NovelToon NovelToon

Godaan Sang Mantan

Bab.1

Jam pelajaran sudah selesai, Johan melajukan motornya bersama dengan Jihan, johan mengajak jihan untuk pergi ke sebuah cafe sebelum mereka berpisah untuk pulang ke rumah mereka masing-masing.

Bukan hanya jihan yang dilarang untuk berpacaran, namun Johan juga demikian, meski ia sudah kelas tiga SMA namun ayahnya yang begitu keras mendidiknya, melarang ia untuk menjalin hubungan pacaran.

Karena itu hanya akan mengganggu konsentrasi belajar johan saja, Johan memang anak satu-satunya dan ayah Johan benar-benar mempersiapkan johan untuk menjadi pemimpin perusahaan, jadi untuk menghindari masalah, Jihan dan johan berpacaran secara diam-diam.

~

Johan memarkirkan motornya di parkiran cafe,setiap pulang sekolah Johan akan mengajak jihan untuk sekedar makan ice cream atau makan siang bersama.

"Kamu mau pesan apa?" tanya Johan.

"Es campur saja kak," ucap Jihan.

"Oke, mbak dua es campur ya," ucap Johan mendongak untuk menyampaikan pesananya kepada pelayan cafe yang berdiri di sampingnya.

"Kak jo sebentar lagi lulus, apa rencana kakak setelah lulus nanti?" tanya jihan.

"Ayah mau aku kuliah di luar negeri, tapi aku Tidak mau" ujar Johan.

"Kenapa?" tanya Jihan penasaran.

"Ya karena aku tidak mau jauh dari kamu, aku mau kuliah di Indonesia saja," jawabnya.

"Sebenarnya, aku juga tidak mau jauh-jauh dari kak jo, kita sudah hampir dua tahun berpacaran, dan aku belum siap untuk berhubungan jarak jauh," ucap jihan lirih.

"Tenanglah, aku tidak akan meninggalkan kamu, setelah acara kelulusan,Aku akan bilang ke ayah kalau aku tidak akan pergi ke amerika, aku tidak siap berpisah dari kamu," ucap johan sambil menggenggam kedua tangan jihan.

"Iya kak ... aku juga, satu hari saja tanpa kabar dari kak jo aku sudah gelisah," ucap jihan.

"Ini pesananya silahkan menikmati," ucap pelayan cafe yang datang membawa pesanan Johan dan jihan.

~~

Setelah mengantarkan Jihan sampai di halte, Johan pun pulang ke rumah.

Baru saja ia sampai, Vita sudah datang menghampirinya.

Vita adalah sahabat kecil johan yang juga tetangga johan, mereka sangat akrab, melakukan berbagai hal bersama dan Vita memang sudah menyukai johan sejak lama, namun johan tidak menyadari itu, saat Johan berpacaran dengan jihan, Vita mulai merasa johan sudah tidak memperdulikannya, ia tahu jika Johan berpacaran dengan Jihan dan Vita setuju untuk merahasiakannya, semakin hari ia semakin kesal dengan sosok Jihan, yang sudah benar-benar menyita waktu johan.

"Jo ... aku mau bicara sama kamu," ucap vita yang sudah berada di depan johan.

"Mau ngomong apa sih Vi ... ayo bicara di teras rumah ku saja," ajak johan.

Johan dan vita duduk di kursi yang ada di teras.

"Kamu mau ngomong apa Vi ... Sepertinya serius sekali," Johan semakin penasaran.

"Sebentar lagi kan kita lulus, kamu mau kan, melanjutkan kuliah ke universitas di Aamerika?" Vita menatap johan penuh selidik.

"Aku belum memutuskan akan ke amerika atau tidak, jujur aku mau kuliah di sini saja," ujar johan.

"Kenapa ... ayah kamu dan papa ku sudah setuju kita akan berangkat bersama ke amerika," Vita mulai terlihat kesal karena ia tahu alasan johan tidak ingin ke amerika.

"Ini hidup aku vi ... aku bebas untuk memilih jalan ku sendiri," ujar Johan.

"Aku tahu kamu tidak mau pergi, karena kamu tidak mau jauh dari bocah itu kan!" Vita mulai tidak bisa mengontrol dirinya.

"Hey ... pelankan suaramu,"Johan kaget karena Vita meninggikan suaranya.

