NovelToon NovelToon

Dikejar Duda

DD - 1

"Eh, lepas! Apa-apaan ini, main peluk dari belakang!" Adistya memberontak sembari berteriak ketika seorang lelaki asing memeluknya dari belakang. Teriakannya bahkan sampai mengundang  perhatian para tamu dan mulai berkerumun di area taman belakang. 

"Maafkan aku Sayang, semua memang salahku. Pulang ya, kita mulai semua dari nol."

"Mulai dari nol apanya? Aku nggak kenal kamu, cepat lepasin! Dasar orang gila, kalau gila ke RSJ jangan ke pesta besar!"

Mereka terus berdebat, sampai menimbulkan kericuhan. Para tamu yang melihat perdebatan itu, merasa was-was, apalagi Adistya sampai mengatai lelaki itu gila. 

"Aku ulangi sekali lagi, lepaskan pelukanmu atau jangan salahkan aku jika sifat bar-bar ku muncul!" teriak Adistya sedikit mengancam agar lelaki di belakangnya ini melepaskan pelukannya. 

"Tidak, aku tidak akan melepaskanmu lagi. Please, Sayang, pulang dan aku mengaku salah. Kasihan Camelia, dia selalu mencarimu, pulang ya?"

Mendengar itu Adistya menggeleng kuat. Enak saja dia dipanggil sayang, pacar saja tidak punya, tapi dengan lancang lelaki ini memanggilnya 'Sayang'

"Woe, sudah aku katakan, jangan memanggilku Sayang! Aku —"

"Baiklah, ayo pulang istriku. Sekarang kamu senang, istriku?"

Sungguh, Adistya ingin meninju lelaki ini. Benar-benar memuakkan, sampai dia merasa mual mendengar kata-kata istriku dari mulut lelaki gila itu. Karena tak bisa di ajak negosiasi, maka Adistya hanya punya satu pilihan, injak, tampar dan tendang tititnya. 

"Kamu yang membuatku marah, maka rasakan ini!"

Jleb!! 

"Aduh!"

Adistya sungguh-sungguh mengeluarkan jurus kaki seribu untuk menginjak kaki lelaki itu, merasa pelukannya longgar Adistya segera mendorong orang tersebut dan menamparnya. 

Plakkk! 

"Ini tamparan karena sembarangan memelukku!"

Plakkk! 

"Yang ini karena memanggilku, istri, sayang, apalah itu!"

"Dan ...."

Bugg!! 

"Dan ini karena kamu sengaja meremass bokongku, tadi!" 

Nafas Adistya sampai naik turun, dia sangat kesal dan juga malu. Dengan kejadian seperti ini nama baiknya bisa tercemar, bahkan mungkin dari beberapa orang mengira dirinya ini istri kejam yang tak mau mengakui suaminya sendiri. 

"Istri —"

"Aku bukan istrimu! Aku masih perawan, belum tersentuh sedikitpun dan aku ini mahasiswi, jadi mana mungkin memiliki suami gila sepertimu!" teriak Adistya terus menerus sampai membuat semua orang di sana saling berbisik. 'Masa bodoh dengan mereka!'

Meskipun lelaki di depannya ini seorang konglomerat, kalau caranya begini, Adistya tak segan-segan memberinya pelajaran berharga. 

'Lihatlah, gadis itu menendang masa depan CEO perusahaan Brama Group. Matilah dia, pasti hidupnya akan langsung berakhir,' bisik salah satu pengunjung pesta. 

Adistya mendengar desas-desus itu langsung menatap tajam mereka, dia juga tak kenal takut pada semua orang, intinya Adistya benar, jadi dia tidak akan takut. 

"Tya, astaga apa yang kamu lakukan!? Dia kolega kakakku, bisa bahaya kalau sampai dia mengamuk," cetus Mety — sahabat Adistya sembari menyeret Adistya sedikit menjauh. 

"Dia duluan kali, Met. Kamu tau sendiri kan dia tiba-tiba memelukku dari belakang dan dia melecehkanku juga," sahut Adistya tak terima sahabatnya lebih membela lelaki gila tadi. 

"Tapi dia bukan orang sembarangan, Astaga Tya!" Mety pun langsung meninggalkan sahabatnya dan menghampiri kolega kakaknya. 

