"Aduh", erang Hanna.
Gadis polos yang sedang berusaha menaiki tangga kampus nya.
"Jalan ku lelet sekali karena sepatu heels ini", ucap nya.
"Apakah tidak ada yang mau membantu ku?" Imbuh nya.
Langkah demi langkah akhirnya ia berhasil menaiki tangga tersebut.
Beberapa detik kemudian, tepat nya tujuh detik setelah ia berdiri tegak di tangga paling atas, tiba-tiba muncul seorang pria dan tak sengaja membuat nya terjatuh ke belakang.
Namun, tangan pria itu lebih cepat menarik tangan nya ke dalam dekapan pria itu. Sontak, Hanna langsung terkesima dengan ketampanan pria itu. Setelah tujuh detik berlalu, akhirnya muncul sebuah suara.
"Maaf apakah kamu baik-baik saja?" Tanya pria itu dengan tatapan menunjukkan kekhawatiran.
"Aku baik-baik saja, tidak apa-apa, jangan khawatirkan aku", ucap nya.
"Baiklah kalau begitu aku mau pergi dulu, kalau ada yang terluka karena diri ku hubungi saja nomor ini", jelas pria itu.
Langsung saja Hanna mengambil kartu nama itu tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Setelah pria itu pergi dengan langkah yang tergesa-gesa, tepat setelah mengambil kartu nama itu, Hanna menundukkan pandangan nya dan langsung kaget, karena Hanna tak sengaja menemukan sebuah kunci yang tergeletak di lantai.
"Kunci apa ini?" Tanya Hanna.
"Astaga, apa ini kunci milik nya?" Tanya Hanna lagi pada dirinya sendiri.
"Baiklah akan aku simpan saja dulu sampai aku bisa mengembalikan nya", bisik Hanna dalam hati.
Kemudian langkah kaki Hanna buru-buru menuju ke ruang kelas karena sudah terlambat selama 10 menit.
Setelah kuliah Hanna selesai hari ini, akhirnya Hanna memutuskan untuk duduk sebentar di taman belakang kampus nya.
"Wah, segar sekali udara disini", ucap nya.
"Apa Ayah sudah pulang ya?" Tanya Hanna.
Ayah Hanna adalah seorang dosen Ilmu Komputer yang bernama Adam. Ayah nya juga mengajar di kampus tempat nya menuntut ilmu.
Kampus yang mereka datangi ini adalah kampus yang sangat ternama di kota nya. Kampus ini memiliki banyak peminat, dan juga sangat favorit bagi kalangan anak muda.
Hanna saat ini sedang mengambil jurusan seni. Sekarang Hanna masih berada di semester kelima dan sebentar lagi sudah memasuki awal semester enam.
Pada saat ini Hanna sibuk dengan ujian akhir semester yang tengah dihadapi nya. Sesampainya di rumah, Hanna langsung mendengar panggilan dari Ibu nya.
"Hanna...", panggil Ibu nya.
"Iya ma, ada apa?" Balas nya.
"Ayo makan bersama, hari ini Ayah ingin menyampaikan sesuatu pada mu", jelas Ibu nya.
"Baiklah ma", ucap nya lagi.
Ibu Hanna bernama Sekar, dan hobi memasak makanan. Setiap masakan yang dibuat Ibu nya selalu membuat Hanna ingin makan tanpa memikirkan berat badan nya.
"Woah", ucap Hanna.
"Ma, apa ini?" Tanya Hanna.
"Apa ini jenis masakan baru?" Tanya Hanna lagi.
"Ya, makanlah ini sangat enak", ucap ibu nya.
"Ok", bisik Hanna.
"Ma...", Panggil Hanna.
"Kenapa tiba-tiba Ayah ingin menyampaikan sesuatu pada ku?" Tanya Hanna.
"Apa Ayah baik-baik saja?" Tanya Hanna lagi.
"Ayah mu baik-baik saja", jawab Ibu nya.
"Ibu juga tidak tau kenapa Ayah mu tiba-tiba menjadi seperti ini", jelas Ibu nya.
"Mana Ayah?" Tanya Hanna dengan tatapan berharap.
"Itu Ayah sedang menuju kemari", ucap Ibu nya.
Setelah Ayah nya duduk, dan mereka makan bersama, Ayah langsung bersuara.
"Hanna", panggil Ayah nya.
"Iya Ayah", jawab Hanna.
"Apa yang terjadi?" Tanya Hanna.
"Minggu depan kita akan pindah ke desa, karena Ayah di tugaskan di sana untuk kedepannya", ucap Ayah nya.
Sontak Hanna dan Ibu nya langsung kaget dengan kalimat itu.
"Apa!" ucap Hanna dan Ibu nya bersamaan.
"Tapi aku masih kuliah Ayah", ucap Hanna.
"Kalau kamu masih mau disini ya sudah disini saja sampai kamu tamat", ucap Ayah nya.
Seketika Ibu Hanna berkata, "Hanna, Ibu tau kamu sedih tapi mau bagaimana lagi ini pasti sudah pilihan yang tepat bagi ayah untuk kita nanti nya".
"Iya, Ayah sudah memikirkan ini dari dua bulan yang lalu, dan ini lah hasil nya", jelas Ayah nya.
"Ayah memilih ini karena Nenek mu di desa tidak ada yang merawat", ucap Ayah nya.
"Nenek sudah semakin tua dan butuh dampingan, sedangkan Nenek tidak mau tinggal di kota di masa tua nya", jelas Ayah nya lagi.
"Hanna, baik-baik lah disini, yang di katakan Ayah mu benar", ucap Ibu nya.
"Nenek semakin tua, semakin berbahaya kalau di tinggal sendirian di desa", jelas Ibu nya.
"Jangan bersedih, suatu saat kamu pasti tau rasa nya ketika meninggalkan seseorang yang tidak berdaya sendirian", ucap Ayah nya.
"Baiklah, kalau begitu apa aku harus tinggal di rumah ini sendirian?" Tanya Hanna.
"Rumah ini kan terlalu besar untuk ku tinggali sendiri", ucap Hanna.
"Kalau begitu kamu mau bagaimana?" Tanya Ayah nya.
"Aku mau hidup mandiri saja selain disini", bisik Hanna.
"Ya sudah, bagaimana kalau Ibu suruh bibi Im untuk tetap tinggal disini bersama kamu", ucap Ibu nya.
Bibi Im adalah pembantu di rumah tangga Ayah dan Ibu Hanna, semenjak lahir nya Hanna sampai sekarang berusia 21 tahun.
"Tidak usah, Ibu pasti repot kalau tidak ada bibi Im", ucap Hanna.
"Apalagi nanti juga mengurus nenek", jelas Hanna.
"Tapi Ibu khawatir kalau kamu sendirian disini", ucap Ibu nya.
"Atau ajak saja teman kamu untuk tinggal disini", ucap Ayah nya.
"Tidak! aku tidak mau!" jawab Hanna.
"Aku mau tinggal di apartemen saja", ucap Hanna.
"Apartemen", ucap Ayah nya.
"Sayang, kalau Hanna bersikeras biarkan saja", ucap Ibu nya.
