NovelToon NovelToon

From, J

1 : Kapten Basket

Hari ini adalah pertandingan paling penting dan dinanti-nanti oleh tim basket JK Warriors untuk menghadapi musuh bebuyutan yang selalu sulit dikalahkan, yaitu tim basket Strikers Dazzling. Hanya untuk menghadapi pertandingan ini, tim yang dibawahi oleh kapten Jehan sudah harus berlatih keras selama sebulan penuh. Mereka tak boleh mengulang kekalahan seperti yang terjadi dalam final tahun lalu.

Kalah bukan berarti tim JK Warriors tak sanggup untuk mengalahkan tim lawan, hanya saja waktu itu kapten Jehan yang sekaligus menjadi andalan tim tidak bisa bergabung hanya karena mengalami cedera pada pergelangan kakinya.

Iya, Jehan sangat ingat betul saat dimana pergelangan kakinya harus memakai gips dari dokter. Latihan yang terlalu keras mampu membuat laki-laki itu mengalami cedera serius pada pergelangan kakinya.

Supaya kejadian seperti itu tak terulang lagi, untuk mempersiapkan pertandingan ini Jehan sudah lebih berhati-hati. Tidak akan terlalu memaksakan diri seperti apa yang dilakukannya tahun kemarin.

Sebelum pertandingan antar dua tim besar ini dimulai, Jehan selalu kapten dari tim JK Warriors pun memberikan sedikit pengarahan kepada para anggota basketnya. Bukan untuk menang, Jehan selalu meminta kepada mereka supaya selalu berhati-hati dan jangan sampai terluka selama pertandingan berlangsung. Karena bagi Jehan dibandingkan kemenangan, keselamatan anggota tim adalah yang nomor satu.

"Pengarahan terakhir sebelum pertandingan, gue gak akan bosan-bosan mengingatkan tentang keselamatan kalian. Jangan sampai terluka hanya karena ambisi ingin menang!" ujar Jehan dengan tegas.

Karena pengarah dari pertandingan basket sudah meminta agar dua tim pemain masuk ke lapangan, terlebih dahulu Jehan meminta kepada para anggota agar mau meneriakkan nama tim JK Warriors dengan begitu lantang. Teriakan yang bisa menjadikan sebuah penyemangat dalam pertandingan ini.

"Yo JK Warriors..." Teriak Jehan dengan penuh semangat yang membara.

"Fighting!!!" Mereka membalas teriakkan itu.

Tak lama setelah melakukan semuanya, dua tim yang akan bertanding hari ini pun mulai memasuki lapangan basket. Sambutan meriah dengan sorak-sorai di tribun dari lapangan basket pun terdengar begitu jelas pada telinga. Banyak supporter dari kedua tim ini mulai memberikan semangat serta ada juga yang menunjukan yel-yel. Suasana pertandingan seperti inilah yang sanggup membuat Jehan selalu menyukai sebuah pertandingan.

Wasit yang akan memimpin jalannya pertandingan basket ini pun sudah terlihat mulai memasuki lapangan. Ia berdiri tepat di tengah-tengah antar dua kapten basket yang mulai melemparkan tatapan tajam. Dihadapan Jehan sekarang ini sedang berdiri kapten dari tim basket lawan yang selalu dihadapinya selama beberapa tahun belakangan.

"Senang karena bisa melihatmu bertanding kembali," kata Daniel selaku kapten tim Strikers Dazzling.

"Senang juga karena masih boleh diberikan kesempatan untuk menghadapi tim kamu," balas Jehan diikuti dengan sebuah senyuman tipis.

Peluit panjang pun dibunyikan dan bola basket juga sudah dilemparkan oleh wasit. Ini berarti pertandingan final antar JK Warriors vs Strikers Dazzling sudah dimulai. Teriakan dari para supporter semakin begitu keras memenuhi stadion basket ini.

"Jehan oper!" Suruh Javier yang langsung dituruti oleh si pemilik nama.