"Tuan Darren, saya benar-benar minta maaf. Sahabat saya memang sedikit bar-bar, sekali lagi maafkan sahabat saya." Mety membungkuk sambil mengulurkan tangan, tapi sayangnya Darren menolak kebaikan Mety. 

"Aku tidak membutuhkan bantuanmu," kilah Darren. 

Darren berusaha berdiri sendiri, dia tak mau sembarangan orang menyentuhnya. Baginya, Mety bukan levelnya, menerima bantuannya sama saja menjatuhkan harga diri seorang Darren. 

Tak selang beberapa lama,  kakak dari Mety datang mendekati Darren. Dia terus meminta maaf atas kejadian malam ini, namun Darren tak membalas sedikitpun. Tatapan matanya masih tertuju pada Adistya, akan tetapi Adistya selalu melotot seakan-akan menantang Darren untuk perang. 

"Sungguh menarik."

"Apa yang menarik, Tuan?" tanya Felz — kakak Mety. 

"Bukan apa-apa!" Tatapan Darren benar-benar tatapan membunuh, padahal hanya melirik, tapi mampu membuat Felz dan Mety gemetar takut. 

"Oh ya, jika kamu mau kerja sama kita sukses, maka aku ingin informasi tentang gadis itu. Aku beri waktu dua puluh menit, jika setuju temui aku di privat room," bisiknya pada Felz. 

Darren berjalan mendekati Adistya, tatapan mereka saling beradu. Dia sangat tertarik pada wanita di depannya ini, dengan cara apapun Darren akan mendapatkan Adistya. 

"Apa lihat-lihat, mau ku congkel matamu!"

Darren tertawa mendengar ucapan Adistya, dia semakin mendekat dan meraih pinggang gadis itu sambil membisikkan sesuatu. "Mungkin hari ini aku tidak bisa membawamu pulang, tapi lihatlah suatu hari nanti kamu pasti pulang ke rumah, istriku."

***

"Gila! Dasar lelaki gila! Nggak ada sopan santun sekali, seenaknya mengklaim orang istri, dasar tua bangka!" umpat Adistya sambil berjalan memasuki gang kecil perkampungannya. 

Dia masih kesal dengan kelakuan Darren, sepanjang pesta lelaki itu selalu menatapnya dari jauh, bahkan terus membuntutinya di belakang saat pulang. 

Adistya merasa seperti orang yang memiliki hutang banyak, sampai diikuti segerombolan orang demi mendapat informasi. Untung saja otaknya sedikit pintar jadi ketika bus  berhenti di halte, Adistya keluar secara diam-diam dan bisa pulang dengan tenang. 

"Jangan sampai bertemu dia lagi, ih amit-amit!" serunya semakin mempercepat langkah kakinya. 

Ketika dia sudah sampai depan rumah, telinganya tak sengaja mendengar keributan dari dalam. Adistya begitu panik, karena tau siapa dalang keributan ini. Dengan sangat cepat dia masuk kedalam dan melihat apa yang sedang terjadi. 

"Ada apa ini?" teriak Adistya. 

Matanya seketika melotot lebar ketika melihat ayahnya memunguti nasi di atas lantai, hatinya sangat tercabik-cabik, ayah tercinta diperlakukan seperti ini. 

"Ayah!!" Adistya berjongkok mensejajarkan posisi mereka. "Kenapa Ayah memakan ini? Ya ampun Yah, ini nggak layak makan." Tak terasa air mata Adistya menetes begitu deras. Sakit sungguh sakit hati Adistya, dia baru saja makan enak tapi ayahnya memakan nasi berlumur pasir. 

"Ini masih bisa dimakan, Nak. Jangan hiraukan Ayah, lebih baik kamu masuk dan segera tidur," cegah Ardi. 

"Nggak, ini nggak layak -- aahhh!" Adistya menjerit keras saat seseorang menjambak rambutnya secara kuat, dia mendongak dan melihat bibinya terus mengoceh. 

"Dasar anak jalangg! Dari mana saja kamu, ha! Aku terpaksa melewatkan dua ratus juta ku gara-gara kamu menghilang!" teriak Ratna terus menjambak rambut Adistya. 

"Sakit sialan! Aku bukan anak jalangg, tapi kamu yang jalangg berkedok rasa simpati!" Adistya berusaha memberontak, tapi tenaganya kalah jauh apalagi tubuh sang bibi begitu besar seperti gajah duduk. 

"Lepaskan anakku! Dia masih kecil, jangan luapkan amarahmu pada anakku." Ardi memohon sembari memeluk kaki Ratna. 

