Agisha Asterlyvia Praden merupakan gadis berusia 15 tahun yang kini duduk di bangku kelas 1 sma, dan beberapa bulan lagi akan naik kelas dua. Sekarang Agisha itu tengah memasukkan beberapa buku ke dalam tas sekolahnya.
'Kenapa pagi ini terasa dingin yaa? Sendi-sendi ku juga terasa ngilu, duhh... Jangan bilang aku sakit?" tanyanya pada dirinya sendiri
'Ini akibat begadang kemarin jadinya sakit, mana pagi ini ada ujian lagi" keluhnya menekan keningnya yang mulai terasa pusing
Agisha memilih sekolah karena jika nilainya tidak bagus maka mamanya akan memarahinya kembali atau lebih parahnya mengata-ngatai nya sebagai orang yang ber iq rendah.
'Pagi bi" sapa Agisha pada salah satu pelayan
'Pagi juga non, kenapa pagi ini non lemas begitu?" tanya bi Seruni yang sudah begitu lama bekerja di kediaman Praden
Bi Seruni sudah bekerja sejak ke-dua orangtua Agisha menikah, bayangkan sudah berapa lama bi Seruni berkerja di rumah mewah itu. Bahkan sejak Agisha lahir bi Seruni yang merawatnya.
'Agis kurang sehat bi, apa ada obat-obatan yang bisa meredakan gejala demam?" tanya Agisha manja
'Ada non, sebentar ya bibi ambil dulu tetapi sebelum ini non makan dulu baru minum obat" nasehat bi Seruni
'Baiklah bi" patuh Agisha
Agisha pun berjalan menuju ruang makan dan terlihat seorang gadis cantik dengan body seperti gitar spanyol dan tentunya menjadi incaran para lelaki serta membuat perempuan lain iri saat melihatnya. Gadis itu tengah duduk dan makan di meja makan. Agisha melangkah malas menuju meja makan.
Gadis cantik itu adalah Issabella Violet Praden, gadis itu berusia 23 tahun dan pekerjanya adalah seorang model. Dua tahun ini Issabella menjadi model yang dicari semua brand brand ternama sehingga namanya menjelit di berbagai negara, Issabella adalah model internasional dengan usia yang muda.
'Ngapain lihat-lihat?" tanya Issabella ketus pada Agisha
'Apaan sih, siapa juga yang melihat mu" balas Agisha acuh
Keduanya merupakan kakak beradik, tetapi jika yang kalian tau kakak beradik itu kompak dan saling menyayangi maka keduanya kebalikannya, dimana Issabella yang selalu mencemooh Agisha serta merendahkannya dan Agisha yang suka melawan dan keras kepala. Keduanya dibesarkan secara berbeda, Issabella yang dibesarkan dengan limpahan kasih sayang dan Agisha yang dibesarkan penuh tekanan. Agisha harus bisa seperti Issabella, maka dari itu Agisha belajar terus menerus untuk mendapatkan nilai yang sempurna.
'Cih, lihatlah wajahmu yang jelek itu, sungguh membuat orang mual saja" ejek Issabella
Agisha diam saja, memang jika dibandingkan Issabella badannya jauh berbeda sekali, Issabella yang memiliki tinggi yang sempurna untuk jadi model maka Agisha tingginya hanya 160 saja, body Issabella yang begitu sempurna maka body Agisha biasa saja. Pantas saja kedua orangtuanya selalu membedakan mereka.
'Bisa diam nggak sih, dari tadi bacot mulu. Emang mulutnya udah ga tahan ya pengen di tambal pake lem!" kesal Agisha
'Mengapa kamu marah begitu, bukannya yang aku katakan benar. Lihatlah badan mu yang tidak sehat itu, siapa pun yang melihatnya akan malas bahkan wajah mu juga tidak menarik, siapa yang mau dengan mu yang jelek ini" ejek Issabella menghina Agisha yang memilih diam
Jika terus melawan omongan Issabella yang ada Agisha akan kalah, mulut Issabella sangat kejam. Bahkan Issabella tidak akan segan menamparnya jika sesuatu membuat Issabella kesal.