Pertandingan basket berjalan dengan penuh semangat antara kedua belah pihak tim yang sama-sama ingin menjadi pemenang. Saling kejar mengejar skor terus saja terjadi. Kalau boleh bilang dua tim yang sekarang sedang bertanding ini sama-sama hebat. Kerja sama mereka juga patut diacungi jempol.

Sampai pada akhirnya, babak pertama dari pertandingan basket ini berakhir. Tim JK Warriors jauh lebih unggul dua poin karena di detik terakhir sebelum peluit berbunyi, Jehan berhasil memasukan bola basket ke dalam ring.

Keunggulan tipis yang tentu saja masih bisa dikejar ini tetap disambut dengan begitu hangat oleh tim JK Warriors. Terlihat dengan jelas kalau mereka langsung berpelukan dan meneriakkan yel-yel khas dari tim mereka.

"Kita harus buat selisih skor yang besar," pinta Javier kepada teman-teman anggota lainnya.

"Yok semangat! JK Warriors pasti bisa menang," tambah Javier dengan teriakan cukup kencang.

Tak butuh waktu lama lagi, pertandingan di babak kedua pun dimulai. Peluit panjang sudah berhasil dibunyikan. Wasit yang menjaga jalannya pertandingan pun telah melemparkan bola basket lagi. Kali ini tim lawan yang bisa terlebih dahulu mengambil bola basket.

Di tengah keseruan dan euforia dari pertandingan basket antar dua tim besar ini, seorang gadis yang mengenakan jaket biru dengan kondisi rambut basah ternyata juga ikut menonton dari pintu stadion basket. Dia adalah Kayla, seorang siswi kelas sebelas yang saat ini sedang ingin ikut menonton pertandingan basket.

Sebenarnya bukan karena pertandingannya yang bisa menarik perhatian dari gadis itu, melainkan sosok kapten dari tim JK Warriors lah yang mampu membuat dia juga ingin menyaksikan jalannya pertandingan.

Masih sambil berdiri di depan pintu stadion basket ini, Kayla juga ikut memberikan semangat seperti apa yang dilakukan oleh para supporter di tribun. Gadis itu memberikan dukungan penyemangat kepada laki-laki yang tadi sempat menolongnya. Karena kapten tim basket JK Warriors, Kayla bisa menutupi baju seragamnya yang basah. Jaket biru milik Jehan ini benar-benar sangat menolong dirinya.

.

.

.

Jehan seharusnya bisa lebih fokus lagi dalam pertandingan ini. Bukan tanpa sebab, hanya saja di tengah jalannya pertandingan, lelaki itu mulai kehilangan fokusnya. Iya, hanya karena melihat seorang gadis yang saat ini lagi berdiri di depan pintu stadion dengan gerakan tangan memberi sebuah semangat, berhasil membuat seorang Jehan mengabaikan operan bola yang dilakukan oleh rekan setimnya. Karena kesalahan Jehan ini, tim lawan berhasil menyerang dan membuat kedudukan skor menjadi seimbang.

Javier yang tahu kalau temannya itu kurang fokus pun datang menghampiri sambil menepuk beberapa kali bahu milik Jehan, bermaksud agar memperingati sang teman untuk tetap memfokuskan perhatian hanya kepada pertandingan bukan pada hal lain yang dirasa tidak perlu.

"Jehan, fokus!" Suruh Javier dengan tegas dan hanya mendapatkan sebuah anggukan singkat dari laki-laki itu.

Jehan pun kembali memfokuskan dirinya pada pertandingan ini. Jangan sampai membuat tim lawan mengambil kesempatan dalam kesalahan yang dibuat oleh kapten dari tim JK Warriors.

Hanya karena sebuah kesalahan kecil yang tadi tak sengaja dilakukan oleh Jehan, JK Warriors mau tak mau harus tertinggal 8 poin dari tim lawan. Rasanya terlalu sulit kalau ingin mengejar ketertinggalan itu di babak kedua ini.

