"Jill..."
"Jill.."
"Come on, wake up girl!" bujuk Ditha, membangunkan Jill. Gadis berusia 18 tahun berdarah Perancis - Indonesia.
"Mom, masih terlalu pagi ini" ucap Jill melirik weker di nakas sebelah tempat tidurnya. Ia sebal, Mommynya selalu membangunkannya jam 06 pagi. Padahal saat ini, dia sedang libur panjang. Ia baru saja tidur pagi buta tadi, akibat menonton drama korea favoritnya.
Kenapa Mommynya tidak peka, dia sangat mengantuk. Apa kantong hitam di area matanya, tidak terlihat oleh Mommynya? gerutu Jill dalam hati.
"Mommy sayang, biarkan Jill tidur 5 menit lagi ya" bujuk Jill mengedipkan matanya. Berharap Mommynya beranjak pergi dan membiarkannya tidur sepuasnya.
"No Jill..,bergegaslah, Daddy sudah menunggu di meja makan.
" Ada sesuatu yang ingin Daddy sampaikan, yang pasti buat kamu happy, Jill" bisik Mommy Ditha.
Ditha sadar, sangat sulit membangunkan anak gadisnya. Ditha seperti melihat dirinya saat gadis dulu setiap membangunkan Jill. Sama seperti Jill, Ia juga susah di bangunkan. Bedanya Ibunya akan memerciknya dengan air sampai bangun. Apakah metode percikan air ibunya, harus Ditha turunkan ke Jill? Batin Ditha.
"Are you serious, Mom" tatap gadis bermata biru tersebut, membuyarkan lamunan Ditha tentang percikan air. Jill bergegas ke kamar mandi setelah Mommy Ditha, menganggukkan kepalanya.
"Jill.. mana Mom?" tanya Abellard, suami posesifnya.
"Ish, Putrimu itu, sudah 18 tahun, mau bangun tidur saja harus di teriaki beberapa kali. Bagaimana nanti jika sudah me...
"Menikah Mom?" tebak Maxime,saudara kembar Jill. Dia sudah tahu, pasti Mommynya akan membahas pernikahan. Mereka sudah khatam akan kata tersebut.
"Maka suaminya yang akan jadi wekernya Jill, Mom.. Believe me" ucap Maxime mengedipkan matanya. Maxime harus segera menghentikan Mommynya bicara tentang pernikahan Jill. Karena jika berlanjut, maka pernikahannya juga akan di ungkit. Dia masih ingin bebas. Usianya masih terlalu muda untuk di ikat dengan pernikahan. Maxime bahkan merinding setiap mendengar kata pernikahan.
"Siapa yang menikah" protes Jill tiba-tiba, lalu mengecup pipi Daddy dan mommynya. Kebiasaan pagi yang selalu Jill lakukan sebelum sarapan.
"Daddy.." sambil melirik Mommy yang melotot padanya. Sedangkan Daddynya terkekeh mendengarnya. Lalu terdiam, saat istrinya melotot ke arahnya.
Sambil memotong sosis untuk Putrinya, Ditha melirik suaminya "Coba saja nikah lagi, mommy potong-potong seperti ini".
Ditha menusuk dan memotong sosis tersebut tak berbentuk.
"Hahahaha.. Just a kidding, mommy" Melirik Daddynya yang kini melotot sebal padanya.
"Maxime, bercandamu keterlaluan!".
"Jangan sampai Daddy blokir kartumu ya" ancam Abellard melirik Putranya. Bukannya minta maaf, malah cengir dan memeluk istrinya. Tidak bisa,tubuh istrinya hanya dia seorang yang bisa memeluknya, batin Abellard.
"Jauhkan tanganmu dari istriku, Maxime" ucap Abellard menahan emosi. Walaupun putra kandungnya, Abellard tetap saja cemburu melihat istrinya di peluk Pria muda.
"Jangan cemburu ga jelas begitu Dad, wanita cantik ini, mommyku" jawab Maxime sembari mencolek pipi Mommynya yang masih fokus memotong sosis. Lalu mencium pipi kiri Mommynya, sembari melirik Daddynya.
