NovelToon NovelToon

Pilihan CEO Tampan

Detektif Swasta

Kriiiiing

Timothy yang baru saja memejamkan mata, harus membuka matanya kembali. Dia menatap layar ponsel nya. Nomor tidak di kenal. Setelah itu pandangan Timothy berpindah ke arah atas pintu di mana ada jam dinding menggantung. Jam 4 pagi.

Setelah mempertimbangkan cukup lama, dia akhirnya mengangkat panggilannya.

“Halo, ada yang bisa saya bantu?” tanya Timothy dengan suara parau.

“Anda benar detektif swasta?” Terdengar suara wanita yang cukup ramah di ujung sana.

“Ya.. tapi kalau untuk mencari tau perselingkuhan, saya tidak berminat.” Ucap Tim setengah sadar.

Dia baru saja tidur 2 jam, dan sekarang matanya tidak dapat kompromi.

“Bayarannya 1 M.” Kata wanita itu lagi.

Mendengar nominal yang begitu besar, Tim segera bangun dan membuka matanya.

“Anda tidak bercanda Nona?”

Wanita itu tertawa dengan suara berat yang langsung membuat Tim merinding.

“Kalau kerja anda bagus, saya kasih bonus.”

“Oke, kita bertemu di cafe Rainbow.. jam 10.”

“Oke,,”

Telepon terputus. Singkat, jelas,menguntungkan, dan pastinya tidak bawel. Masalah perselingkuhan itu sangat mudah baginya. Timothy kembali merebahkan kembali badan sambil menarik selimutnya. Klien kali ini bisa membuat tidurnya semakin nyenyak.

*

*

*

Cafe Rainbow

Tim heran kenapa cafe itu begitu sepi. Dia tidak melihat satu customer pun masuk. Padahal di depan ada tulisan open.

Tim duduk di salah satu meja.

'Ini pasti kerjaan si klien itu.' batin Tim dalam hati.

Setelah 5 tahun bergelut di bidang ini, insting Tim semakin tajam. Kliennya kali ini pasti bukan orang sembarangan.

Tim bisa saja melacak nomer ponsel kliennya, tapi dia tidak ingin melakukan itu karena akan lebih menarik jika dia melihat orang itu secara langsung.

Tidak lama, seorang wanita masuk. Dia menggunakan crop top hitam dengan celana jeans pendek. Wajahnya tampak tidak asing. Wajah blesteran korea dengan mata sipit dan kulit putih bersih membuat Tim enggan untuk menoleh ke arah lain. Wanita itu berdehem karena Tim hanya melamun sejak tadi.

Tim bangun, lalu menarik kan kursi untuk tempat wanita itu duduk.

Kali ini wajahnya betul-betul terlihat jelas.

Cantik alami, bagaikan Suzy artis korea yang nyasar ke Indonesia.

“Saya Marsha.” Wanita itu memberitahukan namanya tanpa mengulurkan tangan.

Ketertarikan Tim berkurang 5% karena sikapnya yang sedikit sombong.

“Saya Tim. Senang berkenalan dengan anda.” Tim melirik ke tangan Marsha. “Nona Marsha.” lanjutnya dengan tersenyum. Tim memanggil Marsha dengan sebutan nona karena tidak ada cincin yang melingkar di jari Marsha. Jadi, kemungkinan besar dia belum menikah.

“Jadi bagaimana nona Marsha. Apa yang bisa saya bantu?” tanya Tim memulai investigasinya.

“Selidiki kekasih saya, sepertinya dia selingkuh.”

“Siapa nama pacar anda?”

“Juna Liem.”

Tim menelan ludah dan berusaha menahan rasa terkejutnya. Dia membuka google untuk memastikan apakah wanita di depannya ini memang betul pacar dari Juna. Dan, dari hasil pencarian, ternyata memang betul Marsha adalah pacar dari Juna.