"Dia sudah dewasa walaupun kita masih khawatir", bujuk Ibu nya.
"Benarkah boleh?" Tanya Hanna.
"Ya sudah, nanti Ayah carikan apartemen yang bagus untuk mu", jawab Ayah nya.
"Hore! Aku akan giat belajar dan segera balik ke desa", ucap Hanna.
"Jadi setelah balik ke desa, kamu mau langsung menikah?", Tanya Ibu nya sambil tertawa cekikikan.
"Bagus kalau begitu", ucap Ayah nya.
"Tidak, tidak, tidak", jawab Hanna.
Lalu, mereka melanjutkan makan sambil tertawa bersama, dan di suguhi dengan pemandangan malam kota yang sangat indah.
***
Di tempat lain, ada seorang pria yang sedang sibuk mencari sesuatu. Mondar-mandir dari dua jam yang lalu.
Nama pria itu adalah Diego, ia adalah anak pewaris tahta dari Ayah nya yang bernama Joks, dan Ayah nya merupakan konglomerat terkaya di kota itu.
Badan Diego terlihat sempurna, hampir tidak ada cacat sedikit pun. Diego mempunyai wajah yang tampan dan senyum yg memikat hati setiap wanita.
Pesona Diego tidak diragukan lagi, bahkan para wanita sangat mendambakan nya sebagai pasangan hidup.
Ya, Diego sangat terkenal dengan ketampanan nya dan juga latar belakang nya sebagai anak konglomerat ternama di kota.
"Astaga, dimana aku meletakkan nya?" Tanya Diego pada dirinya sendiri.
"Tidak mungkin aku menghilangkan nya", ucap nya.
"Ya sudahlah, kalau seperti ini lebih baik aku buat kunci yang baru saja, sudah dari tadi aku mencari nya tapi masih tidak ketemu", ucap nya.
"Mudah-mudah saja tidak ada pada siapa pun", ucap Diego lagi.
"Kalau ternyata ada pada seseorang, bisa gawat", ucap nya lagi.
Lalu, Diego menelpon seseorang untuk mengurus ini, setelah itu ia kembali ke dalam kamar nya untuk beristirahat.
Setibanya di kamar, Diego langsung mandi dan berbaring di atas tempat tidur nya yang luas itu.
Tiba-tiba Diego tersenyum mengingat kejadian siang ini, ya kejadian saat diri nya tidak sengaja menabrak seorang gadis dan gadis itu adalah Hanna.
"Ada apa dengan nya?" Tanya Diego.
"Kenapa lelet sekali?" Tanya Diego lagi.
Lalu, Diego tersenyum membayangkan kejadian itu.
"Dia tidak menghubungiku", ucap nya.
"Berarti dia baik-baik saja", ucap nya lagi.
"Baguslah kalau dia tidak terluka", ucap Diego lagi.
Malam itu, Diego hanya berfikir mengenai gadis yang tidak sengaja ditemui nya hari ini. Sebenarnya Diego juga sudah mulai merasakan sesuatu yang berbeda terhadap gadis ini.
Namun, menurut nya takdir yang terjadi pada nya tidak memungkinkan untuk bisa berfikir mengenai seseorang yang benar-benar dicintai nya.
Lalu, Diego terlelap dengan suasana dan hati yang damai.
***
Pagi hari nya di kediaman Hanna.
Pagi ini, Ibu nya dan Bibi Im sedang memasak makanan yang disukai oleh Hanna. Terlihat Ayah nya yang sedang terburu-buru untuk pergi tanpa sarapan terlebih dahulu.
"Aku pergi dulu", ucap Ayah nya kepada Ibu dan Nenek nya.
Hanna heran dengan tingkah Ayah nya pagi ini, tidak seperti biasa nya.
"Ayah pergi menemui teman lama nya, sekaligus sarapan bersama di restoran yang ada di pusat kota", ucap Ibu nya.
Namun, Hanna terlihat tidak peduli, karena ia tau Ayah nya pasti sangat sibuk sebagai seorang dosen, apalagi sebentar lagi akan pindah ke desa.
***
Setelah semua keluarga nya pindah ke desa, Hanna tampak sedang menikmati waktu nya di sebuah apartemen di dekat kampus nya.
Sambil menunggu pesanan makanan datang, Hanna hanya sibuk membaca komik dan mendengarkan musik. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar.
"Siapa?" Tanya Hanna.
"Ini makanan mu, lain kali jangan kirim ke apartemen ku", ucap pria itu.
Lalu Hanna bergegas membuka pintu apartemen nya dan tak sengaja tersandung, sehingga membuat diri nya mendorong pria itu dan akhirnya kejadian itu terjadi.
Ya, bibir Hanna tak sengaja mengenai bibir pria itu dengan posisi menindih pria tersebut. Sontak, kedua nya langsung membelalakkan mata nya, dan berdiri dengan secepat kilat.
"Maafkan aku, aku tidak sengaja", ucap Hanna.
"Anggap saja tidak pernah terjadi apa-apa di antara kita", pinta Hanna.
Lalu, pria itu pergi dengan tatapan memperingatkan Hanna.
"Sepertinya wajah nya tidak asing", ucap Hanna.
"Sudahlah, aku mau makan dulu, tidak ada waktu untuk memikirkan nya", gerutu Hanna.
Lalu, Hanna segera masuk ke dalam apartemen nya.
Apakah Diego adalah cinta sejati Hanna? dan Siapakah pria yang telah merebut kesucian bibir Hanna?
Tunggu kisah nya di episode selanjutnya.
Jangan lupa di like, komen, dan masukin ke dalam keranjang ya, agar author lebih semangat lagi untuk menulis, terima kasih.
Bersambung...
Enam Tahun Kemudian
Hanna telah lama lulus kuliah, dan sudah sangat ahli di bidang kesenian.
Sekarang Hanna telah tumbuh dan berubah menjadi wanita yang cantik, putih, bersih, rapi, dan di kagumi para pria di kampung nya.
Ya, setelah lulus kuliah Hanna tinggal bersama kembali dengan keluarga nya di desa.
Semenjak itu sampai sekarang ia belum memikirkan apa-apa untuk masa depan nya, sedangkan nenek nya sibuk membicarakan soal pernikahan.
Pagi hari nya, matahari mulai menyinari kamar Hanna yang jendela nya telah dibuka oleh Ibu nya.
"Mmm", erang Hanna.
Tampak nya ia masih setengah sadar, lalu tiba-tiba nenek nya datang.
"Hanna! Cepat turun!" Teriak nenek nya.
"Ini sudah waktu nya makan bersama", teriak nenek nya lagi.
Langsung Hanna tersentak dan bangun dari tidur nya.
"Baiklah nek, aku akan segera turun ke bawah", teriak nya.
Setelah bangun, Hanna lalu melangkah ke balkon kamar nya.
Kemudian Hanna menghirup udara segar pagi hari, sambil menikmati pemandangan taman rumah nya yang indah.
Ada banyak bunga-bunga yang bermekaran di taman nya, dan ada juga pohon persik yang sedang berbunga.
