Hai wakk..
Sebelum masuk ke cerita, sensi ingatkan sekali lagi. Bahwa karya ini merupakan sequel dari Death Devil Love Story. Jadi, bagi yang belum sempat membacanya, sialahkan di baca dulu supaya mengerti alur ceritanya..
Di cerita kali ini, sensi bakalan coba buat munculin beberapa konflik yang sedikit rumit, juga bakalan munculin beberapa tokoh yang engga terlalu menonjol di karya yang sebelumnya..
By the way, berdoa aja semoga ceritanya ga absurd ya wakk..
So.. Tanpa banyak bachot lagi..
Let's kuy.. Kita masuk ke cerita..
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...Happy reading 💕...
...Hope you enjoyed.....
...----------------...
Terlihat seorang pria sedang berdiri di depan cermin dengan mengenakan kemeja yang belum terkancing sempurna, juga dengan seuntai dasi yang menggantung di lehernya.
Pict by : Michele Morrone
Saat pria itu sedang mengancingkan kemejanya, terdengar suara seorang wanita yang memanggilnya.
"Javer.." ucap Wanita itu..
Pria itu pun lantas menoleh ke arah asal suara.
"Yes mom?"
Pict by : Michele Morrone
Yap, pria itu adalah Javer Vencentio Griffiths, anak tunggal Athena dan Yama. Dan sudah pastinya, wanita yang Javer panggil dengan sebutan Mommy itu adalah Athena.
Athena sejenak menatap Javer yang sedang berdiri di depannya itu dengan teliti, dia menelisik Javer dari ujung kepala hingga ujung kaki, lalu kembali lagi dari ujung kaki hingga ujung kepala.
Athena masih saja tidak menyangka, jika pria yang memiliki sifat sebelas dua belas dengan Yama itu adalah anaknya. Anak yang dulunya dia timang dan dia susui itu kini sudah tumbuh menjadi pria dewasa. Tumbuh menjadi pria yang memiliki wajah tampan yang sedikit garang, memiliki tubuh tinggi 185cm dengan otot sempurna, memiliki keahlian bela diri yang sangat mumpuni. Juga mampu membangun perusahaan yang sukses bergerak di bidang fashion tanpa meminta bantuan Athena atau pun Yama, bahkan saat ini perusahaannya merupakan tonggak fashion di seluruh daratan Eropa.
Tidak hanya itu saja, Javer bahkan tumbuh menjadi pria dengan sejuta karisma yang tidak bisa di tolak oleh gadis mana pun. Bahkan Athena yakin, jika setiap gadis itu rela merangkak naik ke atas ranjang Javer secara cuma-cuma, hanya untuk menghabiskan satu malam panas dengan Javer.
Namun sayangnya, dari sekian banyak gadis yang mengelilinginya, belum ada satu gadis pun yang Javer bawa untuk di kenalkan kepada Athena. Hingga membuat Athena sedikit kelimpungan, karena anaknya yang sudah memasuki kepala 3 itu belum saja mendapatkan pasangan.
Tidak tahu kah Javer jika Athena ingin segera menimang cucu. Sungguh, jika saja Athena tega, Athena akan membayar seorang gadis agar mau mengandung benih anaknya itu.
"Mom.." ucap Javer sekali lagi dengan alis yang sedikit menukik.
Mendengar Javer yang kembali bersuara, Athena pun segera menghilangkan pemikiran konyolnya.
"Ada yang ingin mommy tanyakan padamu" ucap Athena seraya mendekati Javer.
Javer seketika menaikkan sebelah alisnya seraya menatap Athena yang sedang memasangkan dasinya. Javer sungguh mengagumi Athena, meskipun mommy nya kini sudah memasuki usia kepala 5, tubuhnya tetap saja segar seperti seorang gadis. Hanya saja, kini wajahnya sudah memiliki beberapa kerutan. Tapi kerutan itu tidak mengurangi kecantikannya, justru di usianya yang sekarang, mommy nya terlihat begitu menawan.
