Itu Pak Allan, Mbak, CEO disini," satpam tadi berbisik ke Stefanny.

Stefanny berjalan ke arah pria yang memanggilnya itu, setelah sampai dihadapannya Stefanny benar-benar gugup.

"I-iya, Pak?"

"Saya Allan, Gea sudah cerita tentang kamu semalam, ayok ikut saya," jawab Allan yang membuat Stefanny melangkahkan kakinya mengikuti Allan.

Stefanny mengira dia akan dibawa ke ruangan CEO tapi rupanya dia di bawa ke ruangan oficce girls dan boy disana. "Gea bilang kamu lulusan terbaik dari kampus di London, yaudah kamu jadi Oficce Girls disini yah."

Stefanny berdecak. "Tidak salah?"

"Iya, Kamu! Ajarin dia yah!" Allan memanggil seorang senior disana.

Setelahnya Allan memilih pergi begitu saja meninggalkan Stefanny yang masih tidak habis pikir.

BAB 02 - Tanggung Jawab

"Stefanny, sekarang kamu sudah paham kan?" tanya senior Stefanny.

Stefanny mengangguk. "Paham kak Dinda."

Senior yang bernama Dinda itu mengangguk kemudian meninggalkan Stefanny menyelesaikan tugasnya, tidak pernah terbayang dalam hidup Stefanny akan menjadi seorang cleaning Service sementara sebelumnya dia merupakan seorang anak kaya raya yang selalu dimanja.

Mau bagaimana lagi, Stefanny butuh pekerjaan ini, jadi Stefanny hanya bisa pasrah atas keadaan ini.

Setelah mengepel ruang direksi, Stefanny keluar melewati koridor kantor tersebut, baju seragam cleaning servicenya basah oleh peluh walaupun hampir disemua ruangan kantor ini memiliki AC.

"Kamu, jadi Cleaning Service sekarang?"

Suara itu membuat Stefanny mengangkat kepala, sosok pria yang paling Stefanny benci kini berada di depannya.

Itu adalah Fero, anak dari saudara Mamanya yang merebut segala hak Stefanny, Fero juga merupakan mantan dari Stefanny.

Stefanny memutuskan hubungan dengan Fero karena Fero adalah orang yang temperamental dan posesif.

"Aku lagi kerja, jangan ganggu aku," Stefanny mengangkat ember berisi air kotor tersebut kemudian berjalan meninggalkan Fero.

Sebelum pergi, Fero segera menarik tangan Stefanny dan menahannya. "Udah jatuh miskin yah sekarang?"

Stefanny menatap nanar Fero. "Aku gaada urusan yah sama kamu, Fer! Jangan ganggu aku! Aku ada kesibukan."

"Sibuk ngepel?"

"Seenggaknya aku masih lebih baik daripada kamu dan orang tua kamu yang menikmati harta dari hak orang lain."

Mendengar itu membuat Fero mencengkeram erat tangan Stefanny. "Lepasin aku, Fer!"

"Lebih baik kamu jadi wanita malam aja gimana, atau kamu mau jadi pemuas nafsuku, kamu akan mendapat bayaran lebih baik."

"Aku memang tidak dekat dengan Tuhan! Tapi aku tidak sekotor itu Fero."

"Dasar orang miskin, tidak tahu diri," Fero mendorong tubuh Stefanny hingga terjatuh di lantai.

Setelahnya Fero mengambil ember berisi air kotor bekas pel dan menyiram Stefanny, Stefanny membulatkan mata sempurna mendapati dirinya sudah basah kuyup.

"Cih! Sampah!"

Fero membuang ember itu kemudian meninggalkan Stefanny sendirian disana, Stefanny tertunduk, ingin rasanya dia menangis sekarang.

Seumur hidupnya baru kali ini dia benar-benar di permalukan.

"Gak! Aku gak boleh nangis! Kenapa aku harus nangis untuk orang yang gak penting buat aku!"

