“Ryan, apa kamu nggak capek?”
"Capek sih, tapi deadline software ini sudah dekat! Haah~ bagaimana denganmu, Rea?" jawab Rian yang kepalanya sudah sangat pusing.
"Haah~ seperti biasa, kamu terlalu pasrah dan menurut. Kalau begini terus, Pak Boss bakal terus memanfaatkanmu!" Rea, seorang wanita cantik berambut panjang dan bermata sipit itu hanya bisa menghela nafas mendengar Respon Ryan. "Aku capek banget nih, sudah jam 11 malam juga. Jadi aku mau pulang. Bisa minta tolong antar nggak?"
"Oke … tunggu sebentar." Ryan pun segera menyimpan coding yang ia buat.
Beberapa menit kemudian, Ryan selesai menyimpan dan mematikan komputernya. "Ayo."
Ryan memacu motornya dengan santai di bawah sinar lampu penerangan. Jalanan pun tampak sepi dan sunyi. Rea yang dibonceng di belakangnya mulai memeluk Rian. Rea sendiri sudah beberapa kali pulang diantarkan Rian saat lembur, jadi hal seperti ini sudahlah biasa.
"Ryan, aku dengar kata teman-teman, katanya kamu mau mengundurkan diri setelah proyek pembuatan software Sewa Kos ini selesai? " Rea baru bergabung dengan Konsultan IT tahun ini. Ia jatuh cinta pada pandangan pertama pada Ryan. Namun sayang, Rian sama sekali tidak menyadari perasaannya.
"Iya, itu benar. Setelah Papaku meninggal tahun lalu, Mamaku bekerja sendirian di toko. Kedua kakakku enggan mewarisi toko milik keluarga. Jadi, mau nggak mau sebagai anak terakhir, aku harus mengalah." Ryan kembali mengingat momen ketika Ayahnya meninggal. 'Papa, kenapa kau meninggalkan kami begitu cepat!' Ryan sangat sayang pada Ayahnya, maka dari itu, sampai sekarang ia masih terpukul atas kehilangan Ayahnya.
Braak
Mendadak, dari Kanan Ryan muncul 2 pemotor yang langsung menyerempet motor yang Rian kendarai hingga jatuh.
"Serahkan barang berharga kalian!" Teriak salah seorang pria yang menggunakan helm teropong sambil menodongkan celurit.
"Kyaaaa~ tolong … ada rampok!" Teriak Rea sekencang mungkin.
"Diam kamu!" Pria berhelm teropong itu langsung mengayunkan celuritnya ke kepala Rea.
Tanpa ada rasa takut, Ryan memasang badannya sebagai perisai untuk melindungi Rea.
Croot
Dalam pandangan Ryan, dunia seakan sedang berputar. Ia juga dapat melihat ekspresi terkejut di wajah cantik Rea. 'Jadi ini rasanya kematian? Entah mengapa, aku merasa seperti telah terbebas dari beban berat yang aku pikul. Mungkin, ini juga yang dirasakan Papa menjelang ajalnya. Kira-kira akan kemana aku setelah mati? Akankah aku pergi ke surga? Atau neraka?' Kepala Ryan pun tergeletak di tanah, terpisah beberapa senti saja dari tubuhnya.
[Nomor Serial 124.888, anda terpilih untuk masuk Reincarnation Room]
Tiba-tiba, Ryan tersadar telah duduk di sebuah ruangan remang-remang. "Di mana ini?"
Sejauh mata memandang, hanya ada empat tembok yang membatasi ruangannya, meja dan kursi yang ia gunakan saat ini, serta sebuah pintu berwarna coklat. "Apakah ini dunia setelah kematian? Tapi sepertinya bukan …"
[Memulai Instruksi]
Suara mekanik mulai terdengar di telinga Ryan. 'Instruksi? Apakah aku akan diarahkan menuju kehidupan selanjutnya?'
[Reincarnation Room, sebuah dunia yang diciptakan oleh Dewa.]
[Dunia ini terkoneksi dengan berbagai dunia lain, atau mungkin yang biasa kalian sebut multiverse.]
[Di sini, anda bisa mendapat kekuatan yang anda impikan.]
[Di sini, anda bisa mendapat kekayaan.]
[Tetapi, semua hal ini harus anda dapatkan dengan tangan anda sendiri. Reincarnation Room hanya menyediakan kesempatan.]
[Nomor serial 124.888, anda terpilih di saat kematian mendatangi anda. Maka dari itu, anda mendapat kesempatan untuk hidup kembali dan masuk ke dalam Reincarnation Room.]
[Mulai hari ini, anda adalah seorang Reincarnator dari Reincarnation Room. Anda akan datang dan pergi ke berbagai dunia. Dan anda akan mendapatkan sesuatu yang orang biasa tidak akan pernah dapatkan.]
[Tentu saja, semua itu anda bisa anda dapatkan dengan menukarkan poin yang anda miliki.]
[Setiap Reincarnator yang baru bergabung mendapat 1 kemampuan spesial acak, 1000 poin dan 5 atribut secara gratis. Tolong pergunakan semua ini dengan bijak. Karena hal ini akan mempengaruhi misi pertama yang akan anda kerjakan.]
[Beberapa informasi dasar mengenai Reincarnator telah kami kirimkan langsung kepada anda.]
[Dalam 30 menit, anda akan dikirim menuju dunia pertama yang terbuka untukmu. Tes kelayakan sebagai Reincarnator akan diuji di dunia tersebut.]
