Tia, seorang gadis desa yang sekarang berumur 19 tahun, dia anak bungsu dari tiga bersaudara, terlahir dari keluarga yang sangat sederhana, hidup dalam kondisi keluarga yang sangat pas-pas an.
Beberapa tahun yang lalu ketika anak seusianya harus menempuh pendidikan di sekolah menengah pertama(SMP) berbeda dengan Tia, dia harus berhenti di tengah jalan karna faktor ekonomi keluarganya.
Meskipun terasa berat, Tia tidak bisa berbuat apa-apa karna dia sangat mengerti kondisi orang tua nya saat itu. Ayah dan Ibunya harus merantau ke Negeri Jiran agar bisa melanjutkan hidup, karena menurutnya mencari pekerjaan di Negara sendiri sangat lah sulit dengan pendidikan yang menurutnya sangat rendah.
Dari situlah kehidupan yang sesungguhnya dirasakan Tia, dia harus bekerja layaknya orang dewasa agar bisa membantu keuangan orang tua nya, Tia tidak pernah memilih milih pekerjaan, menurutnya asalkan bisa mendapat uang yang halal, dia bersedia bekerja apapun.
Sejak saat itu juga Tia berusaha meyakinkan dirinya semoga suatu saat dia bisa melanjutkan sekolah dan mencapai mimpi-mimpinya selama ini, karena menurutnya pendidikan sangat penting untuk masa depan dan keluarganya juga, dia sudah mengambil pelajaran dari orang tuanya betapa sulit mencari pekerjaan dengan pendidikan yang minim.
~
Tia memiliki dua orang kakak, keduanya sudah berkeluarga, jadi sekarang mereka hanya tinggal bertiga. Tia begitu dekat dengan Ibunya, karena dia anak bungsu dan memang seperti itulah kebanyakan anak gadis, dekat dengan Ibunya. Ibu Tia sangat memanjakan putrinya, tapi terkadang Tia juga suka membantah jika harus terus di manjakan layaknya anak kecil. Meskipun umur gadis itu masih terbilang muda, tapi dia sudah cukup merasa dewasa dengan problem-problem kehidupan yang dia jalani.
~
Namun berbeda lagi dengan Ayah Tia, dia sangat tegas dalam membesarkan anak anaknya, larangan demi larangan sering terlontar dari mulut pria itu untuk Tia, bahkan untuk menjalin pertemanan dengan orang lain, kadang Tia juga enggan karena takut akan Ayahnya. Memang begitulah Ayah Tia, jika sudah berkata 'tidak' itu artinya tidak. Tapi Tia cukup mengerti dengan itu, meskipun terkadang dia ingin sedikit melawan, tapi Tia kembali berfikir bahwa dia hanyalah seorang anak yang harus berbakti pada kedua orang tua, dan berfikir bahwa Ayahnya melakukan ini pasti dengan alasan yang baik, karena bagaimanapun tidak ada orang tua yang ingin melihat anak mereka menjadi anak yang membangkang.
~
Karena sikap tegas Ayahnya, jadi dia tidak cukup dekat dengan lelaki paruh baya itu, bukan karena tidak ingin tapi karena memang dia sangat menghormati Ayahnya dan tidak ingin jika salah kata dan bisa membuat pria itu marah. Meskipun pada dasarnya Ayah Tia tidak setegas itu, tapi dalam membesarkan Tia dia harus betul-betul tegas agar anak gadisnya itu bisa tumbuh jadi anak yang kuat, berbakti dan menghormati orang tuanya. Dia tidak mau jika anak gadisnya tersesat dalam pergaulan pergaulan anak muda sekarang yang bisa di katakan bebas. Meskipun sudah meyakinkan orang tua bahwa dia tidak akan berfikiran kesana, tapi Ayahnya tetap lah kepada prinsip awal, dan larangan larangan pun hanya bisa di terima dengan sabar dan ikhlas oleh Tia.
^^^
Kehangatan cahaya pagi mulai terasa. Ponsel yang berada diatas nakas berbunyi dengan nyaring.