"Biarkan saja ... biar om dan tante tahu kalau selama ini, kamu pacaran di belakang mereka,"ujar vita yang semakin kesal.

"Kamu kenapa sih, apa aku salah jika memiliki kekasih, aku sangat mencintai dia vi, kami sudah hampir dua tahun bersama dan kamu selalu mendukung ku tapi kenapa sekarang kamu menjadi seperti ini," ucap johan pelan.

"Entah sejak kapan tapi aku tidak suka kamu perhatian dengan dia dan kamu selalu meluangkan waktu mu untuk dia aku tidak suka ... aku cinta sama kamu Jo," ujar Vita yang sudah mulai berkaca-kaca.

Johan menatap tak percaya, sahabatnya sendiri mengatakan cinta padanya, ia bahkan tak pernah berfikir sejauh itu.

Bersambung 💕

Bab.2

Johan sedang berbaring di atas tempat tidurnya, ia masih tidak habis fikir apa yang di katakan vita padanya, jelas sekali vita tahu jika johan sangat mencintai jihan, dengan mengungkapkan perasaannya seperti ini maka persahabatan mereka akan menjadi renggang.

Johan sudah menganggap Vita sebagai saudaranya sendiri, namun persahabatan antara laki-laki dan perempuan itu memang sulit untuk konsisten karena akan ada saja yang terbawa perasaan entah si perempuan atau si laki-laki, tak jarang juga keduanya.

Di tengah Lamunannya, ponsel johan tiba-tiba bergetar tanda pesan masuk, ia tersenyum saat melihat layar ponselnya.

"Kak jo sayang," isi pesan Jihan

"Apa sayang??"Balas johan

"Kak jo lagi apa?"

"Lagi rebahan saja, sayang lagi Apa?"

"Lagi mikirin kak jo, tidak sabar untuk bertemu kakak di sekolah besok."

"Sama, boleh ke rumah kamu?"

"Jangan, tante ku galak."

"Ya baiklah, sampai jumpa besok."

~

Pagi hari saat akan berangkat ke sekolah jihan membantu tantenya membereskan meja makan sehabis sarapan.

"Kamu berangkat sekolah sana, biar tante saja yang membereskan meja makan," ucap Mela lalu tersenyum kepada jihan.

"Masih pagi kok tante, Nino mau, aku yang mengatakannya ke sekolah." ujar jihan yang sedang mengangkat piring kotor di atas meja.

"Ninonya sudah pergi kok barusan, sama temannya, Nabila anak tetangga," ucap Mela merasa heran.

"Benar tan, ya ampun, itu anak tidak konsisten sekali, baiklah kalau begitu Jihan berangkat ke sekolah dulu ya tante," ucap Jihan

lalu mengambil tas yang ia letakkan di atas kursi, berjalan dengan cepat menuju halte bus.

Saat sampai di halte, bus terakhir sudah berangkat, karena takut telat Jihan beralih untuk naik ojek saja.

"Pak tolong antarkan saya ke SMA harapan ya," ucap Jihan yang sudah memasang helmnya.

"Siap Non," ucap tukang ojek itu langsung tancap gas menuju SMA harapan.

~

Johan baru saja akan berangkat ke sekolah namun saat akan membuka garasi, ayahnya meminta untuk johan bicara empat mata dengannya.

"Vita bilang kamu menolak untuk pergi ke Amerika!, apa benar begitu?" tanyaToni pada johan.

"Iya yah," ucap johan Jujur,iya sudah bisa menebak jika ayahnya akan membahas hal ini.

"Kenapa! ... saat masuk SMA kamu bilang setelah lulus akan kuliah di Amerika dan ayah sudah menyiapkan segalanya untuk kamu,lalu apa yang menyebabkan kamu berubah fikiran seperti ini?" Tatapan toni mulai mengintimidasi, membuat johan diam sambil menunduk.

Johan mencengkeram lututnya, lalu kembali menatap ayahnya, "Maaf ayah, aku harus berangkat sekolah sekarang," Johan meraih tasnya dan pergi meninggalkan ayahnya yang masih duduk di sofa ruang tamu.

"Anak itu, apa sebenarnya yang dia inginkan," ucap Toni sambil memandangi kepergian Johan.