Setelah itu, Hanna langsung mandi dan turun ke bawah untuk makan pagi bersama.
***
"Woah apa ini?" Tanya Hanna.
"Ini jenis makanan baru lagi?" Tanya Hanna pada Ibu nya.
"Makanlah", ucap Ibu nya.
"Cepat duduk disini", ucap nenek.
"Ayah sudah selesai makan, dan akan pergi bekerja sekarang", ucap Ayah nya.
"Baiklah, hati-hati Ayah", teriak Hanna.
"Ibu mau pergi antar Ayah dulu ke mobil, kamu makanlah", ucap Ibu nya pada Hanna.
"Baiklah", ucap Hanna lagi.
Setelah Hanna duduk, tiba-tiba nenek bertanya pada nya.
"Hanna", ucap nenek.
"Apa kamu sudah punya pacar?" Tanya nenek lagi.
Sontak, Hanna langsung tersedak. Lalu, Ibu nya datang bergabung kembali dengan mereka, dan seketika melihat adegan itu dari kejauhan.
"Aku sudah punya pacar", ucap Hanna.
Sontak, nenek dan Ibu nya langsung senang mendengar nya. Padahal Hanna hanya berbohong, karena selalu di tanya soal pacar dan pernikahan.
"Benarkah, lalu dimana dia sekarang?" Tanya nenek.
"Apa dia orang yang kami kenal?" Tanya Ibu nya.
"Tidak, tidak, tidak", jawab Hanna.
"Kalian belum mengenal nya", jelas nya lagi.
"Secepat nya akan aku kenalkan", gerutu Hanna.
"Baiklah, percepat sedikit", kata nenek.
Lalu, nenek dan Ibu nya membicarakan soal masa depan Hanna, sedangkan Hanna hanya duduk terdiam menikmati makanan nya.
***
Siang hari nya, Hanna ingin pergi ke tempat teman nya sambil berjalan kaki.
Jarak nya lumayan, sekitar lima belas menit dari rumah nya. Hitung-hitung olahraga dan Hanna sudah lama tidak berjalan kaki.
"Apa Clara ada di rumah ya?" Tanya nya pada diri sendiri.
"Biasa nya jam segini dia sedang santai di belakang rumah nya", ucap nya.
"Aku lupa bawa ponsel lagi", ucap Hanna.
"Seharusnya dari tadi aku telpon dulu", gerutu nya.
"Ya sudahlah, biasa nya aku juga sering lupa begini", ucap nya.
Tepat di seberang persimpangan, terlihat Diego yang sedang mengendarai mobil nya dengan laju kecepatan tinggi.
Diego sedang bersama dengan teman wanita nya Sera.
"Sayang, bisakah kamu memperlambat kecepatan nya sedikit?" Tanya Sera.
"Aku takut jika kita tabrakan, di depan ada persimpangan", jelas Sera.
Ya, mereka adalah sepasang kekasih, dan sudah tiga bulan pacaran.
"Jika aku perlambat, kita akan terlambat", ucap Diego.
"Tidakkah kamu lihat, sekarang sudah siang", ucap Diego lagi.
"Aku tidak peduli", ucap Sera.
"Seperti nya kamu tidak sayang pada ku", gerutu Sera.
"Sudahlah, aku tidak mau bertengkar dengan mu disini", ucap Diego.
"Buang-buang waktu saja", ucap Diego lagi.
Lalu, Diego tetap melajukan mobil nya dengan kecepatan tinggi, walaupun mereka adalah sepasang kekasih, namun mereka selalu bertengkar.
Walaupun begitu, Diego tetap menyukai Sera, itu karena Sera adalah wanita tercantik di kampus nya dulu, dan Sera sudah menyukai Diego dari awal perkuliahan.
Namun, Diego mencoba menjalani hubungan ini dengan Sera baru tiga bulan lama nya.
Hanna yang sedang berjalan kaki, tiba-tiba merenung sambil memikirkan perkataan nenek nya.
"Apa aku harus cari orang untuk berpura-pura ya, sampai aku menemukan yang sebenar nya", gerutu Hanna.
Lalu, Hanna terpleset gara-gara batu yang tidak sengaja diinjak nya, dan pada waktu bersamaan datanglah sebuah mobil dengan kecepatan tinggi mau menabrak Hanna dari arah depan.
Diego dan Sera seketika langsung teriak melihat kejadian itu, pasal nya Hanna terpleset dan jatuh ke arah jalan yang sedang mereka lalui.
Sontak, Diego langsung menginjak rem mobil nya, dan mobil nya sedikit mengenai Hanna.
"Astaga kita menabrak orang", ucap Sera.
Lalu, Diego segera turun dari dalam mobil nya.
"Aduh kaki ku, sakit sekali", ucap Hanna.
"Apa mereka tidak punya mata, sehingga mereka tidak bisa melihat ada orang yang sedang terjatuh di tengah jalan", timpal Hanna.
"Awas saja mereka kalau tidak mau bertanggung jawab", gerutu Hanna.
Lalu, Diego menghampiri Hanna.
"Apa kamu tidak tau cara berjalan di tempat umum?" Tanya Diego.
Sontak, Hanna terbelalak mendengar nya.
Diego lalu semakin mendekat ke arah Hanna.
"Lain kali kalau berjalan jangan ambil bagian orang", ucap Diego.
"Setiap orang juga terburu-buru, dan punya urusan masing-masing", ucap Diego lagi.
"Apalagi aku, yang tidak ada waktu untuk mengurus masalah seperti ini", ucap Diego dengan kesal.
"Apa kata mu?" Tanya Hanna.
"Enak saja bicara seperti itu", ucap Hanna.
"Apa kamu tidak bisa melihat?", Tanya Hanna.
"Sudah jelas ada orang yang sedang terjatuh di jalan" ucap Hanna.
"Apa kamu tidak punya rasa kemanusiaan sedikit pun?" Tanya Hanna.
"Pokok nya kamu harus bertanggung jawab!" Cecar Hanna dengan tegas dan lantang.
"Berapa yang kamu inginkan?" tanya Diego.
Lalu, Diego mengeluarkan uang di dompet nya, dan langsung memberikan uang itu ke Hanna.
"Apa segini cukup?" tanya Diego lagi.
"Apa!", Teriak Hanna.
"Apakah bentuk tanggung jawab mu hanya sebatas ini?" tanya Hanna.
Lalu, Sera segera berjalan menghampiri mereka.
"Ambil saja uang ini, atau mau ku tambah lagi?" Tanya Sera.
"Dasar orang kaya tidak punya sopan santun", ucap Hanna.
"Apa kata mu?" Tanya Sera.
"Tidak punya sopan santun?" Tanya Sera lagi.
"Iya, tidak punya sopan santun, dan kasar", jawab Hanna dengan lantang.
Lalu, Sera langsung menjambak rambut Hanna, dan Hanna juga membalas perbuatan Sera.
Mereka berdua saling tarik menarik rambut satu sama lain.
"Hentikan", ucap Diego dengan lantang.
Lalu, mereka segera berhenti.
"Sudahlah, aku tidak punya waktu untuk melayani orang seperti kamu", ucap Diego.