Hancur! Hati Adistya sangat hancur melihat ayahnya semakin direndahkan, apalagi Ratna langsung menendang ayahnya sampai tersungkur. Adistya menjerit menangisi sang Ayah, lebih baik dia yang menderita, jangan ayahnya. 

"Bibi, lepaskan ayahku! Aku mohon, jangan sakiti Ayahku lagi. Akan kulakukan apapun itu, asal lepaskan ayah." Mohon Adistya. 

Dia terus memohon meski ayahnya berkali-kali berkata jangan memperdulikannya, tapi bagaimanapun Ardi tetaplah ayahnya, apapun akan Adistya lakukan asal bibinya berhenti menindas ayahnya. 

"Bagus, dari awal seperti ini aku nggak perlu pake otot. Satu minggu lagi Baron akan membelimu dan kamu harus melayani dia sampai puas. Jika sampai gagal, maka jangan salahkan aku jika Ayahmu menjadi mayat hidup!" 

"Baiklah, aku akan menurutimu. Tapi aku mohon, jangan perlakuan Ayahku seperti ini." 

Dengan terpaksa Adistya menerima permintaan bibinya demi kebaikan sang Ayah, apapun akan dilakukan asalkan semua baik-baik saja. 

"Tya, Ayah —"

"Ayah, jangan pikirkan Tya. Yang penting Ayah bisa hidup tenang," sahut Adistya tak mau ayahnya menghalangi semua. Tak mau, ayahnya terlalu lama di atas lantai. Adistya memutuskan membawa Ardi masuk ke kamar. 

 'Suatu hari nanti akan ku balas perbuatanmu wanita tua!'

...****************...

DD - 2

Pagi hari yang begitu suram bagi Adistya. Semalam suntuk dia tak bisa memejamkan matanya, bayang-bayang ayahnya yang di tindas sang bibi membuat Adistya merasa sedih dan semakin sakit hati.

Ingin sekali Adistya membawa ayahnya keluar dari rumah neraka ini, tapi dia belum memiliki tujuan maupun uang lebih. Bahkan, kuliah saja Adistya masih membebani Ayahnya.

"Aku mau cari kerja saja, buat apa kuliah mahal-mahal jika setiap hari melihat ayah dihina!" serunya terduduk cepat.

Adistya bertekad akan mencari kerja saja dan mengambil cuti kuliah, kalau perlu keluar sekalian. Baginya, pendidikan sekarang bukan nomor satu, ayahnya lah yah harus diprioritaskan.

Secepat kilat, Adistya turun dari atas ranjang. Setelah selesai membersihkan diri dan merias wajahnya, dia langsung turun menyapa ayahnya.

"Selamat pagi, Ayah," ucap Adistya sambil mencium kedua pipi Ardi.

"Selamat pagi, Sayang. Sini sarapan, Ayah tadi masak capcay kesukaanmu," ucap Ardi mempersilahkan Adistya duduk di atas kursi.

"Ayah memang yang terbaik, Tya sangat beruntung memiliki orang tua seperti Ayah." Mata Adistya mulai berkaca-kaca, tapi dengan cepat dia mengibas-ibaskan tangannya agar air mata tak jatuh begitu saja.

"Sudah cepat makan, nanti keburu dingin," kata Ardi.

Mereka berdua pun makan secara damai, tidak ada ribut-ribut seperti semalam karena bibinya kalau jam segini masih tidur dan akan bangun nanti sore.

"Tya, Ayah harap perjanjianmu dengan Ratna tidak serius. Ayah pasti akan sangat kecewa dan merasa gagal menjagamu, jika —"

"Ayah, jangan khawatirkan aku. Semua akan baik-baik saja, yakin sama Tya," potong Adistya agar ayahnya tidak terlalu memikirkan tentang keputusannya semalam. Jika, ayahnya terus berkata seperti ini, Adistya takut hatinya akan goyah dan mengurungkan niatnya untuk memenuhi permintaan bibinya.

"Tapi —"

"Ayah, tatap mataku. Yakinlah, semua akan baik-baik saja. Lagian waktunya juga masih seminggu lagi kan, siapa tau ada pangeran tampan menolong Tya dan membebaskan kita dari jeratan nenek lampir itu," ucapnya sambil terkekeh.