Sampai pada akhirnya peluit panjang kembali terdengar begitu jelas di telinga, pertanda kalau pertandingan babak kedua sudah berakhir dan menghasilkan skor tim lawan lebih unggul sepuluh poin.

Jehan sebagai kapten sekaligus orang yang tadi sempat melakukan kesalahan pun mulai dipanggil oleh sang pelatih. Bukan tanpa sebab, hanya saja sebagai seorang pelatih, beliau sangat ingin memberikan teguran kepada laki-laki pemilik nama Jehan itu.

"Ada apa denganmu? Kenapa tidak fokus? Sudah jelas-jelas bola itu mau dioper kepadamu," tanya sang pelatih ingin tahu alasan dari kurang fokusnya seorang Jehan — si kapten sekaligus pemain andalan.

"Maaf! Tadi untuk sebentar saya sempat teralihkan pada hal lain di luar lapangan," kata Jehan sambil menundukkan kepalanya tanda bersalah sekaligus penyesalan.

"Di babak ketiga ini akan menjadi penentuan. Kalian semua, bukan hanya Jehan saja harus memastikan akan mengejar ketertinggalan sepuluh poin itu," ujar sang pelatih kedengaran cukup serius.

"Tidak ada lagi yang namanya kurang fokus ataupun kecolongan. Kalau kalian tetap bermain seperti di babak kedua, kekalahan akan ada di depan mata," sambung sang pelatih yang diakhiri dengan sorakan penyemangat dari dan untuk tim JK Warriors.

Beberapa menit sebelum pertandingan babak ketiga dimulai, Javier yang masih penasaran pun mulai mendekat ke arah temannya yang saat ini masih memberikan sedikit peregangan singkat pada kakinya. Bukan bermaksud mengganggu, tapi hanya ingin bertanya hal penting.

"Je, kenapa kok sampai gak fokus? Lo lagi lihat siapa sih tadi?" Tanya Javier yang kini telah mengambil tempat duduk persis di sebelah sang kawan.

"Seorang cewek yang tadi sempat gue tolong," jawab Jehan tak ingin menutupi apapun dari temannya itu.

"Oh yang tadi lo pinjemin jaket itu?" Tanya Javier lagi dan kali ini langsung mendapatkan anggukkan kepala dari pemilik nama Jehan.

"Dia tadi berdiri di depan pintu stadion sambil terus memberikan semangat seperti penonton di tribun," kata Jehan memberitahu.

"Terus?"

"Lucu aja lihatnya, sampai gue jadi salah fokus."

"Lucu nya dimana?"

"Lo bayangin lagi ngelihat cewek dengan tinggi sekitar 155 cm, terus pakai jaket kebesaran sambil meloncat kecil seperti seseorang pemandu sorak. Menggemaskan bukan?"

Perkataan Jehan yang seperti ini mampu membuat seorang Javier tersenyum penuh arti. Entah mengapa pikirannya sekarang sedang mengatakan jika sang teman sedang jatuh cinta pada pandangan pertama.

"Lo gak lagi jatuh cinta pada pandangan pertama kan?" Tanya Javier ingin memastikan saja.

"Gak tahu ya. Tapi gue rasanya sih senang aja lihat saat dia bersorak seperti anak kecil. Menggemaskan," tukas Jehan yang kemudian berlari masuk ke dalam lapangan.

^^^Bersambung...^^^

Catatan kecil :

- terima kasih karena sudah mau mampir di karya tulis ini. Mohon berikan dukungannya agar penulis bisa lebih rajin update dan juga semakin giat dalam membuat karya tulis lainnya.

- karya masih on going dan akan terus di update. Untuk pembaca diharap sabar menunggu kelanjutannya.

 

Story ©® : Just.Human

*please don't copy this story.

Find Me

✓ Instagram : just.human___

 

2 : Bunga dan Coklat

Pertandingan basket akhirnya berakhir dan empat babak. Dua tim besar serta hebat sudah mendapatkan hasil dari kerja kerasnya selama di pertandingan. Hasil mutlak dari poin yang tak terlalu berjarak mampu menghantarkan tim JK Warriors menuju kepada kemenangannya. Iya, akhirnya setelah tahun lalu mereka sempat dikalahkan oleh tim lawan, tahun ini mereka kembali dipercayakan untuk menerima piala pertandingan basket.