'Aku sarankan sebaiknya kamu operasi plastik saja, keluarga Praden tidak ada yang sejelek dirimu itu. Pantas saja mama tidak mengakui mu sebagai anaknya soalnya kamu menjijikkan sih HAHAHAHA" Issabella menertawakan Agisha yang kini terdiam sedih
Ucapan Issabella tidak sepenuhnya salah, di keluarga Praden memang Agisha yang paling pendek badannya dan wajahnya juga tidak secantik yang lain. Dan juga mengenai ucapan terakhir Issabella adalah fakta, mamanya selalu pilih kasih terhadapnya. Bahkan terhitung berapa kali mamanya memujinya atau bahkan tidak pernah.
'Pagi-pagi membuat orang kesal saja, bibi aku tidak jadi minum obat, aku berangkat dulu!" teriak Agisha pergi meninggalkan Issabella yang tertawa melihat kekalahan Agisha
Issabella merasa jika Agisha adalah saingannya, sejujurnya Issabella cukup cemburu dengan wajah cantik dan manis Agisha, beruntungnya Agisha tidak mau perawatan dan mempercantik diri sehingga kecantikannya tertutupi begitu saja. Bahkan Agisha tidak pernah memakai dress atau semacamnya untuk terlihat anggun, Agisha hanya memakai kaos dan jeans saja. Sungguh tidak anggunly sama sekali.
Saat akan menuju pintu utama Agisha bertemu dengan sang kepala rumah tangga yang tidak lain adalah papanya bernama Arkam Danuarta Praden, terlihat sang papa bersiap-siap untuk berangkat ke kantor.
'Pagi my princess, baru mau berangkat yaa?" tanya tuan Arkam lembut pada putri bungsunya
'Pagi juga pa, iya ini mau berangkat" Agisha tersenyum manis pada tuan Arkam yang menatapnya dengan tatapan menelisik
Memang di rumah ini yang menjadi penguat Agisha adalah sang papa, papanya adalah segalanya buatnya. Agisha tidak mau berharap apapun dari mamanya yang selalu cuek dan kasar padanya.
'Bareng papa saja sayang" ajak tuan Arkam menarik lengan Agisha lembut
Tuan Arkam memang tidak pernah pilih kasih padanya dan Issabella, tuan Arkam menyayangi semuanya. Tuan Arkam adalah gardu terdepan jika semua keluarga Praden mengolok-olok Agisha, dulu Agisha selalu di puji-puji dan menjadi kesayangan semua orang tetapi semuanya hilang begitu saja tanpa alasan yang jelas, entah siapa yang merumorkan bahwa Agisha anak ber iq rendah dan tidak bisa apa-apa sehingga Issabella yang menjadi bintang di keluarga Praden sebagai cucu perempuan.
'Agis diantar supir saja pa, nanti papa telat ngantor" tolak Agisha tidak mau membuat tuan Arkam bolak-balik
'Tidak, bagi papa princess papa yang paling utama, ayo pergi sayang" ajak tuan Arkam menggenggam jemari kecil putrinya yang begitu kecil di telapak tangannya
'Apa mama dan kakak mengganggu lagi sayang?" tanya tuan Arkam menatap manik mata putrinya
'Tidak pa, mama dan kakak sayang kok sekarang pada Agis" dusta Agisha
Sejak lulus sd saat dimana tuan Arkam marah besar setelah memergoki istrinya memukuli Agisha, saat itu juga tuan Arkam bahkan mengajukan surat cerai sehingga membuat istrinya takut. Issabella mulai saat itu manaruh dendam besar pada Agisha yang menganggap Agisha adalah penyebab rusaknya hubungan kedua orangtuanya, begitu juga dengan istrinya tuan Arkam yang tidak pernah memukuli Agisha di depan pelayan atau tuan Arkam tetapi jika dibelakang maka beda lagi. Agisha akan di siksa dan di ancam sehingga membuat Agisah menyimpan rasa sakit sejak dari kecil.