"Kamu ada-ada saja, Tya. Sudah makan dulu jangan banyak bicara, nanti keburu dingin," kata Ardi terus menata

Adistya mengangguk paham dan segera menyantap hidangan di depan meja. Setelah selesai, Adistya pamit berangkat kuliah. Namun, ketika dia membuka pintu pemandangan merusak mata langsung menusuk kalbu.

"Kamu!" seru Adistya amat kesal. Dia mendorong tubuh Darren agar menjauh dari rumahnya dan memaki lelaki didepannya ini.

"Ngapain kamu kesini, ha? Tau dari mana alamat rumahku, dasar orang gila, penguntit, nggak waras, dan — ummmm ...."

Adistya terbelalak lebar tak kala bibirnya di bungkam oleh Darren. Merasa dilecehkan sekali lagi, Adistya memberontak cepat. Tangannya terus memukul-mukul dada lelaki itu dan berusaha mendorongnya.

Namun, usahanya terasa sia-sia saat Darren semakin menekan kepalanya sehingga ciuman mereka berdua semakin dalam. Adistya sangat marah, dia tak mau diperlakukan seperti ini apalagi mereka hanya orang asing.

"Brengsek!"

Sekuat tenaga Adistya menginjak kaki Darren dan mendorong lelaki itu menjauh, setelah dia terbebas Adistya langsung menghapus jejak ciumann tadi secara kasar.

"Kamu melecehkanku lagi! Dasar mesum, nggak punya etika!" marah Adistya.

"Sayang, kita pulang ya. Aku sangat merindukanmu, jangan seperti ini Sayang," ucap Darren sambil memeluk Adistya sangat erat.

"Sayang mbahmu! Cepat lepaskan aku, tolong ada orang gila!" teriak Adistya agar orang-orang menolongnya, tapi sayang sekali tetangganya hanya melihat dan tak mau menolong.

"Maki lah aku, Jika itu membuatmu lega. Ini semua memang salahku, aku mohon kembalilah pulang."

Kepala Adistya mendadak pusing, mendengar ocehan Darren membuatnya bingung dan semakin kesal. "Kamu memang gila! Ayah tolong aku ayah, ada orang gila!Ayaaaaahhh!"

Teriak Adistya sangat keras sambil berusaha melepaskan diri dari pelukan Darren, dia tak tau harus meminta tolong siapa lagi. Tetangga hanya melihat saja, jadi mau tak mau Adistya mengandalkan Ardi.

"Ada apa ini? Lepaskan anakku, siapa kamu?" Ardi keluar dengan perasaan khawatir ketika melihat anaknya dipeluk seseorang.

"Ayah tolong Tya, dia lelaki gila Ayah!" seru Adistya sambil mengulurkan tangan agar Ardi menolongnya.

"Lepaskan anakku!"

"Aahhh!" Adistya menjerit kencang ketika tubuhnya di angkat Darren. Sedangkan beberapa orang menghalangi Ardi agar tidak mengganggu Darren.

"Ayah ...."

"Tya, tolong lepaskan anakku!"

Adistya menangis melihat ayahnya memohon, sedangkan Darren tak memperdulikan semua dan terus berjalan ke arah mobil. Tanpa menunggu lama, Darren membawa masuk Adistya dan langsung mengunci pintu mobil.

"Lepaskan ayahku!"

"Asal kamu diam, maka akan ku suruh mereka melepaskan ayahmu," ucap Darren sambil mengelus lembut pipi Adistya.

"Cih, lepaskan tanganmu!" Tepis Adistya.

"Kamu sekarang sangat kasar, Sayang. Kita hanya berpisah lima bulan, tapi sikapmu menjadi bar-bar," bisik Darren tepat di telinga Adistya.

Adistya merasa risih, dia mendorong tubuh Darren tapi lelaki itu malah menarik tengkuknya dan menciumnya kembali. Ciumann yang sangat lembut berbeda dengan tadi, sehingga membuat Adistya sedikit terbawa suasana.

Tapi, beberapa menit kemudian Adistya tersadar dan mendorong tubuh Darren. "Jangan sembarangan menciumku!" serunya sangat gugup.

"He he he, tapi kamu menikmatinya Sayang." Goda Darren semakin membuat Adistya malu.

"Ahh, sana menjauhlah!"

Adistya tak berani menatap Darren, lebih baik dia diam dan mengikuti apa mau lelaki ini daripada dia harus dicium terus-menerus.

***

"Ayo turun."