Dasar pria pelit, sama anak sendiri saja cemburu, kekeh Maxime dalam hati.
"Berani sekali kau cium pipi istriku di depan ku, Maxime"! geram Abellard.
Sial, dia saja yang sepanjang malam bersama istrinya belum dapat morning kiss dari istrinya.
Ini putranya malah memanasinya di depan matanya,memeluk dan mencium istri kesayangannya.
"Mom, takutnya sebelah kanan iri, karena belum dapat kecupan dari Pria muda tampan dan gagah seperti ku" ucap Maxime menekankan kata tampan dan gagah sembari melirik Daddynya yang siap melempar Garpu.
"Mmuahhh Mom, aku berangkat dulu ya Mom. Hari ini ada pertandingan basket alumni sekolah Mom" terang Maxime setelah berhasil mencium pipi kanan Mommynya.
Grettekkkkk.. Decitan pisau, garpu dan piring cukup ngilu terdengar di telinga.
Decitan piring tersebut berasal dari piring Daddnya.
"Mom, help me. Daddy want to kill me" ucap Maxime pura-pura dengan wajah memelas. Mendekat ingin memeluk Mommynya.
"Eh.. Eh.. Eh, Dad, Forgive me please, Dad" ucap Maxime, mengurai cengkraman di leher kemejanya. Entah kapan, Daddynya muncul di belakangnya.
"Janji nanti bakal sering Maxime ulangi, serius Dad" ucap Maxime seraya mundur, dan mengambil langkah panjang menghindari amukan Daddny.
"Abellard.. anakku yang meluk, kenapa kau marah" ucap Ditha sembari mengecup pipi suaminya. Ditha tau seberapa besar cinta suaminya. Besar cinta yang Ditha terima, besar pula cemburu yang ia terima juga.
Abellard, pria tersebut hanya tersenyum tipis. Entah kenapa, semua yang berhubungan dengan istrinya gampang membuatnya emosi,marah, tertawa, sedih dan bahagia.
"Mmuacch.. nambahin kecupan doang, Dad. Mana tau kurang dari Mommy" teriak Maxime, yang membuyarkan lamunan Daddynya.
Entah kenapa ada yang kurang, saat Maxime membuka pintu mobil. Dia mundur dan berjalan ke arah meja makan. Dia lupa pamitan kepada keluarganya
"I Love you All, aku berangkat ya Mom, Dad"
"And you, Sweetie" ucap Maxime seraya memberikan flying kiss.
"Uekkk..." balas Jill. Ya panggilan Sweetie di tujukan padanya. Dari tadi dia hanya menonton saja. Rasa kantuknya membuatnya malas bicara. Sweetie, cih! Desis Jill. Maxime menggunakan kata tersebut, untuk menghindari gadis-gadis yang mengejarnya. Hanya beberapa orang saja tau mereka kembar. Selebihnya menganggap mereka pasangan.
Itu cara Maxime melindungi adiknya dari pria-pria nakal.
Dan kata "Sweetie" juga menyelamatkan Maxime dari gadis rasa janda bolong..
"Jakarta, Dad?" ulang Jill kembali. Bukannya tidak senang mendengar nama Jakarta. Bahkan Jill sangat semangat, bisa bertemu neneknya. Hanya aneh saja, bukan musim dingin saat ini, bukan suasana libur hari raya, lalu kenapa tiba tiba, sore ini mereka berangkat ke Jakarta.
" Oma, baik-baik saja, Mom?" tanya Jill memastikan. Hanya tinggal Oma Rima saja yang ada di Jakarta. Opa sudah lama meninggal dunia. Dan Oma masih ingin mengingat semua kenangan indah selama berumah tangga dengan Opa. Itulah alasan Oma tetap ingin di rumahnya di Jakarta bersama 1 asisten rumah tangga yang sudah mengabdi selama 13 tahun. Sedangkan Dika, Pamannya setelah menikah, menghandle cabang perusahaan CapAbellRD di Surabaya atas permintaan Daddnya.
