"Kinan, kamu ko ada di sini." Tutur Prasetya dengan nada kaget pada Kinanti, sekretarisnya.
Saat itu, Prasetya baru saja bangun dari tidurnya di sebuah kamar hotel.
Dan, ada Kinanti di sampingnya yang juga baru saja terbangun.
Kinanti terduduk di ranjang sambil menutupi bagian tubuhnya dengan selimut.
"Kita telah melakukan kesalahan Pak." ucap Kinanti. Sambil menundukkan kepalanya dan memegangi selimut yang saat ini ia gunakan untuk menutupi tubuhnya yang polos.
Prasetya pun kini berfikir keras.
Setelah Prasetya ingat dengan kejadian tadi malam. Prasetya langsung bangkit dari tempat tidur dan berlalu ke kamar mandi.
"Brengsek." umpat Prasetiya pada dirinya sendiri. Saat ia berdiri di depan cermin yang ada di kamar mandi.
"Bodoh kamu Pras." Ucap lagi Prasetya pada dirinya sendiri. Sambil menampar pipi nya beberapa kali. Sebagai luapan tanda kesal dengan sikap, kecerobohan dan kelakuan menjijikkan yang Ia sudah lakukan bersama Kinanti, sekretarisnya.
Setelah beberapa saat menyesali perbuatan zina yang ia lakukan bersama Kinanti. Prasetya langsung membersihkan dirinya.
Beberapa saat kemudian, Prasetya keluar dari kamar mandi dengan mengenakan handuk yang Ia lilitkan ke pinggangnya.
Kemudian Prasetya memunguti bajunya yang berserakan di lantai.
Sejenak Prasetya menoleh arah rajang. Di mana Kinanti masih berada di sana sabil menyelimuti tubuhnya dengan selimut.
Tidak bicara sepatah kata pun. Prasetya kembali masuk ke kamar mandi untuk mengenakan pakaiannya.
"Bersihkan dirimu, setelah itu kita langsung balik ke Jakarta." Ucap Prasetya pada Kinanti, setelah ia keluar dari kamar mandi dengan sudah berpakaian rapi.
Kinanti pun kemudian berinsut dari tempat tidur. Dengan masih menyelimuti tubuhnya dengan selimut. Wanita 24 tahun itu berjalan sambil membawa pakaiannya yang sudah di ambilkan oleh Prasetya.
Setelah beberapa saat kemudian, Kinanti keluar dari kamar mandi dengan sudah mengenakan pakaiannya kembali.
"Kita sarapan dulu, setelah itu kita langsung kembali ke Jakarta." Tutur Prasetya, yang kemudian ia segera bergegas menuju pintu kamar hotel dan meningalkan kamar hotel jahanam itu.
Kinanti yang hanya diam tak bicara sepatah kata pun berjalan mengekor di belakang Prasetya.
Sesampainya mereka di lounge hotel. Prasetya mengajak sang sekertaris untuk sarapan. Kinanti pun menurut.
Di sepanjang mereka bersarapan bersama. Baik Prasetya maupun Kinanti, tidak saling bicara. Mereka justru sibuk dengan pemikiran mereka masing-masing.
Setelah mereka selesai sarapan. Prasetya dan Kinanti langsung bergegas menuju mobil milik Prasetya yang terparkir di depan halaman lobby hotel.
"Kinanti, aku minta maaf untuk kejadian tadi malam. Aku tidak sengaja melakukan itu dengan mu. Aku tidak tau bagaimana ceritanya kita bisa tidur bersama. Mungkin itu akibat pengaruh minuman keras yang aku minum tadi malam. Aku harap, kamu bisa merahasiakan kejadian ini. Cukuplah hanya kita yang tau. Dan, jangan sampai istri ku tau tentang apa yang terjadi semalam. Kau harus janji dulu pada ku jika kamu tidak akan pernah cerita pada Hanin istri ku." Ancam Prasetya pada Kinanti.
"Kejadian semalam bukan salah Bapak semata. Saya juga khilaf Pak. Semoga tidak terjadi apa-apa dengan saya. Dan Bapak tenang saja, saya tidak akan menceritakan kejadian ini pada siapapun. Biarlah ini menjadi rahasia kita Pak." Tutur Kinanti.
"Bagus, aku tidak akan memecat mu. Selama kau bisa tutup mulut. Lagi pula kejadian semalam itu karena kita berdua dalam keadaan tidak sadar. Aku pikir kamu adalah Haningrum. Makanya aku begitu bernafsu untuk menyetubuhi mu." Ucap Prasetya.
