NovelToon NovelToon

Get married with mafia

Chapter 1 - Perkenalan dan mimpi Elea

Matahari tampak bersinar sangat terik di siang hari ini, serasa panasnya bisa membakar kulit dan mungkin panasnya bisa dipakai untuk menggoreng telur ceplok. Tiada serangkaian awanpun yang hadir menghiasi langit. Semua awan itu rela di alpa demi menghindari panasnya terik matahari.

Sekarang jam di dinding kelas 12 A-IPA sudah menunjukkan pukul 01.00, “Kring....!” bel tanda waktu pulang sekolahpun sudah berbunyi, seluruh siswa bersiap untuk pulang. Mereka hari ini memang pulang lebih awal karena para Guru harus mengikuti rapat penting. Kini, mulai dari kelas 10 hingga 12 semua siswanya sudah bubar dari kelas masing-masing. Terlihat seorang gadis cantik yang baru keluar dari ruang kelas 12 A-IPA ditemani oleh seorang perempuan berambut pendek dengan gaya sedikit tomboy, mereka baru keluar dari ruang kelas setelah selesai piket. Ketika keluar tiba-tiba saja ada 2 orang gadis lain yang berlari menghampiri mereka sambil berteriak.

“ELEAA.. LAVI...!”

Seketika dua orang gadis yang baru keluar dari ruang kelas 12 A tersebut langsung berhenti melangkah dan melihat ke arah sumber suara itu. Ahh ternyata dua orang gadis ini bernama Elea dan Lavi. Ya, buktinyakan mereka langsung menoleh ke sumber suara begitu mendengar nama mereka dipanggil.

Gadis cantik tersebut memang akrab disapa Elea, nama lengkapnya Eleandra Evalyna Bellse. Seorang gadis cantik menawan dari keluarga Bellse. Keanggunan, keramahtamahan, dan sifat elegan yang ia miliki membuat Elea menjadi primadona, baik itu di sekolah maupun di daerah tempat ia tinggal saat ini. Tidak sedikit pula lelaki yang sudah Elea tolak, sebab ia masih sangat ingin mencapai mimpinya demi masa depan yang lebih baik.

Sedangkan teman Elea yang berambut pendek bergaya agak tomboy itu, namanya adalah Lavina Jedzler, dan dipanggil Lavi. Ia memang seorang gadis tomboy dengan gaya songong, namun kecantikan yang ia miliki tetap terdapat auranya tersendiri. Walaupun ia sering dipanggil gadis berandalan, tapi memang ia sangat berbakat dalam hal-hal seperti itu. Dan dua orang gadis yang memanggil Elea dan Lavi adalah sahabat mereka.

Yang pertama merupakan putri tunggal keluarga Balance, Geya (Jeya). Keluarga Balance terkenal dengan kehidupan mewahnya dan sikap elegan anggota keluarga yang sudah seperti keluarga kerajaan saja. Namun, meski hidup seperti anggota bangsawan sifat yang dimiliki Geya memang sedikit lebay, dan sangat girly. Memiliki nama lengkap Geya Balance Ruizz, ia merupakan penerus tunggal dari keluarga Balance. Walaupun ia seorang perempuan namun Geya akan tetap mewarisi semua saham dan kekayaan yang dimiliki oleh keluarganya.

Selain Geya ada 1 orang lagi yang memanggil Elea dan Lavi, orang yang kedua ini adalah Kakak sepupu dari Elea atau anak dari pamannya Elea. Karena ayah kakak sepupunya itu merupakan kakak dari Ayah Elea tentu saja marga yang mereka miliki sama, yaitu Bellse. Evellie Bellse namanya, dipanggil Eve (Ivi), dia memiliki warna kulit putih dan sifat yang dingin. Selain itu, ia juga merupakan anak motor yang sangat pintar bermain senjata. Hobinya kelayapan di malam hari dan bermain tembak-tembakan bersama berandalan pinggir jalan. Karena dia berasal dari keluarga kaya dan memiliki wajah yang tak kalah rupawan dengan adik sepupunya (Elea) ia dijuluki sebagai berandalan elite dan queen racing number one.

