NovelToon NovelToon

TOH Level Up

Malam merah

Kang Dalang, "Assallamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Kali ini kelanjutan dari kisah kota Jombang dengan organisasi besar rahasia TOH. Dalam novel saya terdahulu yang sudah tamat kami melanjutkannya. Kali ini berjudul TOH Level Up. Sudut pandang kami fokuskan pada dua tokoh Wahyu dan Elang."

"Masih cerita tentang manusia melawan para setan. Jua masih bertaraf usia 18+ jadi bijaklah dalam membaca ya. Saya tekankan sekali lagi dari nama, tokoh, tempat serta semua hal yang ada dalam novel ini hanya karangan Kang Dalang semata bukan sebenarnya. Jadi nikmati saja jangan terlalu serius."

"Baiklah mari membaca bersamaku, tuangkan kopi hitam kalian dan mulailah membayangkan kalian adalah salah satu dari para pejuang yang ada di dalam novel TOH Level Up ini."

***

Argtz,

Suara itu menggema kembali pada malam bulan berdarah. Kengerian telah menyebar luas di seluruh pelosok kota sudah. Menjeritlah si ibu menggendong anaknya yang tak bernapas. Menjeritlah si istri di tepi mayat lelaki yang ia sebut suami.

Malam ini adalah malam mencekam serta penuh ke tidak pastian kota Jombang. Akhirnya kota Jombang yang perkasa di antara lima kota runtuh juga. Tangisannya melebihi tangisan alam lain ketika menampakkan wujudnya.

Bahkan bulan besar pas di tengah malam tengah kota Jombang. Seakan mewakili kemuraman durjana seisi kota. Bahkan mungkin malam ini kota Jombang telah mati. Benar kota Jombang telah mati.

Tersisa hanya kepulan asap yang membumbung tinggi dan reruntuhan dan arang bekas atap terbakar. Bau anyir darah seakan menyeruak sejurus dengan genangan tiap sudut yang berwarna merah.

“Hahaha, kita menang, kita menang manusia kalah dan kita pesta besar. Banyak makanan daging manusia di depan kita. Hore, hore tuan kita menang,” beberapa setan buruk rupa datang lalu membawa beberapa mayat lalu pergi kembali.

Kota Jombang dan lima kota sekitar yang dahulu adalah pusat peradaban pesilat gaib nan tangguh. Malam ini dihancurkan sehancur-hancurnya sudah.

Ada bayangan dengan harum aroma manusia terus melompat dari gedung- ke gedung. Dia adalah Wahyu Satria, anak dari sang petinggi utama Haji Jaka. Anak dari pemimpin tangguh silat gaib satu kota Jombang yang pada akhirnya gugur jua.

“Allahuakbar kenapa bisa jadi begini, Ya Allah kotaku telah dikalahkan. Ayah, Ayah! Dimanah kau Ayah?” Wahyu berdiri di salah satu atap rumah yang masih belum hancur seutuhnya. Walau bangunan rumah di bawahnya telah roboh.

Lalu kembali melesat sambil melompat terus menerus menuju desa tempat tinggalnya. Wahyu tiada tahu menahu akan kehancuran kota asalnya. Sebab ia tengah terus menimba ilmu dari guru satu kota-ke kota lainnya.

Sementara Wahyu terus menuju desa tempat kelahirannya. Ada satu pemuda yang terus berjuang menghadapi sang raja setan. Walau pemuda tersebut sudah sangat kepayahan dan mungkin saja energinya sudah hampir habis.

Tetapi ia terus berjuang, karena hanya dia satu-satunya petarung kota Jombang yang tersisa. Dialah Elang putra dari Pak kepala desa Mbanjar Dowo Dava dan Nyonya Sari. Orang tua Elang jua sudah gugur setahun yang lalu.

Bahkan di sekitarnya malam ini banyak sudah anggota organisasi rahasia TOH yang gugur. Mayat-mayat para pejuang kota Jombang kini berserakan.

“Elang Adikku sudahlah menyerahlah dan terima saja kematianmu. Seperti kematian Ayah dan Ibu kita setahun yang lalu. Bukankah nama kalian akan dikenang sebagai pahlawan kota Jombang. Tapi sayang kalian mati dengan cara mengenaskan. Terbantai dan tak berdaya, dasar manusia,” ucap bayi setan dan begitulah julukan setan kerdil sakti lawan Elang kali ini.