'Syukurlah, papa berdoa supaya mama sayang pada Agisha, nanti belajar yang bagus ya sayang" tuan Arkam mengelus Surai panjang Agisha
'Iya pa" Agisha menjawab biasa saja karena tidak lagi berharap sedikit pun pada mamanya
Beberapa menit kemudian mobil yang di tumpangi tuan Arkam dan Agisha berhenti di depan gerbang sekolah bewarna hitam campur emas itu.
'Papa tidak bisa mengantar ke dalam ya sayang, papa ada meeting pagi ini" tuan Arkam menatap jam tangannya yang kini sudah menunjukkan pukul 8 pagi dan beberapa menit lagi jadwalnya meeting nya mulai
'Tidak apa-apa pa, maaf merepotkan" sesal Agisha
'Siapa yang merepotkan siapa, apa kamu masih ada uang jajan? Atm yang papa kasih masih cukup kan?" tanya tuan Arkam memastikan
'Papa.... Sebenarnya kartunya tidak Agis pakai karena tidak ada yang mau di beli, lagian Agis kan dapat beasiswa jadi masih ada simpanan lainnya" kekeh Agisha
'Oh iya papa lupa jika putri papa ini cerdas, baiklah kalau butuh apa-apa langsung hubungi papa yaa... Papa paling suka disusah kan oleh putri-putri papa sendiri, papa pergi dan semangat ya my princess" tuan Arkam mengecup kening Agisha setelah Agisha mencium tangannya
Setelah melihat mobil yang di tumpangi tuan Arkam pergi barulah Agisha masuk ke dalam sekolah internasional itu. Sekolah yang bergengsi dan begitu populer.
🌾🌾🌾
riri-can
Agisha memasuki ruang kelasnya sambil memijat keningnya yang terasa pusing, ruang kelasnya senyap tidak ada suara. Semuanya sibuk dengan kegiatannya masing-masing.
'Hah!" Agisha mengeluh karena merasa hampa
'Kamu kenapa?" tanya Nathan yang duduk di belakang Agisha
Nathan merupakan asli Amerika tetapi melakukan pertukaran belajar dan dua bulan lagi Nathan akan kembali ke negara aslinya.
'Tidak kenapa-kenapa hanya pusing sedikit" jawab Agisha tanpa menoleh pada Nathan yang sudah paham bahasa Indonesia hanya saja belum terbiasa mengucapkannya
'Looks like you need some medicine, or do you need me to take you to the infirmary?" (Sepertinya kamu butuh obat, atau perlu aku antar ke ruang kesehatan) tanya Nathan
'No, thank's. I'm still strong" (Tidak, terimakasih. Aku masih kuat) jawab Agisha
'Okay, if you need help, tell me." (Baiklah, jika butuh bantuan katakan padaku) ujar Nathan dan mulai sibuk dengan ponselnya
'Hmm" sahut Agisha pelan
Di sekolah Agisha cukup terkenal karena nilainya yang selalu tinggi, meskipun bukan juara 1 sekolah tetapi Agisha masuk 5 besar peringkat sekolah.
'Gis" panggil Lily yang merupakan teman akrab Agisha di sekolah
Selain Lily ada juga Dania, Camelia dan juga Violet yang menjadi teman baiknya. Dan ada satu lagi yaitu Jasmine yang sedang melakukan pertukaran pelajar ke negara Belanda.
'Istirahat nanti ke kantin yuk, pagi tadi belum sarapan" Lily mengelus perutnya sambil tersenyum cengengesan
'Baiklah, aku juga belum makan" Agisha mengiyakan karena sejujurnya Agisha sedikit lapar
Pelajaran pun di mulai hingga jam ke tiga ujian dimulai membuat semuanya konsentrasi, dan tidak terasa sudah waktunya jam istirahat membuat beberapa murid keluar dengan santai tanpa ada desak-desakan.