Stefanny berdiri, dia membereskan air dilantai kemudian berlari menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya sendiri.

Namun disaat Stefanny, baru saja ingin masuk ke dalam kamar mandi, Stefanny malah menabrak seorang pria yang membuat Stefanny segera meminta maaf.

"Hei, saya yang seharusnya minta maaf, apakah kamu tidak apa-apa?"

"Tidak apa-apa, Pak."

"Saya baru lihat kamu, kamu siapa?" tanya pria itu.

Stefanny menatapnya, wajahnya mirip dengan Allan, hanya saja pria ini masih lebih muda walaupun mereka memiliki garis wajah serupa.

"Stefanny, Pak."

"Oh, saya Adin, saya adiknya Allan, saya direktur utama di kantor ini, kamu bisa lanjut kerja kamu yah," Adin tersenyum pada Stefanny.

Entah kenapa Stefanny merasa bahwa Adin masih lebih baik dari Allan, Adin ramah dan murah senyum.

Setelah bertemu dengan Stefanny di kamar mandi tadi, Adin segera menuju ruangan Allan untuk menanyakan tentang Stefanny.

"Kak!"

"Bisakah kau mengetuk pintu terlebih dahulu?"

"Baiklah, aku ingin bertanya siapa cleaning service baru kita?" tanya Adin duduk di kursi yang ada di meja kerja Allan.

Allan menatap laptopnya dan sesekali melirik Adin. "Dia Stefanny, anak dari keluarga Alam."

"Hah? Serius!"

Adin terlonjak kaget, karena mending keluarga Alam adalah orang paling kaya dan Stefanny anak semata wayang mereka malah menjadi Cleaning Service.

"Dia lulusan London, dengan IPK terbaik dibidang It, sangat cocok dengan cleaning service bukan?"

Adin lebih tercengang lagi. "Wah, kakak gila sih, orang secerdas dia jadi Cleaning Service."

"Ini perusahaanku, jadi aku berhak atas apapun itu."

"Iya deh, si Paling Bos!"

Adin berdiri kemudian berjalan meninggalkan Allan di ruangan itu, Allan tersenyum melihat tingkah adiknya itu.

Adin berjalan melewati koridor ruangan itu menuju ruangannya sendiri, sesampainya di ruangannya sendiri, Adin segera membuka pintu dan mendapati sosok wanita tua yang duduk disana.

"Mama?"

"Mama, ngapain disini?"

Adin berjalan mendatangi wanita tua itu, dia adalah Nyonya Fei.

"Mama hanya ingin melihat pertunjukan yang akan di lakukan oleh kakakmu saja, sayang." Nyonya Fei menarik tangan anaknya itu.

"Maksud Mama?"

"Mama sudah mengatur rencana untuk mencelakai Allan, dan setelah dia celaka kamu bisa menggantikan posisinya sebagai CEO."

"Hah! Mama Gila! Kak Allan itu juga anak Mama," Adin menatap nanar Nyonya Fei.

"Anak tiri sayang, anak Mama tuh kamu, Allan itu anak dari istri pertama Papa kamu, Mama gamau dia jadi penerus perusahaan ini, penerusnya harus kamu."

"Gak harus gini Ma, lagipula Adin sayang sama kak Allan, mau bagaimanapun Allan itu kakak Adin."

"Jadi, kamu lebih sayang sama Allan daripada sama Mama, begitu!"

"Buk-"

"Udahlah! Adin! Kamu nurut Aja, ini juga demi kamu, kamu CEOnya bukan Allan! Kamu nurut aja apa rencana Mama!"

Adin terdiam, hatinya bimbang.

Allan berjalan keluar dari ruangannya setelah menyelesaikan pekerjaannya, sehabis menutup laptopnya, dia menyimpan semuanya kemudian berjalan keluar.