" Hmm.. Oma baik-baik saja, sayang" jawab Abellard. Sungguh dia menahan diri untuk tidak bercerita, takut putrinya menangis sepanjang perjalanan ke Jakarta. Cukup hanya Ditha saja, istrinya yang menahan kesedihan dan tidak menunjukkan kesedihan di depan Jill dan Maxime.
Pagi tadi, Abellard menerima telepon dari Jakarta, dari iparnya, kakak Ditha.
Dika iparnya, memberi kabar bahwa ibunya drop dan dirawat di ICU saat ini. Dika langsung ke Jakarta dari Surabaya, setelah Siti, asisten rumah tangganya mengabari kondisi ibunya.
Ditha yang menguping, langsung meraung mendengar kabar ibunya di ICU. Ingin berangkat pagi itu juga. Namun penerbangan pagi rute Paris - Jakarta sudah sold out semua.
Luar biasa, masih sempat-sempatnya Ditha mengecek penerbangan saat menangis.
"Kami akan kesana segera Kak, sore ini"
Beberapa jadwal penerbangan sudah full pagi dan siang ini, Kak. Tapi aku sudah block tiket kami untuk penerbangan sore ini. Tolong jaga ibu kak, sampai kami tiba besok, Kak" info Ditha sedetail mungkin.
Keluarga Abellard pernah memiliki pesawat pribadi. Namun beberapa tahun kemudian, mereka menjualnya, karena Maxime dan Ditha membujuk Abellard untuk menjual pesawat tersebut dengan alasan istrinya, pesawat jarang digunakan keluarga Abellard.
Anak-anaknya lebih nyaman berbaur dengan penumpang di pesawat komersial. Itulah yang disampaikan Maxime pada Abellard.
"Bisa mengenal banyak karakter penumpang dalam satu pesawat, tentunya bonus vitamin wanita cantik, Dad" ucap nakal Maxime, putranya saat memohon di izinkan naik pesawat komersil.
"Daddy pasti belum pernah merasakan naik pesawat, saat take off mendebarkan, justru tertawa melihat beberapa penumpang memanjatkan doa dengan ekspresi yang lucu" imbuh Maxime terkekeh, mengingat petualangannya naik pesawat komersil Paris-Bali PP bersama sepupunya tanpa sepengetahuan Daddynya saat musim dingin tahun lalu.
"Belum pernah naik pesawat, di iringi musik rock, jeritan bayi atau anak-anak kan Dad?" tanya Maxime sambil menaik turunkan kedua alisnya.
"Belum pernah naik pesawat, ber-aroma kotoran bayi, kan Dad? tanya Maxime lagi sambil tersenyum.
Maxime masih tersenyum mengingat kejadian di pesawat rute Bali menuju Paris. Ia yang sengaja naik pesawat kelas ekonomi, karena bosan di kelas bisnis. Nekat sendirian di kelas ekonomi, sedangkan sepupunya memilih tetap di kelas bisnis. Maxime duduk bersebelahan dengan seorang ibu yang membawa seorang bayi laki-laki berusia 10 bulan. Maxime mengetahui usia bayi tersebut, karena ibu bayi tersebut meminta maaf kepada para penumpang atas tangisan bayi yang masih berusia 10 bulan.
Lelah menggendong selama 5 jam penuh dengan berbagai cara, akhirnya bayi tersebut terlelap. Namun beberapa menit kemudian, bayi tersebut mengeluarkan aroma yang tak sedap. Bayi tersebut pup saat dia dan ibunya terlelap.
Penumpang hanya bisa menutup hidung, dan tidak ada yang berusaha mengganggu ibu tersebut, mereka mengerti dan kasihan karena pasti sangat lelah menggendong berjam-jam, tanpa di dampingi suaminya.
Lebih baik menahan bau daripada mendengar bayi tersebut menangis. Masih ada waktu 11 jam perjalanan lagi. Biarlah bayi dan ibu tersebut tidur beberapa jam. Maxime tersenyum mengingat pengalamannya tersebut.