"Ayo sayang kita pergi", ucap Diego.
Lalu, Diego langsung menarik tangan Sera untuk segera pergi.
"Dasar orang gila, sombong, arogan, tidak punya hati", teriak Hanna.
"Awas saja kalian nanti kalau bertemu dengan ku lagi", teriak Hanna lagi.
Setelah mobil Diego melaju, Hanna juga segera pergi berjalan ke rumah Clara, dengan langkah kaki nya yang tertatih.
***
"Jadi kamu mau bagaimana?" Tanya Clara.
"Apa kamu mau balas dendam, dan mencari mereka?" Tanya Clara lagi.
Ya, Hanna sudah menceritakan kejadian itu kepada Clara.
Saat ini mereka berdua sedang duduk di taman belakang rumah Clara, seperti yang pernah Hanna bicarakan.
"Jadi menurut mu begitu?" Tanya Hanna.
"Aku harus balas dendam dan mencari mereka begitu?" Tanya Hanna lagi.
"Astaga, bukankah tadi aku yang bertanya pada mu?" Tanya Clara.
"Lalu, sekarang malah kamu yang balik bertanya kepada ku", timpal Clara.
Mereka berdua adalah sahabat dari kecil, namun sewaktu umur tujuh tahun, Hanna pergi ke kota dengan keluarga nya, di karenakan ayah nya mengajar di kota.
Jadi mereka terpisah, lalu setelah pindah ke desa ini lagi, mereka saling bertemu lagi satu sama lain nya.
"Sudahlah, biarkan saja mereka", ucap Hanna.
"Jika suatu saat aku bertemu dengan mereka lagi, akan aku balas perbuatan mereka pada ku", ucap Hanna lagi.
"Ya, ya itu lebih baik", ucap Clara.
"Oh iya, apa kamu tidak takut berjalan sendirian ke rumah ku?" Tanya Clara.
"Kalau berjalan ke sini kan butuh waktu paling cepat lima belas menit", ucap Clara.
"Mengapa aku harus takut?" Tanya Hanan.
"Walaupun aku sudah lama tidak berjalan kaki, tapi aku masih merasa aman-aman saja selama berada di desa ini", jawab Hanna.
"Apa kamu tidak mendengar isu-isu yang sedang beredar di warga sekitar?" Tanya Clara.
"Memang nya isu yang bagaimana? sehingga membuat mu khawatir seperti ini", ucap Hanna.
"Sekarang lagi hangat-hangat nya pembicaraan mengenai Narkotika yang sudah marak terjadi di sekitar sini", jelas Clara.
"Lalu, kemaren polisi juga sudah menemukan salah seorang yang berhubungan dengan mereka", ucap Clara.
"Orang itu mati mengenaskan di ujung hutan sana, di dekat perbatasan kota dan desa ini", jelas Clara.
"Benarkah?" Tanya Hanna.
"Aku tidak tau", ucap Hanna.
"Kalau aku tau, mana mungkin aku akan berjalan kaki ke rumah mu", ucap Hanna lagi.
"Lalu, mengalami kejadian sial pada siang ini", ucap Hanna.
"Ya, kita harus berhati-hati saja", ucap Clara.
"Mulai dari sekarang, jangan sampai kita melihat, dan mengalami hal-hal mengerikan yang seperti itu", ucap Clara.
"Ya, kuharap juga begitu", gerutu Hanna.
***
Sekarang sudah pukul empat sore, dan Hanna sedang berjalan kaki untuk pulang ke rumah nya.
Tiba-tiba di tengah jalan, ada segerombolan orang aneh, dan menurut nya mencurigakan.
Lalu, Hanna bersembunyi di balik pohon persik yang sedang bermekaran indah.
Tepat setelah Hanna bersembunyi, berhentilah sebuah mobil di depan pohon persik itu, dan orang-orang aneh tersebut langsung masuk ke dalam mobil tersebut.
"Astaga, apa ini yang dikatakan oleh Clara tadi?" Tanya Hanna dalam hati sambil ketakutan.
"Kalau iya aku harus bagaimana?" Tanya Hanna lagi di dalam hati nya.
"Mereka semua ada di dalam mobil itu, dan belum pergi juga dari sini", ucap Hanna lagi di dalam hati nya.
"Bagaimana aku harus pergi kalau begini?" Tanya Hanna.
Lalu, Hanna segera memperhatikan jalan yang ada di sekitar nya, untuk mencari bantuan ke orang sekitar.
Tapi nihil, tidak ada satu pun orang yang lewat, dan setelah sepuluh menit berlalu, lewatlah sebuah mobil putih pengangkut barang yang menuju ke arah rumah nya.
Bagus nya lagi, mobil itu berhenti sebentar, karena dihalangi oleh mobil yang sedang berhenti di depan nya.
Ya, mobil itu terhalang oleh mobil yang sedang dimasuki oleh orang-orang aneh tadi.
Langsung saja, Hanna mengambil kesempatan itu untuk masuk ke bagian belakang mobil, dan langsung bersembunyi di bawah terpal penutup barang.
Setelah mobil putih itu berjalan, Hanna merasakan ada yang aneh dengan mobil yang ditumpangi nya ini.
Benar saja, ternyata mobil ini adalah mobil yang di angkut oleh orang-orang jahat, untuk menyelundupkan narkoba.
"Ya Tuhan, apa salah diriku", ucap Hanna.
"Sehingga, aku harus berhadapan dengan dunia seperti ini", ucap Hanna sambil ketakutan.
"Aku harus segera turun", ucap Hanna.
"Tapi bagaimana aku bisa turun?" Tanya Hanna.
"Apa aku harus melompat?" Tanya Hanna lagi.
"Tapi, kaki ku masih sakit" ucap Hanna.
"Tidak mungkin aku melompat sekarang", ucap Hanna dalam hati nya.
Namun, dengan penuh keyakinan, Hanna langsung melompat dari mobil itu, dan langsung terjatuh tak sadarkan diri.
Sontak saja, pengendara mobil langsung berhenti seketika, setelah mendengar suara Hanna yang terjatuh ke aspal.
Lalu, pengendara mobil itu langsung keluar dari dalam mobil, untuk memeriksa ke bagian belakang mobil yang sedang dibawa nya.
Lalu, pengendara mobil itu kaget mendapati Hanna yang sedang terkapar di jalan, dengan kondisi tak sadarkan diri.
"Sejak kapan dia ada disini?" Tanya pengendara mobil itu.
"Jangan-jangan dia adalah mata-mata dari Octopus", ucap pengendara mobil itu lagi.
Lalu, pengendara mobil itu langsung membawa Hanna naik ke dalam mobil itu lagi.
"Bos barang sudah aman, dan ada seorang wanita", ucap pengendara mobil itu.
"Seperti nya dia adalah mata-mata dari Octopus", ucap pengendara mobil itu lagi lewat telpon nya.
"Baik bos, akan aku bawa kesana", ucap nya lagi.
***
Di ruangan tidak terawat, terlihat seorang wanita yang tidak sadarkan diri, dan sedang terikat di atas kursi.
Wanita itu adalah Hanna. Dua jam kemudian Hanna sadarkan diri.