~~

Dalam perjalanan Johan masih tenggelam dalam fikiranya sendiri, kata-kata ayahnya yang semakin menuntut membuat ia bingung,

setelah beberapa saat akhirnya Johan sampai di halte yang tidak jauh dari sekolah, meski demikian jihan selalu setia menunggu johan di sana, agar bisa masuk ke sekolah bersama.

"Sudah lama menunggu..?" tanya johan yang sudah menghentikan motornya di depan Jihan.

"Tidak lama kak, kak jo kenapa?wajah kakak terlihat murung?"Tanya jihan saat melihat ekspresi wajah johan tak tersenyum seperti biasanya.

Sebaiknya aku tidak menceritakan hal ini kepada jihan, aku tidak ingin dia ikut kepikiran," batin Johan.

Johan kembali mengembangkan senyumnya, "Masa iya,sepertinya aku kurang tidur," ujar Johan.

"Pasti main Game online lagi ya??" tanya Jihan dengan tatapan mengintimidasi.

"Hehe Kamu tahu saja, ayo naik nanti terlambat lagi," Johan memasangkan helm ke kepala jihan.

Johan melajukan motornya, untung saja kali ini mereka tidak telat.

Johan mengantarkan jihan sampai di depan pintu kelasnya, sementara dari kejauhan Vita mengepalkan kedua tangannya, ia benar-benar merasa kesal, bahkan setelah ia menyatakan perasaannya, johan tak memberikan respon apapun.

Saat akan berjalan Menuju kelasnya, tiba-tiba Tangan johan di tarik oleh Vita.

"Kita perlu bicara," ucap Vita sambil mencengkram lengan Johan.

"Lepaskan, aku masih malas ngomong sama kamu, sebelum kamu memperbaiki sifat kamu, jangan anggap aku sahabat lagi, mengerti!" Johan Beranjak pergi meninggalkan Vita yang masih diam mematung dengan Tatapan mata penuh kebencian, bukan pada johan namun kepada jihan.

"Awas saja, aku tidak akan diam saja kali ini," gumam Vita.

~~

"Kak jo serius tidak jadi ke Amerika demi kamu ji?" tanya Kinan.

"Iya, kak jo bilang seperti itu, tapi jujur aku bingung, aku memang tidak mau berjauhan dengan Kak jo, tapi di sisi lain, aku tidak mau jadi penghalang kak jo untuk meraih cita-citanya, apalagi ini keinginan kedua orangtuanya," ujar Jihan.

"Berat memang ... kamu coba bicara lagi dengan kak Jo, agar semuanya lebih jelas," ucap kinan.

"Aku juga maunya seperti itu, tapi aku takut tidak bisa menahan perasaan ku sendiri Ki, kalau aku malah nangis bagaimana, itu malah akan menambah beban fikiran kak jo," ujar jihan.

"Kamu harus bisa ji, kalau pun kalian harus berhubungan jarak jauh, aku yakin kalian bisa, aku tahu kalian sama-sama saling mencintai," ucap Kinan.

"Oke, nanti aku coba ngomong lagi sama kak Jo," ucap jihan dengan wajah lesunya.

~

Saat jam istirahat sekolah, Jihan pergi ke kantin bersama dengan kinan, seperti biasa jihan dan kinan akan makan bersama dengan Johan dan vita namun kali ini nampak berbeda, Jihan merasa heran saat ia menghampiri johan tidak ada vita di sana.

"Kak Vita mana?" tanya jihan yang sudah duduk di samping Johan sementara kinan duduk di hadapan jihan.

"Tidak tahu juga, sepertinya dia ada Urusan lain" jawab johan berbohong.

"Ya aku jadi obat nyamuk lagi," ucap kinan dengan wajah cemberutnya.

" Tidak kok Ki ... Hehe," kekeh Jihan.

"Ayo pesan makan, aku sudah lapar, "ucap johan.

~~

Johan baru saja sampai di rumahnya, namun lagi-lagi ia harus menghadapi ibunya, baru saja tadi pagi ayahnya dan sekarang ibunya lagi.

"Ayah bilang kamu menolak kuliah di Amerika?" tanya Maria pada anaknya.

"Kenapa sih, tidak ayah, ibu nanya itu dan itu lagi," keluh Johan.

"Jo, ibu ingat betul saat SMP kamu benar-benar antusias ingin ke Amerika, tapi sekarang kenapa kamu menolak saat ayah kamu sudah menyiapkan apartement dan segala kebutuhan hidup kamu selama di amerika, pasport kamu pun sudah jadi," ujar Maria.