Elea, Eve, Lavi, dan Geya adalah empat bersahabat yang tidak bisa dipisahkan. Apapun konfliknya mereka akan tetap bersama sedari mereka remaja hingga sekarang. Seiring berjalannya waktu mereka tentu saja akan bertambah dewasa, hingga kini mereka telah berada di bangku SMA, kelas 12 lagi. Mereka tentu saja sudah memikirkan tentang masa depan impian mereka, walaupun kelulusan mereka masih 1 tahun lagi.

Hari ini mereka pulang sekolah bersama, dalam perjalanan pulang sudah tentu ada sedikit gibahan, cerita, serta canda tawa yang menghiasi sepanjang perjalanan mereka menuju rumah. Seperti halnya Lavi yang penasaran akan hal seperti apa yang sebenarnya diimpikan oleh Elea, sebab dari empat sahabat ini hanya Elea yang belum pernah menceritakan tentang mimpi yang selama ini ia damba-dambakan. Alhasil, Lavi bertanya pada Elea sebab ia perlu obat ampuh untuk rasa penasarannya itu.

“Lea, kamu kok gak pernah cerita masalah mimpi-mimpi kamu. Masa iya sih kamu gak punya mimpi buat dicapai, anak ambis kek kamu itu gak mungkin gak ada sweet dream-nya.” ucap Lavi nyerocos membuat Elea hanya bisa mengangguk mengiyakan cerocosan Lavi tersebut.

“Ishh, Elea jadinya gimana?”

“Gimana apanya sih Lav?” tanya Elea yang sedang ngebug.

“Itu, impian masa depan kamu itu apa?” tanya Lavi memperjelas.

“Ohh, my sweet dreams.. Aku mau apa yaaa? Gak tau, aku juga bingung makanya gak pernah cerita” jawab Elea jelas.

“Ohh, jadi....?”

“Kamu gak mau lanjut kuliah apa?” Geya menyela pembicaraan dan menghentikan suara Lavi yang baru saja ingin bertanya lagi.

“Kuliah,, hmm... Mau sih, tapi tergantung keadaan” Elea menjawab dengan wajah bingung akan pilihannya ke depan nanti.

“Kalau gitu....”

“Tergantung apanya? Kamu kan harus lanjut kuliah dan jadi cewe berpendidikan seperti potensi kamu sekarang” untuk yang kedua kalinya Geya menghentikan pergerakan mulut Lavi lagi.

“Yaa kan kalau perusahaan orang tua ku berjalan dengan baik, aku bisa lanjut kuliah dengan tenang. Tapi kalau ada masalah yang sangat mengganggu maka harus aku selesaikan.” Elea memperjelas alasannya.

“Emm...”

“STOP!!, Geya aku juga mau bertanya sama Elea. Kamu sudah membuatku berhenti bicara dua kali, kasih aku kesempatan ngomong dong.” Lavi menekan nada bicaranya akibat kesal.

“Ewhh, sorry sayangku. Silahkan bicaralah Nona Lavina Jedzler calon Nyonya Mark Shyev” Geya mengejek Lavi dengan nama “Mark Shyev” (TTM dari Lavi), membuat Lavi bertambah kesal.

“Gak perlu bawa-bawa nama MARK di sini. Belum tentu juga aku bakal bertahan sama dia, apalagi masa SMA kita masih setahun belum lagi kuliah” kesal Lavi.

“Sttt... Sudahlah jangan debat di sini.” Ucap Elea menyela “Jadi, kamu tadi mau nanya apa Lav?” tanya Elea pada Lavi mengalihkan topik pembicaraan.