Sekedar mengingatkan kembali si bayi setan adalah anak dari Pak Kepala desa Dava dan Nyonya Sari. Dahulu pernah Nyonya Sari di paksa melayani nafsu bejat sesosok raja setan dan lahirlah sosok bayi setan.

Kemampuannya sungguh begitu sakti di atas rata-rata para petarung kota Jombang. Bahkan petarung utama dan nomor satu sekaligus pemimpin golongan tua Haji Jaka. Kalah terpenggal oleh si bayi setan padahal Haji Jaka masihlah Pamannya.

Elang sendiri lahir selang satu tahun dari kelahiran bayi setan. Saat Nyonya Sari sudah diperistri Pak Kepala desa Mbanjar Dowo Dava.

“Tjueh, tak sudi aku memiliki kakak sepertimu bayi setan. Bahkan seluruh kota Jombang, seluruh warganya. Tiada sudi mengakui kalau kau adalah salah satu dari mereka. Ingatlah setan dan manusia adalah berbeda,” ucap Elang masih menopang tubuhnya yang sudah semakin sempoyongan dengan sebilah pedang cahaya di tangannya.

“Mana-mana, mana ada warga kota Jombang yang hidup malam ini. Apa kau tidak melihat tumpukan mayat di sekitarmu itu adikku. Apa kau tak sadar mereka adalah kawan, rekanmu sesama anggota organisasi TOH yang dipuja-puja seluruh warga. Mereka semua sudah mati adikku mungkin sebelum terbit matahari. Mayat-mayat itu sudah habis di makan para prajuritku. Lihatlah adikku sayang, kami masih berjumlah ribuan dan akan terus bertambah, hahaha,” ucap bayi setan.

Terlihatlah ribuan bentuk dan rupa dan wujud setan di belakang bayi setan. Mereka para prajurit bayi setan lengkap dengan peralatan perangnya. Sedangkan Elang tinggallah sendirian saja tiada pasukan atau teman sesama pejuang kota Jombang di samping atau belakangnya.

Harapannya untuk sampai pada matahari terbit sangat tipis. Harapannya untuk hidup mungkin sudah memudar. Sejenak ia mendongakkan wajah ke atas langit. Melihat bulan besar di atas langit berwarna merah darah. Ada banyak bayangan setan berkelebatan di sana. Seakan mereka tengah berpesta pora dengan jamuan besar hidangan berupa daging manusia.

Dalam hati Elang berdoa, Ya Allah Tuhan kami. Apabila malam ini memang malam terakhir aku hidup. Maka lahirkanlah satu bayi lelakimu, entah dari rahim siapa. Entah dari sudut mana di kota ini. Atau apabila memang benar sudah tiada yang hidup di kota ini.

Tolong datangkanlah satu petarung hebat yang dapat membinasakan para setan di depanku. Agar kota ini bisa hidup lagi dari generasi-ke generasi. Wajah Elang sudah penuh kepasrahan total, pasrah akan ajal terakhirnya. Karena sungguh tidak mungkin melawan ribuan pasukan setan sendirian.

Bahkan tangan kanannya sudah terpotong dan ia memegang pedangnya dengan tangan kiri. Bahkan tubuhnya sudah penuh luka dan sayatan serta berlumuran darah jua.

“Sudahlah adik, aku sudah lelah memberimu kesempatan terakhir untuk menang. Kali ini aku sendiri yang akan menghabisimu. Aku sendiri yang akan mencabik-cabik serta memotong-motong tubuhmu. Sebab terlalu bahaya jikalau kau aku biarkan hidup. Mungkin suatu nanti akan terlahir pejuang tangguh sepertimu yang dapat mengalahkanku. Bersiaplah adikku sayang dan sampaikanlah pada Ayah dan Ibu di alam baka sana salamku,” ucap bayi setan.

Seketika sesaat setelah mengucapkan kalimat perpisahan pada Elang. Bayi setan mengubah bentuk tubuhnya menjadi level kekuatan terakhirnya. Tubuhnya yang semula berbentuk setan kerdil berubah seketika layaknya manusia serigala.

Kukunyah panjang dan tajam selayaknya pedang. Taringnya begitu panjang dan giginya begitu lancip. Dengan moncong mulut selayaknya serigala, tapi tetap bertubuh bentuk selayaknya manusia. Seperti halnya manusia serigala dalam cerita legenda. Begitulah sekiranya bentuk level terakhir bayi setan.