"Ayolah mom.. Sudah cukup mommy membuat kencan buta untukku.. Aku sungguh tidak berminat" ucap Javer ketika menyadari tatapan Athena yang akan berbicara ke arah mana.
"Aku belum bertanya apapun padamu, tapi kau sudah lebih dulu mengakuinya. Taukah kau, semalam anak teman mommy menunggumu hingga restorannya tutup" ucap Athena lalu mengencangkan dasi Javer hingga membuat pria itu sedikit terbatuk.
"Uh mom, apa kau sungguh ingin membunuhku?" tanya Javer setelah menghindar dari Athena.
Athena berkacak pinggang seraya menatap Javer yang sedang mengenakan jas nya, lalu berkata "Ya, aku akan membunuhmu.. Ini sudah ke 14 kalinya kau tidak datang pada kencan buta yang mommy buat"
Athena menghembuskan nafasnya sejenak lalu kembali berkata "Apakah kau tidak tau, mommy sungguh ingin memiliki cucu. Mommy iri pada teman-teman mommy yang selalu saja memamerkan cucu mereka ketika kita berkumpul."
"Jika mommy sungguh menginginkan bayi, kenapa tidak mommy dan daddy saja yang membuatnya" sahut Javer cepat dengan acuh tak acuh.
"Oh god.. Entah kutukan apa yang kau berikan padaku hingga aku memiliki anak seperti ini" Athena berkata seraya memijat pangkal hidungnya yang terasa sedikit kaku.
"Mom.. Seharusnya kau bersyukur memiliki aku, tidakkah mommy lihat, aku sungguh di penuhi dengan sejuta kharisma" Javer berkata seraya menengokkan wajahnya ke kanan dan kiri di depan cermin.
Kini Athena beralih memijat pelipisnya karena kepalanya tiba-tiba saja berdenyut.
"Mommy tidak mau tau, bawa seorang gadis yang berstatus sebagai kekasihmu ke hadapan mommy secepatnya. Dan jangan berbicara pada mommy sebelum kau berhasil memiliki kekasih" Athena berkata dengan lirih seraya berlalu pergi.
Javer seketika mengusap tengkuknya seraya menatap punggung Athena yang berlalu pergi. Kalau sudah seperti ini, Javer merasa sedikit ngeri, dia tidak ingin jika Athena benar-benar marah kepadanya. Ketahuilah, satu-satunya hal yang Javer takuti di dunia ini adalah kemarahan Athena. Sungguh, membayangkannya saja membuat bulu kuduk Javer berdiri.
Javer segera mengalihkan perhatiannya dari pintu kamarnya yang sudah tertutup, dia melirik ke arah jam yang ada di pergelangan tangannya.
Melihat jam yang kini sudah menunjukkan pukul 08.00, Javer meraih kunci mobil yang tergeletak di atas nakas, lalu segera turun ke bawah. Javer kemudian bergabung dengan kedua orang tuanya yang sedang sarapan.
Namun, Athena berlalu pergi saat Javer sudah duduk di kursi.
"Hey son.. Apa yang membuat mommy mu marah?" Yama bertanya dengan kening yang sedikit mengkerut.
"Daddy sudah mengetahui jawabannya" ucap Javer lalu mulai menyantap sarapannya.
"Ini kencan buta ke berapa yang tidak kau datangi?"
Javer sekilas melirik Yama yang sedang menyesap kopinya.
"Menurut hitungan mommy, semalam yang ke 14 kali" ucap Javer lalu kembali melanjutkan sarapannya.
Yama seketika terkekeh geli, dia beranjak dari duduknya lalu menghampiri Javer.
Yama berkata seraya menepuk-nepuk bahu Javer "turuti saja kemauannya, atau Dewi Kematian akan kembali bangkit dari tidur panjangnya" dan berlalu pergi untuk menyusul Athena.
Javer seketika meletakkan alat makannya lalu menghela nafas panjang. Dia tidak tahu, kenapa mommy nya begitu terobsesi dengan bayi. Bukankah memiliki bayi itu sungguh merepotkan? Lagi pula, bagaimana dia akan memiliki bayi, jika gadis yang sedang di incarnya saja kini masih enggan meliriknya.