Marsha adalah selebgram terkenal yang sudah mempunyai berbagai bisnis sendiri, mulai dari make up, restoran, butik dan tentunya dia punya nama belakang Lee. Di kota ini tentu saja oang-orang tau siapa keluarga Lee. Mereka begitu kaya dan juga berpengaruh. Selain cantik, Marsha dikenal sangat ramah dan murah hati. Dia kerap melakukan aksi sosial dan selalu mendapat respon positif dari netizen. Sedangkan Juna, dia adalah keturunan keluarga Liem. Dia pengusaha nomer 2 di kota ini. Ayah Juna sangat disegani oleh rekan-rekan bisnisnya. Tapi, orang tuanya meninggal sejak Juna masih berumur 15 tahun, dan sekarang yang memegang kendali perusahaan adalah Juna. Kalau sifatnya, Juna di kenal sebagai pribadi yang tertutup, dingin dan sulit di dekati. Tim membaca artikel demi artikel.

Marsha dan Juna adalah couple goals bagi para netizen karena sama-sama kaya dan juga memiliki fisik yang sempurna. Mereka sudah berpacaran selama 1 tahun dan selalu tampak baik-baik saja di depan publik. Tidak ada gosip miring dan tentu ini membuat Tim sedikit bingung.

“Jadi, sejak kapan anda merasa kalau Pak Juna ini selingkuh?” Kata Tim tanpa menengok karena di sibuk membaca artikel satu persatu.

“Entah lah.. yang jelas saya pernah dengar bahwa dia ke hotel sama Megan.” Marsha berbicara dengan kesal.

Megan. Tim membuka nama Megan di internet, dan dia sudah punya pacar. Dia juga teman dari Marsha. Jadi, Marsha mencurigai temannya selingkuh dengan kekasihnya?

“Terus apa kamu punya bukti?”

“Ya pokoknya saya itu bayar kamu mahal untuk urus hal ini.”

Tim menghela nafas berat. Dia bukannya menolak tambang emas, tapi wanita ini terlalu bodoh. Dia bisa menghabiskan banyak uang untuk hal yang sebenarnya bisa dia lakukan sendiri. Atau mungkin wanita ini sedang beramal. Pikir Tim.

“Oke, saya butuh data, nomer Pak Juna, tempat yang biasa dituju dan sahabat baiknya. Juga jadwalnya jangan lupa.”

Detik berikutnya, Marsha memberikan semua informasi mengenai Juna, bahkan latar belakang keluarganya. Cerita itu berakhir di jam 12 dan mereka sampai lupa untuk memesan makan.

“Oke, sudah ya.. saya tunggu.." "Untuk pembayaran, akan saya transfer ke nomer rekening kamu. Tapi setelah saya dapat buktinya.”

Marsha menggunakan kacamata brandednya, lalu melenggang keluar.

Pengawal Marsha yang sejak tadi berada di depan pintu, segera mengikuti Marsha yang sudah selesai bicara pada Tim.

“Dasar orang kaya bodoh.” Umpat Tim.

Dia melihat lagi apa yang dia catat. Juna tidak memiliki banyak teman. Marsha memberikan 3 nama. Samuel Sebastian, Reno Sebastian dan Dokter Ericka Anderson.

Dari ketiganya, Tim hanya kenal dengan Reno Sebastian. Mungkin dia bisa dapat informasi tentang Juna dari Reno.

‘Reno pasti tau hal ini..’ pikir Tim sambil tersenyum.

Kejadian di Restoran

“Ini terakhir kali aku mau melakukan hal bodoh ini.” bisik Juna pada Marsha. 

Marsha tidak menggubris perkataan dari Juna dan malah sibuk menebar senyum pada kameramen di depannya. Ya, saat ini mereka berdua ada di mall untuk melakukan sebuah syuting youtube, daily routine Marsha. Seperti yang diketahui publik, mereka tampak baik-baik saja layaknya pasangan kekasih, tapi di belakang layar, mereka tidak banyak bicara. 