Agisha dan keempat temannya duduk di kursi nomor 13, Lily merebut sebuah tablet untuk memesan makanan lebih dulu. Memang sekolah ini serba elektronik bahkan untuk memesan makanan saja tidak perlu antri di depan penjual tinggal pesan melalui tablet yang disediakan oleh sekolah.
'Lo pesan apa?" tanya Dania pada Agisha yang tidak mood
'Samain aja deh" balas Agisha acuh
'Yakin mau disamain? Gue pesan salad sayuran loh. Gue lagi diet" Dania menatap ragu Agisha
'Yasudah aku pesan red Velvet cake dan minumannya coklat susu hangat saja deh" Agisha menatap menu yang di sodorkan Lily
'Gue mau salad buah aja" sahut Violet dan Camelia pun memesan makanan yang sama
Tidak butuh waktu lama akhirnya pesanan mereka pun datang, kantin sekolah memiliki 2 lantai dengan luas dan begitu lebar sehingga siswa maupun siswinya tidak akan saling rebutan tempat duduk karena semua siswa sudah di kasih porsi masing-masing.
'Eh gue denger dari kelas sebelah Zian pacaran sama kakak kelas" Camelia mulai menggosip
'Oh yaa.... Parah sih Zian, mentang-mentang Jasmine lagi di Belanda dia selingkuh" Lily menggelengkan kepalanya mengingat betapa bucinnya temannya itu pada Zian yang merupakan play cap guguk
'Emang tongkrongan Zian dkk ga ada yang bener" Dania memberikan pendapatnya
'Gue setuju sama Dania, apalagi Aiden beuhhh gue jamin dah sebar benih dimana-mana" celutuk Camelia membenarkan
'Lo pada kenapa, dari tadi diam terus?" tanya Dania pada Agisha dan Violet yang diam saja
'Gue cuma mendengar aja, takutnya salah kata" balas Violet dingin
Kelima sahabat itu hanya Violet dan Agisha yang waras sedangkan Dania, Lily dan Camelia cukup bar-bar dan suka menggosip, jangan lupakan Jasmine yang selalu gesrek dan bucin parah pada Zian yang saat ini masih menjadi kekasihnya.
'Ngapain takut, orangnya juga ga ada. Mereka itu cuma buat citra sekolah buruk. Dihh amit-amit kalau sampai gue pacaran sama salah satu teman Zian" Camelia bergidik ngeri
'Hati-hati kemakan omongan sendiri" kekeh Violet
Kelimanya makan sambil bergosip ria, sesekali Violet yang menatap Agisha yang menurunnya cukup pucat.
Sepulang sekolah Agisha harus mengikuti les bahasa dulu supaya bisa menyamai kakaknya yang sudah fasih 7 bahasa sedangkan dirinya masih 3 bahasa. Sungguh jauh berbeda sekal. Les bahasa hanya butuh waktu 2 jam dan setelah itu Agisha pulang setelah menelpon supir.
Agisha sampai di rumah tepat pukul 8 malam, jam sekolah yang mulai dari jam setengah 9 dan pulang sekolah hampir maghrib, belum lagi beberapa les yang membuat Agisha kelelahan.
'Nona kita sudah sampai" ucap pak Gunawan yang merupakan supir pribadi Agisha
'Nona" panggilannya kembali tetapi tidak mendapatkan sahutan membuat pak Gunawan menoleh
Awalnya pak Gunawan berpikir jika Agisha hanya tertidur tetepi saat diperhatikan lebih jelas Agisha bukan tidur melainkan pingsan membuat pak Gunawan buru-buru menelpon majikannya yang tidak lain adalah tuan Arkam.