Jehan sebagai kapten dari tim itu pun mulai mengambil piala yang diberikan langsung oleh para dewan juri. Setelah foto diambil, sorakan kemenangan dari supporter dan juga anggota tim mulai terdengar begitu kencang. Semua yang mendukung tim JK Warriors tampak begitu senang dan bersemangat atas kemenangan ini.

Meskipun tim lawan mengalami kekalahan dengan skor yang hanya memiliki selisih dua poin, tetap saja mereka harus menerima hasilnya dengan lapang dada. Hari ini mereka memang kalah, tapi dipertandingan lain kekalahan yang seperti ini pasti akan diubah menjadi kemenangan. Tidak harus menyerah pada kekalahan hari ini.

Untuk mempererat hubungan baik antar tim, Jehan selaku kapten tim JK Warriors pun tak ragu datang menghampiri Daniel. Bukan maksud memberi ejekan, hanya saja Jehan ingin membuat pelukan persaudaraan. Mereka memang tengah bersaing, tapi itu hanya berlaku di lapangan basket. Kalau diluar, Jehan dan Daniel adalah seorang murid SMA yang saling akrab dalam pertemanan.

"Senang karena bisa melihatmu menang, Jehan," tutur Daniel sambil melepaskan pelukan erat yang dibuat oleh kapten tim JK Warriors.

"Gue yakin tahun depan lo bakal bisa dapet kemenangannya," kata Jehan secara tidak langsung mengatakan kalau tahun depan tim JK Warriors sudah bukan lagi dibawah kepemimpinannya.

"Lo gak lagi bercanda kan, kak? Semua juga tahu kalau saat lo udah gak jadi kapten, nama tim JK Warriors juga bakal berubah. Jadi, kemungkinan tahun depan tim gue gak akan melawan JK Warriors lagi," ucap Daniel sambil terus mengusap keringatnya dengan handuk.

"Siapapun nanti yang akan dilawan, gue harap kalau Strikers Dazzling tetap bisa menunjukan kegigihannya untuk menang. Selalu mengesankan melawan tim Strikers Dazzling," tukas Jehan sambil menepuk singkat bahu dari kapten tim lawan.

Setelah mengatakan hal seperti itu, Jehan pun melangkahkan kakinya meninggalkan stadion basket. Kepergiannya ini langsung dengan segera diikuti oleh rekan-rekan setimnya. Seperti biasa, seusai pertandingan melelahkan, mereka akan menuju ke loker ganti untuk beristirahat sejenak.

Setibanya di sana, Jehan yang saat ini sedang terduduk pada bangku panjang sambil menikmati air mineral langsung dihampiri oleh Javier. Bukan bermaksud mengganggu hanya saja ia ingin menemani Jehan agar tak duduk seorang diri seperti itu.

"Selamat ya, Je... Akhirnya lo bisa lagi membawa tim ini menuju kepada kemenangan," ujar Javier dan langsung membuat laki-laki pemilik nama Jehan itu tersenyum.

"Kemenangannya bukan semata-mata terjadi karena gue, tapi atas usaha keras dari para anggota lain. Kalian memang pantang mendapatkan kemenangan ini," ujar Jehan masih terus meminum air mineral botolan.

Merasa sudah cukup dengan waktu istirahatnya, Jehan pun bergegas untuk bangkit berdiri dari tempatnya. Tanpa berlama-lama lagi, lelaki itu pun mulai melangkahkan kakinya menuju pintu keluar dari ruangan istirahat ini.

"Je, mau kemana?" Tanya Javier merasa tidak adil karena ditinggalkan begitu saja.

"Kantin."

"Mau ngapain ke kantin?"

"Cari makanlah. Ya masa cari cewek."