“Oke, gue balik dulu ya..” ucap kameramen setelah menekan tombol off. “Nanti malem gue edit.” 

“Thank you ya..” 

Juna melemparkan paper bag pada pria yang sejak tadi di belakang mereka. Pria itu bertubuh tinggi tegap dan selalu menggunakan setelan Jas hitam. 

“Kita makan dulu ya..” ajak Marsha dengan perasaan senang. 

“No, aku sibuk. Pergi saja dengan Ken.” Ucap Juna sinis. Dia kesal pada Marsha karena wanita itu selalu seenaknya sendiri. 

“Pacar ku itu kamu, bukan Ken.” Marsha memegang lengan Juna dengan erat. 

Juna hanya diam dan mengikuti apa yang Marsha inginkan. Marsha tidak akan menyerah jika dia menginginkan sesuatu. Jadi, daripada berdebat, Juna harus mengalah.

Mereka bertiga memilih restoran Jepang yang lumayan sepi. Meskipun Marsha egois, dia paham jika Juna tidak suka dengan keramaian.  

“Ken, kamu duduk saja, ngapain berdiri di situ.” Marsha menarik Ken untuk duduk di sebelah Juna. Hal itu tentu membuat Juna segera menggeser duduk nya, menjaga jarak dengan pria yang selalu mengikuti Marsha pergi. 

“Nona, saya berdiri saja,, saya akan makan nanti setelah nona makan.” Ken cukup tau diri dengan posisinya yang notabene adalah bodyguard Marsha. Marsha tidak ingin berdebat lagi. Dia memesan makanan yang dia sukai, dan seperti biasa, memesan makanan juga untuk Juna. Sementara itu Juna hanya sibuk dengan ponselnya. Dia selalu saja sibuk dengan pekerjaannya di manapun dia berada. 

“Hey Sya..” seorang wanita berambut ikal itu menghampiri Marsha. Wajahnya begitu mulus dan hidungnya mancung. Marsha segera bangun dari kursinya untuk memberikan cipika cipiki pada wanita yang menyapanya. 

“Hey Meg,, kebetulan ketemu di sini. Ayo gabung..” Marsha mempersilakan Megan untuk duduk. Megan menatap Juna yang sejak tadi tidak bereaksi dan hanya menatap ponselnya saja. 

“Hai Jun..” sapanya. 

Juna hanya melirik sesaat, lalu kembali sibuk dengan pekerjaannya. 

“Biasalah lagi sibuk.” Kata Marsha tidak enak. 

“Ini gue juga udah janjian sih.. lain kali ya say,,” Megan tersenyum dan segera pergi ke meja lain. 

Marsha menyandarkan tubuhnya mengamati interaksi Juna dan Megan. Mereka tidak tampak seperti tertarik dengan satu sama lain. Apa memang dia terlalu insecure pada Juna? Dan siapa yang bisa tahan dengan Juna yang begitu dingin seperti es batu? Selama ini tidak ada wanita yang berani mendekati Juna. 

Tapi Marsha sudah terlanjur menyewa detektif untuk menyelidiki hubungan mereka.

‘BRUK’ ‘PRANG’ suara keras itu menyadarkan lamunan Marsha. Marsha melihat Ken sudah mengunci seorang pria di lantai dengan piring berserakan di bawah. 

“Ken, kenapa?” Tanya Marsha bingung. 

“Dia ingin mencelakai anda, nona.” 

“Ya ampun Ken, itu...” Marsha tidak melanjutkan ucapannya, karena yang Ken lumpuhkan adalah Timothy yang sedang menyamar menggunakan pakaian pelayan dengan topi hitam. 

“Selalu seperti ini.” Juna berdiri dari bangkunya untuk membayar semua kekacauan yang ditimbulkan Marsha dan Ken. 

Sementara itu, Marsha memukul lengan Ken dengan kesal. “Dia itu detektif kemarin.” Bisik Marsha. Ken segera melepaskan tangan Tim dengan perasaan bersalah. 