[Untuk sementara waktu, anda tidak dapat meninggalkan ruang pribadi anda. Hanya ketika anda lulus tes kelayakan dari kami, anda dapat menjadi Reincarnator yang sesungguhnya. Dengan menjadi Reincarnator yang sesungguhnya, anda dapat membuka berbagai dunia dan juga berbagai kemungkinan yang ada.]
Ketika kata-kata dari Reincarnation berhenti, Ryan tersadar bahwa suatu mekanik tadi seperti sistem instruksi yang digunakan untuk pemain baru sebuah game. 'Kemungkinan suara tadi adalah sistem yang dibuat oleh Dewa untuk para pendatang baru.'
“Jadi aku punya waktu 30 menit untuk membiasakan diri sebagai reincarnator. Baiklah, mari aku coba, status!”
______________________________________________________________________
Nama : Ryan Herlambang
Tingkat Authority : 5
STR : 1
VIT : 1
AGI : 1
INT : 1
(Manusia yang berumur 20 tahunan memiliki rata-rata atribut 5 terkecuali INT.)
______________________________________________________________________
“Hmm, berdasarkan informasi yang dikirimkan langsung ke kepalaku, kekuatan Reincarnator terdiri atas 3 bagian. Yang pertama adalah atribut, kedua kemampuan khusus, dan ketiga ada Perlengkapan (Equipment) seperti senjata, baju zirah, dan lain sebagainya. Ini benar-benar mirip game, menarik sekali!” Rian kemudian berusaha memahami lagi informasi yang ada di kepalanya.
Dalam 3 pilar yang menjadi kekuatan Reincarnator, atribut adalah representasi dari kekuatan dasar para Reincarnator. STR adalah representasi dari kekuatan fisik. VIT representasi dari dari ketahanan tubuh. AGI adalah tolak ukur kecepatan, dan yang terakhir INT, representasi dari keajaiban.
“Apa maksud dari INT ini? Bukankah kalau dalam game INT menentukan jumlah mana atau kekuatan sihir ya? Tapi kenapa informasi mengenai INT dari Reincarnation Room sangat berbeda dan membingungkan?”
Rian mulai berpikir bahwa atribut yang ia miliki benar-benar buruk. Saat ini, ia telah berusia 25 tahun. Namun, ia hanya memiliki rata-rata atribut dengan nilai 1. “Ugghh … dengan kata lain, aku sangat amat lemah! Bahkan sepertinya nilai atribut anak usia 10 tahun lebih besar dari ku!”
Sejak kematian Ayahnya, hidup Rian jadi sedikit kacau. Ia makan tidak teratur dan juga tidak pernah berolahraga. Ia lebih banyak membantu Ibunya untuk mengelola toko yang keluarganya miliki di samping pekerjaan utamanya di konsultan IT. Jadi wajar saja jika atribut yang ia miliki hanya bernilai 1.
"Ah benar juga, aku kan juga dapat 1 kemampuan spesial secara acak." Pada layar status, terdapat 3 tab halaman yang mewakili 3 pilar utama Reincarnator. Yaitu halaman atribut, kemampuan, dan Perlengkapan (Equipment). Rian pun tak sabar melihat kemampuan spesial yang ia dapatkan dan menekan halaman Kemampuan.
______________________________________________________________________
Kemampuan Spesial :
Bonus Random (Buka?)
Kemampuan Pasif :
Belum ada
Kemampuan Aktif ;
Belum ada
______________________________________________________________________
"Oke, mari membukanya …"
Klik
Cahaya berwarna-warni pelangi mulai muncul dari layar status Rian dan merasuk ke dalam tubuhnya. Setelah beberapa saat, cahaya mulai mereda. Layar status Rian pun menunjukkan perubahan. "Mystic Eye of Death Perception? Bukankah ini kemampuan yang dimiliki Shiki dalam anime?"
______________________________________________________________________
Kemampuan Spesial :
Mystic Eye of Death Perception
Keterangan :
Kemampuan untuk melihat kematian dari 'sesuatu', dan menerima kematian sebagai pesan visual, yang digambarkan berupa garis-garis seperti grafiti. Ketika garis tersebut dipotong, bagian yang terpotong akan langsung mati. Hal ini tidak dapat disembuhkan dengan cara apapun.
Kemampuan Pasif :
Belum ada
Kemampuan Aktif ;
Belum ada
______________________________________________________________________
"Sudah ku duga, ini adalah kekuatan yang Shiki miliki!" Ryan sangat bersemangat mendapat kemampuan khusus ini.
“Aku jadi penasaran, apakah mataku akan berubah setelah mendapat kemampuan spesial ini?" Ryan kemudian melihat-melihat ke sekelilingnya. Namun ia tidak dapat menemukan cermin. Ruangan remang-remang ini tampak benar-benar kosong
"Sayang sekali nggak ada cermin. Padahal aku penasaran bakal berubah seperti apa mataku …"
Tiba-tiba, suara mekanik dari Reincarnation Room terdengar di telinga Ryan.
[Cermin biasa, harga 10 poin.]
"Cuma 10 poin?" Ryan melihat di pojok kanan atas layar status terdapat informasi poin. Di sana tertulis angka 1000 poin sesuai yang dijanjikan sistem Reincarnation Room. "Oke lah … sistem, aku beli cermin biasa ini!"