"A aku," ucap Johan ragu-ragu, ingin rasanya ia mengatakan jika ia tidak ingin berjauhan dengan wanita yang ia sangat cintai, namun lidahnya Terasa kaku.

"Kenapa jo?" Maria menyentuh pundak Johan.

"Tidak apa-apa bu, itu hanya cita-cita ku saat kecil sekarang tidak lagi," ucap johan.

"Fikirkan lagi, ibu tahu kamu hanya bingung, ingat ayah kamu yang sudah bekerja keras demi kamu putra satu-satunya," ucap maria lembut.

"Iya bu, Johan masuk kamar dulu," Johan Beranjak pergi.

Ujian akhir sudah di depan mata, semua persiapan untuk melanjutkan sekolah ke luar negeri sudah di persiapkan dengan matang oleh kedua orang tua johan, namun saat hati sudah menemukan tempatnya maka tidak akan terpisah dengan begitu mudahnya.

Bersambung 💕

Bab.3

Jihan masih tertidur pulas di atas tempat tidurnya, ia sengaja tidak menyetel alarm karena mulai hari ini libur akhir semester, Nino yang tahu jika kakak sepupunya itu pasti belum bangun, bergegas menuju kamar jihan.

Saat masuk Nino mulai tersenyum licik, seperti sedang merencanakan sesuatu, ia mendekati jihan yang masih tertidur pulas, dan dalam hitungan satu, dua dan tiga.

"Kebakaran .... kebakaran!" teriak Nino tepat di telinga jihan.

Seketika jihan langsung terperanjat kaget, dengan kondisi yang masih setengah sadar ia berlari keluar dari kamar.

"Dimana kebakarannya," ucap jihan kebingungan.

"Kamu kenapa Jihan? " tanya Mela yang bingung melihat tingkah Jihan.

"Ada kebakaran tante!" ucap jihan panik.

Mela menggelengkan kepalanya sambil terkekeh, "Haha ... kamu mengigau ya?, pergi cuci muka dulu sana," ucap Mela.

"Tidak ada kebakaran, terus tadi siapa yang bilang," belum sempat jihan meneruskan kata-katanya, Nino sudah menghampirinya.

"Haha .... kasihan sekali kamu kak, aku kerjain," ledek Nino.

"Usil sekali sih kamu, awas saja, kalau aku berhasil menangkap kamu," Jihan mengejar Nino yang sudah lebih dulu berlari.

"Kejar kalau bisa ... haha," ucap Nino yang masih saja berlari.

Jihan mengejar Nino, kesana kemari, tiba-tiba suara pintu di ketuk menghentikan langkahnya, ia berjalan membuka pintu dan ia cukup kaget saat pintu terbuka, sosok vita yang berdiri di sana.

"Kak Vita?" ucap jihan.

"Ada sesuatu yang penting yang harus kita bicarakan jihan," ucap Vita.

"Baiklah kak, kita bicara di warung di seberang sana bagaimana" ucap Jihan.

"Baiklah, ayo," ucap Vita.

Jihan mengikuti langkah Vita, perasaannya jadi tidak enak karena tidak biasanya vita ingin bicara berdua dengannya saja.

Setelah sampai di warung didepan rumah jihan, mereka memesan bubur ayam untuk sarapan, saat pesanan mereka datang vita dan jihan tak menyentuh sedikitpun bubur itu.

"Sebenarnya apa yang ingin kakak Bicarakan?" tanya jihan yang sudah penasaran sejak tadi.

"Aku langsung ke intinya saja, aku mau kamu putus dengan johan kamu itu tidak pantas dengan dia, dia anak pengusaha terkenal dan sukses, demi masa depannya ia harus kuliah di Amerika dan Karena kamu, dia tidak ingin pergi, harusnya kamu sadar diri, kamu orang baru di hidup johan, jangan karena keegoisan mu, masa depan Johan jadi terhalang, sejak awal orang tua johan memang tidak ingin johan berpacaran, entah apa yang akan mereka katakan saat mengetahui hubungan kalian, yang pasti johan yang akan menerima akibatnya," tutur vita.