“Hari pertama udah apes aja nih.” Keluh Tim. 

“Sorry..sorry.. udah sana pergi sebelum Juna balik.” Marsha mengusir Tim yang masih coba meregangkan tangannya yang sakit akibat ulah Ken. 

Ken merapihkan pakaiannya seolah-olah tidak terjadi apapun. Marsha terus mengamati Tim yang sudah pergi ke dapur. 

“Gak apa-apa Ken,, Aku sudah bayar mahal, jadi kamu tidak perlu merasa bersalah.” Hibur Marsha. 

“Cepat pulang.” ucap Juna seraya melewati kedua orang itu ke pintu keluar restoran. 

Di depan pintu, Juna di tabrak oleh seorang gadis yang baru akan masuk ke restoran.

"Maaf Pak, saya buru-buru." Gadis itu pergi ke dalam tanpa mempedulikan wajah Juna yang sudah ingin menerkamnya.

Hari ini begitu sial bagi Juna. Pekerjaannya terganggu karena harus memenuhi keinginan Marsha, makan malamnya juga terganggu karena kejadian Ken tadi, dan sekarang moodnya rusak karena ditabrak oleh gadis tadi.

***

Sementara itu di dapur, Tim masih saja mengomel. Dia memberikan pesan pada Marsha untuk komplain soal tadi. Tentu saja Tim harus komplain karena Ken membantingnya dengan keras ke lantai, dan memelintir tangannya. Efeknya sekarang badan Tim sakit semua.

'Bodyguard lo itu rabun ya? Bisa-bisanya dia kerjain gue.'

'Salah lo sendiri. Kenapa bertingkah menurigakan.'

'Kalau tangan gue patah gimana?'

'Ya di sambung lah.. kan nanti gue kasih 1 M.'

Tim menahan emosinya. Dia memasukan kembali ponselnya ke dalam saku. Jika tidak karena uang yang ditawarkan Marsha begitu besar, dia tidak akan mengambil kasus ini.

Tim kembali berfokus pada pekerjaannya. Setidaknya masih ada Megan di depan. Dia harus mencari tau latar belakang Megan.

Megan sedang bercengkrama dengan seorang wanita muda yang menggunakan seragam hitam.

"Apa semua sudah di siapkan dengan baik?" tanya Megan pada gadis itu.

"Tentu saja Nona Megan. Semua sudah sesuai dengan permintaan Nona."

"Makasih ya Tiff.." Megan tersenyum lebar.

Saat ini Tim sudah berada di meja mereka. Dia meletakan hati-hati makanan yang dia bawa satu persatu. Megan mengamati Tim dengan penasaran.

"Kamu yang di meja depan kan?" tanya Megan tanpa mengalihkan pandangan dari Tim.

"Iya ka.." jawab Tim sambil menunduk. Dia takut Megan curiga padanya.

"Lain kali hati-hati." saran Megan.

Mendengar Megan ternyata hanya menasehati nya, itu membuat Tim menarik nafas lega.

"Nona Megan, ini daftar tamu undangan VIP anda. Apa ada yang perlu di tambah?" Gadis di depan Megan menyerahkan sebuah kertas berisikan nama-nama tamu undangan.

Tim yang belum pamit sempat melihat beberapa nama dengan jelas, salah satu nya adalah Juna Liem.

"Silakan menikmati makanan anda.." Tim berpamitan sebelum mereka curiga karena Tin berdiri disitu begitu lama.

Mereka saling kenal dan bahkan Juna ada dalam tamu VIP nya, tapi kenapa tadi mereka seolah-olah seperti orang asing? batin Timothy heran.

Si dingin Juna

Marsha sudah berada di sebuah gedung yang sangat sering dia datangi. Semua karyawan membungkuk dan tersenyum ketika dia melewati pintu masuk. Dan dengan ramah, Marsha juga membalas senyum mereka. Itulah alasan kenapa semua orang suka pada Marsha. Sudah cantik, gak sombong pula. Tapi senyum Marsha langsung pudar begitu dia memasuki lift.