"Dimana aku?" Tanya Hanna.
"Kenapa aku bisa ada disini?" Tanya nya lagi.
"Astaga, bukankah aku sudah loncat dari mobil itu?", Tanya Hanna lagi pada diri nya sendiri.
"Apa mereka yang telah membawa ku kesini?" Tanya nya lagi.
"Apa aku akan mati?" Tanya Hanna lagi.
"Ayah, Ibu, aku takut", ucap nya ketakutan.
"Dimana ini?" Isak Hanna.
Lalu, tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka, Hanna langsung terdiam ketakutan, dan pura-pura tertidur kembali.
"Ini bos, wanita yang ku bawa tadi", ucap pengendara mobil.
"Seperti nya dia adalah mata-mata Octopus", ucap pengendara mobil itu lagi.
"Bangunkan dia sekarang!" ucap bos nya.
Lalu, salah satu rekan nya menyiram Hanna dengan seember air dingin.
Langsung saja, Hanna kaget dan berteriak.
"Aaaaahhh", teriak Hanna.
"Siapa yang mengirim kamu?" Tanya bos itu kepada Hanna.
"Tidak ada yang mengirim ku", jawab Hanna.
"Aku tidak tau apa-apa", jelas Hanna.
"Kalau kamu tidak mau mengaku, kamu akan tanggung resiko nya!" ucap bos itu lagi.
"Tolong lepaskan aku!" Ucap Hanna.
"Aku tidak tau apa pun, dan tidak mengerti maksud kalian", ucap Hanna lagi.
Salah satu rekan memberikan ponsel kepada bos nya.
"Siapa?" Tanya bos itu kepada rekan nya.
"Pimpinan Octopus", jawab rekan nya.
"Halo", jawab bos itu.
"Ada gerangan apa kamu menghubungi ku?" Tanya bos itu.
"Apa karena orang kiriman mu ini?" Tanya bos itu lagi.
"Aku hanya memperingatkan mu", ucap pimpinan Octopus.
"Jika kamu melakukan nya lagi, liat saja apa yang akan terjadi kepada diri mu, dan semua rekan mu", ucap pimpinan Octopus di telpon.
"Jika kamu begini padaku, lihat saja, rekan mu yang duluan akan mati di tangan ku", ucap bos itu.
"Wanita ini adalah awal kematian di antara kita", ucap bos itu lagi kepada pimpinan Octopus.
"Baiklah", ucap pimpinan Octopus.
"Serahkan dia pada ku, dan ku ampuni kau kali ini", ucap pimpinan Octopus lagi.
"Aku hanya mengambil apa yang menurut ku adalah bagian ku", jawab bos itu.
"Jadi aku tidak merasa bersalah sedikit pun kepada mu", ucap bos itu.
"Lalu, aku juga tidak takut kepada mu", ucap nya lagi.
"Wanita ini akan mati sebentar lagi", ucap bos itu ke pimpinan Octopus.
Lalu, panggilan itu di matikan.
"Bunuh wanita ini, dan kirim mayat nya ke Octopus", ucap bos.
"Sebelum itu, bereskan dulu semua barang itu, dan amankan terlebih dahulu sebelum mengurus genangan darah", ucap bos lagi.
Lalu, bos pergi meninggalkan ruangan itu.
"Lepaskan aku!", Teriak Hanna.
"Tolong!" Teriak Hanna.
"Aku hanya meminta untuk di lepaskan, aku tidak ada hubungan apapun dengan kalian", teriak Hanna lagi.
Namun, semua orang yang ada disana tidak menggubris perkataan Hanna.
"Ayah, Ibu, apa aku harus mati disini?" Tanya Hanna dalam hati.
Lalu, Hanna melihat ada botol pecah disudut ruangan, tepat nya di belakang kursi yang sedang di duduki nya, namun botol itu tertutupi oleh jerami.
"Aku harus sabar untuk sementara ini", ucap Hanna.
"Ketika mereka sibuk untuk mengemasi barang mereka, aku akan beraksi untuk kabur dari sini", ucap Hanna.
Saat ini, Hanna tengah berusaha untuk mengambil pecahan botol itu, lalu kursi itu terjatuh kesamping, dan kaki nya berhasil meraih pecahan botol itu.
Perlahan, Hanna mencoba untuk melepaskan ikatan itu pada tangan dan kaki nya.
Ketika semua nya lengah, Hanna kabur, dan berjalan dengan perlahan di lorong ruangan kosong itu.
Sontak saja Hanna kaget, ternyata secara mendadak ada pistol yang sedang di tancapkan di kepala nya.
Itu adalah salah satu rekan bos yang bertugas untuk mengawasi Hanna, ia menodongkan senjata nya ke kepala Hanna.
Hanna langsung ketakutan, dan tidak bergerak sedikit pun sambil mengangkat ke dua tangan nya ke atas.
"Kau akan mati sekarang", ucap orang itu ke Hanna sambil tersenyum sinis.
"Ya Tuhan tolong aku", ucap Hanna.
"Jika Engkau menolong ku, aku akan lebih giat lagi untuk beribadah kepada mu", batin Hanna.
Apakah Hanna berhasil kabur, dan selamat dari orang jahat itu?
Tunggu cerita selanjutnya di episode berikut nya.
Jangan lupa di like, komen, dan masukin ke dalam keranjang ya, agar author lebih semangat lagi untuk menulis, terima kasih.
Bersambung...
Di ruang kerja yang berkelas itu, tampak seorang pria sedang menelpon seseorang.
Pria itu adalah Diego yang merupakan bos dari organisasi Octopus.
Diego berniat untuk memperingatkan bos dari geng veteran.
Awal nya Diego sangat marah ketika mendengar kabar dari orang kepercayaan nya, bahwa geng veteran saat ini berusaha untuk menyelundupkan barang yang telah disimpan di gudang milik nya.
Geng Veteran adalah geng yang baru muncul dalam dunia mafia, sehingga Diego hanya berniat untuk memperingatkan nya saja, mengenai apa yang telah di lakukan oleh geng tersebut kepada nya.
Mendengar jawaban dari geng veteran saat ditelpon nya, membuat kesabaran Diego memuncak, dan ingin menghancurkan veteran tanpa basa basi terlebih dahulu.
Pada saat ini juga, Diego langsung bersiap untuk pergi memborbardir veteran tanpa menyisakan apapun.
Semua anggota Diego sudah bersiap, dan kini sedang dalam perjalanan menuju ke lokasi dimana veteran berada.
Setelah sampai, Diego biasa nya hanya duduk di dalam mobil, sedangkan anggota nya yang menyelesaikan semua nya.
Tapi kali ini kemarahan nya sudah memuncak, karena seolah geng veteran telah menyepelekan peringatan yang telah diberikan nya beberapa waktu lalu.
Langsung saja Diego masuk tanpa aba-aba terlebih dahulu, dan menembak seseorang yang terlihat sedang mengancam seorang wanita.
Tembakan itu langsung membuat orang itu terjatuh, dan tak sadarkan diri.
"Hancurkan semua nya", ucap Diego.