“Jadi mimpimu cuma itu doang, masa iya se-gak spesial itu sih El?” tanya Lavi.

“Humph...” Elea menghembuskan nafasnya kasar. “Aku juga bingung, tapi oklah, jadi impian terbesar aku itu... emm, apa ya yang bagus?”

“Yee, mana kita tau. Kan mimpi itu, mimpi lho. Diceritain aja gak pernah, gimana kita mau tau coba? Yakan Lav, Gey” ucap Eve dengan nada ngejek.

“hm..” sahut Elea julid sambil memutar bola matanya malas. “Yaudah, mimpi ku itu menjadi istri mafia kaya raya. Tua muda, jelek tampan bukan masalah.. Yang penting kantong tebal, sama bisa jaga aku. Sudah itu aja” jawab Elea sedikit kesal.

“Haaa, HAHAHAHA” mereka kaget lalu tertawa mendengar jawaban ngelantur Elea.

“Elea kalau ngomong emang suka ngelantur ya Eve? ” ejek Lavi sambil tertawa.

Chapter 2 - Lelaki tampan

Mereka bertiga tidak bisa berhenti tertawa karena apa yang Elea katakan. Jalanan yang agak sepi membuat mereka tidak takut untuk mengeluarkan suara karena tidak banyak yang akan mendengar tawa dan candaan mereka. Setelah beberapa saat mereka masih tertawa namun tidak sebrutal saat baru mendengar lanturannya Elea. Tak berapa lama setelah pembahasan mereka jalanan yang awalnya agak sepi kini berubah, hingga menarik perhatian mereka berempat. Sebab beberapa mobil mewah dan mahal berwarna hitam baru saja melintas menghiasi jalan raya dekat sekolah mereka itu.

Totalnya ada sekitar 10-12 mobil yang melintas dengan kaca tertutup rapat. Hanya ada satu mobil yang berada di tengah-tengah melintas dengan kaca mobil terbuka lebar. Di dalam mobil tersebut terpampang seorang lelaki tampan yang menarik perhatian pejalan kaki di sekitarnya, tak terkecuali Elea, Eve, Lavi & Geya.

Saat melintasi jalan tersebut, pria itu menoleh tanpa sengaja dan melihat Elea serta yang lainnya. Ia awalnya menatap heran dengan wajah datar pada empat orang bersahabat ini, namun setelah Elea melemparkan senyuman manis yang dapat meluluhkan hati ribuan pria bahkan wanita membuat lelaki itu membalas senyuman Elea walau dengan gaya angkuh khas lelaki dingin.

Dengan kecepatan mobil yang dinaiki oleh lelaki tersebut, iapun berlalu dari tatapan para gadis-gadis dari SMA Nenggala ini. Setelah mobil-mobil itu berlalu dan jauh dari mereka membuat mereka melanjutkan pembahasan sambil kembali berjalan menuju rumah masing-masing. Tetapi topik pembicaraannya mereka ganti, dari yang semula membahas kelanjutan hidup mereka setelah lulus SMA kini menjadi pembahasan tentang lelaki tampan yang baru saja melintas di hadapan mereka.

“Kalau di bilang tampan sih emang tampan, tapi senyumannya sangat angkuh” kata Eve membuka topik pembahasan.

“Eve, denger ya model senyuman itu tidak penting mungkin dia seperti itu karena belum mengenal kita. Apa lagi tadi Geya kan saltingnya gak nanggung-nanggung karna jantungnya dah mau copot” Lavi melawan argumen Eve dengan nada julid, karena tidak terima lelaki tampan itu dikatai angkuh.

“Emm, sungguh sangat tidak baik untuk jantung” Geya masih saja salah tingkah dengan ketampanan lelaki tersebut.

“El, menurutmu lelaki tadi bagaimana? Udah bisa masuk list belum?” tanya Lavi mengejek Elea yang sudah terbiasa menolak lelaki tampan karena sangat fokus dengan ambisinya.