"Sudah Pak, jangan dibahas lagi. Sebaiknya kita kembali ke Jakarta sekarang juga." tutur Kinanti.
Prasetya kemudian mengemudikan mobilnya untuk menuju ibu kota.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
"Ali, duduk yang benar, dan habis kan makan siang mu." Ucap Hanin pada sang putra, Ali Al Kahfi. Buah hatinya bersama Prasetya yang kini telah berumur 3 tahun itu.
Saat itu, Hanin dan Ali sedang berada di meja makan untuk menikmati makan siang bersama.
"Kapan Ayah pulang dari luar kota bunda." Tanya Ali pada sang Bunda.
"Kata Ayah, Ayah akan pulang hari ini. Tapi Bunda tidak tau, kapan Ayah akan pulang. Makanya, habiskan makanannya. Biar nanti bisa sambut Ayah pulang, dan Ali bisa langsung main sama Ayah. Ali pasti kangen kan sama Ayah." Tutur Hanin pada sang putra.
"Ya Bunda." jawab Ali menutut.
"Assalamualaikum!" seru seseorang yang baru saja masuk ke dalam rumah. Hanin kemudian menoleh pada sumber suara tersebut. Dan senyum Hanin mengembang sempurna. Saat melihat sang suami telah pulang dari luar kota.
"Yeah, Ayah pulang!" teriak Ali yang kemudian ia langsung berlari ke arah Prasetya.
Prasetya kemudian langsung menangkap Anak laki laki kesayangannya. Sambil menggendong Ali, Prasetya kemudian berjalan ke arah Hanin.
"Mas." sapa Hanin sambil tersenyum manis, yang kemudian ia mengulurkan tangannya untuk meraih tangan Prasetya untuk ia cium.
Hanin kemudian mencium tangan Prasetya dengan takzimnya. Dan hal itu langsung membuat Prasetya terenyuh.
Hantaman rasa bersalah pada sang istri Hanin langsung begitu terasa dirasakan oleh Prasetya.
Lantaran, wanita religius itu begitu Prasetya cintai. Dan untuk mendapat Haningrum 4 tahun lalu juga bukan hal mudah. Bisa menikahi Hanin di lalui dengan penuh perjuangan oleh Pras.
"Mas, berapa lama lagi Mas Pras cium kening Hanin. Ciumnya ko lama benar." Tutur Hanin pada sang suami. Lantaran Prasetya mencium kening Hanin sangat dalam dan lama.
"Mas kangen dengan istri Mas yang solehah ini." Tutur Pras.
"Ayah juga kangen sama Ali." Kemudian Prasetya bergantian mencium pipi sang putra.
Sejenak, keluarga bahagia itu nampak saling bercengkrama di ruang tengah. Lima hari lamanya Pras meninggalkan anak dan istrinya untuk meeting di luar kota.
"Mas mau kopi." tanya Hanin.
"Boleh sayang. Jangan manis manis ya. Karena yang buat sudah manis." kelakar Pras.
"Mas bisa saja." ucap Hanin sambil tersipu malu. Hanin kemudian berlalu ke dapur untuk membuatkan kopi untuk sang suami.
Ketika Hanin sedang mengaduk kopi yang baru saja ia buat. Sebuah belitan tangan kekar melingkar di perutnya. Dan hal itu sangat mengagetkan Hanin.
"Mas!" pekik Hanin kaget.
"Nanti Ali melihat kita. Pemandangan seperti ini tidak baik di liat oleh Ali." protes Hanin.
"Ali sedang asik nonton TV. Pintu dapur sudah Mas tutup. Habisnya, Mas sudah sangat kangen sama kamu Han," desis Prasetya yang sudah menciumi leher sang istri yang di balut jilbab pashmina itu.
"Sabar Mas, nanti aku akan tunaikan kewajiban ku. Sekarang ada Ali, nanti kita tidak tenang jika melakukan sekarang." tutur Hanin, yang memang orangnya sangat peka dengan kebutuhkan seksual sang suami.
Prasetya kemudian melepaskan pelukannya.
"Kau benar-benar istri solehah Han. Mas makin cinta sama kamu." Ucap Prasetya yang kemudian melabuhkan satu kecupan manis pada bibir sang istri sebelum ia berlalu.
Ketika Hanin sedang mengaduk kopi yang baru saja ia buat. Sebuah belitan tangan kekar melingkar di perutnya. Dan hal itu sangat mengagetkan Hanin.
"Mas!" pekik Hanin kaget.
"Nanti Ali melihat kita. Pemandangan seperti ini tidak baik di liat oleh Ali." protes Hanin.