“Matilah kau Elang...!” teriakan bayi setang sang raja pemimpin ribuan setan. Berlari melesat menuju arah Elang yang tengah kelelahan.

Bagaikan serigala lapar bayi setan dalam level bentuk tahap akhirnya. Hendak mencabik-cabik Elang dengan cakarnya yang tajam. Bahkan ribuan pasukan setan mengikuti di belakangnya. Seakan mereka hendak mengeroyok elang yang hanya seorang diri.

Elang yang hanya bisa pasrah mengangkat pedang cahayanya sebisanya. Kekuatannya telah habis tersisa hanya kepasrahan akan keajaiban Sang Pencipta langit dan bumi.

Gelembung aura hijau

Dar,

Duar,

Dua kekuatan besar beradu tanding di tengah-tengah kota Jombang. Walau Elang hanya memiliki satu tangan untuk mengayunkan pedang cahaya miliknya. Tetapi ia masih mampu menolak serangan demi serangan yang di arahkan padanya oleh bayi setan.

Seperti biasa hasil dari benturan antara pedang cahaya milik Elang dengan cakar-cakar milik bayi setan yang telah berwujud manusia serigala. Menimbulkan efek dahsyat di atas mereka. Seakan awan gelap berarak serta memutar di atas mereka bertarung. Bercampur kilatan-kilatan petir yang keluar dari gesekan pedang dan kukku.

“Tidak salah lagi dan pantas kau menjadi pemuda nomor satu era kali ini di kota Jombang. Pantas juga kau menjadi anak dari tetua nomor dua di kota Jombang. Bahkan hanya dengan satu tangan saja. Kau masih dapat mengimbangi gerakanku wahai adikku tersayang,” cerocos bayi setan sambil terus memperagakan jurus cakar-cakar setan miliknya.

“Asal kau tahu wahai golongan setan durjana. Aku tekankan sekali lagi dan tak akan bosan untuk yang ke sekian kali. Aku Elang putra Haji Lurah Dava dari desa perbatasan utara Mbanjar Dowo dari dusun Mbanjar Kerep. Aku bukan adikmu seperti yang sering kau katakan. Aku bukan pemuda nomor satu seperti yang kau katakan jua. Ada kakak yang benar-benar kakakku yang masih lebih kuat dariku,” ujar Elang terus menangkis serangan bayi setan.

“Tapi dimanah sekarang dia yang kau sebut kakakmu itu. Mana Wahyu Satria yang di sebut masa depan kota Jombang serta pemuda terkuat itu. Bahkan saat keluarganya terbantai, bahkan saat kota ini jatuh. Dia tidak datang, dia tidak peduli dengan kalian,” oceh bayi setan yang secara frontal menyerang Elang membabi-buta.

“Sudah jangan banyak bicara hadapi saja aku setan laknatullah. Sekarang yang ada di hadapanmu adalah aku. Jadi mari kita bertarung sampai tetes darah terakhir!” teriak Elang membahana dan seketika. Saat Elang mulai marah ada hawa aneh dari dalam tubuhnya.

Sebuah aliran gelembung hijau tiba-tiba menyeruak bersama tetesan darah dan keringat. Melewati pori-pori Elang lalu keluar dan menyatu perlahan. Sehingga Elang kini bagai diselimuti aura berwarna hijau tua.

“Astaga, dia masih memiliki kekuatan lain di dalam tubuhnya,” ujar bayi setan mengambil langkah mundur beberapa jengkal. Seakan ia kaget dan mengingat-ingat kekuatan jenis apa gelembung hijau yang keluar dari dalam tubuh Elang.

“Ada apa bayi setan, apa wujud raksasa manusia serigalamu akan segera habis. Mana kesombongan perkataanmu yang beberapa saat lalu kau ucapkan. Mana raja diraja para setan dan siluman yang mampu membantai seluruh kota Jombang. Kenapa seakan kau begitu ketakutan kali ini melihatku bayi setan?” beberapa pertanyaan dilontarkan oleh Elang sebagai sindiran pada bayi setan.

“Baiklah anak manusia mari kita coba seberapa kuat aura dari gelembung hijaumu itu,” bayi setan tampak merapal sebuah ajian dan keluarlah pedang tulang yang spesial. Kali ini pedang tulang serupa golok panjang dan besar berwarna hitam. Aura kelam jua menyelimuti sekitar badan pedang.

Terdengar jeritan-jeritan sakaratul dari dalam pedang tulang. Rupanya yang dikeluarkan oleh bayi setan bukanlah pedang tulang biasa. Tetapi pedang jenis ini adalah level raja. Sering pula disebut pedang tulang pencabut arwah.

