" Non bangun! Hiks hiks jangan tinggalin Bibi, bangun non!" ucap seorang wanita paruh baya. Yang tampak sangat lemah, dengan mata yang sudah memerah dan kantung mata yang sangat hitam. Sudah pasti wanita itu menangis dalam waktu yang cukup lama.
Bibi Yuni. Biasa di panggil Bibi Yun,! wanita itulah yang sedang menangis di samping seorang gadis yang sedang tidur. Hmm tidak, dia tidak sedang tidur tapi gadis cantik itu sedang koma yang sudah tiga bulan lamanya.
Viona Wijaya. Anak dari Doni Wijaya Kusuma dengan Laras Jacklin Kusuma Orang terkaya No lima di negaranya. Tapi sayang sekali, saat Vio masih berumur tiga tahun Nyonya Wijaya meninggal dunia karena kecelakaan.
Di saat Vio kehilangan sosok Ibu, dia merasa hidupnya tidak lagi bahagia, tidak lagi merasakan yang namanya kasih sayang orang tua. Tidak ada lagi yang menyanginya kecuali pengasuhnya Bibi Yun.
Atas kejadian itu, Pak Doni sangat sedih, dia marah, dan kemarahannya itu di lampiaskan kepada anaknya. Membencinya dan melantarkannya, terkadang juga dia main tangan kepada Viona.
Pak Doni menuduh Vio penyebab meninggalnya sang istri dalam kecelakaan itu. Karena sebelum kecelakaan itu terjadi, Viona kecil merengek kepada Ibunya untuk membawanya bermain ke Mall. Tidak ada seorang Ibu yang bisa melihat anaknya menangis, Apalagi dia mampu untuk mewujudkan keinginannya. Dan disaat perjalanan tiba-tiba mobil yang ditumpangi Viona dengan Ibunya mendadak tidak stabil, dan ternyata remnya blong.
Braakkk
Braakkk
Boommm
Terjadi kecelakaan Tunggal yang sangat mengerikan yang menyebabkan Dua orang meninggal di tempat dan Satu orang yang selamat tapi juga mendapatkan luka lumayan parah.
Selama 18 tahun Viona tidak pernah melawan, membantah atas semuah kejahatan dan fitnah dari orang orang yang di lontarkan kepadanya. Dia cuman diam dan menunduk, seakan akan semua hinaan itu benar adanya.
Di rumah maupun di sekolah suasananya tetap sama, dia sering di bully dan tidak pernah melawan untuk membalasnya. Apalagi dengan penampilan culunnya plus kaca mata besarnya. Kecantikannya seakan akan tertutup dengan penampilannya itu.
Sekarang Viona masih melanjutkan sekolahnya di kampus elit dan yang termahal di negara itu, dengan bekal beasiswanya. Karena tanpa adanya beasiswa Vio tidak akan mampu melanjutkan sekolahnya.
...----------------...
''Arrgghh sakit sekali'' ucapnya dengan lirih sambil memegang kepalanya yang dililit perban. ''Air aku haus'' sambungnya sambil mebuka matanya perlahan.
''Non sudah bangun?'' tanya Bibi Yun. Hiks Hiks'' akhirnya nona bangun juga. Lanjutnya sambil memeluk gadis lemah itu.
Ya akhirnya Viona bangun dari tidur panjangnya, perlahan dia membuka matanya yang terpapar sialauan cahaya lampu. ''Air'' ucanya lagi.
''Ah yaa sebentar non Bibi akan ambilkan'' jawabnya sembari beranjak dari duduknya mengambil segelas air.
''Bagaimana non apa ada yang sakit?'' tanya Bibi setelah Vio menghabiskan satu gelas air putih, yang terlihat masih tampak khawatir.
Vio menoleh kearah di mana Bibi berdiri
''siapa Bibi ini sebenarnya, kenapa dia memanggilku nona?'' ucapnya membatin sambil menatap wajah Bibi Yun.
''Ak...''
Belum sempat dia menyelesaikan ucapannya terdengar teriakan yang sangat keras dan memggema di dalam ruangan. Sekuat tenaga dia menahan rasa sakit itu dan mengepalkan tangannya dengan kuat yang di banjiri keringat dingin.
''Arggh sakit'' teriak Vio sambil memegang ke palanya berharap sakitnya berkurang. Tapi nihil, sakitnya seakan akan bertambah dua kali lipat.