Mendadak, muncul sebuah cahaya putih di depan Ryan. Cahaya tersebut jatuh mendarat di tangan Ryan. Cahaya tersebut kemudian berubah menjadi sebuah cermin kecil.
Dari cermin tersebut, Ryan dapat melihat pantulan dirinya. Wajah Ryan tampak begitu tampan. Rambutnya hitam seperti kebanyakan orang Indonesia. Namun, warna pupil mata Ryan sangat berbeda dengan sebelumnya. Jika sebelumnya, warna pupil Rian sama dengan warna rambutnya, tapi sekarang warnanya berubah menjadi biru seperti es, dengan cahaya menyerupai pelangi di sekelilingnya.
"Jadi ini Mystic Eye of Death Perception yang asli? Selama ini aku cuma melihatnya di anime saja. Nggak nyangka aku bisa melihatnya secara langsung." gumam Ryan sambil menyentuh area matanya.
Ryan adalah seorang Wibu semasa kuliah. Ia kemudian pensiun dari dunia perwibuan setelah bekerja. Walau sudah pensiun, ia masih mengingat beberapa serial anime, termasuk asal dari kemampuan spesial ini. Mystic Eye of Death Perception adalah kemampuan spesial dari anime Tsukihime dan Kara no Kyoukai, yang termasuk dalam Type-MOON universe.
Ada 2 pemilik kemampuan ini, yaitu Tohno Shiki dari anime Tsukihime, dan Ryougi Shiki dari Kara no Kyoukai. Seperti penjelasan dalam sistem, kemampuan spesial dari Mystic Eye ini adalah kemampuan untuk melihat garis-garis yang menyerupai retakan pada sebuah objek. Jika pemilik mata ini memotong mengikuti garis yang ada, maka objek tersebut akan terpotong dengan mudah. Tidak peduli sekuat apa pertahanan objek tersebut. Dan yang lebih mengerikan, luka yang diakibatkan tidak akan bisa sembuh.
"Kalau nggak salah, kondisi untuk mendapatkan kemampuan spesial ini adalah harus pernah merasakan kematian dan memahami kematian. Sepertinya aku mendapat kemampuan spesial ini bukanlah kebetulan. Aku baru saja mati, jadi otomatis aku paham dengan konsep kematian. Terlebih lagi, aku juga pernah kehilangan anggota keluargaku." gumam Ryan sambil terus melihat mata yang biru pada cermin.
Ryan merasa sangat beruntung mendapat kemampuan kuat seperti ini. Semakin kuat dirinya, semakin mudah ia dapat menyelesaikan misi dari Reincarnation Room.
"Sekarang, aku tinggal memikirkan bagaimana aku menggunakan 990 poin dan 5 poin atribut. Dalam waktu 25 menit, misi pertama akan dimulai. Aku harus memanfaatkan poin yang ada dengan baik!" Setelah 20 menit berpikir, akhirnya Ryan mulai mengalokasikan poin atributnya.
"Memiliki Mystic Eye of Death Perception membuatku tidak memerlukan kekuatan fisik yang kuat. Asalkan aku bisa memotong garis yang aku lihat, maka aku akan dengan mudah membunuh targetku. Jadi, aku tidak akan mengalokasikan poin atribut pada STR."
"Untuk VIT, hmmm … aku rasa untuk awal permainan seperti ini aku tidak perlu menambahkannya. Misi pertama biasanya tidak terlalu sulit dan berbahaya. Yang paling aku butuhkan saat ini adalah kecepatan. Dengan kecepatan, aku bisa kabur kalau situasi berbahaya. Aku juga bisa menggunakan strategi hit and run."
"Untuk INT, aku masih belum mengetahui apa sebenarnya atribut ini. Dengan poin yang terbatas, lebih baik aku mengalokasikan semua poinku pada satu atribut." Merasa sudah mantap dengan keputusannya, Ryan mengalokasikan semua poin atribut pada AGI. Kini nilai atribut AGI Rian menjadi 6.
Meningkatkan AGI berarti meningkatkan kemampuan fisik yang terkait dengan kecepatan, seperti gerakan, serangan, reflek, motorik, dan juga termasuk meningkatkan kemampuan melompat. Untuk seseorang seperti Ryan yang tidak pernah berolahraga, AGI adalah atribut yang paling penting untuk awal permainan.
Setelah selesai mengalokasikan poin atribut, Rian mulai melihat katalog toko dalam sistem. "Kenapa harga senjatanya mahal-mahal!?" Ryan terkejut melihat harga Perlengkapan (Equipment) dengan label warna di samping nama senjatanya.
Di Reincarnation Room, peringkat senjata dibagi menjadi 5 tingkat warna. Dimulai dari paling rendah, hitam, kemudian perunggu, perak, emas, dan platinum. Semakin tinggi tingkatannya, semakin kuat Perlengkapan (Equipment) tersebut. Perlengkapan (Equipment) menjadi salah satu pilar penting bagi seorang Reincarnator.
Setelah melihat-lihat katalog, akhirnya Ryan memutuskan untuk membeli sebilah pisau biasa tanpa peringkat seharga 100 poin. Tanpa senjata tajam, kekuatan Mystic Eye of Death Perception tidak akan ada gunanya. Maka dari itu, Ryan sangat membutuhkan senjata tajam seperti pisau untuk memaksimalkan kemampuan Mystic Eye of Death Perception.