“Bisa sih... tapi kamu kan tau Lav, harapan tanpa kepastian itu menyakitkaaaaannnn bangettt.. Jadi, lebih baik gak usah masuk list typical ku” jawab Elea sambil menaik turunkan alisnya, membalas ejekan Lavi.

Perkataan Elea berhasil memberikan skak pada ejekan Lavi, membuat Lavi kesal padahal ia sendiri yang memancing Elea. Sementara Geya dan Eve hanya bisa tersenyum menahan tawa mereka ketika melihat Lavi yang sudah berada di ujung tanduk kekalahannya.

“Iya deh terserah kamu, aku selalu kalah adu argumen kalau sama Nona Eleandra Evalyna Bellse” Lavi pasrah karena sedari tadi dia sudah dibuat begitu kesal dan malah mendapatkan kode mat dari Elea.

“3 – 0 (tiga, kosong)... Yeayy, aku menang lagi melawan Nona Lavina, Hahaha” Elea bersorak atas kemenangannya yang diakhiri dengan tawa. Mendengar apa yang Elea ucapkan membuat Eve dan Geya juga ikut tertawa lepas.

“Yaaa, tertawa aja terus. Lanjutkan tawa kalian, aku mau pulang” ucap Lavi kesal sambil mempercepat jalannya meninggalkan 3 orang sahabatnya.

“Yahh, dia marah guys” ejek Geya.

“Kejar-kejar, jangan sampai dia ngadu” sempat-sempatnya Elea mengejek Lavi lagi.

“Ehh iya, bisa habis kita kalau dia ngadu” timpal Eve sambil tertawa.

Merekapun berlari mengejar Lavi, meskipun Lavi masih agak kesal dengan 3 sahabatnya namun mereka tetap melanjutkan perjalanan pulang bersama.

Di sisi lain, lelaki tampan ini bernama Nicholas Christly Chullen. Lelaki tampan yang memiliki panggilan Nicholas ini sedang berada di mobil dalam perjalan menuju kantor cabangnya yang akan beralih fungsi menjadi kantor utama. Karena ia akan segera memindahkan usahanya ke Indonesia dari Switzerland. Kantornya hanya berjarak sekitar 10 kilometer dari SMA Nenggala, tak terasa ia sudah sampai di perusahaanya tersebut.

Saat Nick turun dari mobil ada seseorang yang memanggil namanya. “Nick...!” sapa seorang lelaki bernama Arkha. Arkha adalah teman sekaligus tangan kanan Nicholas, ia sangat setia dengan Nicholas dan tidak pernah berkhianat. Nick adalah panggilan akrab dari Nicholas, setelah mendengar Arkha memanggil namanya lelaki tampan ini langsung berjabat tangan dengan Arkha menggunakan gaya khas mereka berdua.

Selesai berjabat tangan mereka berdua berjalan berdampingan menuju kantor milik Nick. Nicholas yang dikenal memiliki sikap dingin, berjalan di lorong kantor di hadapan karyawan dengan wajah datar dinginnya, begitupun dengan Arkha. Mereka berdua memiliki wajah dingin khas masing-masing, meskipun begitu ketika dua tubuh kekar ini berjalan melewati para karyawan mereka tetap berhasil mencuri pandang dan meluluhkan hati kaum hawa yang hadir di kantor ini. Nick dan Arkha berjalan menuju ruang kerja pribadi milik Nick.

Saat tiba di ruang kerja pribadi milik Nick, kedua lelaki tampan ini langsung duduk berhadapan di meja kerja milik Nick, sudah seminggu mereka berdua tidak bertemu karena disibukkan dengan pemindahan kekuasaan dari perusahaan milik Nick. Arkha yang sangat setia dengan tuan serta sahabatnya ini rela membuang banyak waktu demi membantu Nick, mereka berdua selalu bersama sejak masih remaja.