Perlahan ada bayangan seperti sebuah film yang muncul di kepalanya. Melihat itu semua membuat jiwa psikopatnya muncul, tangan dan kakinya terasa gatal ingin berlari membunuh semua orang yang telah berbuat jahat kepadanya, terutama kedua kutu kapret yang telah membuatnya koma. Marah sedih, benci dan kecewa seakan menjadi satu, itulah yang dia rasakan saat ini.
'' Nona kenapa? Astaga, tunggu Bibi akan panggil Dokter dulu'' kata Bibi Yun sambil berlari kearah pintu.
''Huff ternyata aku terlahir kembali dalam tubuh gadis lemah ini. Dan wanita tadi itu pengasuhnya Bibi Yun'' gumam Vio pada dirinya sendiri sambil memijit pelipisnya yang masi terasa pusing dan mengingat kembali kejadian kekerasan yang masi terlintas di kepalanya.
'' Brengsek kalian semua'' ucapnya dengan dingin dengan mata yang tajam. Tenang saja Viona, aku Viora berjanji akan membalas semua yang mereka lakukan padamu, karena jiwaku berada dalam tubuhmu, maka mulai saat ini tubuhmu menjadi milikku, Hee tunggu pembalasanku.
Viorali Kemberli. Nama asli Viora di kehidupan pertama. Dan Viona Wijaya Kusuma nama asli sang pemilik tubuh yang sekarang tapi di dalam jiwanya ada Viora, sang leader Mafia.
Ceklek
Terdengar suara pintu yang terbuka dari luar, tampaklah seorang Dokter pria paruh baya dan Bibi Yun yang mengekor di belakangnya.
''Anda sudah baik-baik saja semua juga stabil, tinggal masa pemulihan untuk beberapa hari ke depan!'' ujar Dokter setelah memeriksa kondisi Viona.
''Terima kasih Dokter'' balas Bi Yun senang karena nonanya sudah baik-baik saja.
''Jangan lupa obatnya masih tetap harus diminum!'' lanjutnya memperingatkan sebelum dia pamit pergi.
''Heemm''
...----------------...
''Ma bagaimana kabar si culun? Apa dia tidak mati?'' tanya sisil kepada Mamanya yang bernama Mira.
''Mama juga tidak tau, tidak ada kabar sama sekali dari Ayahmu, tapi semoga dia tidak selamat'' lanjutnya dengan tersenyum jahat.
''kenapa Mama berharap dapat kabar dari Ayah,? Bukannya Ayah tidak lagi peduli sama si culun?'' tanya Sisil lagi..
''Hahaha benar katamu Sil, kenapa mama sampai lupa dengan hal itu!'' haiss baiklah, tenang saja Mama akan cari tau sendiri.. Jawabnya sambil tertawa bersama
Yaa. Setelah satu tahun kematian Istrinya, Pak Doni menikah lagi dengan seorang janda anak satu. Yang bernama Mira Arola dan anaknya Yang bernama Sisil Arola, dan semenjak menikah mereka mengganti marga dengan marga Wijaya. Sebelumnya Mira hanyalah seorang pelayan di menssion Wijaya, karena keserakahannya dan melihat ada peluang untuk masuk Mira tidak lagi buang waktu dia bertindak lebih cepat dengan cara licik untuk menjebak Pak Doni. Segala cara yang akan dia lakukan untuk mencapai semua ambisinya.
Dari semenjak menikah lagi dengan mira pak Doni makin membenci Viona, karena hasutan dan fitnah yang dia dengar dari istri keduanya itu, dia bertindak tanpa mencari kebenarannya.
~Flasback On
''Kenapa hidupku begini ya Tuhan, apa salahku.?'' keluhnya sambil menatap langit malam dengan galaxi bintang yang berkilauan.
''Apa aku tidak pantas bahagia?'' lanjutnya dengan suara yang sendu. ''Aku tidak minta dilahirkan dalam keadaan menderita seperti ini,! atau ini yang dinamakan takdir, tapi sampai kapan? Mampukah aku bertahan? Sungguh, aku sudah tidak tahan lagi bolekah aku menyerah?'' racaunya sambil menangis pilu, ''hiks hiks''
Ya Viona saat ini berada di balkon kamarnya yang berada di lantai dua merenungi nasibnya yang malang itu.
taakk.. (anggap suara dorongan)
Bukkk..
''Mamaaaaa, Ayaaaahhhh tolong Kak Vio dia jatuh dari balkon'' teriaknya histeris dengan mimik wajah khawatir.