Dengan mata yang masih terpejam, Tia berusaha meraih benda itu. menggeser asal tombol hijau untuk menjawab sambungan telepon.
"Hey, apa kau belum bangun?" teriak seseorang di balik telepon
Tia sedikit menjauhkan benda itu dari telinganya, lalu berucap, "Jika aku belum bangun aku tidak mungkin menjawab panggilan mu," jawabnya dengan suara serak.
"Ok baiklah, tapi apa kau sudah mandi? Apa kau tidak tau sekarang jam berapa dan kita harus bekerja.!" ujar wanita diseberang sana. Tia memicingkan matanya sambil melihat jam kecil yang juga berada diatas nakas miliknya.
"Ya sudah, hentikan bicaramu. Jika tidak, kita berdua akan terlambat. Dan itu karena kau," ucap Tia tanpa dosa, namun dengan ujung bibir yang sedikit terangkat.
"Kau memang pintar menyudutkan ku. Baiklah, aku tutup." Yang disana mungkin merasa jengkel. Tapi tak dihiraukan oleh gadis yang baru saja beranjak dari tempat tidurnya.
^^^
Setelah hampir satu jam bersiap, akhirnya dia selesai dengan pakaian kerjanya. Tia bekerja di sebuah kantor di Negeri Jiran, posisinya hanya sebagai cleaning service dan terkadang membantu setiap pekerjaan yang di perintahkan Atasannya, tapi dia sangat bersyukur bisa mendapatkan pekerjaan itu, meskipun tidak memiliki pendidikan yang tinggi. Semua berkat seorang gadis yang tadi pagi meneleponnya. Sahabat yang selalu mendukung langkahnya, mensupport dan tidak pernah memandang sebelah mata pada Tia. Meskipun pendidikan Tia berbeda jauh dengannya, namun Andin tetap baik dan selalu membantunya, hingga bisa mendapat pekerjaan.
^^^
"Tia ...Tia ...," panggil seseorang di sebrang jalan
Tia yang mendengar pun melebarkan senyum dan menoleh kearah suara sembari menghampiri. "Apa kau sungguh merindukan ku?" katanya setelah berada tepat di hadapan Andin.
"Kau sangat tidak menyadari kesalahan mu ya gadis kecil, kau lihat sekarang jam berapa? Apa kau ingin membersihkan seluruh toilet yang ada di kantor itu?" celoteh Andin panjang lebar, hanya mendapat tawa dari mulut Tia.
~
Sesampainya di kantor, Andin langsung bergegas menuju meja kerjanya, karena jam yang sudah menunjukkan pukul 08:30 dan itu sudah termasuk terlambat untuknya.
Sedangkan Tia sendiri langsung menuju ruangan atasan yang tadi memanggilnya
"Tia apa kau sudah bosan bekerja di tempat ini?" bentak seseorang di hadapan Tia yang langsung membuatnya membelalakkan bola mata, kaget? itu sudah pasti.
"Eeh ... ee ... enggak Miss maafkan saya," jawab Tia terbata bata, ia menundukkan kepala, menatap kearah lantai.
"Lalu kenapa kau suka seenaknya sendiri, apa kau kira ini kantor milik Ayahmu?" marahnya lagi pada Tia.
"Maafkan saya Miss, saya tidak akan mengulanginya," ujar Tia memohon dengan tatapan sendu.
"Saya maaf kan kamu kali ini, tapi ingat Tia, ini yang terakhir kalinya kamu datang terlambat.!" Wanita yang disebut Miss menekan setiap perkataannya.
"Baik Miss, terima Kasih," jawab Tia yang merasa lega karena masih bisa bekerja.
"Lanjutkan pekerjaan mu.!" perintahnya pada Tia yang langsung di jawab anggukan kecil oleh gadis itu.
~
"Huu, untung gak jadi di pecat, kalo jadi, tau deh ini hidup mo kek gimana lagi," gumam nya sembari terus melangkahkan kaki menjauh dari ruangan atasannya itu.