Nasib hidup mereka yang buruk mempertemukan dan menyatukan mereka dalam ikatan persahabatan, membuat mereka bagaikan saudara kandung karena mereka berdua sudah tidak memiliki keluarga lagi. Mereka hidup sebatang kara, namun untungnya mereka masih memiliki satu sama lain, membuat mereka memiliki alasan untuk tetap hidup dan bertahan bersama.

“Kejadian di masa lampau itu terus-menerus menghantuiku. Terkadang aku masih tidak bisa tidur karena mengingatnya” ucap Arkha yang tiba-tiba mengingat masa lalunya.

“Kejadian itu memang telah berlalu namun rasa sakitnya masih ada. Tunggulah waktu yang tepat maka kita akan membalaskan semua rasa sakit itu” Nick memberitahu Arkha yang sedang sedih, ia membangkitkan kembali semangat Arkha untuk tetap hidup.

Arkha menghela nafasnya kasar mendengar perkataan Nick. “Oh iya, kamu meminta kami mengurus perpindahan perusahaan ke negara ini dengan alasan apa?” tanya Arkha yang belum mengetahui alasan Nick untuk pindah ke negara asal mereka.

“Aku mendapat kabar tentang Efely, menurut informasi itu ia sudah kembali ke Indonesia setelah beberapa tahun tinggal di negara lain” jawab Nick jujur.

“Baguslah, mungkin kau bisa mengobati rasa rindu mu pada perempuan itu. Aku sungguh iri padamu” timpal Arkha. “Em, aku harus pergi sekarang, ada beberapa pekerjaan penting terkait pemindahan perusahaan ini. Kita akan bertemu saat makan malam nanti di sebuah cafe tepi pantai, akan ku kirim alamatnya nanti” ucap Arkha mengingatkan.

“Hm, baiklah” jawab Nick singkat.

Chapter 3 - Merindukan Efely

Sekarang Nick sedang sendiri di ruang kerjanya, ia sedang melamun memikirkan tentang Efely, seorang perempuan yang merupakan teman lamanya. Nick sudah sangat lama terpisah darinya, ditambah lagi dengan keadaan keluarganya saat itu yang membuat Nick harus lost contact dengan Efely.

“Dimana kau Fely?” batin Nick terus bertanya tentang keberadaan temannya itu, karena ia sudah sangat merindukan Efely.

“Sepertinya aku melupakan sesuatu. Para gadis tadi... mm, kenapa senyuman salah seorang gadis itu sangat mirip dengan Fely?” batin Nick kembali bertanya-tanya saat ia baru sadar dan mengingat kembali senyum manis Elea.

“Siapa gadis itu? Apa aku harus mencari tau tentangnya?” Nick terus memikirkan Elea seakan Elea merupakan kunci yang bisa mempermudah dirinya untuk bertemu dengan Efely.

Nick mengambil ponselnya yang ada di atas meja, ia menghubungi sesorang melalui ponsel tersebut.

“Halo!” sapa Delvin melalui panggilan telfon tersebut.

“Apa kau punya waktu sore ini?” Nick bertanya pada Delvin.

“Ya, aku free nanti sore. Kau ingin bertemu?”

“Iya, di cafe pinggir pantai di kota ini. Alamat lebih spesifiknya akan ku kirim nanti” sahut Nick.

“Baik” sahut Delvin langsung mematikan sambungan telfonnya.

Nick kembali duduk santai dan membayangkan wajah cantik Efely saat ia masih kecil, sebab setelah dewasa Nick dan Efely tak pernah bertemu lagi. Mungkin pernah tapi mereka tak saling kenal, karena sudah sangat lama mereka terpisah. Mereka dulu sering bermain bersama pada usia Elea sekitar tujuh tahun dan Nick sepuluh tahun.