Ya, tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya, diam-diam Javer sedang mengincar seorang gadis. Namun sayangnya, gadis itu begitu sulit untuk di taklukan. Berbagai cara sudah Javer lakukan agar gadis itu melirik ke arahnya, namun sayang, usahanya tetap saja selalu berakhir dengan kesia-siaan.
Hah.. Memikirkannya tiba-tiba membuat kepala Javer terasa berdenyut. Javer pun akhirnya menyudahi sarapannya, dia beranjak dari duduknya dan segera berlalu pergi menuju perusahaan.
...-TBC-...
Thanks for reading..
Jangan lupa kritik dan saran..
Salam sayang dari sensi 💕
Bye bye..
...Happy reading 💕...
...Hope you enjoyed.....
...----------------...
"Selamat pagi tuan" ucap beberapa karyawan ketika melihat kedatangan Javer.
Seperti wataknya yang sudah kita ketahui, Javer hanya berlalu tanpa berniat membalas sapaan mereka. Tapi ketahuilah, justru itu yang menjadi pesona tersendiri untuk para gadis yang bekerja di sana. Tidak sedikit dari mereka yang memekik histeris karena melihat kedatangan Javer.
"Ya ampun, ya ampun, ya ampun.. Aku bisa mati muda jika harus melihat pemandangan seperti ini setiap hari" ucap salah satu karyawan perempuan berambut hitam yang ada di sana seraya menatap punggung Javer yang perlahan mulai menjauh.
Perempuan berambut pirang menggeserkan kursinya untuk mendekati perempuan berambut hitam "hey.. Tidak kah kau tau? kabarnya, tuan Javer sedang mengincar seorang gadis yang sedang berkuliah di universitas milik keluarga Griffiths"
"Benarkah?? Aku jadi ingin tau, gadis seperti apa yang mampu memikat hati Tuan dingin kita" ucap wanita berambut hitam.
"Ekhem.." suara seorang pria.
Dua karyawan wanita yang sedang bergosip itu menoleh ke asal suara, mereka seketika menampilkan senyum lebar saat tau siapa pria yang berdehem itu.
"Tuan, sejak kapan anda berada di situ?" tanya si wanita berambut seraya mengusap tengkuknya canggung.
"Kalian bekerja menggunakan otak dan tangan, bukan menggunakan mulut" ucap si pria.
"Maafkan kami tuan" ucap si wanita berambut pirang lalu kembali bergeser ke tempat duduknya.
Setelahnya, si pria itu pun berlalu pergi menyusul Javer.
Pria itu adalah Marco Marcellino, tangan kanan sekaligus asisten pribadi Javer.
Pict by : Marco Marcellino
Pria itu adalah anak kedua dari Mac. Pria tampan berusia 28 tahun itu memiliki tubuh gagah dengan tinggi 183cm. Pria itu juga memiliki sifat yang tidak jauh berbeda dengan Javer. Tapi setidaknya, Marco lebih mudah untuk di ajak berbicara. Hanya saja, mulutnya sama tajamnya dengan Javer jika sedang berbicara dengan lawan bicaranya.
Berbeda dari sang kakak yang membangun perusahaannya sendiri, pria lajang itu lebih memilih mengikuti jejak Mac yang mengabdi pada keluarga Griffiths. Karena memang sedari kecil, cita-citanya adalah untuk mengikuti jejak sang Ayah. Dan beruntungnya, sang Ayah pun mengijinkannya.
Tapi, pada awalnya Yama menentang keras keinginan Marco untuk mengabdi pada Javer. Sebab, Yama tidak ingin anak sahabatnya itu di kelilingi oleh bahaya yang siap menghampirinya secara tiba-tiba.
Begitu pula dengan Javer, awalnya pria itu juga menolak menjadikan Marco sebagai tangan kanannya. Karena dia pikir, bagaimana mungkin pria yang usianya 2 tahun di bawahnya itu mampu dia andalkan. Akuilah, Javer sedikit meremehkan kemampuan Marco.