"Baik", ucap semua anggota nya.
Tiba-tiba Hanna memohon kepada nya.
"Tolong aku", ucap Hanna.
"Aku diculik oleh mereka, dan mau dibunuh", ucap Hanna sambil memelas.
"Siapa kamu?" Tanya Diego.
"Aku hanya korban penculikan", jawab Hanna.
"Sewaktu aku sedang berjalan pulang ke rumah, tiba-tiba ada segerombolan orang jahat di tengah perjalanan, dan sampailah aku disini", terang Hanna.
"Tolong antarkan aku pulang ke rumah, pasti saat ini semua keluarga ku sedang mengkhawatirkan aku", ucap Hanna lagi.
"Apa kamu tidak percaya padaku?" Tanya Hanna.
"Aku hanya bisa mentolerir sesuatu yang telah ku selidiki terlebih dahulu", ucap Diego.
"OMG, bukankah kamu yang telah menabrak ku sore ini?" Tanya Hanna.
"Sudah tidak bertanggung jawab, malah mau membunuh ku juga, dan tidak percaya dengan apa yang telah aku ucapkan", celoteh Hanna.
Setelah mendengar celotehan Hanna, Diego baru ingat apa yang telah di ucapkan oleh Hanna itu benar ada nya.
"Baiklah, aku akan membayar tanggung jawab ku pada mu atas insiden sore ini", ucap Diego.
"Rey, tolong urus semua ini", ucap Diego.
"Aku akan kembali terlebih dahulu", ucap Diego pada Rey.
Rey adalah salah satu orang kepercayaan Diego sekaligus teman akrab nya.
"Ok", jawab Rey.
Lalu, Diego menarik tangan Hanna secara tiba-tiba menuju ke dalam mobil nya.
Saat ini Hanna merasa diri nya telah mengalami kesialan yang tak berujung.
Mulai dari diri nya di tabrak, di culik, hingga mau di bunuh, dan ujung nya bertemu lagi dengan orang yang telah menabrak nya.
Tapi, Hanna merasa bahagia, akhirnya ia bisa kembali lagi ke rumah berkat bantuan dari Diego.
Di dalam mobil, terlihat ada nya suasana canggung antara satu sama lain nya.
"Kenapa kamu bisa ada disana?" Tanya Hanna.
"Aku hanya ingin menyelesaikan urusan ku dengan mereka", jawab Diego.
"Urusan seperti apa?" Tanya Hanna lagi.
"Apa hal yang berbahaya?" tanya Hanna lagi.
"Itu bukan urusan mu", ucap Diego.
Setelah Hanna memberikan alamat nya kepada Diego, Diego langsung menancapkan gas menuju ke rumah nya.
"Saat ini kita sedang berada di kota, dia membawa mu lumayan jauh dari tempat penculikan mu", jelas Diego.
"Jadi butuh waktu beberapa jam perjalanan untuk menuju ke rumah mu", terang Diego.
Hanna langsung kaget mendengar nya, bagaimana mungkin diri nya bisa mengalami kejadian seperti ini.
"Bolehkah aku meminjam ponsel mu untuk menghubungi orang tua ku?" tanya Hanna dengan wajah penuh harapan.
"Mereka pasti sangat khawatir pada ku", ucap Hanna lagi.
Langsung saja Diego memberikan ponsel nya kepada Hanna.
Terlihat Hanna sedang mengetik beberapa angka dan langsung menelpon nomor Ibu nya.
"Halo", ucap Ibu nya diseberang sana.
"Ibu, ini aku Hanna", ucap nya.
"Hanna! Kemana saja kamu?" Tanya Ibu nya.
"Kami sangat mengkhawatirkan mu, dan ayah sudah pergi mencari mu kemana-mana tapi tidak berhasil menemukan mu", ucap Ibu nya.
"Aku baik-baik saja ma", jawab Hanna.
"Jangan khawatirkan aku, aku akan segera pulang, tunggu aku di rumah", ucap Hanna lagi.
"Kamu ada dimana sekarang?" Tanya Ibu nya.
"Biar Ayah pergi menjemput mu", ucap Ibu nya.
"Tidak usah, aku sedang bersama teman saat ini", ucap Hanna.
"Teman, teman yang mana?" Tanya Ibu nya.
"Apa Ibu mengenal nya", tanya Ibu nya lagi.
"Seperti nya tidak", ucap Hanna.
"Kalau begitu kenapa kamu pergi dengan nya tanpa meminta izin terlebih dahulu?" Tanya Ibu nya.
"Astaga! anak ini benar-benar membuat ku khawatir", gerutu Ibu nya.
"Teman mu pria atau wanita?" Tanya Ibu nya.
"Pria", jawab Hanna.
Ibu nya langsung terdiam seketika.
"Berikan ponsel mu pada nya!" pinta Ibu nya.
"Apa! Jangan ma, aku akan pulang secepat nya", ucap Hanna.
"Berikan atau tidak, kalau tidak kamu berikan, akan Ibu hukum setelah kamu sampai di rumah", pungkas Ibu nya.
Hanna memberikan ponsel itu kepada Diego, dengan wajah penuh harap nya.
Lalu, Diego mengambil nya dan bertanya, "Apa sudah selesai?"
Seketika Diego memandang Hanna dengan ekspresi penuh tanya.
Hanna lalu berbisik, "Ibu ku mau berbicara pada mu".
"Aku mohon tolong aku, dari pada aku nanti kena marah", bujuk Hanna.
Lalu, Diego mengangkat ponsel itu, dan menghembuskan nafas nya pelan.
"Halo", Diego.
"Ya, saya Ibu nya Hanna", jawab Ibu nya.
"Bisa dijelaskan kenapa Hanna jam segini masih belum pulang?" Tanya Ibu nya.
"Apalagi ini sudah mau tengah malam", ucap Ibu nya.
"Ya, aku hanya menyelamatkan nya dari penculikan", jelas Diego.
"Apa! Hanna di culik?" Tanya Ibu nya.
"Bagaimana bisa?" tanya Ibu nya lagi dengan panik.
"Sekarang dia sudah baik-baik saja, tidak usah mengkhawatirkan nya", ucap Diego.
"Dia akan menjelaskan nya setelah sampai di rumah, dan sekarang aku akan mengantarkan nya pulang", jelas Diego lagi.
"Baiklah, apa kalian sudah mau sampai?" Tanya Ibu Hanna.
"Kami masih berada di kota, jadi butuh waktu beberapa jam untuk sampai kesana", jawab Diego.
"Astaga, ini sudah tengah malam, Apa tidak merepotkan mu?" Tanya Ibu Hanna.
"Kalau begitu biar besok pagi Ayah Hanna yang pergi menjemput nya kesana, tolong antarkan saja dia ke hotel terdekat menjelang besok pagi", pinta Ibu nya.
"Ma...", teriak Hanna.
Ketika Hanna menguping pembicaraan itu, karena sebelum memberikan ponsel kepada Diego, Hanna sempat menghidupkan speaker nya.
"Baiklah begini saja, biar besok pagi aku antarkan dia pulang, sekarang kami akan istirahat dulu", ucap Diego.