"Hei Tia, dari mana saja? Aku sudah menunggu mu dari pagi," sapa Adi, salah satu teman Tia yang bekerja dikantor itu.
"Eh Kamu, iya aku dari ruangan Miss Mimi tadi, kenapa?" tanyanya pada Adi.
"Tidak apa apa, aku hanya mencarimu." Adi menjawab sambil tersenyum lebar pada Tia.
"Hmm ... ayo bekerja sebelum yang lain melihat kita di sini, dan mengira jika kita memakan gaji buta," ajak Tia pada Adi dan langsung melangkah pergi untuk segera melakukan pekerjaannya.
"Yah kau benar Tia," sahut Adi cengengesan sambil mengekor dibelakang Tia.
Assalamualaikun ... ini karya pertama Author jadi jangan di bully yah hehe ... mohon saran dan kritikan juga dari Author2 yang sudah mahir dalam menulis🤗 Terima kasih🙏
Jam sudah menunjukkan pukul 16:45 artinnya sebentar lagi jam kantor akan segera selesai.
Sebelum pulang, Tia selalu membersihkan setiap ruangan yang ada di kantor itu, berharap agar besok pekerjaannya tidak terlalu banyak, dan ia rutin melakukan itu disetiap hari.
"Ayo pulang, ini sudah lewat bukan," ujar Andin yang langsung membuat Tia terkejut.
"Apa kau tidak bisa mengetuk pintu dulu Nyonya? Kau membuatku terkejut, dan untung saja aku tidak mengidap penyakit jantung," gerutu Tia sambil menyimpan semua benda yang dipake untuk membersihkan tadi. Lalu berjalan mendekat kearah sahabatnya itu.
"Ok baiklah, apa aku harus kembali keluar dan mengetuk pintu lalu mengajakmu pulang?" kata Andin cengengesan, langsung mendapat pukulan ringan dibahunya dari Tia.
"Itu sangat tidak perlu Nyonya, ayo pulang! Apa kita akan menginap disini?" ujar Tia yang sudah bersiap untuk pergi, sambil merapikan sedikit pakaiannya.
"Ok, Miss. Ayo ...." mereka berdua tertawa saat Andin menirukan suara Miss Mimi dengan gaya angkuh.
~
"Eh kau sudah pulang nak? Bagaimana pekerjaan mu hari ini?" tanya Ibu setelah melihat putrinya masuk ke dalam rumah.
"Iya Buk. Lumayan hari ini sangat menegangkan, apa Ibu tau, tadi aku hampir saja di keluarkan dari kantor gara gara terlambat," ucap Tia yang kini mengadu pada Ibu yaang terus memperhatikan dia berbicara
"Kasian anak Ibu, maaf ya karena harus membiarkan mu bekerja di usia yang seharusnya kau pergunakan untuk menuntut ilmu," ujar ibunya lirih, menatap anaknya dengan begitu tatapan begitu sendu.
Tia yang mendengarnya pun langsung merasa bersalah karena harus mendengar Ibu yang dia sayangi meminta maaf, padahal niat awalnya hanya ingin membuat ibu tersenyum saat mendengar keluh kesahnya. Tapi malah tak sesuai dengan realita
"Apa Ibu bercanda? Aku tidak pernah mempermasalahkan itu Bu, aku sudah ikhlas akan Takdir ini, Ibu jangan meminta maaf lagi padaku karena itu sudah kewajiban ku membahagiakan kalian," kata Tia begitu ikhlas akan takdirnya.
"Ibu sangat mencintaimu nak," balas ibu, dan langsung memeluk tubuh kecil anaknya yang terlihat begitu kuat dan tegar
"Cintaku lebih besar Bu." Tia pun tak mau kalah, dan langsung mengeratkan pelukan nya
"Baiklah, sekarang mandi dulu, karena bau keringatmu sungguh sangat menyengat dihidung ibu, setelah itu bersiap untuk makan malam." Tia menjawab dengan anggukan sambil tersenyum secerah mentari, sesekali mencium udara tubuhnya sendiri, mungkin ingin memastikan ucapan ibu barusan.