Namun, setelah perdebatan yang cukup alot, juga dengan Marco yang memberikan pembuktian jika dia bisa di andalkan, Yama dan Javer pun menyetujui keinginan Marco.
Dan ya, berakhirlah dengan Marco yang sekarang menjadi tangan kanan sekaligus asisten pribadi Javer. Bahkan Javer sudah menganggap Marco sebagai sahabatnya. Namun begitulah Marco, meskipun Javer sudah meminta Marco untuk tidak memanggilnya dengan embel-embel Tuan, Marco tetap saja tidak mau memanggil Javer hanya dengan sebutan nama.
Seperti sekarang ini..
"Tuan, 10 menit lagi rapat akan segera di mulai" ucap Marco.
"Tidak bisa kah kau memanggilku hanya dengan nama? Lihatlah.. Tidak ada orang di sini selain kita berdua" ucap Javer dengan nada datarnya.
"Maafkan saya Tuan" sahut Marco.
"Hmm.. Lalu, bagaimana tentang gadisku hari ini?"
"Saat ini Nona sedang ada kelas Tuan"
"Jam berapa kelasnya akan berakhir?"
"Sekitar jam 11 siang Tuan"
Javer melirik jam yang ada di pergelangan tangannya.
"Apa mereka sudah berkumpul?" tanya Javer.
"Sudah Tuan"
"Baiklah" ucap Javer seraya beranjak dari kursinya.
Mereka pun segera menuju ruang rapat.
Skip..
Saat rapat selesai.. Alih-alih kembali ke ruangannya, Javer justru berjalan menuju tempat parkir. Tapi, sebelum dia kembali melangkah, dia berhenti lalu sekilas melirik Marco yang mengikutinya.
"Apa jadwal gadisku tepat?" tanya Javer.
"Seharusnya tepat Tuan" jawab Marco.
Javer sekilas melirik jam yang ada di pergelangan tangannya.
"Kembalilah, aku akan mengemudi sendiri" Javer memberi perintah.
"Baik Tuan" ucap Marco lalu kembali ke ruangannya.
Javer pun kembali melanjutkan langkahnya menuju tempat parkir. Dia mengeluarkan kunci dari dalam saku jasnya lalu masuk ke dalam mobil, Javer pun segera mengendarai mobilnya dengan kecepatan yang lumayan tinggi ke tempat yang akan dia tuju.
.....
Di sisi lain..
"Kauuuu.. Kau benar-benar membuatku malu" ucap seorang gadis yang sedang berkacak pinggang seraya menatap seorang gadis lain dengan sangat tajam.
Gadis yang di maksud itu seketika tersenyum dengan sangat lebar.
Pict by : Anna Maria Sieklucka
"Oh Hana.. Maafkan aku, aku sepertinya terburu-buru" ucap gadis yang tersenyum itu seraya beranjak dari duduknya, lalu segera menghindari gadis yang sedang berkacak pinggang.
"Yak yak yak.. Kau..." teriak gadis bernama Hana yang sedang berkacak pinggang itu seraya menunjuk-nunjuk si gadis yang berlalu pergi.
Gadis yang di tunjuk itu sedikit menolehkan kepalanya, lalu kembali tersenyum lebar kepada Hana yang terlihat kesal.
Pict by : Anna Maria Sieklucka
"Teyaaa.. Tunggu pembalasanku!!" Hana kembali berteriak pada Teya yang terlihat mengejeknya.
Yap.. Gadis yang berlalu pergi itu kerap di sapa Teya.. Gadis yang memiliki nama lengkap Mateya Bifatigirni itu adalah anak ke dua dari pasangan Roma Del Bifatigirni dan Amaya Gabriela. Yang mana, keluarga Bifatigirni terkenal sebagai pengusaha otomotif terbesar no.1 di seluruh daratan Eropa.