Lift berhenti di lantai 10. Lantai itu sepi. Hawanya juga dingin. Orang yang tidak tau pasti mengira lantai ini hanya ada ruangan kosong yang tidak berpenghuni.

Marsha dengan percaya diri melangkah masuk ke suatu ruangan dengan pintu yang hanya dapat di buka dengan sidik jari atau password. Marsha sudah sering ke sini, jadi dia dapat dengan mudah membuka pintunya.

“Sayang,,,” Marsha masuk dan menemukan Juna sedang menelepon.

Pria itu mengangkat satu tangannya, mengisyaratkan supaya Marsha tidak mendekat dan berisik.

“Kalau kamu tidak bisa selesaikan dalam 3 jam, saya akan pecat kamu! " Juna mematikan teleponnya dengan kesal.

“Siapa?” Tanya Marsha penasaran.

“Pertanyaan yang tidak perlu di jawab.”

Juna berdiri dari kursinya. Dia menatap keluar jendela ruangan. Moodnya sedang tidak terlalu bagus dan dia tidak ingin berbicara dengan Marsha sekarang. Masalahnya, Marsha selalu membuat Juna sakit kepala dan stress. Di mana ada Marsha, di situ pasti ada kekacauan. Dan setiap kali Marsha berbuat ulah, dia yang harus membereskannya.

Pernah satu kali Marsha bertengkar dengan seorang wanita di butik karena berebut baju limited edition. Juna lah yang harus membatalkan meeting untuk menangani keributan yang diperbuat Marsha dan bodyguardnya. Jadi, kejadian kemarin itu bukan yang pertama kali.

“Are you okay?'’ Tanya Marsha seraya memegang pundak Juna.

Juna berbalik, membuat Marsha dapat melihat wajah tampan kekasihnya. Juna memiliki hidung yang mancung, rahang yang tegas, dan kulit yang bersih. Hanya kekurangannya, dia jarang tersenyum dan punya tatapan mata yang begitu tajam. Silet saja kalah tajam.

Seperti saat ini, bukannya menjawab, Juna malah menatap Marsha tajam sehingga membuat Marsha sedikit gugup.

“Mau makan siang?” Tawar Marsha mencoba untuk mencairkan suasana.

“Nona, tapi anda ada janji makan siang dengan nona Valen kan?” ucap seseorang yang sejak tadi berada di belakang Marsha.

"Astaga Ken, hampir saja aku lupa." Karena pekerjaan yang cukup padat, Marsha sampai sering lupa dengan jadwalnya. Untung ada Ken, bodyguard yang selalu mengingatkan segala jadwalnya.

"Jun.. aku pergi dulu ya..See you besok.." Marsha mencium pipi Juna, lalu buru-buru pergi.

Sekarang tinggal Juna yang berada di ruangan. Dia akhirnya bisa bernafas lega ketika Marsha sudah keluar. Juna memang pintar dalam urusan bisnis, tapi kalau soal wanita, dia tidak begitu paham. Baginya semua wanita sama saja. Berisik dan merepotkan. Seharusnya sejak awal Juna tidak menyambut permintaan Marsha untuk berpacaran, karena sekarang dia terjebak dan tidak bisa mengakhirinya.

“Pak, apakah mau pesan makan siang?” Seorang pria berkacamata membuyarkan lamunan Juna.

“Kita makan di luar, Jo.”

***

Cafe Milan.

Seluruh pengunjung cafe menengok ke arah dua pria tampan yang tengah menikmati makan siang mereka. Pria yang satunya berwajah oriental, dengan rambut di spike, dan wajah yang tegas sangat menunjukan jika dia adalah orang kaya raya. Sedangkan pria satunya bertubuh kekar dan berkacamata. Kulitnya sedikit coklat, tapi tatapannya sungguh ramah dan murah senyum.