Adistya menatap kesal pada Darren, entahlah dia dibawa kemana, tapi yang jelas tempat ini sangat jauh dari rumah dan terpencil.

"Aku bisa keluar sendiri!" serunya mengabaikan uluran tangan Darren yang berniat membantu Adistya keluar.

Dengan langkah acuh Adistya keluar dari mobil dan menatap Villa besar di hadapannya. Sejenak Adistya menjadi gugup, merasa Darren bukan orang biasa apalagi banyak sekali pengawasan di sekeliling Villa.

'Mampus aku, ternyata dia bukan orang sembarangan, ada banyak penjaga di sekitar sini! Bagaimana bisa kabur kalau seperti ini,' batin Adistya sambil garuk-garuk kepalanya.

"Ayo masuk," ajak Darren tapi Adistya masih berdiam diri di samping mobil.

"Kenapa?"

"Ayah bagaimana? Apa kamu sudah melepaskan dia," lirih Adistya sangat gugup.

"Sudah."

Hanya itu saja yang keluar dari bibir Darren, setelah itu dia menggandeng tangan Adistya. "Jangan --"

"Menurutlah, Sayang!"

Melihat tatapan Darren yang sangat mengerikan membuat nyali Adistya menciut, mau tak mau dia harus menerima perlakuan itu dan segera masuk ke dalam Villa.

Ketika pintu besar di hadapannya terbuka lebar, Adistya melihat banyak sekali pelayan yang menyambut mereka sambil membungkuk.

"Selamat datang tuan ...." sapa mereka serempak. Namun, ketika mereka mendongak, raut wajah mereka seperti terkejut melihat Adistya.

"Nyonya Nurma!" seru mereka sambil menatap Adistya.

Adistya yang merasa risih, seketika memundurkan langkah kakinya dan bersembunyi di belakang Darren. "Kenapa mereka menatapku seperti itu dan siapa Nurma, tolong jelaskan," bisiknya terus bersembunyi dari tatapan para pelayan.

"Mereka sangat merindukanmu, Sayang. Maaf, pasti beberapa bulan ini membuatmu susah sampai ingatanmu sedikit hilang. Mereka adalah pelayan rumah, sekaligus orang-orang yang sangat menyayangimu," jawab Darren membalikkan badan agar bisa menatap Adistya.

"Ish, aneh banget sih kalian ini. Nggak hanya kamu yang gila, seisi rumahmu juga ikut gila! Aku nggak amnesia, harus berapa kali sih harus ku katakan!" kesalah Adistya ingin keluar dari rumah.

"Mau kemana, Sayang!" Darren menahan langkah kaki Adistya.

"Mau pulang, disini semua orang gila! Aku nggak mau ketularan gila, jadi lepaskan aku!" serunya ingin melarikan diri, tapi Darren mengisyaratkan para pengawalnya untuk menahan Adistya.

"Lepas! Ini sama saja tindakan kriminal, penculikan dan pencabulann!" teriaknya tapi malah mendapat kekehan kecil dari Darren.

"Aku nggak akan melepasmu lagi, Sayang. Cukup sekali membuat kesalahan, sampai membuatmu pergi," ucap Darren.

"Brengsek, lepaskan aku!"

Darren benar-benar tak memperdulikan teriakannya, yang ada Adistya semakin diseret masuk kedalam kamar dan menguncinya dari luar. Teriakan demi teriakan dia lontarkan, tapi semua seakan percuma sekaligus sia-sia.

"Darren dasar bajingann tengik!

...****************...

Hai aku ada rekomendasi cerita punya temenku, jangan lupa mampir ya ceritanya sangat bagus loh.

Author : Yayuk Triatmaja

Judul : TERPAKSA MENIKAH DENGAN PRIA AMNESIA

DD - 3

Darren menatap sedih foto wanita di dalam bingkai, mimik wajahnya juga terlihat sangat menyesal. Bahkan, tetesan air mata mulai membasahi kedua pipi dan bibirnya terus mengucap kata maaf sambil menciumi bingkai tersebut.

"Maaf ... Andai saja malam itu aku bisa mengontrol emosiku, mungkin kamu masih ada disisiku Nurma. Karena keegoisanku, keluarga kecil kita menjadi hancur," lirih Darren.