Teya merupakan gadis cantik bertubuh mungil yang usianya sekarang sudah menginjak 23 tahun, saking mungilnya, tubuhnya hanya memiliki tinggi yang tidak lebih dari 165cm. Teya tumbuh menjadi gadis yang memiliki kepribadian ceria, jahil, dan sedikit bar-bar. Gadis mungil itu merupakan seorang mahasiswi jurusan fashion design, dan sebentar lagi akan memasuki waktu magangnya.
Berbeda dengan sang kakak yang di wajibkan untuk menjadi seorang perwaris, Teya di bebaskan untuk menggeluti bidang yang di minatinya. Dan seperti yang kalian ketahui, Teya memutuskan untuk menggeluti dunia Fashion.
Mengingat sifatnya yang jahil, dia sering kali mengerjai teman-temannya. Salah satu contoh korban kejahilannya adalah Hana, gadis yang tadi sempat meneriaki Teya. Teya mencoreti wajah Hana menggunakan lipstick sehingga membuat Hana di tertawakan oleh setiap orang yang di temuinya.
Teya kembali terkekeh geli saat terbayang wajah Hana yang penuh dengan coretan. Oh ayolah, jangan salahkan kejahilannya. Salahkan saja Hana yang tertidur saat kelas sedang berlangsung.
Saat Teya sudah mendekati gerbang kampus, dia seketika mengerutkan keningnya saat melihat para gadis yang sedang berkerumun. Samar-samar Teya juga mendengar para gadis yang sedang memekik tertahan.
Teya yang merasa penasaran segera mendekati kerumunan itu, lalu menyenggol temannya yang terlihat sedang mengamati kerumunan itu dengan bersedekap dada.
"Hey Ge, apa yang terjadi?" tanya Teya.
"Kau harus melihatnya sendiri, ini ada hubungannya denganmu" ucap Geralda.
Teya pun segera menembus kerumunan itu. Namun, tubuh Teya seketika menegang saat melihat apa yang menjadi pusat perhatian para gadis.
"Oh God.. Apa yang di lakukan pria itu di sini??"
...-TBC-...
Oh ya, kalo ada yang punya saran buat Visual Teya, bisa komen ya. Tapi harus perempuan Eropa yak.. Kalo misal cocok sama karakternya Teya, nanti bisa sensi pertimbangkan untuk mengganti visualnya.
Thanks for reading lah pokoknya..
Jangan lupa kritik dan saran..
Salam sayang dari sensi 💕
Bye bye...
...Happy reading 💕...
...Hope you enjoyed.....
...----------------...
Sebelumnya..
Teya pun segera menembus kerumunan itu. Namun, tubuh Teya seketika menegang saat melihat apa yang menjadi pusat perhatian para gadis.
"Oh God.. Apa yang di lakukan pria itu di sini??"
.....
Di sana, dia melihat seorang pria yang tengah duduk di dalam mobil dengan atap yang terbuka.
Pict by : Michele Morrone
Yup.. Siapa lagi jika bukan Javer.. Pria yang beberapa bulan terakhir ini begitu gencar mendekati Vanya.
Kini tubuh Teya kian menegang saat Javer turun dari mobil lalu melangkah ke arahnya.
"Oh, Shi...t" Teya mengumpat seraya membalikan tubuhnya, lalu mulai berjalan perlahan untuk menghindari Javer.
Teya tidak lah munafik, dia mengakui jika pria seperti Javer adalah urutan teratas yang masuk ke dalam kategori pasangan impiannya. Teya juga mengakui jika dia juga sedikit tertarik kepada Javer.
Tapi Teya tidak benar-benar berharap jika pria itu adalah Javer, gadis itu sungguh tidak ingin hidupnya sampai di penuhi dengan makian dari para penggemar Javer. Oh ayolah.. Kalian tau sendiri kan bagaimana terkenalnya pria dengan sejuta kharisma itu..
Membayangkannya saja sudah membuat Teya merinding ngeri.
Namun, saat Teya hendak mempercepat langkahnya, tangan kecilnya sudah lebih dulu di cekal oleh Javer, hingga membuat mereka menjadi bahan bisikan semua orang yang menonton mereka.
Ah tidak, lebih tepatnya Teya yang menjadi bahan gosipan mereka.