"Baiklah, aku berterima kasih pada mu karena sudah menyelamatkan Hanna kami, dan maaf sudah merepotkan mu", ucap Ibu Hanna.
"Tidak apa-apa", ucap Diego.
Setelah pembicaraan itu selesai, Diego langsung menjalankan mobil nya.
"Kita mau kemana?" Tanya Hanna.
"Ke rumah ku", jawab Diego.
"Apa!" Teriak Hanna.
"Bagaimana mungkin aku ke rumah mu, apalagi kamu seorang pria", celoteh Hanna.
"Kamu mau tidur di tengah jalan?" Tanya Diego.
"Sekarang sudah pukul satu malam", jelas Diego.
"Apa tidak ada hotel disini?" Tanya Hanna.
"Bukankah ini kota besar, seharusnya banyak hotel yang bisa menampung ku disaat seperti ini", ucap Hanna.
"Aku juga punya urusan yang harus diselesaikan malam ini, jadi kita harus ke rumah ku sekarang", ucap Diego.
Lalu Diego segera bergegas menuju ke rumah nya.
"Dasar pria tidak punya hati", bisik Hanna.
Diego tidak mempedulikan nya, dan terus melihat ke jalan sambil sesekali memperhatikan Hanna.
Sesampainya di rumah, Diego langsung menuju ke dalam kamar nya, sedangkan Hanna masih berada di ruang keluarga.
"Bukan nya menyuruh ku untuk segera istirahat, malah meninggalkan ku disini", celoteh Hanna.
"Rumah nya besar sekali, apa dia seorang polisi?" Tanya Hanna.
"Atau yang berhubungan dengan keamanan negara?" tanya Hanna dalam hati.
Tiba-tiba suara bel berbunyi, dan pelayan pun melihat ke layar panggilan yang ada di dekat pintu masuk rumah.
Bahwa yang datang itu adalah Joks Ayah nya Diego. Hal itu langsung membuat pelayan panik, dan bergegas membuka pagar rumah.
"Selamat malam tuan, tuan muda ada di dalam", ucap pelayan.
Lalu, mobil itu pun masuk ke dalam pekarangan rumah yang luas itu.
"Gawat ini! Tuan muda sedang bersama seorang wanita, aku harus menelpon tuan muda", ucap nya.
Namun, Diego tak mengangkat panggilan dari pelayan. Saat ini ia sedang sibuk untuk membersihkan diri di dalam kamar mandi milik nya, dan sedang keramas.
Mendengar suara pintu terbuka, bibi pelayan bergegas untuk menghampiri, dan langsung menyambut tuan besar.
"Silahkan tuan, tuan muda ada di ruang keluarga", ucap pelayan.
"Saya akan membuat minuman dulu, tuan mau minum apa?" Tanya bibi pelayan.
"Tidak usah, aku hanya sebentar saja, ambilkan saja dokumen yang aku butuhkan", ucap Joks.
"Baik tuan", ucap bibi pelayan.
Lalu, pelayan itu bergegas pergi ke ruang kerja Diego. Sedangkan Joks, langsung menuju ruang keluarga yang ada di lantai atas.
Mendengar langkah seseorang sedang berjalan di tangga, Hanna langsung kelabakan, karna terdengar seperti langkah orang yang berwibawa dan tegas.
Lalu Hanna mengintip dari lantai atas, dan kaget melihat ada seseorang yang menuju keatas memakai pakaian yang rapi, dan terlihat seperti orang kaya yang disegani.
"Gawat!" Ucap Hanna.
"Aku tidak mau ada masalah yang terjadi setelah ini", gerutu Hanna.
Lalu, Hanna segera pergi bersembunyi di dalam kamar Diego.
Setelah menutup pintu, Hanna panik harus bagaimana, dan memanggil Diego untuk segera keluar.
"Hei, apa kamu sudah selesai?" Tanya Hanna di depan pintu kamar mandi.
"Kenapa kamu tidak menjawab?"
Tanya Hanna lagi.
Tiba-tiba pintu kamar akan terbuka, dan langsung saja Hanna masuk ke dalam kamar mandi tanpa permisi.
Sontak, membuat Diego kaget karena melihat tingkah Hanna.
Ketika Hanna berbalik ke belakang, tiba-tiba ia mau berteriak sekencang mungkin, karena kaget melihat Diego yang sedang mandi tanpa busana apapun yang membalut diri nya.
Langsung saja Diego menutup mulut Hanna dengan cepat, dan membuat nafas Hanna membara.
"Diego!" Teriak Ayah nya.
"Apa kamu sedang mandi?" Tanya ayah nya lagi.
"Ayah akan mengambil beberapa dokumen di ruang kerja mu, bisakah kamu keluar sebentar?" teriak Ayah nya dari dalam kamar.
"Iya Ayah, aku akan keluar", ucap Diego.
"Kamu tunggu disini aku akan mengurus nya", ucap Diego.
Lalu, Diego segera melangkah keluar dengan hanya memakai handuk putih yang menutupi masa depan nya.
"Astaga apa yang aku lihat barusan?" Tanya Hanna.
"Kenapa dia tidak memakai apapun saat keadaan seperti ini?" Tanya nya lagi.
"Kenapa dia terlihat baik-baik saja setelah kejadian barusan?" Celoteh Hanna tanpa henti.
"Kamu mandilah terlebih dahulu, ayah ku sudah pergi", teriak Diego dari dalam kamar nya.
"Ok", jawab Hanna dari dalam kamar mandi.
"Akan aku ambilkan pakaian ganti untuk mu", teriak Diego.
"Baiklah, kamu jangan masuk sampai aku selesai mandi", ucap Hanna.
Lalu, Diego memberikan pakaian ganti kepada Hanna, dan Hanna pun membuka sedikit pintu untuk mengambil nya.
Akhirnya Hanna pun berendam di dalam bathub, dan sedikit bersantai disana.
Diego sedang berada di dalam kamar nya, dan sedang menonton TV. Lalu keluarlah Hanna dengan menggunakan kemeja putih panjang milik Diego, dan membuat paha mulus nya terekspos.
Saat ini Hanna habis keramas, dan memakai handuk untuk mengeringkan rambut nya. Sontak saja membuat Diego menelan ludah melihat nya.
"Kamu tidurlah disini!" Ucap Diego.
"Aku akan tidur di sofa", ujar Diego lagi.
"Apa! Apa kamu tidak memiliki kamar lain?" Tanya Hanna.
"Bukankah rumah mu besa ?" Tanya Hanna lagi.
"Aku hanya ingin mengawasi mu disini", ucap Diego tanpa merasa bersalah.
"Terserah! Aku hanya malas berdebat dengan mu, aku akan langsung tidur", ucap Hanna.
"Aku akan pergi sebentar ke ruang kerja ku, untuk menyelesaikan pekerjaan ku", ucap Diego.
Lalu, Diego segera pergi meninggalkan Hanna di dalam kamar nya.
Pagi hari nya, tepat nya jam lima pagi, Diego masih berada di ruang kerja nya.
Pekerjaan nya sudah selesai dari tadi, namun ia masih mengurung diri disini.