"Kak jo tidak pernah membicarakan tentang kekayaan orang tuanya, dia juga menerima aku apa adanya dan aku tidak pernah melarang kak jo untuk meraih Cita-citanya, kak jo sendiri yang memutuskan untuk tinggal," ujar jihan tegas.

"Kamu itu hanya jadi penghalang untuk johan, aku sarankan agar kamu mengakhiri hubungan kalian, apa kamu tahu karena ingin bertahan untuk tinggal di Indonesia, johan jadi melawan perintah kedua orangtuanya, padahal dulu dia itu anak yang penurut dan selalu mengikuti keinginan orang tuanya, kamu fikirkan baik-baik, kalau kamu benar-benar cinta dengan Johan, relakan dia demi masa depannya, permisi."

Vita beranjak dari duduknya dan melangkah pergi, sementara jihan, hanya menunduk ia memejamkan matanya merasakan sesak di dadanya, ia mencoba untuk tegar.

~

Siang harinya, Jihan pamit untuk pergi ke tempat temanya, padahal ia akan pergi bersama Johan.

"Aku pamit dulu ya tante," ucap jihan.

"Iya Hati-hati ya," ucap mela yang sedang menjemur pakaian.

Merasa bersalah juga lama-lama bohong sama Tante, maafkan aku ya tante," batin jihan.

~

Jihan sedang duduk termenung di halte bus, ia sedang meyakinkan diri untuk bicara serius kepada johan, meskipun johan sudah mengatakan akan kuliah di Indonesia saja,tapi semakin jihan fikirkan ucapan vita ada benarnya, ia hanya orang baru di kehidupan johan dan karenanya Johan jadi membuang cita-citanya sendiri, dari itulah ia mengajak johan bertemu hari ini.

Ujian akhir sudah selesai, Johan tinggal menunggu hasil ujiannya saja, Jihan semakin dilema meski ia tak pernah mengatakannya secara langsung kepada johan, jihan yakin kalau pun ia meminta johan untuk pergi ke Amerika, johan tidak akan mau, jalan satu-satunya adalah putus, dengan itu johan akan menyerah dengan sendirinya dan akan pergi ke Amerika, itulah yang di fikiran Jihan.

"Kamu sudah lama menunggu," ucap Johan yang sudah turun dari motornya, membuat lamunan jihan buyar seketika.

"kak Jo ... tidak juga," ucap Jihan.

"Ayo kita jalan, hari ini kamu yang menentukan kita akan kemana," ujar johan sambil memasangkan helm di kepala Jihan.

Motor johan melaju dengan kecepatan sedang, jihan yang duduk di belakang memeluk Johan dengan erat, seperti tak rela untuk melepaskannya, tanpa jihan sadari matanya mulai mengeluarkan cairan bening yang membasahi wajah cantiknya.

Akhirnya mereka sampai di sebuah danau, Jihan sengaja mengajak johan ke sana, agar mereka lebih leluasa untuk bicara.

"Tidak biasanya kamu mengajak kakak kemari," ucap johan yang sudah duduk di pinggir danau berdampingan dengan Jihan.

"Aku hanya ingin bicara dengan kak jo dengan tenang," ucap jihan yang mulai nampak sendu.

"Kamu serius sekali, sebenarnya apa yang ingin kamu Bicarakan?" tanya Johan.

"Aku mau kita putus saja," ucap jihan Sambil menunduk.

"Kamu bercanda ya, itu tidak lucu," ucap johan bingung.

Jihan menarik nafas dalam lalu menghembuskannya, "Aku serius kak," ucap jihan yang masih menunduk.

"Tapi kenapa? ... apa alasannya?" ucap johan tak percaya.

"Aku tidak bisa memberikan kakak alasan apapun, aku hanya ingin kita putus, ini demi kebaikan kita berdua" ucap jihan dengan suara yang mulai bergetar.

Johan menggeleng tak percaya, hubungan mereka baik-baik saja sampai hari ini, "Aku tidak mau, tidak akan pernah!!" tegas Johan.

Jihan tak bisa berkata-kata, lama mereka saling diam, tenggelam dalam fikiran mereka masing-masing, sampai pada akhirnya Johan bersimpuh di hadapan jihan.

"Kak Jo ... apa yang kakak lakukan?" Jihan menatap johan tak percaya.

"Aku mohon jangan akhiri hubungan kita, aku sangat mencintaimu, lebih dari apapun," ucap Johan yang sudah mulai berkaca-kaca.