''Mamaaa Ayaaahh cepetan kemari'' teriaknya lagi sambil melihat kebawah di mana Vio jatuh yg sudah ada beberapa penjaga mengerumunginya.
''kenapa kamu teriak histeris begitu Sisil, apa yang terjadi?'' tanya Mira sambil berjalan mendekat kearah anaknya yang di susul oleh Pak Doni dan beberapa Pelayan.
''Yaa ada apa Sisil?'' Pak Doni juga bertanya kepada anak tirinya itu
''I i tuu, aku lihat sendiri kak Vio jatuh dari balkon dia mau bunuh diri'' jawabnya dengan gugup.
''Apaahh, tidak mungkin Vio bertindak sejauh itu,! dia anak yang baik'' ucapnya berpura pura khawatir. ''Cepat kalian semua tunggu apalagi cepat telpon Ambulance'' lanjutnya sambil berteriak kepada pelayan.
''Betul, cepat telpon Ambulance jangan sampai terjadi apa-apa, repotasi keluarga kita akan buruk di mata orang lain!'' kata Pak Doni dengan datar tanpa ada rasa khawatir sedikitpun.
Ternyata Pak Doni lebih mementingkan repotasi keluarganya daripada nyawa anak gadisnya sendiri yang sedang sekarat itu.. Tidak ada tampak kasihan dan khawatir yang dia rasakan, dia cuek saja seakan tidak terjadi apa-apa. Mungkin otak dan hatinya sudah membeku kayak batu.
''Hohoho rasain''
~Flasback off
''Oh iya non, besok pagi nona sudah boleh pulang'' kata Bibi Yun sambil berkemas untuk persiapan besok.
''Iya Bi aku tidak sabar lagi'' jawab Vio dengan senyum anehnya tapi masi dilihat oleh Bibi.
''kenapa sifat non Vio sekarang berubah ya? dulunya pasti nona akan menangis, melamun dan tidak ada semangat untuk hidup.! Tapi semenjak bangun dari komanya nona seakan bersemangat dengan mukanya yang datar dan juga auranya sangat berbeda. Tapi Bibi senang lihat sifat nona yang sekarang, batin Bibi Yun sambil tersenyum.''
Deg
''Whats apa yang terjadi? kenapa aku bisa mendengar pikiran orang lain? hee sungguh suatu keajaiban yang luar biasa''
''Tentu saja auraku berbeda Bi, karena aku Viora sang leader Mafia No satu di negara ini, tapi sayang sekali aku gugur dalam misi'' kata Vio juga berucap dalam hati.
Viora seorang Leader Mafia di ke hidupan pertamanya, entah apa yang membuatnya kurang fokus dan kurang teliti sehingga target yang ingin dia musnahkan dapat mengetahui rencana Viona.
...----------------...
''Kenapa mension ini sangat sepi Bi, kemana mereka semua?'' tanya Vio pada Bibi Yun sambil melihat lihat keadaan mension itu.
''Biasanya kalau sudah jam segini Tuan Doni sudah ke kantor, Nyonya Mira keluar bersama kelompok sosialitanya, dan non Sisil palingan ke kampus, jadi cuman ada pelayan dan penjaga'' jawab Bibi Yun .
Yaa pagi-pagi Vio dan Bibi Yun sudah berada di kediaman Wijaya, dengan menggunakan Taxi karena tidak ada yang menjemput mereka berdua dan juga tidak ada penyambutan di menssion itu.
''Hem baiklah Bi antar aku ke kamar'' kata Viona sambil berjalan menuju lantai dua, dia ingin segera beristirahat karena masih merasakan sedikit pusing.
''Mari non Bibi antar, kalau ada perlu apa-apa panggil Bibi saja'' katanya setelah sampai dikamar Vio.
''Baik Bi, sekarang aku ingin istirahat, Bibi boleh turun kebawah'' balasnya.
...----------------...
''Wajah ini sebenarnya sangat cantik, tapi sayang sekali tidak pernah dirawat'' gumamnya sembari menatap wajahnya pada kaca meja rias.
''Hmm baiklah, pertama aku harus merubah penampilanku dulu'' lanjutnya sambil memilih baju yang ada di dalam lemari.
Vio memilih baju dress selutut, warna merah muda dengan hiasan rendanya. Rambut panjangnya yang hitam dengan ombre wrna ungu muda di bagian lapisan dalam dia gerai dan sedikit polesan bedak di wajahnya, juga tak lupa lip gloss nya.
''Perfect''
Malam tiba dimana semua penghuni rumah sudah berkumpul di meja makan kecuali Viona. Tapi mereka belum memulai ritual makannya entah apa yang terjadi.