Selain senjata, Ryan juga membeli ramuan pemulih stamina seharga 300 poin, ramuan penyembuhan seharga 500 poin, kue kering penambah energi seharga 50 poin, botol minum seharga 30 poin, dan tas pinggang seharga 10 poin. Ryan kemudian memasukkan semua barang yang telah ia beli ke dalam tas pinggang, terkecuali pisau. Agar selalu siap dalam segala hal, Ryan menempatkan pisau di pinggangnya.
Ramuan pemulih stamina memiliki efek untuk memulihkan sedikit stamina penggunanya dalam 10 detik. Sedangkan ramuan penyembuhan memiliki efek untuk menyembuhkan luka ringan penggunanya dalam 10 detik. Untuk kue kering penambah energi, sesuai namanya, makanan ini dapat memulihkan energi dan nutrisi penggunanya dalam 10 detik. Sedangkan botol minum yang Ryan beli, benda itu dapat diisi air hingga 10 liter.
Sebenarnya, apa yang dilakukan Ryan saat ini sangat berbahaya dan ia tahu itu. Dalam Reincarnation Room, poin adalah segalanya. Dengan poin, Reincarnator dapat membeli apapun. Namun, bagaimana jika poin seorang Reincarnator minus? Tentu saja jawabannya adalah Reincarnator tersebut akan dimusnahkan. Bisa dibilang, Reincarnator Room adalah surga dan juga neraka. Surga bagi Reincarnator yang kuat, dan neraka bagi Reincarnator lemah.
Alasan Ryan melakukan semua ini, karena ia merasa bebas. Sejak ia mati, ia merasa jiwanya telah bebas dan tidak lagi menanggung beban. Maka dari itu, ia tidak takut dengan kematian. Ia akan melakukan semuanya dengan totalitas.
20 menit berlalu dengan cepat. Sistem pengendali Reincarnation Room pun segera memberikan Ryan misi.
______________________________________________________________________
Dunia : Kabaneri The Iron Fortress
Tingkat Kesulitan : Easy
Jumlah Peserta : 1
Jumlah Misi Utama : 3
Misi 1 :
Bunuh 10 Kabane. Akan ada penilaian tambahan jika membunuh melebih target.
Misi 2 :
Melindungi Yomogawa Ayame saat Stasiun Aragane jatuh hingga kereta dapat lolos. Akan ada penilaian tambahan berdasarkan jumlah penyintas yang selamat.
Misi 3 :
Dapatkan 3000 poin. Akan ada penilaian tambahan jika melebihi target poin.
Hukuman :
Setiap misi utama yang gagal, anda akan dikenakan denda sebesar 1000 poin per misi.
Hadiah :
Akan diperhitungkan setelah misi berakhir.
______________________________________________________________________
Ketika Ryan telah membaca informasi mengenai misi yang diberikan sistem pengendali Reincarnation Room, mendadak Ryan merasa seperti sedang jatuh melayang di udara. Pandangan Ryan pun mulai terdistorsi. Kepala Ryan terasa sangat sakit melihat distorsi ini.
Beberapa saat kemudian, perasaan tidak nyaman yang diakibatkan transfer antar dimensi akhirnya hilang. "Anjirr, sakit sekali kepalaku! Ughh … aku jadi ingin muntah!"
Ryan pun akhirnya muntah. "Bleeerghh …"
Setelah sedikit tenang, Ryan mulai melihat sekelilingnya. "Apa-apaan ini!? Kenapa semua yang aku lihat dipenuhi garis-garis!?"
Rian terkejut dengan aktifnya Mystic Eye of Death Perception. Walau semua yang ia lihat terdapat garis pada permukaannya, namun Rian masih bisa melihat sekelilingnya dengan normal. Ia pun jadi sedikit tenang setelah beberapa kali mengambil nafas yang dalam.
Saat ini, Rian berada di sebuah rumah yang tampak tua. Rumah ini terlihat seperti rumah model jepang. Tapi tidak ada tatami di sini, yang ada hanyalah papan kayu yang melintang membentuk persegi mengelilingi tempat pembakaran. Di atas tempat pembakaran, terdapat teko besi berisi air yang sedang dipanaskan. Melihat semua itu, Ryan merasa ia sedang hidup di zaman Edo.
Namun, penglihatan yang Ryan miliki sekarang sedikit merusak suasana. Dinding, tanah, api, teko, dan juga asap dari kayu bakar, semua memiliki garis-garis yang saling bertabrakan layaknya grafiti. Rian juga dapat melihat dunia ini diambang kehancuran. Banyak sekali garis yang hampir terputus di sekitarnya. Dengan sedikit sentuhan saja, Ryan dapat dengan mudah menghancurkan dunia ini.
Lama kelamaan, Ryan semakin tidak nyaman. "Pantas saja Ryougi Shiki dan Tohno Shiki tidak tahan menggunakan mata ini dalam jangka waktu yang lama."
Ia pun mulai mengingat-ingat bagaimana pengguna Mystic Eye of Death Perception mengendalikan kekuatannya. Tohno Shiki tidak dapat menonaktifkan Mystic Eye-nya. Ia harus menggunakan kacamata khusus yang bernama Mystic Eye Killer untuk menyegel matanya.
Sedangkan Ryougi Shiki, ia dapat mengaktifkan dan menonaktifkan matanya sesuai keinginan. Namun Ryougi Shiki dapat melakukannya setelah beberapa lama beradaptasi dan juga menerima instruksi dari seseorang. "Bisakah aku melakukan hal yang sama seperti Ryougi Shiki? Oke lah, aku coba dulu."