'Tuan, nona pingsan dan ini saya berencana mau membawa nona ke rumah sakit" lapor pak Gunawan sambil memutar balik mobil
'Baiklah, nanti kirim alamatnya supaya saya datang, tidak perlu mengabari nyonya" balas tuan Arkam di seberang sana
'Baik tuan" patuh pak Gunawan
Agisha langsung ditangani oleh dokter yang merupakan dokter kepercayaan tuan Arkam.
'Bagaimana kondisi putriku?" tanya tuan Arkam yang baru saja datang
'Putrimu mengalami infeksi saluran pencernaan, apa selama ini Agisha makan sembarangan? Dan juga Agisha mengalami tekanan yang cukup besar sehingga membuatnya mengalami perubahan sikap yang cenderung lebih tertutup, bahkan aku jamin jika Agisha jarang makan melihat perutnya yang kosong" cerita dokter Harold menerangkan kondisi Agisha pada tuan Arkam yang merupakan sepupunya
'Apa kamu menekan Agisha untuk sempurna?!" tanya dokter Harold menuduh tuan Arkam
'Bicara yang benar, apa aku terlihat seperti itu dimatamu?!" tanya tuan Arkam tidak terima dituduh sedemikian
'Aku hanya bertanya bro, jangan marah" kekeh dokter Harold
'Sudah ku beri cairan penambah imun, sebaiknya kamu memperhatikan putri kecilmu ini. Aku curiga istrimu masih kerap menyiksanya" dokter Harold mengeluarkan pendapatnya
'Lagian kenapa kalian tidak bercerai saja, apa kamu segitu mencintainya?" tanya dokter Harold menohok tuan Arkam
Memang benar jika tuan Arkam mencintai istrinya itu meskipun istrinya kerap melukai hati Agisha, tuan Arkam berharap jika suatu saat nanti istrinya akan berubah. Dia sangat berharap begitu.
'Sudahlah jika tidak mau mengurus Agisha lebih baik kamu titipkan saja ke rumahku, ku jamin Agisha akan bahagia" ucap dokter Harold
'Dan menjadi uji coba ketiga putramu yang nakal itu?!" tuding tuan Arkam menatap geram dokter Harold
Mendengar pernyataan tuan Arkam membuat dokter Harold tertawa lepas, ucapan sepupunya itu tidak sepenuhnya salah. Dokter Harold memiliki 3 orang putra dan tidak memiliki seorang putri dan kebetulan di keluarga Praden Agisha adalah yang paling muda usianya selebihnya sudah di atas 20 an. Dokter Harold serta istri dan anak-anaknya menyukai Agisha terkadang menjadikan Agisha tameng jika putra-putra dokter Harold ingin menjahui seorang wanita dengan mengatakan jika Agisha adalah kekasih mereka.
Tuan Arkam memiliki empat saudara dimana dua saudara perempuan yang begitu perhitungan dan suka sekali menindas Agisha dan satu saudara laki-laki serta memiliki 3 orang sepupu dan semuanya laki-laki tetapi yang paling dekat dengannya hanya dokter Harold selebihnya biasa saja, tuan Arkam adalah anak terakhir dan paling muda di keluarga Praden sehingga usia Agisha masih 15 tahunan.
🌾🌾⚠️
riri-can
Agisha membuka matanya perlahan dan melihat jika tuan Arkam tertidur lelap di sampingnya dengan posisi duduk di kursi sambil memegangi tangannya, hal itu membuat Agisha terharu. Setidaknya masih ada papanya yang begitu menyayangi dirinya.
Merasa ada pergerakan tuan Arkam pun membuka matanya, senyumnya mengembang melihat putrinya yang sudah sadar.