"Tapi kan pelatih juga menyediakan nasi kotakan. Kenapa gak makan ini aja?" Tanya Javier sambil matanya tertuju pada dua kantong plastik besar yang berisi nasi kotak.

"Lo ambil aja jatah gue," tukas Jehan yang sekarang sudah keluar dari ruangan istirahat ini.

Tanpa mempedulikan apapun lagi, Jehan pun mulai melangkahkan kakinya bermaksud menuju ke arah kantin sekolah yang berjarak cukup jauh dari ruangan istirahat.

Belum merasa cukup jauh pergi meninggalkan para rekannya yang masih berada di ruang istirahat, secara tidak terduga langkah kaki Jehan harus dihentikan oleh beberapa murid perempuan yang saat ini sedang menghadangnya dengan buket bunga dan juga coklat.

Jehan sebenarnya sama sekali tidak bermasalah dengan mereka semua, tapi kalau caranya begitu anarkis, saling berdesakan dan mendorong, hanya supaya bisa memberikan coklat serta bunga, perasaan risih juga tak ragu untuk menyapa diri Jehan.

Jujur, kalau bisa sekarang ini Jehan begitu amat ingin kabur dari mereka semua. Tapi, bagaimana caranya untuk melakukan itu? Tidak sanggup pergi ataupun menenangkan massa. Apa Jehan akan terjebak disini?

"Tolong tenang! Gue bakal menerima satu per satu coklat dan bunga dari kalian," ujar Jehan tanpa bermain-main.

Meskipun merasa risih karena sikap anarkis yang dibuat oleh massa, Jehan tetap saja bertindak baik. Tak ingin mengabaikan pemberian, Jehan mulai menerima satu persatu hadiah coklat serta bunga yang dibawa oleh mereka semua. Sampai pada akhirnya, pihak keamanan datang untuk membantu Jehan agar bisa terbebas dari kerumunan massa itu.

Berkat bantuan baik yang dibuat oleh pihak keamanan, Jehan pun bisa meninggalkan kerumunan itu dengan membawa cukup hadiah berupa bunga dan coklat. Karena merasa tak mungkin pergi ke kantin dengan barang sebanyak ini, ia memutuskan untuk memberikan semua hadiah itu ke ruang guru. Kebetulan jarak ruangan guru tak terlalu jauh dari tempatnya berdiri.

Setibanya ia di ruang guru, Jehan terlebih dahulu mengetuk pintu dan baru masuk setelah mendengar ada seorang guru yang memberikan izinnya. Jehan pun membuka pintu itu, lalu kedatangannya ini sangat disambut hangat oleh semua guru. Kelihatan kalau Jehan memang menjadi salah satu murid emas, kesayangan para guru.

"Permisi Pak, Bu..," kata Jehan yang kini sudah berada di dalam ruang guru.

"Kenapa Jehan datang kemari? Bukankah seharusnya kamu sedang ada di lapangan basket untuk pertandingan?" Tanya salah seorang guru dan itu sanggup memunculkan senyuman bulan sabit pada bibir ranum milik Jehan.

"Pertandingan sudah selesai Bu, Pak. Dan untuk hasilnya tim sekolah kita menang," ujar Jehan memberitahu soal hasil pertandingan yang rupanya belum sampai ke telinga para guru.

Mendengar pemberitaan yang diberikan oleh Jehan tersebut, mampu membuat seluruh guru yang saat ini lagi ada di tempatnya ikut berteriak gembira. Rupanya mereka juga memberikan respon yang sama seperti para murid.

"Selamat untuk tim JK Warriors. Memang tidak salah kalau mengandalkan kalian," kata salah seorang guru sambil mengangkat jari jempolnya.

"Hebat sekali. JK Warriors memang tim andalan dari sekolahan ini," ucap guru lainnya juga ikut menanggapi.

"Lihat saja di samping papan mading, sudah banyak piala yang terpajang dan hampir kebanyakan dari pertandingan basket. Karena JK Warriors, lemari pajangan itu sudah mulai penuh," kata yang lainnya juga merasa bangga.