"Bicaramu seperti sudah pernah naik pesawat komersial saja, bukan begitu Max?" tanya Abellard heran dengan penjelasan detail Putranya. Karena keluarga mereka memang belum pernah menggunakan pesawat komersial
"Aku dengar dari sahabat di sekolah, Dad. Sepertinya, sangat seru, Dad! Ayolah Dad, kedepannya kita gunakan pesawat komersial saja. Daripada mengeluarkan banyak biaya maintenance untuk pesawat yang sangat jarang kita gunakan" ucap Maxime, sambil meminta maaf dalam hati kepada Tuhan, karena sudah membohongi Daddynya.
"Lalu, bagaimana jika Daddy ada perjalanan Bisnis" tanya Abellard penasaran akan jawaban putranya.
"Bisa gunakan pesawat komersial kelas bisnis, Dad! Atau jika Daddy malas menggunakan mobil, bisa gunakan Heli kita, Dad" ucap Maxime tetap membujuk Daddynya.
"Daddy pertimbangkan dulu dengan mommymu" ucap Abellard mencoba mempertahankan pesawatnya. Jujur, dia lebih suka menggunakan pesawat pribadinya. Pesawat pertama yang di belinya dengan hasil kerja kerasnya.
"Aku setuju sayang" ucap Ditha, tersenyum manis, yang datang dari arah dapur, membawa 2 kopi hitam, 1 jus strawberry kesukaannya dan cake yang baru saja di buatnya
"Dari dulu, sebelum Maxime katakan niatnya, aku juga minta agar pesawat itu di jual saja sayang. Hasil penjualannya, kita donasikan ke beberapa Panti Asuhan saja" imbuh Dita lagi sembari mengecup singkat pipi suaminya. Seakan berkata melalui kecupannya "jualah".
Dan itulah alasan kenapa pesawat keluarga Abellard sudah tidak ada lagi.
"Ngapain Jill..?" tanya Ditha penasaran melihat putrinya mengambil ponsel dan hendak menekan nomor " My Lovely Grandma" dengan dua emoticon love tersebut.
Suara Ditha membuyarkan lamunan Abellard tentang pesawat pribadinya dulu.
"Hanya memastikan Oma baik-baik saja, Mom" jawab Jill sembari melirik Daddynya yang sepertinya terkejut mendengar suara mommnya.
"Tidak usah sayang, kita akan buat suprise buat Oma dengan kepulangan kita" jelas Ditha mengusap punggung putrinya.
Abellard hanya terdiam dan melanjutkan kembali sarapan paginya sebelum ke kantor.
Hari ini Abellard ingin menyelesaikan pekerjaannya dan mengalihkan beberapa pekerjaan, meeting selama 1 minggu kedepan ke Asisten kepercayaannya, Mark.
"Okay Mom!. Jam berapa kita berangkat Mom?"
"Jam 4 sayang. Kamu kemasi pakaianmu buat 1 minggu ya.. Ingat, Jakarta panas sayang, jangan bawa jaket wol kesayanganmu" ucap Jill sambil membetulkan letak dasi suaminya.
"Yes Mom", Jill bergerak, merapikan beberapa piring ke wastafel. Mencuci piring-piring tersebut.
Ya, walaupun Jill dan Maxime, Putra dan Putri Abellard, pemilik CapAbellRD, tapi Ditha membiasakan anak-anaknya melakukan tugas kecil di mansionnya. Agar tidak terlalu manja dengan asisten rumah tangga mereka.
Baik Jill maupun Maxime, mereka sudah terbiasa bergiliran memasak dan mencuci piring, serta meletakkan pakaian kotor di tempatnya.
Walaupun masakan Jill tidak selezat masakan Maxime, putranya. Tapi tetap cocok di lidahnya. Maxime seperti Abellard, suaminya, sangat menyukai masakan Indonesia, terutama sambal terasi,Tempe goreng, arsik ikan mas, rendang, ketoprak, nasi goreng, sate, bakso dan spaghetti ala Batak, mi gomak. Itu kenapa dapur Ditha, selalu lengkap dengan rempah-rempah Indonesia dan stok Mi Indonesia.