Teya pun membalikan tubuhnya menghadap ke arah Javer.
"Lepaskan aku..." Teya bergumam seraya menatap Javer dengan sangat tajam.
Javer membalas tatapan Teya dengan tidak kalah tajamnya.
"Tidak, kau harus ikut aku"
Teya memutar bola matanya malas.
"Aku tidak mau!! Tidak bisa kah kau tidak memaksaku!!!" Teya berkata dengan gigi yang terkatup rapat karena menahan rasa kesal.
Javer menampilkan smirknya dengan sebelah alisnya yang terangkat
"Ikut aku, atau kita akan terus menjadi bahan tontonan"
Mendengar perkataan Javer, Teya seketika melihat sekeliling mereka, gadis itu pun menghela nafasnya dengan pasrah lalu menarik Javer menuju mobil pria itu.
Setelah mereka memasuki mobil, Javer segera melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
Teya kembali menghela nafasnya dengan pasrah, gadis itu bersedekap dada seraya memalingkan wajahnya ke arah kanan agar tidak melihat Javer.
"Kau akan membawaku kemana?" Teya bertanya kemudian.
Alih-alih memberikan jawaban, Javer justru memberikan pertanyaan kepada Teya.
"Apa hari ini kelasmu sudah berakhir babby?"
"Cih.. Apa pedulimu.. Dan bisakah kau menghentikan panggilan itu?? Itu terdengar sangat menggelikan di telingaku"
"Jawab saja pertanyaanku babby"
Mendengar nada suara Javer yang sangat rendah, Teya segera menolehkan kepalanya pada Javer. Sungguh, suara rendah sedikit serak milik pria itu mampu membuat bulu kuduk Teya meremang.
Teya sedikit menelan ludahnya lalu berdehem..
"Khem.. Ok ok.. Hari ini aku tidak memiliki kelas lagi.. Kau puas??" ucap Teya kemudian kembali mengalihkan tatapannya ke depan.
Puas dengan jawaban yang di berikan gadisnya, Javer seketika tersenyum simpul. Pria itu sekilas melirik Teya yang terilihat mencebikkan bibirnya, lalu kembali memfokuskan diri untuk mengemudikan mobilnya dengan senyum kecil yang terpatri di wajahnya.
Mateya Bifatigirni, nama gadis yang selalu terngiang-ngiang di kepala Javer. Teya adalah satu-satunya gadis yang mampu menyentuh hatinya yang dingin.
Memikirkan hal itu, membuat Javer teringat kembali akan pertemuan pertamanya dengan Teya.
*****
Flashback On..
Beberapa bulan yang lalu, kampusnya sedang mengadakan acara untuk menyambut mahasiswa baru, dan Javer di minta untuk menjadi pembicara di sana tentang seputar dunia fashion.
Awalnya, Javer hendak meminta Marco untuk menggantikannya. Namun, ketika mendengarkan kicauan yang di keluarkan oleh Athena, Javer pun mau tidak mau menyetujui untuk menjadi pembicara di acara itu.
Ke esokan harinya, Javer dan marko pun berangkat ke kampus. Ketika mobil yang di kendarai oleh Marco akan memasuki kampus, mereka tidak sengaja berpapasan dengan mobil lain, hingga membuat mobil mereka tidak bisa memasuki gerbang karena berhadapan dengan mobil itu.
Saat melihat seorang gadis mungil yang mengeluarkan separuh tubuhnya dari jendela mobil itu, seketika membuat perkataan yang hendak Javer lontarkan kembali dia telan.
Yang sudah kita ketahui dengan pasti, jika gadis itu adalah Teya.
"Hey.. Bisa kah kau memundurkan mobil mu terlebih dahulu?? Aku sudah melewatkan kelasku selama beberapa menit" Teya berkata dengan sedikit berteriak.
Entah kenapa, Javer sedikit tertarik kepada Teya yang saat itu berdandan begitu tomboy dengan kaca mata hitam yang bertengger di hidungnya.