Sebenarnya tujuan kedatangan Jehan kemari bukan untuk mendapatkan ataupun mendengarkan pujian dari semua guru itu, melainkan hanya karena ingin memberikan bunga dan coklat yang tadi sempat di berikan oleh para murid. Bukan bermaksud tidak sopan, hanya saja daripada itu mubasir akan jauh lebih baik kalau ada orang lain yang mengambilnya.

"Terima kasih untuk segala pujiannya, tapi kedatangan saya kemari hanya karena ingin memberikan bunga serta coklat ini buat para guru. Anggap kalau ini adalah hadiah kecil atas kemenangan tim JK Warriors," ucap Jehan kemudian membagikan bunga dan coklat itu kepada para guru.

Setelah selesai melakukan itu dan mendapatkan ucapan terima kasih, Jehan pun mulai menundukkan kepalanya sopan, berpamitan kepada para guru. Tak lama ia pun berjalan pergi meninggalkan ruang guru. Sekarang tanpa adanya halangan ataupun kendala, ia bisa pergi menuju ke kantin.

Akhirnya perut kosongnya memiliki kesempatan baik untuk diisi. Permasalahannya sejak tadi si perut sudah mulai memberontak karena memang rasa lapar mulai menggerayangi dirinya.

"Sabarlah. Sebentar lagi kita akan makan," ujar Jehan singkat sembari memberikan tepukan kecil pada perutnya yang lapar.

^^^Bersambung...^^^

Catatan kecil :

- terima kasih karena sudah mau mampir di karya tulis ini. Mohon berikan dukungannya agar penulis bisa lebih rajin update dan juga semakin giat dalam membuat karya tulis lainnya.

- karya masih on going dan akan terus di update. Untuk pembaca diharap sabar menunggu kelanjutannya.

-----------------------------------------------------------

Story ©® : Just.Human

*please don't copy this story.

Find Me

✓ Instagram : just.human___

-----------------------------------------------------------

3 : Gadis Berjaket Biru

Pada saat Jehan sedang berada dalam perjalanan menuju kantin sekolah, setelah dirinya selesai memberikan coklat dan bunga ke ruang guru, perhatiannya bisa dengan mudahnya di tarik pada sebuah hal yang seharusnya tak perlu untuk melibatkan dirinya.

Hanya karena merasa penasaran, bukan bermaksud untuk ikut campur ke dalamnya, Jehan yang masih mengenakan seragam basketnya pun mengikuti Sarah beserta teman-temannya menuju ke arah gudang sekolah.

Tidak tahu menahu kenapa mereka menuju ke gudang sekolah, Jehan hanya merasa ada sesuatu hal salah akan terjadi. Iya, hampir seluruh murid dan juga guru di sekolahan ini juga mengenal seperti apa kelakuan yang dimiliki oleh Sarah dan juga teman-temannya itu. Hampir setiap hari bertindak nakal dan kerap menindas seseorang yang lemah. Berulang kali diperingatkan, tapi tak ada hasil apapun karena memang Sarah bukan orang yang bisa takut terhadap hukuman, mengingat siapa ayah dan keluarganya.

Jehan memang tidak ada urusan, tapi ia terlalu penasaran, ingin tahu mengenai tindakan semacam apa yang akan dilakukan oleh Sarah terhadap gadis yang tadi sempat dibantu oleh Jehan itu. Awalnya memang hanya berniat untuk memantau dari kejauhan, namun ketika melihat semua perlakuan yang diberikan oleh Sarah, mampu membangkitkan perasaan iba dari dalam diri Jehan.

Dengan raut wajah kaku dan rahangnya terlihat menegang, mencoba untuk menahan amarahnya, Jehan datang bagaikan seorang penyelamat bagi gadis yang masih belum ia ketahui namanya. Tanpa adanya keraguan sedikitpun dari dalam diri, Jehan pun mulai menghentikan tindakan menyimpang yang dilakukan oleh Sarah.