Nick dan Efely memiliki perbedaan usia, dimana Nick berusia tiga tahun lebih tua dibandingkan Efely. Dulu mereka sangat dekat seperti kakak beradik, mereka sama-sama anak tunggal dari keluarga bergengsi dengan harta kekayaan keluarga yang tak bisa dibilang sedikit.

“Kau dulu menceritakan tentang mimpimu, memberiku semangat, terus-menerus memotivasi diriku untuk menjadi orang yang baik. Kau tak pernah mau jika aku berbuat jahat kepada siapapun, walaupun itu hanya sedikit saja kau akan langsung memarahiku, Fely. Sekarang tak ada yang seperti itu di dalam kehidupanku ini, semuanya kini terasa hampa” ucap Nick yang terus mengenang Efely.

Tak terasa kini jam meja kantor milik Nick sudah menunjukkan pukul 04.30, lelaki tampan ini langsung bergegas mengenakan jas dan memakai kacamata hitamnya, membuat sisi dingin dan arogantnya keluar.

Nick langsung saja keluar dari ruang kerja pribadinya menuju pintu utama untuk menemui Arkha dan Delvin di cafe pinggir pantai, tempat yang sudah mereka sepakati tadi. Saat melewati lorong kantor Nick kembali menjadi pusat perhatian para karyawati karena ketampanannya, namun Nick tidak peduli walau ia menjadi sorotan di kantornya tersebut.

“Berapa jauh lagi, Paman?” tanya Nick pada sang sopir.

“Hanya sekitar 5-6 kilometer lagi Tuan” jawab sopir dengan sopan.

“Em, baiklah” sahut Nick.

Beberapa menit kemudian Nick sudah bisa melihat muka cafe tersebut. Sebuah cafe bernama island dengan tampilan yang wahh. Dipenuhi dengan kerlap-kerlip lampu, ditemani alunan debur ombak dan juga hembusan angin sepoi-sepoi, di bawah kolong langit berwarna pink keunguan dan jingganya matahari yang hampir terbenam, di atas lautan nan luas tersebut. Hal indah yang membuat suasana makan di sini terasa sejuk dan damai, Nick dan yang lainnya bisa menikmati makan malam mereka dengan tenang.

“Alasan apa yang membuatmu mengajak kita bertiga untuk bertemu Nick?” tanya Arkha.

“Aku ingin membahas banyak hal penting” jawab Nick.

“Langsung saja pada intinya, tidak usah bertele-tele” ucap Delvin yang mendesak Nick.

“Ok, jadi dalam perjalananku menuju kantor tadi siang aku bertemu dengan empat orang gadis berseragam SMA. Aku yakin mereka bersekolah di sekolah berkelas dan mahal, tapi mereka pulang berjalan kaki bersama, aku rasa mereka bersekolah di SMA dekat situ kalau tidak salah namanya SMA Nenggala” Nick menceritakan kejadian tadi siang saat ia bertemu dengan Elea dan yang lainnya. “Aku tidak sengaja menatap ke arah mereka, salah seorang di antara mereka berempat melemparkan sebuah senyuman manis padaku...”

“Hmm, apa kau sedang jatuh cinta? Dan kau mengundang kami hanya untuk memberitahu perasaanmu itu?” ucap Arkha memotong perkataan Nick yang belum selesai.

“Diam!!, aku belum selesai bicara. Sekali lagi kau menulanginya, akan ku cincang mulutmu itu” ucap Nick yang geram dengan memberi sorot mata tajamnya kemudian mengancam Arkha.

“Lanjutkan..!” timpal Delvin.

“Aku merasa bahwa senyuman gadis itu mirip dengan Efely. Apa mungkin itu keluarga atau saudaranya Efely?” Nick melanjutkan ceritanya lalu memberikan pertanyaan yang terus terbayang dalam benaknya.

“Aku rasa itu tidak mungkin, masa iya hanya karena senyuman mereka sangat mirip sehingga kau berkesimpulan seperti itu” ujar Delvin membantah tidak percaya.