'Apa ada yang sakit sayang?" tanya tuan Arkam
'Tidak ada pa, Agis mau pulang saja. Aku ga suka bau rumah sakit" rajuk Agisha
'Baiklah tetapi tunggu cairan infusnya habis dulu ya baru kita pulang" tuan Arkam mengelus surai panjang Agisha
'Baik pa" patuh Agisha
'Apa tidak sarapan pagi lagi tadi pas berangkat sekolah?" tanya tuan Arkam memastikan
Agisha menunduk sembari menganggukkan kepalanya, dia tidak bisa berbohong di depan papanya sendiri karena tuan Arkam tau jelas gerak geriknya jika berbohong.
'Kenapa sayang? Apa masakan bibi tidak enak dilidah mu?" tanya tuan Arkam lembut
'Bukan itu pa, Agis cuma lagi ga pengen makan" dusta Agisha
'Jangan berbohong di depan papa, papa tidak pernah meminta kamu dan kak Ibel untuk sempurna sayang, bagi papa kesehatan kalian nomor satu. Untuk kedepannya jangan diulangi lagi yaa... Papa tidak suka kamu sakit begini" tuan Arkam mengecup jemari putrinya
Tuan Arkam merasa jika putri kecilnya sudah besar, dulu dia masih sering menggandengnya ke kantor jika Agisha dimarahi istrinya. Tuan Arkam begitu berharap jika istrinya merubah sifatnya pada Agisha.
'Baik pa, Agis salah kedepannya tidak mengulanginya lagi" Agis meneteskan air mata merasa bersalah pada papanya
'Sudah, sebaiknya kamu tidur lagi nanti jika infusnya sudah habis papa bangunkan supaya kita pulang" tuan Arkam menghapus air mata Agisha
Sepulang dari rumah sakit tuan Arkam menggandeng tangan Agisha saat memasuki rumah, terlihat di ruang santai seorang wanita yang tidak lain adalah istrinya tuan Arkam bernama Anneta Indri Sutanegara. Wanita itu melirik Agisha dan tuan Arkam sinis atau lebih tepatnya hanya hanya Agisha yang ditatap sinis.
'Kenapa belum tidur ma?" tanya tuan Arkam lembut pada istrinya
'Aku menunggu mu pa, yaudah aku ke kamar dulu" balas nyonya Anneta melenggang pergi meninggalkan Agisha yang terlihat biasa saja tetapi tuan Arkam menggelengkan kepalanya
'Jangan di ambil hati sayang, nanti mama pasti berubah seperti dulu lagi" ujar tuan Arkam
'Tidak apa-apa pa, Agis biasa saja kok" ucap Agisha tersenyum manis
'Baiklah, papa antar ke kamar kamu yaa" tawar tuan Arkam
'Tidak perlu pa, Agis bisa kok ke kamar sendiri. Papa istirahat saja karena Agis tau papa pasti lelah seharian" tolak Agisha
'Baiklah, kalau ada apa-apa langsung hubungi papa yaa" tuan Arkam mengecup kening Agisha dan langsung pergi menuju kamarnya karena ada yang harus dia bicarakan dengan istrinya
Di dalam kamar Agisha langsung tidur karena masih merasa pusing hingga pagi harinya Agisha terbangun di jam 9 menjelang siang.
Agisha memakai kaos putih berukuran jumbo dengan hot pant berwarna hitam, hari ini tuan Arkam sudah memerintahkan seorang pengawal untuk mempermisikan Agisha tidak bisa sekolah dikarenakan sakit.
'Sebaiknya aku ke taman belakang saja, ku pikir Boggie pasti kangen padaku" kekeh nya
Boggie merupakan kucing ras kampung yang dulunya Agisha temukan di dekat sekolah saat dirinya masih berusia 9 tahun. Dan sekarang kucing itu sudah besar karena saat itu Agisha menemukannya dengan kondisi masih bayi.
'Hai my Boggie" sapa Agisha pada seekor kucing berwarna putih bersih
'Apa kamu sudah makan? Umm... Wangi banget sih, ini adik siapa coba, uhh gantengnya" ucapnya gemas pada kucing gemuk itu
Agisha tidak mengetahui jika semua tingkah lakunya sedari tadi di perhatikan seseorang yang duduk disebuah kursi dekat kolam renang.