Jihan tak bisa lagi membendung kesedihannya, ia Menangis tersedu-sedu di hadapan Johan, langsung saja Johan memeluk jihan untuk menenangkannya.

~~

Kini Jihan sudah berada di kamarnya, setelah ia menangis di pelukan johan, ia langsung minta untuk di antar pulang tentunya hanya sampai di halte saja, Johan tak lagi bertanya dan ikut diam saja, ia mau jihan menenangkan dirinya terlebih dahulu.

Sudah ratusan pesan dari johan masuk ke ponselnya, namun tak satupun yang ia baca, Jihan membaringkan tubuhnya di atas kasur dan kembali menagis tanpa suara.

Jihan tak pernah menyangka akan memutuskan hubungan dengan pria yang sangat ia cintai, Johan adalah cinta pertamanya dan ia berharap akan menjadi cinta terakhirnya, namun saat kedaan memaksa mereka untuk berpisah, Jihan bisa apa.

~

Johan memcoba memejamkan matanya, namun yang ia lihat hanya wajah jihan yang sedang menangis, ia mencoba berfikir keras kenapa jihan ingin mereka putus, namun johan belum menemukan jawaban apapun.

Di lihatnya foto jihan yang menjadi wallpaper Ponselnya, foto yang ia ambil secara diam-diam sewaktu ia pertama kali jatuh cinta pada Jihan.

Waktu itu masa orientasi siswa, dan johan adalah ketua OSIS yang memang di tugaskan untuk menangani murid-murid baru, waktu itu ia mengerjai jihan, hingga jihan pingsan, karena merasa panik Johan menggedong jihan menuju UKS, ia sangat khawatir, maksudnya hanya bercanda tapi malah Membuat jihan pingsan.

Lama Johan menunggu sampai akhirnya jihan sadar, Johan langsung meminta maaf dan jawaban jihan benar-benar membuat johan terpana, Jihan berkata, "Kenapa kakak minta maaf, aku tidak apa-apa, terimakasih sudah membawaku kemari," ucap jihan lalu tersenyum kepada Johan.

Johan kembali membuka matanya, ia baru ingat sebentar lagi anniversary mereka yang kedua tahun, ia membuka laci meja belajarnya, di ambilnya kotak kecil yang ada di dalam laci itu, dibukanya kotak itu dan di dalamnya berisi kalung inisial JJ (Johan dan Jihan), ia kembali merasa frustasi, kenapa mereka harus menjadi seperti ini di saat hubungan mereka memasuki dua tahun.

~~

Sudah tiga hari berlalu Johan masih tenggelam dalam kesedihannya, ia merindukan jihan, ingin mendengar suaranya meski hanya sebentar, namun nomor ponsel jihan sudah tidak aktif lagi.

Suara ketukan pintu dari luar membuyarkan lamunan Johan, Johan langsung beranjak turun dari tempat tidurnya untuk membuka pintu.

"Vita ada di bawah, dia mau bertemu kamu katanya," ucap Maria.

"Iya bu, sebentar lagi aku turun," ucap Johan.

Johan kembali masuk kedalam kamarnya lalu pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka, baru kemudian Johan menghapiri Vita yang sedang duduk di kursi taman yang ada di halaman depan rumahnya.

"Kenapa kamu mencari ku?" Johan duduk di samping Vita.

"Aku ingin minta maaf Jo, aku sadar keegoisan ku telah merusak persahabatan kita, aku ingin terus menjadi sahabat kamu Jo," ujar Vita.

"Syukurlah kalau kamu sudah sadar, aku sudah menganggap kamu sebagai saudaraku sendiri, dan persaan ku tidak bisa lebih dari itu," ujar johan.

Tapi aku tidak mau menjadi saudaramu Jo, aku mencintaimu," batin Vita.

"Iya aku mengerti,"ucap Vita.

"Bagaimana dengan hubungan mu dan Jihan?" tanya Vita.

"Dia memutuskan hubungan kami, aku tidak tahu apa alasannya, aku masih benar-benar mencintainya," ucap Johan.

Vita tersenyum mulai menyeringai licik, ia sangat senang karena Johan dan jihan putus, dan rencananya tidak akan sampai di situ saja.

Tinggal satu langkah lagi, aku akan membuat kamu membencinya," batin Vita.

Bersambung 💕

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!