Jehan yang sudah berhasil merebut kembali jaket biru miliknya dari tangan salah seorang teman Sarah pun tak segan untuk segera menutupi tubuh gadis itu yang mulai terbuka karena paksaan dari si manusia paling tidak memiliki perasaan itu.

Sebenarnya kedatangan Jehan sudah bisa dibilang sedikit terlambat. Karena pada saat tiba di gudang, ia hanya melihat dengan jelas sosok gadis itu tergeletak begitu saja di lantai gudang yang dipenuhi oleh debu.

Takut kalau hal buruk terjadi, Jehan pun bergegas untuk menggendong tubuh gadis yang kini sudah tertutupi dengan jaket birunya. Tidak berniat diam terlalu lama tanpa adanya tindakan, Jehan akhirnya membawa gadis itu menuju ke ruang UKS. Menggendong tubuh mungil dari gadis itu ala bridal style. Belum lagi karena ini, ia mendapatkan banyak perhatian dari murid lainnya yang kini sedang asyik menatap.

Sesampainya Jehan di ruang UKS, ia dengan sigap langsung menempatkan tubuh dari gadis itu tepat di atas brankar UKS. Hanya untuk kenyamanan, Jehan bahkan tak ragu juga membuat tubuh mungil dari gadis itu tertutup selimut.

Dalam balutan rasa cemas, Jehan meminta kepada perawat untuk segera memeriksa keadaan dari gadis itu yang sekarang tidak kelihatan baik-baik saja. Pasti benturan yang didapatkan karena kekerasan fisik dari Sarah menjadi penyebab gadis itu tak sadarkan diri.

Tidak terlalu ingin ikut campur lagi, Jehan pun membiarkan perawat untuk menjalankan tugasnya. Sudah sedikit menjauhkan dirinya, Jehan hanya bisa memantau dan melihat gadis itu sedang mendapatkan pemeriksaan dari perawat yang kebetulan memang ditugaskan berjaga.

Niatnya memang ingin tetap berada di ruang UKS sampai gadis itu tersadar, tapi guru BK datang dan langsung meminta kepada Jehan agar mau meninggalkan ruang UKS.

Jehan yang memang tidak memiliki kuasa apapun untuk menolak perintah dari guru BK pun dengan tidak ikhlas keluar dari ruang UKS ini. Kelihatan dari tatapan mata yang terus saja tak bisa berpaling dari sosok gadis yang sekarang masih berada di bawah perawatan dokter.

Pada saat kakinya keluar dari ruang UKS, Jehan mendengarkan ada seseorang yang memanggil dirinya dengan begitu lantang. Tanpa dibuat bertanya-tanya, Jehan langsung tahu kalau panggilan itu berasal dari Sarah.

Merasa enggan untuk menanggapi ataupun terlibat dalam pembicaraan dengan Sarah, Jehan pun berusaha keras mengabaikan panggilan itu. Berpura-pura tak mendengar adalah hal tepat yang memang harus dilakukan oleh Jehan. Namun, ketika Sarah mengatakan 'upik abu', Jehan yang tadinya tidak peduli pun berujung dengan memberikan respon. Kelihatannya memang Jehan sedang berada di pihak dari gadis yang saat ini masih tergeletak di atas brankar ruang UKS.

Perdebatan kecil diantara mereka terjadi, tapi tak lama Javier datang dan menjadi orang yang melerai adu argumen diantara keduanya. Sebenarnya alasan Javier datang hanya karena ingin memberitahu Jehan kalau sekarang ini pelatih sedang mencarinya.

Karena merasa panggilan dari pelatih jauh lebih penting dibandingkan perdebatan yang tidak berfaedah ini, tanpa kesulitan untuk memilih, Jehan pun mencoba sedikit meredakan amarahnya lalu melangkahkan kakinya pergi bersama dengan Javier, meninggalkan Sarah yang sebetulnya belum selesai berbicara.