“Ya, bisa jadi senyuman mereka hanya mirip tanpa memiliki suatu hubungan apapun, banyak hal yang seperti itu di dunia ini.” timpal Arkha. “Jadiii..., kau jangan cepat mengambil kesimpulan” sambungnya.

“Ya kalian benar. Kalau begitu, Arkha kau lanjutkan tugasmu, dan Delvin kau bantu aku mencari tahu tentang gadis tersebut!” titah Nick yang tak bisa dibantah.

“Laksanakan!!” ucap Arkha dan Delvin serempak.

“Kau bilang ingin membahas banyak hal penting Nick, tapi ini baru satu” ujar Delvin.

“Hal yang lainnya dibahas lain kali saja, kita lanjutkan makan dulu” kata Nick.

Delvin dan Arkha hanya menggangguk patuh pada perkataan Nick tersebut, kemudian mereka melanjutkan makan malamnya.

“Oh iya, ada tugas untuk malam ini. Vin, apa kau mau bergabung?” Arkha memberitahu dan mengajak Delvin.

“Siapa? Dan apa?” tanya Delvin singkat.

“Hanya penyelundupan obat-obat terlarang skala kecil, milik Edward” jawab Arkha.

“Tidak, terdengar tak begitu menarik di telingaku lebih baik aku akan menyelesaikan titah Nick saja” Delvin menolak ajakan Arkha. "Daripada aku harus mati" bisik Delvin pada Arkha, membuat mereka harus tersenyum demi menahan tawa.

"Apa yang kalian bicarakan?" tanya Nick dengan sorot mata tajamnya, Arkha dan Delvin hanya menggelengkan kepala mereka serempak.

"Jika berani macam-macam akan ku pastikan kalian tersiksa seumur hidup" ancam Nick dengan tegas dan tatapan yang setajam silet, membuat Arkha dan Delvin menelan ludah mereka kasar.

“Em, aku juga tidak akan turun, menurutku kau sendiri saja bisa mengatasinya. Aku punya urusan penting lainnya, tidak masalahkan?” Nick memberitahu bahwa dirinya tidak bisa bergabung karena memiliki tugas penting yang lebih mendesak.

“Baiklah. Lagi pula dengan jumlah segitu Edward sendiri tidak akan turun juga” jawab Arkha. Nick mengangguk dan kemudian mereka melanjutkan makan malam dengan tenang.

Selesai sudah mereka bertiga makan malam, setelah Nick membayar bon tagihannya tiba-tiba saja, Dooorr... bunyi tembakan terdengar jelas di telinga mereka, hal itu membuat para pengunjung cafe tersebut berteriak dan berlarian demi menyelamatkan diri masing-masing, untungnya tidak ada yang terkena tembakan tersebut.

Sementara itu Nick, Arkha, dan Delvin langsung mengeluarkan senjata mereka dan mengarahkannya sembarang, bersiap siaga untuk melawan musuh. Dooorr... Nick melepaskan pelurunya dan tertuju pada salah satu anak buah musuhnya yang tadi menembak. Peluru tersebut menembus kulitnya di bagian dada kanan atas dan bersarang di sana, rasa panas dari peluru itu bisa dirasakan oleh penembak tersebut. Kini ia hanya bisa pasrah tanpa membantah.

Anak buah musuh yang terkena lesatan peluru dari senjata milik Nick kini jatuh tersungkur ke tanah, anak buah Nick yang melihatnya langsung bergegas mengambil tubuh yang sudah tak berdaya itu.

“Kalian berdua pergilah, dan tuntaskan urusan kalian biar aku yang mengatasi tikus kecil ini” perintah Nick pada Arkha dan Delvin.

“Ya, berhati-hati lah Nick” ucap Arkha.

Kemudian mereka semua pergi meninggalkan lokasi tersebut dan melanjutkan tugas mereka masing-masing.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!