'Boggie kangen Agis nggak?" tanya Agisha mencium perut kucing itu berulang kali
'Kangen? Wahhh... Sama nih Agis juga kangen loh sama kamu" jawabnya sambil tertawa cengengesan
'Ehem"
Agisha membalikkan badannya dan melihat seorang pria dengan setelah jas serba hitam tengah duduk di sebuah kursi yang tidak jauh darinya, Agisha berpikir kapan pria itu datang karena seingatnya sedari tadi tidak ada, atau memang ada tetapi Agisha tidak memperhatikannya.
Agisha malu sekarang, bahkan Agisha kini menggigit bibirnya menahan kata-kata mutiara yang ditujukan padanya. Jika tau ada orang lain disini sudah pasti Agisha tidak akan mengeluarkan tingkah absurd nya. Pasti pria itu membayangkan jika dirinya tidak waras.
'H..halo" sapa Agisha canggung
Tetapi pria itu hanya diam menatap Agisha dengan tatapan tajam, Agisha baru sadar jika pria dewasa itu bukan asli Indonesia. Lihat saja mata pria itu berwarna abu-abu terang, hidung mancung rambut coklat serta ada brewoknya. Sudah jelas pria itu dari luar negeri. Agisha menatap kagum pria itu karena baru kali dia bertemu pria dewasa yang sempurna setelah papanya.
'Are you Isabella's bodyguard?" (Apakah kamu pengawal kak Issabella) tanya Agisha sesopan mungkin
Karena Agisha tau jika kakaknya itu memiliki banyak penjaga dari luar negeri, bahkan sejauh ini sudah ada 7 orang yang Agisha kenal. Tetapi baru kali ini Agisha lihat pengawal kakaknya tidak memakai kacamata, biasanya mereka pakai bahkan baru kali ini ada penjaga kakaknya yang bisa masuk ke dalam rumah karena biasanya mereka menunggu di depan gerbang. Dan Agisha kaget melihat wajahnya yang begitu sempurna, apa dia beneran seorang pengawal? Itulah yang ada di pikiran Agisha.
Karena tidak mendapatkan jawaban dari pria itu membuat Agisha mencebikkan bibirnya, padahal penjaga yang lain jika Agisha tanya pasti mereka jawab.
'Whatever" (Terserahlah) guman Agisha memilih duduk di kursi yang satunya sambil bermain dengan kucingnya
Agisha merasa haus sekarang karena tadi dirinya tidak minum atau makan apapun, saat bangun tidur langsung gosok gigi dan cuci wajah setelah itu langsung menuju taman belakang.
Mata bulatnya menatap sebuah minuman botol yang tinggal setengah lagi di atas meja, sepertinya itu minuman pengawal di depannya. Agisha terlalu malas untuk kembali masuk. Tanpa ba-bi-bu Agisha merebut botol minuman itu dan langsung meminumnya dengan cepat.
'Aku haus hehehe" Agisha cengengesan saat pria itu melototi nya
'Così sconsiderato" (Sembrono sekali) ucap pria itu sedangkan Agisha mengerutkan keningnya tidak mengerti karena nyatanya pria di depannya menggunakan bahasa itali yang belum Agisha pelajari
'What did you say?" (Apa yang kamu katakan) tanya Agisha kebingungan
Sedangkan pria itu memilih diam setelah mengucapkan kalimatnya tadi, jujur saja Agisha tidak paham sama sekali. Agisha pun merasa sedih karena ini mungkin salah satu faktor dirinya di bandingkan dengan kakaknya Issabella yang sudah mahir berbagai macam bahasa
'Sudah sepantasnya aku selalu di bawah kak Ibel" gumannya tetapi pria di depannya jelas mendengarkannya karena pendengarannya tajam
🌾🌾🌾
riri-can
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!