Dia mengingat kejadian lima bulan lalu, dimana dia bertengkar hebat dengan Nurma — istrinya hanya karena hal sepele. Waktu itu, Darren ingin memberi tahu jika semua kekayaan dan warisan keluarganya menjadi atas nama Nurma. Namun, siapa sangka niatnya malah menjadi bumerang untuk mereka berdua.

"Darren, aku nggak mau menerima semua! Ini bukan hakku, kita menikah karena saling mencintai bukan karena harta!" seru Nurma menolak keputusan suaminya.

"Keputusanku sudah bulat, Nur. Ini memang hakmu dan aku sudah menyiapkan semua jauh-jauh hari, jadi bersiaplah besok pagi kita ke kantor untuk mengumumkan perihal pengalihan hak waris serta perusahaan."

Nurma menggeleng tak menyangka, suaminya yang selama ini selalu izin jika melakukan apapun, sekarang berbuat seenaknya tanpa bertanya dan membuat keputusan sepihak.

"Gila kamu, Ren! Sadar nggak sih sikapmu ini membuat aku terlihat seperti wanita gila harta, jangan egois Ren! Mama dan papamu masih hidup! Bisa-bisanya mengalihkan semua harta atas namaku," marah Nurma.

"Mama, papa tau akan hal ini Nur. Mereka juga setuju, tolong jangan membuat keadaan semakin rumit. Semua yang ku lakukan juga demi kebaikan kalian, sewaktu-waktu Tuhan bisa mengambil nyawaku dan aku nggak mau kalau kalian nanti terlunta-lunta," tegas Darren masih tetap dengan pendirinya.

"Kamu egois!" Nurma mendorong tubuh suaminya. Setelah itu dia berlari ke arah garasi.

Darren yang melihat istrinya ingin pergi langsung mengejarnya ke bagasi, mereka berdua kembali adu mulut dan Darren keceplosan mengatakan hal menyakiti hati Nurma.

"Nur, maaf sungguh aku nggak bermaksud —"

"Kamu jahat, Ren!" Nurma tak mau mendengar perkataan suaminya lagi, dia lebih memilih masuk ke dalam mobil dan pergi meninggalkan rumah.

Darren yang melihat itu tak tinggal diam, dia mengejar istrinya dengan mobil lain. Aksi kejar-kejaran terjadi di jalan raya, bahkan mobil Nurma makin kesini semakin kencang sehingga keluar dari pembatas jalan dan kecelakaan pun terjadi tepat di kedua mata Darren.

"Darren!"

"Ha?" Darren amat terkejut sampai tersadar dari lamunannya.

"Aku memanggilmu dari tadi, Darren!" kesal Galvin — kakak kandung Nurma.

"Maaf, aku nggak mendengar panggilanmu," balas Darren sambil menghapus jejak air matanya.

"Ada keperluan apa sampai malam-malam datang ke rumah? Bukannya kamu sangat membenciku dan tak ingin menatapku lagi, Kak?" Darren menatap penuh tanya pada lelaki di depannya itu.

Dia masih ingat betul, bagaimana Galvin bersumpah tidak akan pernah menemuinya dan memutuskan hubungan di antara mereka. Sampai sekarang pun kakak iparnya itu masih menyalahkan dirinya, atas kematian Nurma.

"Siapa wanita itu?"

"Siapa?" Darren berbalik tanya.

"Jangan pura-pura bodoh, Ren! Aku punya mata-mata disini dan dia memberikan info jika kamu membawa pulang Nurma, apa maksud semua ini!?" Galvin terlihat emosi, bahkan dia sampai menarik nafas panjang agar tidak lepas kontrol.

"Ck! Ternyata ada pengkhianat di rumahku sendiri, pantas saja aku merasa ada yang nggak beres. Lagian, kenapa Kakak sangat peduli dengan apa yang ku lakukan?" tanya Darren terkekeh miris.

"Brengsek! Jika menyangkut tentang adikku, maka aku akan ada di garda terdepan! Cepat katakan, siapa dia dan kenapa semua orang mengatakan Nurma kembali. Jelas-jelas aku sendiri yang menguburkan jenazahnya!"

Galvin tak sabar lagi, dia bahkan sampai menarik kuat kerah baju Darren. Rasa emosinya selalu tinggi jika berhadapan dengan iparnya, apalagi Galvin masih menganggap kematian adiknya karena kecerobohan Darren.