Allan tidak akan pernah tahu akan ada bahaya apa yang menantinya, sesampainya dia di depan lift Allan harus dibuat bingung karena Lift itu tiba-tiba tidak berfungsi.

Mau tidak mau, Allan harus menggunakan tangga darurat, sesampainya di tangga darurat baru saja Allan melangkahkan kakinya, sebuah tangan sudah mendorongnya.

Allan terjatuh dari tangga lantai tiga ke lantai satu dengan sekali dorongan, benturan keras membuat darah mengalir, karena jam pulang kantor sudah tidak banyak karyawan.

Stefanny yang baru saja selesai mengganti seragam, dibuat terkejut karena melihat Bosnya tergeletak di lantai bersimbah darah.

Baru saja Stefanny menghampirinya, tiba-tiba saja Nyonya Fei dan Adin datang.

"Hei, kamu apakan anak saya!?" Nyonya Fei mencengkram bahu Stefanny.

Plak!

Stefanny merasakan perih saat Nyonya Fei menampar Stefanny. "Bu-Bukan saya."

"Sudah! Kalau Allan sampai kenapa-napa kamu harus bertanggung jawab!"

Tubuh Stefanny bergetar, tak lama kemudian paramedis datang membawa Allan menuju rumah sakit, sementara Adin, dia terdiam seolah menyimpan rahasia besar.

"Benturan yang keras membuat Pak Allan menderita Amnesia untuk sementara waktu, ditambah ada pendarahan di bagian otak, kemungkinan Pak Allan akan mengalami keterbelakangan mental, dan bertingkah seperti anak berumur 7 Tahun."

"Idiot?" tanya Nyonya Fei pada dokter itu.

Dokter itu mengangguk, Nyonya Fei sekarang sudah tersenyum jahat dalam hati, begitu mudahnya menyingkirkan Allan.

Sementara itu Stefanny terdiam karena dibawa ikut serta dalam masalah ini.

"Kamu lihat kan! Ini semua salah kamu! Dan sebagai gantinya, kamu harus menikah dengan Allan dan merawatnya!" Nyonya Fei menunjuk Stefanny.

BAB 03 - Mengantongi Barang Bukti

Stefanny kini terduduk dihadapan Nyonya Fei dan Tuan Ren, wajahnya tertunduk, tidak pernah terbayang dalam hidupnya bahwa dia akan berakhir seperti ini.

"Mama yakin dia yang mencelakai Allan?" tanya Tuan Ren.

Tuan Ren sebenarnya ragu karena dari sorot matanya Stefanny menyimpan begitu banyak kejujuran, sementara Adin hanya diam dan kaku.

"Mama nemuin Allan udah celaka dan ada dia, sudah pasti dia pelakunya!" Nyonya Fei bersikeras dengan pendapatnya.

"A-adin?" tanya Tuan Ren yang membuat Adin menunduk.

Adin bingung, haruskah dia jujur atau tutup mulut tapi mengorbankan Stefanny yang tidak tahu apa-apa.

"Iya Pa, Adin juga lihat Stefanny yang mencelakai Allan."

Stefanny membuka mata lebar, tidak menyangka Adin bisa menciptakan opini buruk itu terhadap dirinya, sangat menyakitkan.

Tuan Ren menghela napas panjang dan terdiam sendiri. "Saya tidak akan melaporkan kamu ke polisi, tapi saya minta kamu menjadi istri Allan, karena dia tidak mungkin bisa mengurus dirinya sendiri lagi dalam kondisi seperti ini."

Stefanny terdiam.

"Bagaimana, kamu mau?"

Stefanny kembali diam, dia tidak ada pilihan lain selain menganggukkan kepalanya. "B-baik, Pak! Saya bersedia."

"Pernikahan kalian akan berlangsung setelah, Allah siuman dan pulih, untuk saat ini kamu bisa pulang dulu."

Stefanny berdiri, dia melangkahkan kakinya keluar dari kediaman keluarga Tuan Ren.