Tak
Tak
Tak
Terdengar suara langkah kaki dari arah tangga yang menggema di ruang makan. Semua mata tertuju kearah tangga, mereka semua syok, kaget, terpana dan tidak percaya atas apa yang mereka lihat, seorang gadis cantik yang sedang berjalan menuju meja makan.
''Siapa gadis itu?'' pelayan 1.
''Dia sangat cantik!'' pelayan 2
''Apakah itu siculun,? tapi mana mungkin ?'' pelayan 3
''Astaga nona Vio sangat cantik!'' Bibi Yun
''Appaa?''
Bisik bisik terdengar sampai ke telinga tuan rumah, yang mana membuat si duo emosi. Tapi mereka hanya menahan diri agar tidak kelepasan. Soalnya ada Pak Doni mereka akan tidak berani bertindak.
''Dasar jal*ng kenapa dia masih hidup, lihat saja nanti aku akan membuatmu lebih menderita'' Mira.
''Kenapa penampilannya sangat berbeda,? tidak akan gue biarkan lo bahagia!'' kata Sisil dalam hati dengan emosi.
Deg
''Apakah dia Viona anakku? dia sangat cantik seperti Ibunya!'' batin Pak Doni yang masih menatap Vio sampai tak berkedip.
Viona hanya tersenyum sinis mendengar pikiran mereka semua ''Ciihh jangan kau anggap aku sebagai anakmu lagi brengsek.''
''Kak Vio sudah sehat? ah syukurlah, maaf ya kak, aku tidak sempat menjenguk Kak Vio soalnya aku banyak tugas dari kampus'' Kata Sisil dengan suara lembutnya yang dibuat semanis mungkin.
''Yaa benar nak Vio mama juga sama, jadi mama minta maaf samu kamu. Dan syukurlah jika kamu sudah sehat!'' sambung Mira takkalah bedanya dengan ekting Sisil.
Vio hanya diam dengan muka datarnya, berjalan dengan percaya diri, tidak ada niat untuk merespon omongan orang yang non berfaedah itu, tidak ada lagi yang namanya kepala menunduk ke bawah.
Apakah Pak Doni menyapa Viona? Tidak. Tidak sama sekali, dia hanya cuek dan mengabaikan semua yang terjadi. Tidak ada kata sapaan atau rasa Syukur yang terucap untuk Viona..
Makan malam berjalan dengan lancar, hanya dentingan sendok yang terdengar tidak ada yang berani bersuara. Vio makan dengan anggunnya, tanpa memperdulikan keadaan sekitar, di mana semua mata memandangnya, melihat semua itu mereka seakan tidak percaya, apakah gadis itu masih si culun yang sering mereka tindas? bingung dan berbagai macam pertanyaan di pikirin mereka semua.
...----------------...
Pagi yang cerah telah tiba, dan malam telah berlalu. Yang di mana semua orang sibuk dengan kegiatan mereka masing masing. Ada yang ke sekolah, olahraga dan bersantai. Dan banyak juga yang sedang bekerja untuk mencari rejeki. mencari penghasilan untuk sesuap nasi, apapun yang akan mereka kerjakan selagi masi mampu untuk berusaha.
Tapi tidak dengan Viona, dia masih bermalas malasan di dalam kamarnya sampai hari menjelang siang. Viona tidak ikut bergabung serapan bersama yang lain, dia lebih memilih sarapan di dalam kamarnya yang diantar oleh Bibi Yun. Vio juga belum masuk kuliah, dia meminta kepada Dosennya agar cutinya di perpanjang lagi selama seminggu dengan alasan masi dalam pemulihan.
Brraakk
''Ho ho ho lihat ini si culun, mentang mentang gue dan nyokap tidak di rumah, dan lo berani beraninya makan di meja makan, apa lo lupa dengan peraturan yang nyokap gue buat haa?'' tanya Sisil sambil berteriak dengan angkuhnya.
Tapi tidak digubris sama sekali oleh Viona, dia hanya cuek dan mengabaikan ocehan Sisil seperti debu yang berlalu tertiup angin kencang.
''Hee culun apa lo tuli, gue tu bicara sama lo kenapa lo hanya diam haa?'' tanya sisil dengan suara yang makin meninggi
Lagi-lagi Viona tidak merespon ocehan Sisil, dia masil tenang, dan melanjutkan makannya sampai suapan terakhir. Tapi sebelum suapan itu masuk kedalam mulutnya, dia mendengar satu kata yang membuat dirinya sangat marah, tatapannya yang semula tenang berubah menjadi tatapan yang tajam degan aura dinginnya, yang siap untuk menerkam mangsanya.