“Ga usah tebar pesona Jo.” Juna menghentikan Jo yang sejak tadi tersenyum ke segala arah.

“Yah, namanya juga usaha, siapa tau ada yang ketangkep.”

Juna menggeleng-gelengkan kepala. Dia memotong steak nya dengan cepat. Sepertinya dia salah memilih tempat, karena tujuan sebenarnya dia ke cafe Milan supaya tidak ada lagi mata yang memandang ke arahnya. Juna hanya ingin makan dengan nyaman. Tapi, ternyata sama saja.

“Sudahlah Jun.. Namanya juga nasib orang tampan.. kenapa kamu begitu kaku sih? Semua orang itu tau siapa kamu.”

“Justru itu.. aku itu bukan artis, tapi pengusaha.” Jelas Juna sambil mengacungkan pisaunya di depan asisten sekaligus temannya itu. Jika di luar kantor, Jo boleh memanggil atasannya dengan hanya sebutan nama, tidak perlu embel-embel Bapak atau Tuan.

“Oh iya, ada yang lihat kamu sama Megan di sebuah hotel. Kamu betul ketemu sama Megan?” tanya Jo tiba-tiba.

Juna hanya melirik, lalu tersenyum licik. “Itu bukan urusan kamu Jo.”

“Ya,,ya... terserahlah..” Jo memilih menyerah karena Juna tidak akan memberitahukan segala sesuatunya pada Jo. Seharusnya Jo senang karena bebannya akan berkurang, tapi dia melihat Juna akhir-akhir ini semakin lama semakin banyak rahasia. Dia khawatir kalau Juna depresi.

“Jun, sepertinya kamu butuh liburan deh.. kali aja kamu bosan sama Marsha.”

Meskipun itu kenyataan, tapi ucapan Jo berhasil membuat atasannya tersedak. “Apa hubungannya liburan dan Marsha?”

“Ya habis.. Gue tau lo ga suka Marsha.. coba cari yang antimainstream,, siapa tau ketemu waktu liburan. Tapi jangan Megan juga. Dia udah punya pacar dan reputasinya kurang bagus.”

“Lo tau, ini pisau tajam?” Juna membolak balikan pisaunya di depan wajah Jo. Jo langsung diam seribu bahasa. Juna memang sangat sensitif dan tidak bisa diajak kompromi.

“Jangan bicara tentang Megan lagi.” Kata Juna tiba-tiba.

Dia menghentikan aktifitasnya karena sebuah telepon masuk.

“Ya, tentu saja aku akan ke sana. Jangan khawatir.. miss you..”

Jo mendengarkan percakapan bos nya dengan heran. Jarang sekali Juna mengangkat telepon saat sedang makan. Dan terkahir Jo dapat dengan jelas bisa mendengar kata miss you. Juna merindukan seseorang? Selama 5 tahun pacaran dengan Marsha, Jo tidak pernah dengar Juna mengucapkan kata itu pada Marsha.

“Siapa Jun? Marsha?” Tanya Jo yang sangat penasaran.

“Bukan.”

“Jangan bilang kamu punya pacar lain.” Tebak Jo dengan ekspresi yang menuduh.

Juna hanya tersenyum sinis.

Akhirnya lagi-lagi Jo menyerah dan mereka hanya menyelesaikan makanan tanpa mempedulikan sekeliling. Mereka tidak sadar kalau seseorang mendengarkan pembicaraan mereka sejak tadi.

Tim mengamati mereka dari meja sebelah sambil pura-pura mengerjakan tugas di laptop. Dan satu hal yang Tim tau dari pembicaraan mereka adalah bahwa Juna tidak menyukai Marsha. Kehidupan para publik figure memang penuh dengan kepalsuan. Tim sempat merasa kasihan pada Marsha karena Juna tidak menyukainya. Dan kesimpulannya, Juna memang dapat di curigai sedang bermain di belakang Marsha. Tapi dengan siapa? Megan atau yang lain?

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!