~
"Tia apa kau tidak lapar? Cepat kemari nanti makanan nya dingin," panggil Ibu karena melihat anaknya tak kunjung keluar kamar
"Iya Bu, ini sudah selesai," jawab Tia yang langsung menghampiri orang tuanya untuk ikut makan malam.
~
Selesai makan malam, mereka bertiga kembali ke ruang keluarga untuk sekedar melegakan perut sebelum tidur.
"Bu, apa aku bisa keluar sebentar, Andin mengajakku menemaninya ke toko buku." Tia meminta izin dengan suara yang sangat pelan agar Ayahnya tak mendengar, dia begitu takut meminta izin pada Ayah karena sikap tegas pria itu.
"Ya pergilah, tapi jangan lama-lama karena takut nanti Ayah menanyakan mu," jawab Ibu sambil membelai puncak kepala anaknya itu.
"Terima kasih Buk ...," imbuh Tia yang langsung memeluk tubuh wanita paruh baya disampingnya.
"Sekarang bersiap lah, jangan sampai kemalaman."
"Baik Bu, aku siap siap dulu," balas Tia seraya bergegas menuju kamarnya.
~
"Apa sudah puas berjalan jalan sampai semalam ini, apa kau tidak sadar kau adalah anak perempuan yang tak seharusnya keluyuran malam malam," cercah Ayah Tia yang langsung menghampiri gadis itu didepan pintu kamarnya, Tia kaget dan langsung menundukkan kepala, menatap kosong pada arah lantai.
"Ini ada apa sih Ayah? Tia itu udah minta ijin ke Ibu tadi, lagian perginya juga sama Andin kok," timpal wanita paruh baya, untuk mewakili putrinya. Ayah Tia, langsung meninggalkan Istri dan Anaknya. Kemudian Ibu langsung menyuruh Tia masuk ke kamar untuk segera tidur, karena sudah larut malam .
^^^
Sinar mentari mulai menyapa, cahayanya menembus gorden tipis yang menggantung dijendela kamar Tia.
Gadis itu bangun lebih awal pagi ini, dia tidak mau jika harus terlambat lagi untuk bekerja, sedangkan Ayah dan Ibunya tentu saja sudah berangkat untuk bekerja. Karena Ayah dan Ibunya bekerja di lahan milik orang yang sangat berkuasa di tempatnya tinggal sekarang ini, semua pekerjaan harus di lakukan serba hati-hati, dan disiplin agar bisa terus bekerja.
~
"Rasa nya baru beberapa menit aku di kamar mandi dan sekarang sudah pukul 07.20 ah, yang benar saja jam ini," gerutu Tia sembari terus bersiap siap karena jam semakin cepat berjalan
Tok ... tok ... tok
Suara di balik pintu rumah Tia terus terdengar. Membuat gadis itu kembali menggerutu.
"Ah, siapa lagi itu? Apa dia tidak tau aku sedang buru buru," katanya sambil bergegas untuk melihat siapa yang datang
"Permisi Nona, apa kau tau dimana pemilik rumah itu?" tanya seseorang di hadapan Tia, lelaki itu menunjuk ke arah rumah tetangga yang tampak kosong.
"Nona apa kau mendengarku?" tanya lagi karena tidak mendapat jawaban dari Tia.
"Oh yah, tentu aku mendengar mu, karena aku sangat lah tidak tuli Tuan," jawabnya acuh untuk menutupi rasa groginya pada lelaki yang mungkin lima tahun lebih tua darinya.
"Tapi ... kenapa kau tidak menjawab pertanyaan ku?" tanya lelaki itu ragu ragu dan masih bingung dengan gadis di hadapan nya
"Oh, itu, aku tidak tau, mungkin mereka sudah berangkat bekerja," jawab Tia santai sambil melihat ke arah rumah yang di tunjuk lelaki tadi. Dia sebenarnya hanya menduga duga, lagian dia juga tidak terlalu kenal orang orang disini.