Ryan kemudian memejamkan matanya. "Tertutup!" Ryan mengucapkan kata itu sambil membayangkan ia menempatkan segel pada matanya.
Perlahan, Ryan membuka matanya. Pupil mata Ryan tidak lagi berwarna biru, tapi kembali normal menjadi hitam. Di sekelilingnya, tidak muncul garis-garis lagi. Rian pun bernafas lega melihat hasil positif ini. "Haah~ akhirnya aku bisa melihat dengan normal."
Rian mencoba menguji kembali pengendaliannya. Kali ini, ia melakukannya tanpa memejamkan matanya. "Terbuka!" Saat itu juga, warna pupil mata Ryan berubah menjadi biru es dengan corona pelangi yang mengelilinginya. Dunia yang Rian lihat juga menjadi dipenuhi dengan garis.
"Sepertinya aku berhasil mengendalikannya, hahhahaha … hahahaha … tertutup!" Mata Rian kembali normal setelah Rian mengucapkannya.
"Sepertinya, Mystic Eye of Death Perception milikku lebih condong mirip dengan milik Ryougi Shiki dibanding dengan milik Tohno Shiki." Saat Rian sedang merenung, tiba-tiba pintu kayu rumah tua ini terbuka.
Kreak
"Hei kamu, orang asing! Kenapa kamu masih di sini?" Tanya salah seorang pria dengan pakaian ala Samurai. Kedua pria yang masuk itu terlihat membawa pedang katana pada pinggang mereka.
Melihat hal ini, Ryan langsung waspada dan bersiap-siap untuk menghunuskan pisaunya. Tapi reaksi kedua Samurai itu benar-benar meremehkan Ryan dan bertindak seakan tidak melihat apa-apa. Bagi mereka, derajat Samurai lebih tinggi dibanding warga biasa. Terutama orang asing yang datang dari luar tembok.
"Aku tak menyangka kamu malah bermalas-malasan. Bahkan suara tawamu sangat keras hingga terdengar keluar!"
"Cepat berjaga di gerbang kota! Atau kamu tidak akan mendapat makanan!" Bentak kedua Samurai tersebut.
'Menjaga gerbang kota? Kenapa aku harus menjaganya?' Saat Ryan bingung dengan semua ini, informasi dari Reincarnation Room masuk ke dalam kepalanya.
'Hmm, jadi begitu. Agar kemunculan para Reincarnator di dunia ini tidak membuat keributan bagi orang dunia ini, maka Reincarnation Room akan mempersiapkan identitas Reincarnator di dunia ini. Dan kali ini, aku mendapat identitas sebagai orang asing, orang yang berasal dari luar tembok.' Setelah paham dengan posisinya di dunia ini, Ryan ingin memastikan kembali pekerjaannya.
"Menjaga gerbang kota ya … berarti kita bisa bertemu Kabane?"
Perkataan Ryan membuat suasana mendadak menjadi hening. Kedua samurai itu pun terlihat ketakutan saat mendengar kata 'Kabane'. Ryan kembali mengingat setting dari anime Kabaneri The Iron Fortress yang pernah sekilas ia tonton dulu.
Setting Kabaneri The Iron Fortress terletak di Jepang tahun 1860an. Di era ini, revolusi industri telah menyebar. Jadi banyak negara yang sudah menerapkan teknologi berbasis uap. Tetapi, semua itu berubah ketika sosok monster haus darah tiba-tiba muncul.
Kabane adalah monster haus darah yang berasal dari bangkitnya manusia yang telah mati. Mereka bangkit dari kematian dan menjadi buas. Berbeda dengan zombie biasa yang ada di film-film, kekuatan fisik Kabane sangatlah kuat. Mereka tidak akan bisa dibunuh kecuali jantungnya dihancurkan. Tetapi, ada sebuah membran yang menyelimuti jantung Kabane. Membran ini sekuat besi sehingga sangat sulit untuk ditembus.
Dengan keuntungan seperti itu, Kabane jadi susah untuk dibunuh. Mereka pun dengan cepat menyebar dan menghancurkan berbagai kota. Dengan instingnya yang selalu haus akan darah, Kabane telah membunuh banyak orang. Sekali manusia tergigit oleh Kabane, manusia tersebut akan terinfeksi dan lambat laun akan berubah menjadi Kabane.
Untuk mencegah lebih banyak korban, pemerintah Shogun yang menguasai Jepang membangun tembok besi yang melindungi kota-kota dan juga warganya. Mereka menyebut kota yang berlindung dibalik tembok besi sebagai Stasiun. Stasiun-Stasiun inilah yang menjadi harapan terakhir manusia untuk bisa bertahan hidup dari serangan Kabane.
Setelah Ryan mengingat setting cerita dari Kabaneri The Iron Fortress, Ryan menjadi sedikit tidak tenang. 'Berdasarkan informasi dari Reincarnation Room, aku sekarang berada di Stasiun Aragane, yang juga menjadi misi utama nomor 2. Berdasarkan cerita anime-nya, Stasiun inilah akan jatuh dan diinvasi oleh Kabane. Aku nggak tahu waktu yang pasti kapan tragedi itu akan terjadi. Namun aku harus siap menghadapi mayat hidup haus darah itu!"
Memikirkan masa depan yang harus Ryan lalui, ia kemudian mengusap-usap pisau yang ada di pinggangnya. 'Apakah pisau biasa bisa membunuh Kabane? Tapi dengan mata ini, tidak ada yang tidak bisa ku bunuh!'