"Ali sedang asik nonton TV. Pintu dapur sudah Mas tutup. Habisnya, Mas sudah sangat kangen sama kamu Han," desis Prasetya yang sudah menciumi leher sang istri yang di balut jilbab pashmina itu.
"Sabar Mas, nanti aku akan tunaikan kewajiban ku. Sekarang ada Ali, nanti kita tidak tenang jika melakukan sekarang." tutur Hanin, yang memang orangnya sangat peka dengan kebutuhkan seksual sang suami.
Prasetya kemudian melepaskan pelukannya.
"Kau benar-benar istri solehah Han. Mas makin cinta sama kamu." Ucap Prasetya yang kemudian melabuhkan satu kecupan manis pada bibir sang istri sebelum ia berlalu.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Flashback
"Selamat Pras, kamu akhirnya memenangkan tender proyek itu." Ucap Murad para Prasetya. Murad adalah sepupu Prasetya.
"Tanpa bantuan mu, aku tidak mungkin bisa mendapatkan tender ini Murad." ujar Prasetya sambil memeluk sepupunya itu.
"Sama sama, kita ini kan keluarga. Kita juga bergerak di bidang yang sama. Jadi, kita kan harus saling dukung." terang Murad pada Pras.
"Kau punya kehidupan yang sempurna Pras. Istri cantik, sudah di karuniai anak laki laki yang tampan. Perusahaan yang terus maju. Aku sampai iri dengan mu." Prasetya hanya tersenyum mendengar sanjungan dari sepupunya tersebut.
"Menikahlah Murad, umur mu sudah cukup untuk membina rumah tangga. Perusahan mu juga sama maju nya. Bahkan jika di bandingkan dengan perusahaan ku, perusahaan mu jauh lebih besar. Perusahan ku tidak ada apa apanya." jelas Prasetya pada Murad.
Mendengar pujian tidak lah membuat hati Murad bangga. Pujian itu hanya di tanggapi senyum kecut oleh Murad.
*Andai saja jika kau tau isi hati ku Pras, aku malah iri dengan mu.
Kau punya istri yang sangat baik dan solehah. Kau punya anak laki laki yang tampan. Kehidupan rumah tangga yang sangat harmonis*.
Saat kita bertemu dalam acara keluarga. Kehidupan mu lah yang selalu menarik untuk kami perbincangkan.
*Dan kau tau Pras, aku sebenarnya sudah lama naksir Haningrum.
Tapi malah keduluan kamu yang melamarnya*.
Hanin adalah sosok wanita solehah idaman ku sejak aku mengenalnya saat ia masih kuliah dulu. Dan sudah sejak lama aku mendambanya untuk di jadikan istri.
*Di saat aku akan melamarnya, kau malah sudah melamarnya duluan.
Dan sekarang, kau hidup bahagia bersama Hanin*.
Padahal, aku juga tau. Hanin itu tidak pernah pacaran dengan siapapun. Jadi, dia benar-benar seorang wanita suci.
Saat tau jika Hanin menerima lamaran mu. Aku begitu sakit hati Pras. Kau sudah menyalip ku. Padahal kau juga tau, aku pernah membicarakan tentang Hanin dengan mu.
Dan sekarang kamu hidup bahagia dengan Hanin.
Sedangkan aku, masih tetap sendiri dan hanya bisa menjadi pengagum rahasia istri mu.
"Murad, kok malah melamun." sergah Pras pada sang sepupu.
"Tidak, aku tidak melamun." sergah Murad sambil tersenyum tipis.
"Nanti malam ada party bisnis. Kamu ikut ya. Acaranya di hotel ini juga. Biasalah, acara rilex bersama beberapa rekan bisnis yang lain." ajak Murad.
"Pasti ada penari striptis nya ya. Tidak ah, aku tidak ikut. Hanin pasti marah kalau aku ikutan party party macam itu." jelas Prasetya menolak secara halus ajakan Murad.
"Tidak ada penari striptis. Paling acara minum wine saja. Datanglah, masa kamu tidak datang."
"Aku tidak janji." jawab Pras.
"Ya sudah kalau begitu. Aku pamit dulu ya. Aku harus bertemu klien lagi." tutur Murad sambil menepuk pundak Prasetya sebelum ia pergi.
"Sampai ketemu lagi Murad." ujar Prasetya sambil memeluk sang sepupu.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
"Pak, ada undangan acara jamuan malam malam di lounge hotel nanti malam. Apa Bapak mau hadir?" lapor Kinanti pada Prasetya, yang kala itu sedang menikmati secangkir kopi di kamar hotel nya.