''Anjjriit lo dasar jal*ng apa lo sengaja pura pura tuli dan mengab...
Sebelum menyelesaikan omongannya terdengar suara yang sangat keras dan melengking yang menggema dengan sempurna.
Plakk
Plakk
''Anjjriit lo dasar jal*ng apa lo sengaja pura pura tuli dan mengabaik.''
Plakk
Plakk
Sebelum menyelesaikan omonganya, terdengar tamparan keras sebanyak dua kali. Kebetulan atau tidak, atau sudah takdirnya untuk mendapat hadiah itu, sebagai permulaan pembalasan dari Viona. Sebelumnya Sisil pulang ke menssion hanya untuk mengambil tugas yang tertinggal, di saat itu juga dia meraskan lapar jadi sekalian untuk makan siang. Tapi tak di sangka saat dia masuk ruang makan, dia melihat Vio lagi duduk manis sambil makan bak seorang putri. Dia merasa heran, karena sebelumnya jika tidak ada Pak Doni di menssion, maka Vio harus makan di dapur bersama para pelayan dan dia harus membantu pelayan agar dapat jatah.
''Kurang ajar, beraninya lo nampar Gue ha''? tanya Sisil sembari memegang pipinya yang memar dan perih. Dia bingung kenapa si culun berubah! Bukan cuman dia saja yang bingung para pelayan dan penjaga yg melihat itu semua seakan tidak percaya sampai mata mereka melotot, apalagi Bibi Yun jangan di tanya lagi dia yang paling tercengang diantara mereka tapi Bibi Yun senang melihat adegan itu. karena dia berpikir dengan begitu nonanya tidak lagi mudah di tindas dan akan membalas jika ada yang mengganggunya.
''Kenapa tidak? itu baru permulaan, jadi Gue beri lo peringatan jaga tu mulut jangan sampai Gue dengar kata-kata yang membuat Gue marah, maka lo akan mendapat hadiah yang lebih indah daripada yang tadi'' kata Vio dengan tegas.
Deg
''Kenapa dia lebih galak daripada gue dan mama?'' kata Sisil dalam batin. dia agak ragu untuk membalas perbuatan Vio kepadanya apalagi mamanya lagi keluar. Tapi dia tidak mau terlihat lemah jadi hanya membalas dengan kata-kata.
''Ckk emang siapa lo larang gue untuk berkata yang tidak pantas, mulut-mulut gue. jadi terserah gue mau ngomong apa'' balas Sisil yang masih terlihat angkuh, padahal dia agak takut.
''Ehh ada apa ini, kenapa ada keributan di dapur?'' tanya Mira yang tiba-tiba nongol di balik pintu sambil menatap anaknya seakan minta penjelasan.
''Mama,! akhirnya mama pulang juga. mama lihat ini pipi Sisil merah karena di tampar si culun!'' kata Sisil mengadu sembari memegang pipinya dengan mimik wajah lemesnya seakan-akan dia sangat menderita.
''Appaa, bagaimna mungkin, emangnya apa yang terjadi?'' tanya Mira yang sudah agak emosi mendengar anaknya di tampar si culun. Tapi dia tidak boleh gegabah jangan sampai disini ada jebakan, karena dia sudah berpengalaman dalam hal ini.
''jadi beginima... ... . '' Sisil menjelaskan semuanya tidak ada yang dia lebih-lebihkan karena dia tau mamanya akan tetap membelanya.
''Beraninya kamu melanggar aturan yang Mama buat? dan menampar Sisil. apa kamu mau tidak akan dapat jatah makan selama sebulan?'' tanya Mira kepada Vio, dan berharap Vio akan menangis seperti sebelumnya jika dia diancam tidak akan mendapat jatah makan. Tapi apa yang Mira inginkan tidak sesuai apa yang dia harapkan.
''Kenapa gue harus makan di dapur, jika ada ruang makan dan meja makan yang sangat besar, mubazir kalau tidak di pergunakan'' jawabnya dengan santai. ''Dan untuk jatah makan kenapa Anda yang ngatur, bukan anda yang cari duit tapi Ayah gue. Jadi yang berhak larang gue makan cuman Ayah Doni, camkan itu''
''Kayaknya yang perlu makan di dapur itu kalian berdua'' lanjut Vio dengan santainya, tapi membuat si duo emosi
''Apa maksudmu haa? dasar anak kurang ajar'' balas Mira makin emosi mendengar perkataan Vio.