Sedangkan Jill putrinya,walaupun suka makanan Indonesia, tetap lebih suka Ratatouille, Pizza dan Western food lainnya.
Menatap Jill yang tengah mengeringkan piring dengan kain lapnya, Abellard memalingkan wajah, menatap istrinya.
"Thank you my wife, sudah mendidik putri kita menjadi anak yang mandiri, sayang. Jangan bersedih, ibu akan baik-baik saja sayang. Ibu wanita yang sangat tangguh sepertimu, sayang" ucap Abellard lalu mengecup lama kening istrinya.
"Je t'aime" tatap Abellard dengan penuh cinta.
"Um holong rohaku tu ho, hasian (i love you more) " bisik Ditha di telinga suaminya dan menekan kata "hasian", lalu mengecup singkat pipi suaminya, Abellard.
Abellard tersenyum mendengar bisikkan istrinya. Hanya kata tersebut yang dia mengerti dari suku istrinya. Salah satu suku di Sumatera utara, Indonesia.
"Ikh, Mommy Daddy, mulai deh Jill dikacangin" peluk Jill yang sudah selesai mencuci dan mengeringkan piringnya.
"Jill harap suatu saat nanti, Jill dapat suami seperti Daddy menyayangi Mommy" ucap Jill penuh harapan sambil menatap dan memeluk Daddynya.
"Sure my Princess, berani priamu menyakitimu, Daddy patahkan kakinya.. Tidak, tidak, tidak.. Daddy belum siap kamu diambil pria lain sayang. Jill masih gadis kecil Daddy" ucap Abellard yang tak terima jika ada yang menggantikan posisinya untuk putrinya.
"Daddy, ga akan ada yang bisa menggeser Daddy di hati Jill"
"Manisnya putri Daddy ini" dan satu kecupan mendarat di dahi Jill dari Abellard.
"Daddy berangkat dulu ya sayang. Honey, aku berangkat ya" teriak Abellard mencari sosok istrinya,yang tiba-tiba hilang saat dia memeluk Jill sebentar saja. Lalu bergegas ke arah Pintu, menuju mobilnya. Supirnya dengan sigap, membuka pintu mobil tersebut.
"Hati-hati, Dad" ucap Jill dan Ditha bersamaan.
Dan di jawab dengan flying kiss oleh Abellard.
"Menggemaskan sekali mereka berdua" batin Abellard.
"Um holong rohaku tu ho, hasian" ucap Abellard mengulangi kembali ucapan istrinya tadi.
"Ah, sepertinya aku jatuh cinta lagi dengan orang yang sama", batin Abellard sambil memandang foto istrinya di ponselnya.
Landing dengan sempurna di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, menempuh perjalanan selama 16 jam 20 menit lamanya, dari Aeroport Paris-Charles de Gaulle.
Hembusan nafas lega terdengar dari Abellard setelah Pramugari membuka pintu pesawat. Akhirnya selamat juga, batin Abellard. Bagaimana tidak, pesawat sempat berputar beberapa kali di holding area. Abellard yang pertama kali naik pesawat komersial, memeluk istrinya erat,dan berpikiran negatif.
"Jika aku mati lebih dulu, apa kau akan balikkan dengan si Tigor, mantanmu itu? tanya Abellard serius, saat pesawat masih terus berputar-putar
Pertanyaan konyol Abellard yang disambut tawa pelan kedua anak dan istrinya.
" Tenang Dad, aku yang akan memberkati Mommy dan Papa baru kami nanti" ucap Maxim bercanda. Sedangkan Jill masih terus menahan tawanya, akibat pertanyaan konyol Daddynya.
"Dan aku yang akan jadi bridesmaid mommy, Dad" kekeh Jill sambil mengangkat 2 jarinya membentuk tanda V. Lalu menahan perutnya kembali. Sungguh Jill ingin meledakkan tawanya, tapi takut di protes penumpang yang juga sedang tegang karena pesawat belum landing dari waktu yang di tentukan.