"Oh, nanti aku pikir-pikir dulu. Sebenarnya aku ingin langsung pulang ke Jakarta siang ini. Meeting nya juga sudah selesai. Kamu bersiap siap saja untuk balik ke Jakarta." Tutur Prasetya.
"Baik kalau begitu, saya kembali ke tempat saya ya Pak." lapor Kinanti pada atasannya.
"Ya, nanti aku kabari lagi soal undangan makan malam nya." tutur Prasetya pada Kinanti.
"Baik Pak." Kinanti pun kemudian berlalu.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Karena tidak enak untuk tidak datang pada acara makan malam bersama para kolega bisnisnya pada malam itu. Prasetya akhirnya memutuskan untuk menghadiri acara makan malam di lounge hotel tersebut.
Dalam acara makan tersebut, para bos besar juga mengajak para asistennya untuk ikut membaur dalam acara pada malam itu.
Semakin malam acara tersebut semakin ramai.
"Pras, kau datang." sapa Murad pada Prasetya.
"Ketemu kamu lagi," jawab Pras sambil tersenyum. Murad kemudian memberikan Prasetya satu gelas minuman wine.
"Cherrrr." ajak Murad, mengajak Pras untuk cherrrr up.
"Aku sebenarnya tidak minum." tutur Pras.
"Itu tidak banyak Bro. Kau kira aku juga suka minum. Kita hargai acara ini sambil ikut minum wine nya." ucap Murad, kemudian mereka pun bergabung dengan yang lain di salah satu sudut meja.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
"Kinanti ya." pangil Murad pada Kinanti yang saat itu tengah berada di sebuah meja khusus untuk para sekertaris.
"Iya Pak, saya Kinanti." Jawab Kinan sopan pada Murad.
"Bos mu sedang mabuk di meja sebelah sana. Tolong kamu antarkan Prasetya ke kamar hotel. Kurasa dia tidak sanggup untuk menuju kamar nya sendirian." tutur Murad pada Kinanti.
"Pak Prasetya mabuk! Padahal beliau mau kembali ke Jakarta setelah acara ini." tukas Kinanti.
"Dia tidak mungkin bisa kembali ke Jakarta malam ini. Sopirnya kan kemarin mendadak minta izin pulang, karena istrinya sakit. Ya sudah, jangan banyak pikir. Tolong kamu antar Prasetya sekarang juga ke kamarnya." ucap Murad sedikit bernada ketus pada Kinanti.
"Baik Pak." Kinanti pun patuh.
Kinanti kemudian berjalan menuju sebuah meja yang sudah di tunjukan oleh Murad.
Kinanti kemudian melihat sang Bos sudah terkulai tak berdaya. Dengan posisi kepalanya diletakkan di atas meja.
"Pak, Pak Prasetya." pangil Kinanti.
"Sudah, langsung bawa dia ke kamarnya. Biarkan dia tidur, besok pagi baru kalian balik ke Jakarta." ucap Murad, memerintahkan Kinanti untuk segera membawa Prasetya ke kamarnya.
Flashback on
Kinanti kemudian berjalan menuju sebuah meja yang sudah di tunjukan oleh Murad.
Begitu melihat sang bos sudah terkulai tak berdaya, dengan posisi kepalanya diletakkan di atas meja. Membuat Kinan langsung bergegas ke arah bos nya tersebut.
"Pak, Pak Prasetya." pangil Kinanti, sambil menepuk pundak Prasetya.
"Sudah, langsung bawa dia ke kamarnya. Dia sedang mabuk. Biarkan dia tidur, besok pagi baru kalian balik ke Jakarta." ucap Murad, memerintahkan Kinanti untuk segera membawa Prasetya ke kamarnya.
"Baik Pak." lagi lagi Kinanti hanya bisa pasrah mendengar perintah Murad.
Kinanti kemudian meraih lengan Prasetya dan ia meletakkan lengan Prasetya ke pundaknya.
Dengan berjalan tertatih tatih menuju kamar hotel. Kinanti nampak keberatan membawa beban tubuh sang bos yang kini ada dalam pundaknya.
Ketika mereka kini sudah sampai di dalam lift. Kinanti merasakan sesuatu terjadi terhadap dirinya.
Tiba-tiba tubuhnya terasa panas dan ia merasakan suatu gairah aneh muncul dari dalam dirinya
Sesuatu yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya.
"Kenapa tubuh ku terasa aneh seperti ini?" guman lirih Kinan pada dirinya sendiri.
Setelah pintu liftnya terbuka. Kinanti segera membawa Prasetya untuk menuju kamar hotel milik sang bos. Dan kebetulan, kamar milik Kinan tepat berada di samping kamar hotel Prasetya.