Slap,

Ternyata gelembung hijau yang menjadi aura menyelimuti Elang. Membuat efek kejut luar biasa pada kecepatan dan kekuatan Elang. Seketika kecepatannya berkali-kali lipat, bahkan bayo setan tampak terkejut dengan serangan cepat yang dimulai oleh Elang.

Walau bayi setan sang raja setan dapat menangkis tebasan pedang cahaya yang jua berubah jadi cahaya hijau milik Elang. Tapi tubuhnya sempat terpental ke belakang akibat menangkis serangan Elang.

“Sial kenapa kecepatan anak ini jadi tak bisa terlihat. Bahkan serangannya semakin berat saja tidak seperti sebelumnya. Bahkan aura hijau ini terasa begitu panas, saat aku di dekat Elang. Sebenarnya gelembung hijau itu apa?” gerutu bayi setan dalam wujud manusia serigalanya. Terlihat dia agak merasakan sesak di dada, akibat hantaman aura hijau dari gelembung hijau Elang.

Kali ini keadaan terbalik yang semula Elang terpojok dan tampak kelelahan dan terus-menerus diserang secara brutal oleh bayi setan. Kini berganti bayi setan yang terpojok dan terus diserang secara frontal oleh Elang. Bahkan dengan kecepatan ekstra dari Elang, bayi setan tidak diberi kesempatan sekali pun untuk membalas serangan. Dia hanya mampu menangkis sabetan-sabetan pedang Elang yang mengarah padanya.

Tiba-tiba mata dari wujud manusia serigala sebagai level akhir ilmu dari bayi setan menyala hijau juga. Mata hijau milik bayi setan terkenal dapat membangkitkan satu raja jerangkong hidup. Alias raja dari setan tengkorak yang teramat besar.

Duar,

Akhirnya aura panas bayi setan kali ini dapat menandingi gelembung hijau yang menyelimuti Elang. Sebab bayi setan sudah terlebih dahulu mengaktifkan mata hijau miliknya. Benturan antara panasnya aura dari mata hijau dengan gelembung aura hijau milik Elang. Membuat keduanya terpental beberapa langkah ke belakang.

Benar juga dari dalam tanah di belakang bayi setan. Tiba-tiba secara perlahan keluar setan tengkorak hidup yang begitu besar dan menyeramkan. Mulai dari tangannya yang jua berupa tulang menerobos tanah lalu keluar ke permukaan. Hingga kali ini utuh berwujud setan tengkorak berdiri menjulang tinggi di belakang bayi setan.

“Kali ini benar-benar tamatlah riwayatmu anak muda. Malam ini benar-benar malam terakhirmu menghirup udara adikku. Memang benar gelembung hijau itu begitu dahsyat dan panas. Sehingga walau tak kau pedulikan, tentara setanku hancur secara otomatis. Saat mereka mendekatimu dan sudahlah habis, kini benar-benar hanya kau dan aku. Tapi dengarlah ini hay Elang adikku! Raja jerangkong yang selalu membantai tetua atau petinggi TOH kini akan membantaimu jua. Bersiaplah adik kecilku, hadapi aku!” teriak bayi setan.

Dia bayi setan kembali menyerang, setelah berkali-kali hanya menangkis serangan Elang. Kali ini raja setan tengkorak raksasa ada di belakangnya. Bagaikan jin atau setan peliharaan mengikuti tuannya.

Jurus raja setan tengkorak ini pula yang digunakan bayi setan untuk membantai seluruh petinggi serta tetua TOH. Sehingga para setan dapat leluasa membantai seluruh kota Jombang. Sebab penjaga-penjaga kota sudah gugur terlebih dahulu.

“Aku tiada peduli sebesar apa setan di belakangmu bayi setan. Karena ini adalah jalan leluhurku, karena kota ini adalah kota kelahiranku. Akan aku perjuangkan hingga aku binasa atau hancur berkeping-keping sekali pun!” teriak Elang ikut melesat menuju bayi setan yang jua melesat ke arahnya.

Dar, dar, duar,

Kembali benturan-benturan dua kekuatan besar beradu keahlian. Satu adalah kekuatan Elang dengan tujuan mempertahankan kota Jombang. Satu kekuatan bayi setan yang ingin menghancurkan kota Jombang. Sungguh kali ini kota Jombang benar-benar menjadi kota mati nan suram tak bernyawa lagi.