Ingin mengutuk kedua anaknya, yang tidak mendukungnya, malah mendukung Mommynya dengan si Tigor. Tapi takut Tuhan mendengar kutukannya dan melaksanakannya. Jangan!
"Awas kalian berdua ya.Tunggu pesawat ini landing, Daddy remes kalian berdua" ucap Abellard, sambil memperagakan cara meremas dengan kedua telapak tangannya.
"Jill..tega sama Daddy" ucap Abellard memasang mimik sesedih mungkin dan melirik putrinya. Yang di lirik, malah makin tertawa. Ih gemes, pengen ku cubit pipinya pakai tang, ucap Abellard dalam hati.
"Sudahlah sayang, mereka hanya bercanda saja. Tenanglah, jika itu terjadi, aku tidak akan menikah dengan Tigor" ucap Ditha mengelus tangan suaminya. Abellard bernafas lega. Dia tidak terima, jika istrinya di miliki pria lain. Big No!!
"Tapi aku akan menikah dengan paribanku, si Andi Siregar" ucap Dhita jahil. Ia tau bakal seperti apa respon, suami pencemburu buta tersebut.
"Hahahaha..." akhirnya lepas sudah tawa Jill dan Maxime mendengar candaan mommynya, disambut pelototan para penumpang.
"Kau.... Benar-benar ya..." jawab Abellard sedih. Ternyata besarnya cinta Abellard tidak cukup membuat istrinya tidak berpaling ke kaum adam lainnya. Ingin rasanya Abellard, menangis, jika tidak tau tempat.
"Jangan peluk aku, sayang!. Aku marah" ucap Abellard sungguh-sungguh. Entah kenapa, semarah apapun dirinya, dia masih tetap memanggil istrinya dengan panggilan sayang.
"Sayang aku hanya bercanda. Mana mungkin aku bisa berpaling dari pria sepertimu. Semua yang perempuan di dunia ini inginkan, ada padamu" ucap Dhita coba menggombal suaminya.
"Bohong" tuduh Abellard. Padahal hatinya berdetak cepat, di gombal istrinya dengan kalimat seperti itu.
Ayo, gombal lagi, batin Abellard.
"Benar Hasian" ucap Dhita merayu. Kata "hasian", kata yang paling Abellard sukai dari semua bahasa. Karena Abellard tahu, jika istrinya sudah mengucapkan kata tersebut,istrinya sungguh-sungguh.
"Benarkah Mom?, Mommy sangat mencintai Pria pencemburu di sebelah Mommy? tanya Maxime masih terkekeh.
"Tentu saja" jawab Dhita sambil mengecup pipi kiri suaminya. Yang membuat suaminya serasa melayang dengan 2 kata pendek itu.
"Jadi, jika ada yang lebih tampan dari Daddy, lebih gagah dan lebih kaya, bagaimana Mom? kali ini pertanyaan dari Jill, Putrinya.
" Mommy pertimbangkan" jawaban yang sukses membuat Jill dan Maxime tertawa kembali. Sedangkan Abellard, yang baru saja melayang dengan dua kata Dhita sebelumnya, mendadak lesu. Baru aja naik, langsung di hempaskan ke bumi. Parah! pikir Abellard langsung, sambil melirik tajam mereka bertiga.
"Maafkan aku sayang, hanya bercanda, supaya kau tidak cemas menunggu pesawat landing" ucap Dhita, coba merayu suaminya kembali.
"Lihat, kau sudah tidak cemas lagi kan? Malah berganti marah sekarang" ucap Dhita mengedipkan matanya. Memang susah melebutkan hati Lion-nya ini.
"Aku mending cemas karena pesawat gagal landing daripada cemas kau memikirkan pria lain, sayang" balas Abellard menatap istrinya sungguh-sungguh. Sedangkan kedua anaknya, langsung menggunakan headphone, pura-pura tidak tau Daddynya mode marah saat ini.