"Mayat hidup? Apakah benar mereka susah untuk dibunuh? Aku jadi tak sabar untuk menguji Mystic Eye of Death Perception." gumam Ryan sambil tersenyum. Ia benar-benar tidak sabar untuk berburu sekaligus menguji kekuatan matanya. Ryan kemudian keluar mengikuti kedua Samurai itu menuju gerbang kota.
~***~
Cahaya matahari di siang bolong menyinari seluruh Stasiun Aragane. Tempat ini lebih mirip seperti desa dibandingkan dengan kota. Banyak rumah yang terbuat dari kayu. Tidak satupun nampak bangunan bertingkat. Begitu pula dengan jalan yang masih berupa tanah, bukan aspal.
Di bawah pimpinan kedua samurai tadi, Ryan perlahan berjalan menyusuri jalanan. Ryan merasa tidak nyaman karena ia menjadi tontonan warga sekitar. Bagaimana tidak, pakaian yang Ryan gunakan adalah kemeja kerah lengan panjang berwarna biru. Kemeja ini adalah kemeja yang ia gunakan sebelum tewas. Warga belum pernah melihat pakaian seperti itu.
Beberapa menit kemudian, sampailah mereka bertiga di gerbang kota. Di sana, Ryan melihat banyak Samurai yang mondar-mandir berjaga. Namun mereka semua tidak membawa pedang katana, melainkan sebuah senjata proyektil bernama Steam Gun.
Steam Gun adalah senapan yang menggunakan energi uap untuk menembakkan peluru. Sebuah Backpack Engine dibutuhkan sebagai alat penghasil uap. Backpack Engine inilah yang disambungkan ke senapan dan membuat uap mendorong peluru untuk ditembakkan tanpa perlu mesiu.
"Berjagalah di posisi itu!" perintah salah satu samurai.
"Bisakah kamu memberikanku senjata?" tanya Rian sambil menunjukkan tangannya yang kosong.
"Itu bukan urusan kami. Jika kamu ingin senjata, maka belilah sendiri! Kalau ada kabane yang muncul di dinding kota, kamu harus memukul mundurnya. Jika sampai kamu membiarkan kabane lolos, maka orang pertama yang akan mati adalah kamu!" Kemudian, kedua Samurai tersebut pergi meninggalkan Ryan.
"Bahkan mereka tidak memberiku Steam Gun? Lalu bagaimana jika kabane memanjat dinding? Apakah aku harus melompat turun dan menghajar kabane yang berusaha naik?" Ryan hanya bisa pasrah atas perlakuan semena-mena ini.
Ryan kemudian mulai berjaga di atas tembok yang terbuat dari baja. Rian melihat seluruh Samurai yang berjaga di atas tembok memasang wajah tegang. Mereka semua melihat ke arah yang sama, yaitu hutan. Di hutan tersebut, terlihat bayangan-bayangan manusia yang berjalan sempoyongan
"Sepertinya bayangan yang ada di hutan itu adalah kabane …"
Ryan kemudian melihat sekelilingnya. Ia menyadari bahwa tidak ada satupun Samurai yang mengawasinya. Ryan kemudian diam-diam menyelinap turun dari dinding baja. Saat Ryan melompat ke arah pohon yang ada di dekat dinding, Ryan terpeleset dan jatuh.
Brak
"Aduh!" Ryan meringis kesakitan akibat jatuh dari pohon. Setelah beberapa menit beristirahat, rasa nyeri pada tubuhnya menghilang.
"Oke, sekarang saatnya berburu kabane, hehehehe …" Ryan segera menggunakan pisau yang ada di pinggangnya dan mengiris telapak tangan kirinya. Darah mulai mengalir dari luka Ryan. Ia kemudian menyobek kain kemejanya untuk menutupi luka di tangannya agar tidak infeksi.
Seketika itu juga, dari kejauhan banyak kabane yang terpancing dengan bau darah dari Ryan. Ryan kemudian bersembunyi di semak-semak sambil terus mengintai.
Kresek Kresek
Sesosok pria dengan baju sobek-sobek berjalan sempoyongan. Kulit pria itu berwarna abu-abu pucat. Di bagian dadanya, terlihat jantungnya bersinar oranye kekuningan. Jantung tersebut tertutup sebuah membran yang mirip akar menjalar di sekitar area dada.
"Jadi inikah kabane?"
Saat Ryan bergumam, kabane tersebut langsung menengok ke arah Ryan dan bersuara seperti binatang buas. "Graaaa"
Melihat kabane itu mendekatinya, Ryan masih bersikap tenang. Secara perlahan, mata Ryan berubah menjadi biru. Saat Mystic Eye of Death Perception aktif, Ryan dapat melihat garis-garis seperti grafiti yang terdapat pada tubuh kabane. "Hanya orang mati yang tidak memiliki garis. Namun kabane bukanlah orang mati, mereka masih hidup!" Rian kemudian langsung berlari menerjang kabane.
Swiishh
Saat Ryan sudah di dekat kabane, tangan kabane itu berusaha menangkap Rian. Dengan cepat, Rian memotong garis yang ada pada tangan kabane tersebut.
Slash
Tangan kabane itu pun langsung tergelatak di tanah. Darah berwarna merah gelap pun keluar dari lengan yang Ryan potong. "Graaaaaa"
Serangan Ryan sangatlah cepat. Inilah keunggulan AGI dengan 6 poin. Tak berhenti di situ, Ryan kemudian memutarkan badannya. Pisau yang ada di tangannya pun berubah menjadi seperti kilatan cahaya dan memotong kedua kaki kabane dengan mudah.