"Oh astagaa, sebentar lagi aku terlambat," sambungnya ketika menyadari hari yg semakin siang dan dia belum selesai bersiap, tanpa peduli dengan lelaki yang terus memperhatikan nya, dia langsung menuju ke dalam untuk menyelesaikan bersiap dan bergegas menuju tempat dia bekerja.
Tia melewati lelaki yang masih terus memperhatikan ke arahnya, tanpa menoleh sedikitpun karena tidak ingin terlambat lagi dan membuatnya kehilangan pekerjaan
~
"Untung aku tidak terlambat, huu hampir saja," gumamnya sembari terus melangkah masuk ke dalam tempat dia bekerja
"Eh, kau sudah datang," sapa Andin yang langsung mengejutkan gadis itu.
"Kau kebiasaan atau bagaimana sih, suka muncul tiba tiba dan bikin kaget." Tia memasang wajah cemberut, sambil melihat ke arah Andin yang baru saja duduk di meja dapur yang berada dikantor tempat mereka bekerja.
"Bukan kah sudah ku katakan padamu bahwa kau harus terbiasa dengan kehadiran tiba tiba ku ini," jawab Andin cengengesan
"Kamu memang tidak waras," kesal Tia menjawab, dan langsung membuat Andin tertawa keras.
"Kau harus sedikit sopan denganku sebelum aku memecatmu Tia.!" ujar Andin dengan gaya yang berlagak layak nya boss besar, namun dengan bibir yang terus melengkung.
"Ceh, kau bahkan sudah berlagak layaknya pemilik kantor ini nyonya Andin," jawab Tia sambil menautkan kedua alisnya, membuat Andin kembali tertawa dibuatnya.
"Apa kau akan terus tertawa di sini? Dan mengganggu pekerjaan ku? " kata Tia yang langsung membuat Andin beranjak dari duduk
"Baik lah, aku pergi dulu nona, dan selamat bekerja," ucapnya seraya meninggalkan Tia dan langsung berjalan menuju ruangan tempat ia bekerja.
~
"Permisi Nona, apa kau bisa membantuku membawa barangku ke sana?" panggil seseorang pada Tia, yang langsung membuatnya menoleh ke sumber suara.
"Apa Tuan memanggil saya?" tanya Tia pada seorang lelaki paruh baya yang berdiri tidak jauh darinya
"Tentu saja, bukan kah hanya ada kau di sini, aku tidak mungkin memanggil hantu," kata lelaki itu dengan nada yang seperti sedang membentak namun dengan terus tersenyum, dan membuat gadis itu langsung menautkan kedua alisnya
"Jadi ... apa kau akan membantuku?" tanyanya lagi karna melihat Tia tak bergerak dari posisi sekarang.
*U*ntuk meminta tolong saja harus dengan gaya seperti itu. Apa dia sultan ya, hahaha. Kalau dari tampilannya, dia tidak terlihat seperti orang biasa. Tia bercengkrama dengan hatinya, sambil terus menatap ke arah lelaki paru bayah itu.
"Baik Tuan, mari saya bantu," ucap Tia kemudian. Lalu mengambil alih barang yang dibawa oleh lelaki itu.
Jangan lupa vote,like dan komen🤗
terima kasih😌🙏💙
Drttt ... drrttt, suara bendah pipih milik Tia dibalik saku celananya berbunyi, membuat dia sedikit terperanjak.
"Jawab saja dulu, kau bisa meletakkan barang itu di sini," kata lelaki yang tadi meminta bantuan pada Tia.
"Eh iya baik Tuan," sahut Tia seraya meletakkan semua barang di tangannya, dan langsung merogoh benda yang sedari tadi terus berdering. "Ayah, ada apa dia menelepon di jam segini," gumamnya dalam hati, karena melihat nama di layar ponselnya tertera tulisan Ayah. "Eh sudah mati," lanjutnya, karena belum sempat mengangkat namun sudah berhenti berdering
"Kenapa kau tidak angkat telepon mu? Apa itu tidak penting?" tanya lelaki paruh baya itu lagi.