Srikandi yang tersisa

“Astagfirullah Hal Adzim, apa yang aku lihat ini memang benar. Benarkah ini kota tempat kelahiranku. Kenapa bisa hancur total seluruhnya seperti ini? Bahkan setiap mataku memandang hanya mayat yang aku lihat,” gerutu Wahyu turun secara perlahan di salah satu atap gedung yang dahulunya adalah sebuah pondok pesantren milik sang ayah.

“Kurang ajar...!” ada suara teriakan dari bawah gedung tempat Wahyu berdiri. Tetapi agak jauh beberapa kilo meter. Bahkan wahyu yang penasaran akan teriakan seorang wanita yang tak asing di telinganya dan membuatnya penasaran.

Siapakah pemilik suara yang berteriak tersebut. Sampai mengaktifkan mata gaibnya langsung pada level akhir. Agar ia dapat melihat jelas tanpa penghalang walau jauh sekali pun.

“Nah benarkan mereka para Srikandi TOH. Berarti yang berteriak tadi Bibi Sari, benar itu Bibi Sari,” ucap Wahyu lekas menghilang dengan cepat berpindah tempat seketika.

Wust,

Dar,

Ibu Sari mengibas-ibaskan selendang saktinya ke arah beberapa anjing setan yang tengah menyerangnya. Sehingga anjing setan yang terkena kibasan dari selendang yang dikenakan di pinggang Ibu Sari. Langsung hancur dan terbakar menjadi abu.

“Kalian berhati-hatilah anak-anak, jangan sampai kalian menyentuh anjing setan. Walau hanya sehelai bulu pun, karena mereka sanggatlah beracun,” teriak Ibu Sari sambil terus menari memperagakan jurus-jurus tari selendang gaib miliknya.

“Baik Bu kami akan berhati-hati, tapi kami tengah kewalahan menghadapi ratusan anjing setan yang terus berdatangan,” teriak Sekar seorang gadis cantik yang masa kali ini menjadi pemimpin utama para pemudi Srikandi TOH.

Seperti puluhan tahun lalu, bahkan ribuan tahun lalu. Sosok anjing setan adalah sosok anjing selayaknya dalam film zombi. Bentuknya selayaknya anjing yang telah dikuliti dan masih penuh berlumur darah. Dari moncongnya menetes air liur beracun yang apabila terkena kulit manusia akan langsung berlubang dengan cara terbakar.

Masih jua sama seperti dahulu para anjing setan tidak mudah dibinasakan. Saat mereka terbelah berapa pun bagian dari tubuhnya. Maka akan muncul satu anjing setan baru dari bagian tubuhnya yang terbelah tersebut.

“Mbakyu Sekar awas di belakangmu!” teriak Fitri salah satu punggawa Srikandi TOH berpangkat kapten.

Fitri melesatkan panah apinya ke arah salah satu anjing setan yang secara mengejutkan. Melompat hendak menerkam Sekar dari belakang. Seketika panah menembus dada anjing setan lalu hangus terbakar menjadi abu.

“Fitri terima kasih sahabatku,” ucap Sekar sambil memegang busur cahaya di tangan kanannya. Kali ini Srikandi TOH hanya sisa dua orang saja dari semula yang berjumlah ratusan anggota. Kini kondisi mereka tengah terjepit di tengah-tengah ratusan anjing setan yang melingkarinya.

Mereka saling membelakangi dan terus berjuang untuk bertahan agar tidak mati. Ibu Sari dan sisa dua anggota Srikandi TOH yakni Sekar dan Fitri terus berjuang walau anjing setan sekan tiada henti terus berdatangan dari segala penjuru kota Jombang.

“Bagaimana Ibu Sari, apa kita harus terus seperti ini. Mungkin saja kita tidak mampu bertahan sampai fajar tiba. Jumlah mereka terlalu banyak sedangkan kita hanya bertiga?” ucap Sekar Arum terus melontarkan panah-panahnya.

“Benar Ibu, apa sudah tidak ada lagi pendekar laki-laki yang hidup di kota ini. Lalu menolong kita keluar dari sini. Aku rasa kita sudah tidak sanggup bertahan melawan begitu banyak anjing setan itu,” ucap Fitri yang jua terus memanah.

Sementara ketiga bidadari kota Jombang yang tersisa tersebut. Mereka tiga wanita yang tersisa dan hanya tiga saja. Sebab seluruhnya mungkin sudah mati atau mungkin sudah dimakan setan.