Puchii
Darah terus bercucuran dari kaki dan tangannya. Wajah Ryan pun di penuhi darah. Tubuh kabane itu akhirnya jatuh. Tanpa kaki dan tangan, kabane tersebut terus berteriak. "Graaaa"
Tanpa ragu, Rian kemudian langsung menusuk jantung kabane.
Krak
Dengan mudah, pisau milik Ryan menembus membran baja kabane. Seketika itu juga, kabane tersebut berhenti bergerak. Garis-garis yang tadinya terlihat pada tubuh kabane pun menghilang. Yang artinya, kabane itu sudah benar-benar mati.
Darah masih terus menetes dari pisau Ryan. "Ternyata, membunuh itu mudah …"
Ding
[Membunuh 1 kabane, +100 poin]
"Jadi begitu cara menyelesaikan misi ke 3. Aku bisa mendapatkan poin dengan membunuh banyak kabane. Jika syarat untuk menyelesaikan misi ke 3 adalah aku harus mendapatkan 3000 poin, maka aku harus membunuh 30 kabane untuk menyelesaikannya!"
Misi ini pasti sulit untuk pemula, namun hal itu tidak berlaku untuk Ryan. Dengan Mystic Eye of Death Perception, membunuh kabane adalah hal mudah.
"Misi pertama dan misi ketiga adalah yang paling mudah. Aku bisa mengerjakannya secara bersamaan."
Kresek Kresek
Mendengar suara daun yang diinjak, Rian langsung melihat ke sekelilingnya. Di sana, mulai muncul banyak kabane yang tertarik dengan bau darah.
Melihat semua ini, Ryan tersenyum menakutkan bak seorang psikopat. Ia kemudian membersihkan noda darah yang ada pada pisaunya. "Sepertinya ini akan sulit, hehehehe …" Ryan kemudian langsung lari menyerang di tengah rindangnya pepohonan.
Permainan selanjutnya pun dapat di deskripsikan berat sebelah. Tentu saja, yang unggul adalah pihak kabane. Jumlah kabane yang muncul dari dalam hutan berjumlah lebih dari 20 kabane. Jika Ryan menerobos sendirian di tengah kepungan kabane, jelas ia akan mati.
Sekuat apapun Mystic Eye of Death Perception, jika serangan Ryan tidak pas dengan garis kematian, maka serangan tersebut tidak berefek apa-apa.
"Anjiir … ternyata susah sekali menyerang pas di garis kematian! Aku benar-benar beruntung bisa pas saat awal tadi. Dan mungkin juga karena lawanku hanya satu kabane. Tapi ketika aku melawan lebih dari 2 kabane, susah sekali berkonsentrasi untuk menyerang bagian tertentu!" gumam Ryan yang kini sedang lari dari kejaran kabane.
Setelah mencapai semak-semak, Rian segera bersembunyi diantara semak-semak tersebut. Untuk menghilangkan bau darah, Rian melumuri tubuhnya dengan tanah. Setelah 10 menit diam dan menunggu, akhirnya jumlah kabane yang berkeliaran menipis.
"Fiuuh~ hampir saja. Walau aku nggak takut mati, tetap saja aku nggak mau mati karena kebodohan." Setelah itu, Rian membuka kain yang menutup luka di telapak tangannya. Dan melemparnya sejauh 5 meter dari tempatnya.
Bau darah dan suara dari lemparan itu pun memancing satu persatu kabane untuk menghampiri kain tersebut. Saat salah satu kabane tersebut terpancing, Rian keluar dari semak-semak dan menyerang kabane tersebut. Dengan kemampuan matanya, Ryan melihat garis kematian yang ada pada dadanya. Dengan cepat, ia menusuk tepat pada garis tersebut hingga menembus jantung kabane.
Krak
Buuk
Kabane itu pun roboh seketika. Kabane lainnya mulai menyadari keberadaan Ryan. Saat akan kabane akan menyerang, Ryan sudah lebih dulu kabur dan bersembunyi. Dari balik semak-semak, Ryan terus mengawasi gerak-gerik kabane dengan mata birunya. Ia melakukan strategi serang dan lari secara terus menerus. Hingga akhirnya, sistem memberikan notifikasi
Ding
[Membunuh 5 kabane, +500 poin]
Strategi Ryan benar-benar berhasil. Dengan startegi serang dan lari, Ryan dapat membunuh kabane satu persatu tanpa perlu melawan beberapa kabane sekaligus. Setelah membunuh beberapa kali, Ryan mulai terbiasa dengan seni membunuh.
'Jadi begitu ya … seni membunuh tidak memerlukan gerakan-gerakan keren. Tapi yang dibutuhkan adalah seberapa fatal seranganku. Dengan Mystic Eye of Death Perception, aku bisa mengetahui titik fatal mana saja berdasarkan garis kematian yang aku lihat. Kini aku hanya perlu meningkatkan akurasi seranganku.' pikir Ryan sambil menusuk jantung kabane yang ada di depannya.
Krak
Setelah suara retakan seperti gelas yang pecah terdengar, cahaya pada jantung kabane pun meredup. Kabane itu pun roboh tak bergerak.