"Namanya Adistya Putri, umurnya masih sekitar dua puluh tahun. Wajahnya sangat mirip dengan Nurma, sebab itulah aku membawanya pulang dan akan menjadikan dia pengganti Nurma!" seru Darren akhirnya mengungkapkan semua rencananya ke depan.

"Adikku tak akan pernah bisa tergantikan, Brengsek!"

Bug!

Satu tinjuan mendarat sempurna di pipi. Galvin sangat murka mendengar pengakuan Darren, dia merasa mantan adik iparnya sangat keterlaluan sampai memanfaatkan orang demi memenuhi keinginannya.

"Nurma memang tak bisa tergantikan! Sampai kapanpun hanya ada namanya di hatiku, tapi sedikit saja pikirkan Camelia, Kak! Lima bulan ini dia selalu mencari keberadaan ibunya, hanya Adistya yang bisa menggantikan Nurma hanya Adistya!" teriak Darren mampu membuat Galvin terdiam.

Dia mengusap wajahnya kasar, kepalanya sangat sakit memikirkan semua. Galvin merasa tindakan ini salah besar, meskipun demi Camelia — keponakan tercintanya.

"Caramu salah, Ren! Meski mereka sama, tapi pasti akan ada perbedaan. Aku takut Adistya sikapnya buruk dan tak ada keibu-ibuan nya," kata Galvin terduduk lemas.

"Sikapnya memang berbeda, Kak. Tapi aku yakin, Adistya bisa memposisikan dirinya di hadapan Camelia. Kak ...."

Darren mendekati kakak iparnya dan berjongkok tepat di hadapan Galvin. "Kali ini saja, biarkan Camelia beranjak dewasa dan bisa paham akan kepergian Nurma," mohon Darren.

Terlihat Galvin tak setuju, tapi mengingat keponakannya saat ini membutuhkan sosok Adistya, mau tak mau dia harus setuju dengan keputusan Darren.

"Terserah apa maumu, Ren. Yang jelas, tindakan ini salah. Jika ada sesuatu nantinya, aku tak mau ikut campur!"

***

Disisi lain, Ratna sangat marah besar ketika dia mengetahui Adistya di culik orang. Wanita itu terus marah-marah, bahan mencambuk Ardi karena menganggapnya tak becus mengurus aset berharga miliknya.

"Dasar lelaki bodoh! Apa gunanya tubuh sixpack, tapi menghadapi penculik tak bisa! Aku nggak mau tau, cari Adistya sampai dapat, sebelum Baron menginginkannya!" teriak Ratna.

"Aku lebih memilih dia di bawah orang itu, daripada dijual ke lelaki tua pilihanmu!" tolak Ardi. Meski hatinya sangat khawatir, tapi dia yakin jika orang yang membawa anaknya itu baik.

"Kurang ajar, memang kamu sanggup bayar ganti ruginya, ha!?" Ratna semakin murka dan menendang Ardi.

"Apa kurang uang yang aku hasilnya selama menjadi gigolo, ha? Kenapa kamu masih mengincar anakku, Ratna," bantah Ardi. Dia berusaha berdiri dan mendekati Ratna, tapi wanita itu langsung mencambuknya.

Ratna mencengkeram kuat dagu Ardi, dia dongakkan secara kasar agar Ardi menatapnya. "Itu dulu, sialan! Dulu memang menghasilkan banyak uang, tapi sekarang nggak! Asal kamu tau juga, Baron mampu membeli keperawanan anakmu seharga satu miliar. Jadi Adistya lebih berharga darimu, paham kan sekarang!"

"Nggak! Sampai matipun aku nggak rela Adistya menjadi budakmu, cukup aku yang kamu buat seperti pelacurr!" Ardi memberontak dan ingin keluar dari rumah adiknya.

Tapi, baru saja dia melangkah Ratna memberi isyarat pada semua pengawal untuk menahan Ardi. "Kalian, sekap dia dan nanti malam bawa dia ke hotel Cememey. Biarkan dia melayani pelanggan laki-laki, anggap saja ini sebagai peringatan bahwa siapapun tak bisa membantah perintah Madam Ratna!" serunya.

Setelah itu orang suruhan Ratna langsung menyergap Ardi, mereka juga memaksanya masuk kedalam dan jika Ardi menolak maka kekerasan yang dia dapatkan.

"Gila kamu, Rat! Gila! Ingat segala sesuatu yang kamu lakukan pasti akan ada balasannya, ingat Ratna!"

...****************...

Selamat Membaca 😇

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!