Wahyu tiba-tiba datang dari sisi utara sambil menebaskan pedang dengan selimut api hitam. Tapi pedang ini benar-benar terbentuk dari api. Bukan selayaknya pedang pada umumnya. Wahyu terus meringsek dari arah utara menuju tengah tempat para tiga wanita TOH berada.

Dari atas Sang Garuda yang sudah dipanggil terlebih dahulu oleh Wahyu. Berkoar-koar memutar sambil menerkam anjing setan secara terus menerus.

Karena kecepatan Wahyu dalam menerobos kerumunan anjing setan dan tentu bentuk garuda yang teramat besar. Ibu Sari mengetahui kalau ada sosok lain selain anjing setan di sekitarnya.

“Bukankah itu Garuda, kenapa Garuda ada di sini? Kalau ada Garuda berarti Wahyu ada di sini,” ucap Ibu Sari sekilas mendongak ke langit. Sesaat setelah mendengar sebuah koar burung besar yang ternyata berasal dari suara Garuda.

“Ibu ada lelaki yang datang dari sisi utara. Pergerakannya begitu cepat dan jurus-jurusnya tak aku ketahui. Sebab terlalu cepat gerakannya sehingga tidak mampu aku lihat. Ibu siapa dia apa Ibu mengetahui sesuatu tentang kesatria itu. Sebab sempat aku melihat dia menebaskan sebuah pedang berselimut api hitam pada sekumpulan anjing setan,” teriak Sekar sambil terus memanahkan beberapa anak panah cahaya miliknya.

“Kak sekar lihatlah ke atas sejenak. Ada burung emas besar terus berputar dan menerkam beberapa anjing setan. Kita dapat bala bantuan Kak Sekar,” teriak Fitri menuding ke atas langit ke arah Garuda yang tengah terus terbang berputar dengan sekali-kali menukik menghancurkan beberapa anjing setan.

Sedangkan Ibu Sari hanya tersenyum sambil menari dan mengibaskan selensang gaib miliknya. Ibu Sari benar-benar tahu sosok yang datang dari utara. Ibu Sari sangat mengenal siapa pemuda yang datang membantu mereka. Sebab Wahyu sedari kecil selalu akrab dengan Bibik-bibinya. Termasuk Sari yang notabenenya istri dari Lurah Dava. Lurah Dava adalah adik keponakan Haji Jaka yang tidak lain Ayah kandung dari Wahyu.

Karena terlalu penasaran dengan sosok yang datang membantu. Sekar menjadi lengah dengan sekitarnya, sehingga hampir saja Sekar diterkam salah satu anjing setan. Namun Wahyu dengan sigap dan cepat. Berlari bak angin menuju tempat Sekar.

“Mbakyu Sekar awas di belakangmu!” teriak Wamuh salah satu Srikandi TOH yang tersisa.

Sekar begitu terkejut saat satu anjing setan yang sudah berubah menjadi selayaknya manusia serigala. Hendak menerkamnya dari arah belakang ia berdiri. Sebab selain dapat membelah diri dan jadi banyak. Anjing setan jua dapat menyatukan diri. Mengubah dirinya menjadi serupa manusia serigala.

“Tidak, Ibu Sari tolong Sekar!” teriak Sekar tampak roboh sebab terlalu terkejut. Sedangkan cakar-cakar dari tangan anjing setan sudah begitu dekat di wajah Sekar.

Tiba-tiba seketika anjing setan tersebut hancur menjadi abu. Karena ada satu pedang menancap pas didada anjing setan. Pedang tersebut memang pedang api hitam milik Wahyu. Wahyu rupanya sudah berdiri di samping Sekar yang tengah terjatuh.

“Siapa kau Mas, sebelumnya terima kasih telah menyelamatkan nyawaku?” ucap Sekar masih tampak bingung dan belum mengenali Wahyu.

“Kau tak mengenalku Dek, bukankah kita belum resmi menyatakan putus. Bukankah status kita masih sebagai pasangan dua sejoli yang tengah berpacaran,” ucap Wahyu mengulurkan tangannya sambil tersenyum pada Sekar.

“Loh Mas Wahyu...!” sontak Sekar syok menatap Wahyu kekasihnya dahulu yang kini sungguh berbeda jauh dari sepuluh tahun yang lalu. Saat itu sepuluh tahun yang lalu mereka mengikrarkan cinta.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!