Ding
[Membunuh 1 kabane, +100 poin]
Rian yang mulai menyadari apa itu artinya membunuh, mulai membunuh beberapa kabane yang tersisa. Hingga beberapa menit kemudian, tanah di sekitar Ryan berubah menjadi warna merah darah. Banyak potongan tangan dan kaki berserakan di sekitarnya. Ryan kembali menerapkan strategi untuk melemahkan kabane dengan memotong kaki dan tangannya terlebih dahulu, lalu kemudian menusuk jantungnya.
"Hmm, ini aneh … aku sudah hampir 2 jam menggunakan mata ini, kenapa aku tidak pusing lagi seperti saat awal aku tiba di dunia ini? Apakah itu artinya aku sudah mulai terbiasa?" Pada saat yang sama ketika Rian sedang berpikir, mulai banyak bermunculan bayangan dari dalam hutan.
Ryan pun terbangun dari lamunannya. "Anjir, ini terlalu banyak! Mungkin ada ratusan kabane yang terpancing bau darah ini! Aku harus lari!" Ryan kemudian lari secepat kilat untuk keluar dari hutan.
"Graaaa" suara teriakan kabane terdengar keras dari belakang Ryan.
~***~
"Hah hah hah …" Nafas Ryan tersengal-sengal setelah beberapa saat berlari. Kini ia sedang bersandar di dinding besi Stasiun Aragane.
"Benar-benar capek sekali. Tapi,sepertinya staminaku meningkat dari yang sebelumnya. Jika dengan staminaku yang dulu ,aku tentu tidak akan punya energi untuk lari setelah membunuh puluhan kabane!"
Apapun Atributnya, stamina sangatlah penting. Setiap serangan, setiap gerakan, semuanya memerlukan stamina. 'Berdasarkan informasi dari Reincarnation Room, atribut yang dapat meningkat stamina adalah STR, VIT, dan AGI. Dengan perbandingan 1:3:2, dimana jika aku menambahkan 1 poin atribut pada VIT, maka staminaku akan meningkat 3 poin. Karena aku sebelumnya memberikan semua atribut poin pada AGI, itu artinya kini staminaku 12 poin. Pantas saja aku bisa bertarung selama itu …'
Rian kemudian mengambil ramuan pemulih stamina dari tas pinggangnya.
Glup glup glup
"Aahh … rasanya staminaku sudah kembali sedikit. Badanku tidak terasa selelah tadi. Tapi, semua ini tidaklah sia-sia. Aku berhasil membunuh 24 kabane, jadi aku kini memiliki 2400 poin. Misi pertama juga telah selesai. Misi ketiga masih perlu membunuh 6 kabane lagi."
Ryan melihat kembali ke arah hutan. Kini, hutan yang tadinya hening menjadi ramai. Banyak kabane yang muncul dari area terdalam hutan akibat perbuatan Ryan. "Sepertinya aku harus cepat kembali!"
Tapi begitu Ryan menatap betapa tingginya dinding baja Stasiun Aragane, Ryan sedikit depresi. "Bagaimana caranya aku kembali? Aku tidak mungkin memanjat dinding setinggi ini dengan atribut yang aku miliki, hmmm …"
Mendadak, Ryan mendapatkan ide. Ryan kemudian mengukur arah matahari dan membuat perhitungan. Setelah perhitungannya selesai, ia mengeluarkan cermin yang ia beli saat di Reincarnation Room dan melemparnya ke arah kiri sejauh 10 meter. Cermin tersebut memantulkan cahaya matahari. Seorang penjaga di atas dinding melihat ada sinar cahaya dari luar dinding.
"Cahaya apa itu?" ucapan salah satu penjaga tersebut menarik perhatian penjaga lain.
"Apakah cahaya itu adalah cahaya dari kabane akan menyerang kita?"
"Aku tak pernah mendengar jantung kabane bersinar seterang itu!"
"Tidak, itu pasti cahaya dari jantung kabane! Tidak diragukan lagi, kabane datang untuk menyerang kita!"
Kepanikan mulai terjadi di atas dinding baja. Para penjaga pun mengarahkan Steam Gun milik mereka ke arah cahaya tersebut. Mereka tampak sangat tegang.
Memanfaatkan perhatian para penjaga yang teralihkan, Ryan langsung mengaktifkan Mystic Eye of Death Perception. Ryan dapat melihat garis kematian pada dinding besi Stasiun Aragane. "Sesuai dugaanku, semua yang ada di dunia ini bisa mati. Api akan padam, air akan kering, besi akan berkarat dan hancur. Itu adalah kematian mereka."
Rian kemudian menusuk bagian demi bagian garis kematian pada dinding untuk membuat pijakan. Pijakan itu akan digunakan Ryan memanjat ke atas. Ryan tidak mungkin menghancurkan dinding hanya untuk masuk ke dalam Stasiun. Hal itu hanya akan menggagalkan misi kedua dimana ia harus menyelamatkan Ayame dan warga Stasiun Aragane.
Perlahan, Ryan memanjat dinding tanpa sepengatahuan para penjaga. Saat Ryan sudah sampai di atas dinding, para penjaga mulai sadar bahwa yang ada di hutan tersebut hanyalah cermin.
"Sial! Siapa yang membuang cermin ke luar dinding?"
"Hah~ aku sudah terlanjur tegang. Untung itu bukan kabane."
Semua penjaga akhirnya dapat bernafas lega. Akhirnya mereka pun kembali ke posnya masing-masing. Dari belakang, Ryan hanya tersenyum melihat semua ini.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!