Dengan mengunakan akses card untuk masuk kedalam kamar hotel. Kinanti dengan susah payah memapah tubuh Prasetya menuju rajang.
Niat Kinan saat itu ingin merebahkan tubuh Pras ke rajang. Tapi tiba-tiba tubuh mungil Kinanti terhuyung dan ambruk menubruk tubuh Pras. Tepat di atas tubuh Prasetya. Dan hal itu sudah cukup membuat Prasetya membuka matanya.
Kini kedua mata itu saling bertatapan dengan begitu dalamnya. Kinanti yang tiba-tiba merasa sesuatu terjadi pada tubuhnya kini semakin bereaksi.
Apalagi, wanita yang masih perawan itu merasakan sesuatu yang keras terasa menempel pada organ intim nya. Saat ia berada di atas Prasetya. Meskipun masih terhalang rok span selutut yang Kinan kenakan.
Sedangkan Prasetya sendiri justru melihat Kinanti seolah-olah wanita itu adalah Haningrum, istrinya.
"Hanin." sebut Prasetya. Menyebutkan nama sang istri yang sangat ia cintai itu.
"Saya bukan Hanin Pak. Saya Kinan." tutur Kinanti yang masih sadar, dengan posisi dirinya masih berada di atas tubuh Prasetya.
"Tidak, jika kau Kinanti, kau tidak akan berada di atas ku seperti ini." tutur Prasetya sambil memeluk tubuh Kinanti yang ada di atasnya agar tidak pergi.
"Kau cantik sekali Hanin." imbuh Prasetya sambil menatap wajah Kinan dengan tatapan mendamba.
Tidak hanya mabuk, Prasetya juga merasakan sesuatu dari tubuhnya. Gairah untuk bercinta kini di rasakan oleh Pras. Sesuatu yang menuntutnya untuk segera di puaskan.
"Pak sadar Pak, saya Kinan. Saya bukan Hanin istri Bapak." ucap Kinan sambil mendorong dada Pras. Karena Pria beristri itu semakin mendekati wajahnya.
"Jangan menolak ajakan ku Hanin. Bukankah selama ini kau tidak pernah menolak ajakan bercinta dengan ku." tutur Prasetya.
Kemudian ia menggulingkan tubuhnya ke samping. Dan merubah posisinya kini menjadi di atas Kinanti.
Tanpa mendengar penolakan Kinanti, Prasetya yang tidak dalam kondisi sadar dan sudah larut dalam pengaruh minuman keras tersebut langsung menyerang bibir ranum Kinanti dengan begitu intens.
Serangan tiba tiba bibir Pras yang menempel sempurna di bibir Kinanti membuat wanita yang masih perawan dan lajang itu terlena.
Di tambah lagi dengan getaran getaran aneh yang terjadi pada diri wanita itu. Saat ciuman itu berlangsung membuat Kinan kini sudah lupa akan segalanya.
Dan justru ia meleburkan diri untuk meladeni nafsu Prasetya.
Efek obat perangsang yang ia tidak tau bagaimana bisa ia minum saat itu sudah tidak bisa dikendalikan.
Kinanti sendiri tidak tahu harus berbuat apa. Dalam kondisi ia saat itu masih berciuman dengan Pras. Pikirannya yang masih bisa berfikir waras, mencoba untuk melepaskan diri. Namun, Pras malah justru semakin merangsekkan dirinya pada tubuh Kinanti.
Tangan Prasetya juga sudah tidak bisa diam. Ia menjamah setiap jengkal lekuk tubuh Kinanti yang dia pikir itu adalah Hanin.
Ketika keduanya kini sudah dalam puncak gairah. Mereka pun sama sama melepaskan pakaian mereka. Dan di atas tempat tidur, di kamar hotel milik Prasetya.
Kedua insan manusia yang tidak punya hubungan status sah sebagai suami istri itu melakukan hubungan badan yang seharusnya mereka tidak melakukannya.
Percintaan panas nan membara itu benar-benar mereka lakoni seperti keduanya melakukannya dengan suka sama suka.
Yang ada di pikiran mereka saat itu hanyalah. Bagaimana mereka berdua sama sama mendapatkan klimaksnya.
Setelah beberapa kali melakukan penyatuan, mereka berdua sama sama terhempas ke tempat tidur dengan napasnya yang masih memburu.
"Terimakasih Hanin." ucap Prasetya kala itu. Yang masih meyakini jika wanita yang ia ajak bersenggama itu adalah sang istri.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!