"Tidak masalah Tuan, tadi Ayahku yang menelepon, aku bisa bicara langsung padanya ketika aku pulang ke rumah nanti," balasnya singkat lalu kembali berjalan.
"Ok baiklah." Lelaki itu berkata sambil mempercepat langkahnya bersama Tia.
~
"Baiklah Tuan kalo begitu saya permisi dulu," pamit Tia sopan saat semua barang yang tadi ia bawa sudah berhasil diletakkan dengan baik.
"Tunggu, ini upah mu," ujar lelaki itu sambil menyodorkan beberapa lembar uang ke arah Tia.
"Itu sama sekali tidak perlu Tuan, aku hanya membantumu tadi," jawab Tia sembari melebarkan senyum
"Tidak, ambil lah, karna ini sudah menjadi hak mu," ujar lelaki itu sambil terus menyodorkan uang ke arah Tia
"Aku betul betul hanya membantumu Tuan, Aku tidak berharap mendapat uang hanya dengan membantu seseorang," jawab Tia masih terus tersenyum ke arah lelaki itu
"Kau jangan menolak gadis manis, ambil lah, ini untuk mu, dan aku memang selalu memberi upah pada orang yang membantuku."
"Baiklah Tuan jika kau memaksa akan aku ambil," ucapnya sembari menerima uang yang tadi di berikan dan langsung memasukkannya ke dalam saku celana. "Aku pergi dulu Tuan," sambung nya dan di jawab anggukan serta senyum dari lelaki paruh baya di hadapannya.
~
"Apa Tia belum pulang?" ucap Ayah Tia kepada Istrinya, karna tadi dia melihat Tia membawa banyak barang dan tidak tau ke mana tujuan nya
"Belum Yah, mungkin sebentar lagi" ujar Ibu Tia yang langsung duduk di samping Suaminya, dia sangat tau jika Tia pulang terlambat maka suaminya itu akan memarahi Tia seperti hari hari sebelum nya
"Tadi aku melihatnya membawa barang yang sangat banyak, sambil terus mengikuti seorang lelaki yang bahkan jauh lebih tua dari nya," katanya sudah dengan nada suara yang tinggi
Belum sempat Istri nya menjawab dan bertanya lagi, Tia sudah datang dan masuk ke rumah, melihat kedua orang tuanya berada di ruang keluarga ia pun langsung menghampiri sembari mencium punggung tangan orang tua nya itu.
"Dari mana saja kau Tia?" tanya Ayahnya ketika Tia sudah duduk di lantai pas di hadapan orang tuanya itu. Tia yang mendengar pun langsung bingung dan mulai mengingat panggilan telfon Ayahnya yang tadi tidak sempat untuk di angkat
"Maaf Ayah, tadi aku sedang di perjalanan, dan aku tidak mengangkat telfon mu," jelasnya sembari menunduk, karna takut jika harus di marahi Ayahnya. "Apa kau coba membohongi Ayah?" ujar Ayahnya membentak dengan suara yang sudah di besarkan
"Tidak Ayah, aku tidak mungkin berani membohongi Ayah," jawab Tia dengan suara yang sangat pelan.
"Lalu kau dari mana, bisaka kau menjawab dengan benar ketika di tanya oleh orang tua?" katanya langsung membuat Tia menelan ludah paksa.
"Tia, coba ceritakan kepada kami, kau dari mana sampai harus pulang terlambat nak?" tanya ibunya lembut, karena melihat anak nya tak kunjung berbicara, ia sangat tau bahwa sekarang Tia begitu ketakutan. Dengan menarik nafas nya dalam Tia coba menjelaskan agar orang tua nya itu bisa mengerti
"Begini Buk, tadi aku sudah ingin pulang, tapi tiba tiba saja ada seseorang yang memintaku membantunya membawakan barang barang nya, aku tidak enak jika harus menolak Buk, waktu Ayah menelfon ku, aku membawa begitu banyak barang dan harus meletakkan nya dulu, tapi pas mau ku angkat, telfon nya sudah mati Buk, aku tidak menelfon balik karena menurutku sebentar lagi aku akan pulang dan menjelaskan langsung pada Ayah dan Ibu," jelasnya dengan menatap begitu sendu pada dua orang di hadapannya.