Pada saat perjalanan kembali ke ruang ganti, Javier yang penasaran dengan pertengkaran antar Jehan dan juga Sarah pun mulai bertanya, hanya karena ingin mendapatkan jawaban untuk menghilangkan rasa ingin tahunya ini.

"Kenapa Je? Lo ada masalah sama Sarah?" Tanya Javier menelisik butuh jawaban tepat.

"Gak ada," jawab Jehan yang malah berhasil membuat laki-laki pemilik nama Javier itu makin bingung.

"Kalau gak ada masalah, kenapa lo adu argumen kek begitu?"

"Entahlah. Gue cuma merasa harus membantu gadis itu buat membela dirinya," ujar Jehan yang tetap saja tak mampu untuk dimengerti oleh Javier.

"Gadis siapa?" Tanya Javier sepertinya belum tahu mengenai gadis yang belakangan ini selalu dibantu oleh Jehan.

Hanya dengan senyuman, Jehan sepertinya enggan untuk memberitahu soal gadis yang saat ini masih ada di ruang UKS. Bukan tanpa sebab, hanya saja Jehan merasa kalau temannya itu tak perlu tahu.

Javier yang masih penasaran dan ingin tahu pun mulai mencoba memaksa serta mendesak temannya itu agar mau memberitahu mengenai gadis yang dimaksud. Tapi, karena Jehan tetap bersikeras untuk menutup rapat-rapat mengenai gadis itu, usaha Javier juga gagal. Tak ada informasi apapun yang didapatkannya dari Jehan.

"Jadi, kenapa pelatih memanggil? Apa ada sesuatu yang penting?" Tanya Jehan sudah mengalihkan pembicaraannya.

"Temen gue, sukanya memang mengubah topik. Kenapa sih gue gak boleh tahu soal gadis yang lo maksud? Kenapa harus disembunyikan?" Javier tampak kesal karena temannya itu.

Sambil tersenyum cukup lebar, Jehan pun mulai merangkul bahu temannya itu. "Gak semua hal di dunia ini harus lo tahu kan?"

"Iya juga, tapi..." Javier sengaja memberikan jeda pada ucapannya.

"Tapi kenapa?"

"...gue penasaran soal gadis yang lo bantu itu," lanjut Javier.

"Kenapa penasaran?"

"Ya soalnya, lo jarang-jarang buat bantu seorang gadis. Biasanya lo itu terlalu cuek bahkan sampai menjaga jarak dari para gadis," ungkap Javier mengingat kalau temannya itu kelihatan seperti seseorang yang punya phobia terhadap murid perempuan. Pasalnya, setiap ada gadis yang mendekat, Jehan selalu saja berusaha menjauh. Pertemanan Jehan pun hanya dengan laki-laki.

Jangan salah paham! Jehan memang menjaga jarak dari murid perempuan, tapi itu dilakukan atas dasar rasa patuhnya kepada perintah sang kakek. Menjaga jarak bukan berarti kalau Jehan adalah seseorang yang menyukai sesama jenis. Dia masih normal dan jauh dalam lubuk hatinya sangat ingin menjalin hubungan asmara. Apalagi di bangku SMA yang katanya kisah asmara itu akan indah.

"Karena alasan itu, gue jadi penasaran soal gadis yang selalu lo bantu," sambung Javier masih terus saja mendesak minta jawaban.

"Lain kali aja ya! Sekarang mending kita temui pelatih," tukas Jehan tetap saja tak bisa merubah keputusannya untuk tetap enggan memberitahu soal gadis itu.

^^^Bersambung...^^^

Catatan kecil :

- terima kasih karena sudah mau mampir di karya tulis ini. Mohon berikan dukungannya agar penulis bisa lebih rajin update dan juga semakin giat dalam membuat karya tulis lainnya.

- karya masih on going dan akan terus di update. Untuk pembaca diharap sabar menunggu kelanjutannya.

-----------------------------------------------------------

Story ©® : Just.Human

*please don't copy this story.

Find Me

✓ Instagram : just.human___

-----------------------------------------------------------

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!