Rasanya bagai ditusuk belati seribu, hidup Stefanny berakhir dengan cerita yang sabgar dia tidak sangka-sangka.

"Stef!"

Stefanny membalikkan badannya dan mendapati Gea disana. "Gea?"

"Aku turut sedih atas hal yang menimpa kamu," ujar Stefanny. "Aku percaya kok, bukan kamu yang melakukan itu."

"Maksud kamu?" Stefanny menatap Gea dalam.

"Allan itu orang baik, terlepas dari sikap dia kepada kamu, aku harap dengan menjadi istrinya nanti ini menjadi jalan kamu membantu Allan dan mengungkap semuanya."

"Maksudnya?"

"Kecelakaan Allan disengaja, dan aku curiga pada Nyonya Fei."

Ucapan Gea membuat Stefanny mendelik tidak percaya. "Mana mungkin, Nyonya Fei kan ibunya Pak Allan."

"Ibu tiri, Nyonya Fei selalu berusaha menggeser posisi Allan sebagai CEO dan aku yakin kamu akan dalam bahaya setelah menjadi istri Allan, karena ketika Allan sakit, maka kamu yang akan menggantikan posisinya sebagai CEO."

"Kalau Nyonya Fei ingin menyingkirkan ku juga, kenapa dia malah memaksa aku menikahi Allan?" tanya Stefanny yang membuat Gea menatapnya intens.

"Karena Nyonya Fei hanya tahu kalau kamu itu adalah Cleaning Service, aku akan membantumu mengungkap siapa dirimu sebenarnya didepan Tuan Ren, sehingga Tuan Ren bisa mengangkatmu menjadi pengganti CEO sementara."

Stefanny berpikir sejenak, ucapan Gea ada benarnya. "Kalau aku diangkat menjadi CEO PENGGANTI itu sama saja aku bunuh diri."

"Kamu gak akan Bunuh Diri kalau kamu bisa melakukannya dengan cantik," Gea melirik Stefanny.

"Aku mengerti sekarang," Stefanny dan Gea langsung bergegas kembali menuju kantor.

Kantor ditutup sementara setelah kecelakaan Allan, tapi untungnya satpam mengizinkan mereka masuk dengan dalih ingin mengambil barang yang tertinggal.

"Ke Ruangan CCTV."

Gea dan Stefanny menuju ruangan CCTV dan mengecek rekaman kejadian hari itu, dan benar saja Nyonya Fei lupa menghilangkan jejak digital ini, melihat itu Stefanny segera menyimpannya dan menjadikannya Boomerang suatu saat nanti kepada Nyonya Fei.

"Kapan kita akan memulainya?" tanya Gea pada Stefanny.

"Secepatnya."

Gea dan Stefanny kemudian berjalan keluar dari sana, sebelum berpisah Stefanny mengungkapkan keinginannya kepada Gea.

"Ge, aku ingin berhijab."

"Kamu yakin?"

Stefanny terdiam.

"Hijab itu bukan hanya kewajiban tapi juga panggilan hati kamu, Stef."

"Aku yakin."

"Alhamdulillah, kalau kamu yakin, aku punya banyak stock pakaian syar'ii yang bisa kamu pakai."

"Terimakasih Gea."

Stefanny merasa bahwa ini adalah momen yang tepat untuk dirinya mendekatkan diri kepada Allah dia tidak akan pernah menyesali kejadian ini lagi.

Walaupun tuduhan mencelakai Allan sangat melukai Stefanny, tapi dia sadar mungkin ini cara Allah untuk Stefanny bisa membantu Allan.

Sesuai pesan Almarhum ayahnya, jangan pernah merasa pandai tapi jadilah orang yang pandai merasa.

Dan Stefanny merasa bahwa Dia dan Allan sudah ditakdirkan bertemu seperti ini.

Kira-Kira ada Rencana apa nih?

Assalamualaikum

Besok Crazy Up yah.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!