"Kau tidak perlu takut untuk menjelaskan pada Ayah dan Ibu Tia, Ayah tidak akan marah jika kau tidak berbuat salah," ucap Ibunya sembari mengusap puncak kepala anaknya
"Baik Buk, maaf kan aku, Aku ke kamar dulu mau bersih bersih," pungkasnya sembari beranjak meninggalkan Ayah dan Ibunya dan langsung di jawab anggukan oleh Ibu nya, namun Ayahnya tetap diam mengamati langkah anak gadisnya itu
"Ayah, jangan terlalu tegas ketika menanyakan sesuatu pada Tia, karena itu akan membuatnya sangat ketakutan untuk menjelaskan pada Ayah," kata Rita kepada suami yang sedari tadi diam mendengar penjelasan Tia hingga anaknya itu menghilang dari hadapannya
"Ayah cuman tidak mau jika Tia menjadi anak yang tak menurut apa kata orang tua," sahutnya singkat sembari meninggalkan Istrinya yang masih terus menatap aneh padanya.
~
"Hmm, lumayan juga jika setiap hari aku mendapat uang tambahan seperti ini," gumam Tia dalam hati ketika menghitung uang yang di berikan lelaki yang dia bawakan barang nya tadi
"Apa lebih baik, setiap akhir pekan aku ke pasar saja yah untuk cari pekerjaan tambahan," ujarnya lagi sembari memasukkan uangnya ke celengan miliknya, "sepertinya itu tidak buruk, baiklah besok aku akan mencoba," ucapnya lagi ketika sudah berbaring di atas kasur miliknya dan mulai memejamkan mata, agar bisa terjun ke dunia mimpinya.
~
"Buk, hari ini aku akan ke pasar," ucap Tia pada Ibunya karena jika akhir pekan memang karyawan di liburkan.
"Apa kau mau membeli sesuatu?" tanyanya langsung melihat ke arah putrinya itu.
"Ah tidak Buk, aku hanya punya sedikit pekerjaan, jadi harus aku selesaikan," jawab Tia berbohong, karena jika dia jujur bahwa ingin menambah pekerjaan maka tidak akan mendapat ijin dari orang tuanya.
"Baiklah, jangan pulang malam ya.!" katanya mengingatkan karena tidak ingin putrinya di omeli oleh Ayahnya lagi
"Siap Buk." pungkas Tia lalu mencium punggung tangan Ibunya.
~
"Permisi Tuan, apa aku bisa membantumu membawa semua barang itu? Kau bisa memberiku upah berapa saja nanti," sapanya sangat sopan pada lelaki yang terlihat begitu kerepotan akan barang barang nya
"Eh ... baiklah," sahut lelaki itu dengan senyum yang merekah.
~
"Ini untuk mu," ucapnya sambil menyodorkan beberapa uang kertas ke arah Tia yang baru selesai meletakkan semua barang yang dia bawa tadi
"Terima kasih banyak Tuan, tapi ... apa ini tidak terlalu banyak?" katanya karna melihat uang yang di berikan terlalu berlebihan dengan pekerjaan yang tak seberapa menurutnya
"Tidak, terima lah, aku ikhlas dan itu sudah menjadi milikmu," ujar lelaki itu tersenyum pada Tia
"Terima kasih banyak Tuan," ucapnya dengan sedikit membungkukkan tubuhnya
"Yah baiklah," sahut lelaki itu sembari masuk ke dalam mobil dan melajukan nya.
Sedangkan Tia yang masih terus menatap uang di tangan nya melebarkan senyum, karena di akhir pekan pun dia sudah bisa mendapat kan uang tambahan.
Jangan lupa vote , like dan coment kak🤗
Mohon saran dan kritikan nya juga💙🙏
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!