Pict by : Anna Maria Sieklucka
Javer juga merasa sedikit tidak asing dengan wajah gadis itu, tapi Javer tidak ingat dimana dia pernah bertemu dengan gadis itu. Javer segera mengenyahkan pikirannya, dia pun tersenyum simpul seraya merebahkan tubuhnya ketika Marco menurunkan kaca mobilnya, dia ingin melihat tentang perdebatan seperti apa yang akan terjadi.
"Nona, seharusnya anda yang memundurkan mobil" Marco berkata seraya menatap Teya dengan tajam.
Biasanya, jika Marco mengeluarkan aura permusuhannya, lawannya akan merasa terintimidasi. Tapi tidak dengan Teya, gadis itu seakan kebal dengan tatapan tajam dari Marco.
"What!! Apa kau tidak melihat jika mobilku lebih dulu mendekati gerbang!!! Cepatlah, aku harus segera menghadiri kelas"
Kini Teya benar-benar meninggikan suaranya, gadis itu terlihat tidak mau mengalah.
Anehnya, Marco yang biasanya akan bertindak tanpa pandang bulu, kini justru menanggapi perdebatan itu.
"Apa nona pikir hanya nona saja yang terburu-buru? Saya juga sedang terburu-buru untuk menghadiri acara"
"Oh astaga ya Tuhan.. Tidak bisa kah kau lekas memundurkan mobilmu??"
"Atas dasar apa saya harus menuruti nona?? Seharusnya nona yang mengalah kepada saya karena urusan saya yang lebih penting"
Gadis itu kembali memasukkan tubuhnya ke dalam mobil. Javer pikir, gadis itu akan memundurkan mobilnya. Namun siapa sangka, gadis itu justru keluar dari dalam mobil dengan membawa sebuah gunting.
"Oh God.. Apa kau pikir kelasku tidak lebih penting!! Dan atas dasar apa aku harus mengalah padamu!! Cepatlah, kau membuang-buang waktuku!! Atau aku akan menggores mobil mahal mu ini" Teya berkata seraya menempelkan gunting itu pada mobil Javer.
Saat Marco hendak turun dari mobil, Javer sudah terlebih dulu mencegahnya.
"Mundurkan saja mobilmu, biarkan gadis itu masuk terlebih dahulu"
"Baik tuan"
Marco tidak membantah perintah tuannya, dia pun akhirnya memundurkan mobilnya.
"Kenapa kau tidak memundurkan mobilmu sedari tadi!!" teriak Teya.
"Lihat saja, aku akan memberikan protes kepada pemilik kampus ini untuk memperlebar gerbangnya. Tidak kah dia tau, gerbang ini terlalu sempit untuk berlalu lalang" Teya menggerutu seraya memasuki mobilnya.
Javer seketika terkekeh karena geruruan Teya yang masih bisa di dengar olehnya. Lagi pula, siapa yang tidak bisa mendengar gerutuan Teya jika gadis itu menggerutu dengan suara yang begitu lantang.
"Aku ingin data lengkap tentang gadis itu. Dan segera perlebar gerbangnya, gerbang itu memang terlalu sempit untuk berlalu lalang" ucap Javer ketika mobil Teya mulai melaju memasuki kampus.
Marco yang mendengar keinginan Javer seketika mengerutkan keningnya, mulutnya begitu gatal ingin bertanya. Namun, dia tidak mengutarakan pertanyaannya.
"Baik tuan" Marco berkata seraya mulai melajukan mobilnya.
"Berikan padaku nanti malam" Javer kembali memberi perintah.
"Apa kah tuan ingin memberikan gadis itu pelajaran?" pertanyaan itu pun akhirnya terucap dari mulutnya.
"Tidak, aku tertarik padanya"
Dan setelah mengetahui tentang identitas gadis itu, Javer kini tau kenapa dia merasa tidak asing dengan wajah gadis itu. Karena gadis itu adalah adik dari salah satu teman baik nya.
Flashback Off..
...-TBC-...
Thanks for reading..
Jangan lupa kritik dan saran..
Salam sayang dari sensi 💕
Bye bye..
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!