"Holan ho do hasianku (hanya kau sayangku) " bisik Dhita, yang membuat Lionnya senyum-senyum dan melupakan amarahnya. Abellard tidak tau arti 3 kata depannya, yang penting telinganya menangkap kata "hasian" (sayang)sudah cukup baginya.
Ingin membuka seatbelt sebentar, dan memeluk istrinya sebagai balasan kata hasiannya, Abellard terkejut mendengar instruksi dari Pramugari agar penumpang tetap di tempatnya dan mengencangkan seatbelt, karena pesawat akan landing segera.
Menempuh jarak 40 menit untuk tiba di salah satu rumah sakit jantung terbaik di Jakarta. Mereka turun tanpa ada yang menyambut, karena iparnya, Dika, pulang sebentar untuk mengganti pakaian. Namun iparnya, sudah memberitahu Abellard ruangan tempat mertuanya di rawat via WhatsApp.
"Mom,untuk apa kita ke rumah sakit? Siapa yang sakit, mom?" tanya Jill penasaran. Mendadak perasaannya tak enak. Siapa yang akan mereka jenguk? Apakah Oma-nya?
Maxime yang sudah lebih dulu di beritahu alasan mereka berkunjung ke Jakarta pun mendadak diam. Dia tahu, adiknya sangat dekat dengan Omanya. Hampir setiap hari mereka selalu video call. Bahkan saat memasak pun, adiknya akan menelpon omanya untuk sekedar menanyakan resep masakan Indonesia. Karena Jill tahu, Daddy dan dirinya sangat suka masakan Indonesia.
"Mom, please. Siapa yang kita jenguk" tanya Jill kembali lalu menatap Daddy dan Maxime. Saat melihat Maxime diam saja, tidak bertanya apapun. Jill sadar, hanya dia yang tidak tau tujuan kedatangan mereka ke Indonesia.
"Apa Oma yang di rawat di sini, Mom, Dad?"ulang Jill kembali.
Melihat Mommynya mulai terisak,Jill paham, pasti Omanya yang sedang di rawat.
Tapi kenapa tidak ada satupun dari mereka yang memberitahunya. Bahkan dia masih sempat tertawa di pesawat tadi, padahal oma kesayangannya sedang berjuang hidup dan mati. Kau bodoh Jill! Bisa-bisanya tidak tau Oma sakit! Batin Jill. Dia mulai terisak.
"No.. Jangan menangis sayang. Maafkan Mommy dan Daddy merahasiakan ini darimu. Kami hanya tidak mau kau menangis sepanjang perjalanan. Kau tau pasti, Oma tidak suka melihatmu menangis. Ayo, kita masuk, dan jangan perlihatkan air mata kita di depan Oma. Supaya Oma kuat melawan penyakitnya dan lekas sembuh. Kau mau melakukannya untuk Oma, sayang? tanya Abellard sembari menghapuskan air mata putrinya. Dan memberi kode kepada istrinya supaya berhenti menangis.
"Ayo ke toilet sebentar" ajak Maxime mengulurkan tangannya ke Jill. Ia selalu merasa sedih setiap adik kembarnya menangis. Mungkin ini yang dinamakan ikatan batin anak kembar.
"Memang, Oma di toilet?" tanya Jill, yang terdengar bodoh di telinga Maxime.
"Bukan, mau mencuci wajahmu, sebelum masuk ke ruangan Oma. Mommynya juga, ayo" ucap Maxime mengulurkan tangan satunya lagi ke Mommynya.
"Jangan modus kamu, ingin pegang tangan istri Daddy ya!. Biar Daddy yang antar Mommymu ke toilet. Jaga Jill" ucap Abellard berjalan mendahului anak-anaknya.
"Ish, padahal sama-sama mau ke toilet, kenapa ga barengan saja. Dasar pria bucin"! Ucap Maxime pelan, namun terdengar oleh Abellard.
"Daddy mendengarmu, Max!".
"Daddy doakan kau berlipat kali bucin dari Daddy, Max!"
"Never!!" jawab Maxime, menggandeng adiknya menuju toilet perempuan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!