''Kenapa anda marah nyonya, tersinggung?'' tanya Vio lagi dengan senyum mengejek. ''Apa Anda lupa, kalian hanya seorang BABU yang tiba-tiba diangkat jadi Ratu dan Cenderella!'' lanjutnya dengan sengaja menekan kata babu plus senyum ejekan yang makin melebar.
Brraakkk
''Dasar anak pembawa sial, siapa yang kau katakan babu haa?'' tanya Mira sambil berteriak, dia sudah tidak tahan lagi dia mengangkat tangannya ingin menampar Vio, tapi sebelum itu terjadi terdengar suara bariton dari belakang Mira, yang membuatnya senang karena dia akan mengadukan kepada Doni.
''Berhenti, kamu mau ngapain Mira?'' Tanya pak Doni dengan suara tegasnya. Yang tiba-tiba bersuara entah sejak kapan dia berada disitu.
''Eh mas tumben pulang jam segini? inikan masi siang?'' Mira bertanya balik, dia sengaja mengabaikan peratanyaan Pak Doni, agar Pak Doni terpancing emosinya.
''Jawab pertanyaanku Mira, mas dengar suara kamu sampai luar sana, ada keributan apa sampai kamu teriak begitu?'' Tanya Pak Doni lagi kepada Mira yang sudah terpancing emosinya.
''Hmm ini mas Sisil berantem sama Viona aku cuman melerai mereka, ya aku sampai teriak karena kaget tadi Viona nampar Sisil'' jawabnya dengan sedikit kebohongan.
''Apa benar begitu Sisil?'' tanya Pak Doni
''Benar ayah, ini buktinya pipi Sisil masi merah'' adu Sisil sambil memperlihatkan bekas tamparan dari Viona.
''Dasar anak kurang ajar kamu, beraninya nampar adik kamu sendiri'' kata Pak Doni sambil menatap Vio dengan suara tingginya.
''Apa drama kalian bertiga sudah selesai? Aku bosan pengen balik ke kamar'' tanya Vio, dia malah mengabaikan peratanyaan Doni
''Oh jadi sekarang kamu mulai melawan ya? lihat aja nanti ayah akan hukum kamu, dan cepat minta maaf sama Sisil.''
''Untuk apa aku minta maaf? yang salahkan dia jadi aku menamparnya! dan satu lagi dia bukan adikku, karena Ibuku hanya melahirkan sekali'' kata Vio sedikit emosi.
''Jangan kurang ajar kamu, dia adikmu karena Ayah menikah dengan mamanya.''
''Ohh apa kamu masi Ayahku? dan biar bagaimanapun Anda menjelaskan tidak ada adik bagiku, dan Ibuku hanya satu yaitu mendiang Nyonya Laras'' jawab Vio dengan suara tingginya. Mendengar apa yang di ucapakan Viona membuat si duo emosi, dan hanya mangumpat dalam hati.
''Apa maksudmu haa,? aku ini masih Ayahmu'' teriak Doni makin emosi bagaimana bisa anaknya bertanya seperti itu.
''Hahaha apa anda pantas di sebut seorang Ayah, apa anda pantas di sebut seorang lelaki? Ayah mana yang membenci anak kandungnya sendiri, melantarkan, mengabaikan, kekerasan dan tidak menafkahi anaknya, dan aku koma selama tiga bulan, apa Anda pernah datang menjenguk, tidak sama sekali. Apa itu pantas di sebut seorang Ayah Tuan Doni?'' Vio bertanya dengan suara lantangnya, dia tidak tahan lagi dia menangis di depan Ayahnya.
Deg
Semua terdiam mendengar ucapan Vio, mereka paham akan hal itu, bagaiamana tidak kejadian yang dialami Viona terjadi di depan mereka secara langsung dan tidak ada yang berani membelanya karena ancaman Mira.
''Apa aku setega itu? ah tidak, dia pantas mendapatkannya, karena dia! istriku menninggal'' batin Doni
''Kamu pantas mendapatkan semua itu anak pembawa sial, dan gara-gara kamu istriku meninggal'' jawab Doni yang tidak mau kalah, karena menurutnya apa yang dia lakukan sudah benar.
Plaakk
''Beraninya kauu!'' teriak Doni marah sekaligus kaget kerna tiba-tiba mendapat tamparan dari Viona.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!