Terlihat ia sangat gelisah dan tidak bisa terlalu dekat dengan Hanna yang berpakaian seperti itu, ia tidak mau hal itu bisa membuat hubungan nya dengan Sera bermasalah, karena ia takut hilang kendali.
Saat ini Diego masih berusaha untuk menjaga hati Sera, karena ia telah memberi harapan kepada Sera untuk tidak mengecewakan nya.
Tepat jam tujuh pagi, terlihat Diego tengah duduk di balkon kamar nya, menikmati pemandangan rumah nya yang asri dengan secangkir kopi, dan sandwich kesukaan nya.
hanna lalu terbangun karena silau nya matahari yang mengarah dari balkon ke wajah nya.
"Mmm, nyenyak sekali tidur ku" gerutu nya.
"Ibu, tolong buatkan aku minuman hangat, seperti nya aku butuh itu sekarang", teriak nya.
"Ini ada secangkir kopi untuk mu", ucap Diego dari balkon.
Langsung Hanna sadar sepenuh nya kalau ia masih berada di rumah Diego.
Mereka lalu duduk bersama sambil menikmati pemandangan, dan menyantap sarapan pagi yang telah disiapkan oleh pelayan.
Tiba-tiba Sera masuk ke dalam kamar Diego tanpa aba-aba sedikit pun, dan langsung melihat adegan di balkon itu.
"Sayang! Pelayan bilang kamu belum turun dari pagi", ucap Sera.
"Sekarang sudah jam delapan pagi, jadi aku ingin mengecek mu langsung dan masuk ke sini tanpa izin mu terlebih dahulu", ucap Sera lagi.
"Jangan salahkan aku, itu semua karena kamu tidak mengangkat telfon ku dari semalam", ucap Sera dengan lantang.
"Tapi aku kecewa dengan mu, siapa gadis ini?" Tanya Sera.
"Bagaimana dia bisa ada disini?" Tanya nya lagi.
"Apa kamu selingkuh dari ku?" Tanya Sera dengan tergesa-gesa.
"Kamu hanya salah paham, dia bukan siapa-siapa", jawab Diego.
"Kalau begitu usir dia dari sini! Aku tidak mau melihat wajah wanita murahan ini!" Pinta Sera.
Lalu, Sera segera menuju ke arah Hanna, dan menampar wajah Hanna di depan Diego.
"Ini adalah hukuman karena kamu telah berani mendekati pacar ku", ucap Sera.
Lalu, Hanna pun membalas tamparan Sera.
"Tidak ada yang boleh menampar ku, apalagi kamu!" tantang Hanna.
"Sayang! Lihat dia ! apa wanita seperti ini pantas berada di sekitar mu?" Tanya Sera.
"Kamu temukan dimana wanita seperti ini?" Tanya Sera lagi.
"Dia juga telah berani menampar ku", ucap Sera.
"Aku akan mengantarkan nya pulang, setelah ini kamu tidak akan melihat nya lagi", ucap Diego.
"Apa! Enak saja minta diantar pulang, tidak bisakah suruh supir mu saja untuk mengantar nya", pinta Sera.
"Tunggu!" Ucap Sera.
Lalu, Sera melihat Hanna secara detail.
"Bukankah kamu yang kemarin itu? Dunia sempit sekali", ucap Sera.
Hanna berusaha dengan sekuat tenaga untuk tidak bertengkar disini, lalu membuang muka dan memasang wajah penuh harap kepada Diego supaya cepat menyelesaikan masalah ini.
"Sera, aku tidak mau bertengkar dengan mu, jadi tolong jangan mengganggu aku, aku akan menyelesaikan semua ini", pinta Diego.
Lalu, Sera mendorong Hanna.
"Awas kamu kalau berani macam-macam dengan ku! dan tunggu pembalasan ku", ucap Sera
Lalu Sera segera pergi meninggalkan mereka dengan wajah kesal nya.
"Ada apa dengan mu?" Tanya Diego.
"Kenapa wajah mu sebal sekali?" Tanya Diego lagi.
"Kalau aku tidak terjebak dalam situasi seperti ini, akan aku patahkan tubuh wanita itu berkeping-keping", ucap Hanna.
"Kamu! Cepat antar aku pulang!" Pinta Hanna.
Lalu, mereka bersiap-siap dan pergi menuju ke rumah Hanna.
***
Sesampai nya di rumah Hanna, Diego keluar dari dalam mobil nya, begitu pun dengan Hanna.
Lalu Ayah Hanna, Ibu, Nenek, dan bibi Im datang untuk menghampiri mereka.
Setelah berbincang-bincang mengenai kejadian kemarin, mereka makan siang bersama lalu Diego segera pamit untuk balik ke kota.
Sewaktu Hanna mengantarkan Diego ke dalam mobil, Ibu Hanna dan nenek mengintip dari balik jendela sambil terkekeh melihat Hanna.
"Aku terpaksa mengantar mu kesini, seharusnya kamu tidak mengiyakan perkataan nenek ku untuk mengantar mu ke dalam mobil", kesal Hanna.
"Kalau kita sampai ketemu lagi, aku tidak akan pernah mau untuk menolong mu lagi, ingat itu!" Ancam Diego sambil menyeringai.
"Dasar manusia tidak punya hati", gerutu Hanna.
"Mulai dari sekarang aku akan menganggap mu musuh dan seterusnya", ucap Hanna.
"Terserah", ucap Diego.
Lalu, Diego segera pergi meninggalkan Hanna.
"Padahal aku baru mulai melirik nya sebagai malaikat penyelamat ku, dan dengan cepat nya dia membuat pikiran ku berubah", celoteh Hanna.
"Dasar pria tidak punya hati!" Gerutu Hanna.
Lalu, Hanna segera pergi masuk ke dalam rumah nya.
***
Sore hari saat makan bersama.
"Hanna! Besok teman Ayah mau datang, kamu jangan sampai tidak ada di rumah", pinta Ayah nya.
"Teman yang mana?", Tanya Hanna.
"Kenapa aku harus ada di rumah?" Tanya Hanna lagi.
"Ayah sudah lama tidak bertemu dengan nya, dan kami sudah sepakat ingin membicarakan sesuatu besok pagi disini dengan mu", jelas Ayah nya.
"Baiklah, aku tidak akan pergi kemana-mana besok", ucap Hanna.
"Kalau begitu besok kamu harus dandan yang cantik dan rapi, jangan lupa itu", pinta Ibu nya.
"Baiklah, aku akan pergi ke kamar dulu", ucap nya.
Lalu, Hanna melangkah dan menaiki tangga menuju ke lantai atas. Sedangkan nenek nya tersenyum dengan penuh semangat melihat nya.
"Akhirnya aku akan punya cucu menantu juga", ucap nenek sambil tersenyum tanpa henti.
Lalu, nenek melihat sambil membolak balikkan majalah, dan majalah itu adalah majalah gaun pernikahan yang ada di atas meja.
Apa yang akan terjadi kepada Hanna selanjutnya? dan Apakah Hanna di jodohkan?
Nantikan kisah nya di Episode selanjutnya.
Jangan lupa di like, komen, dan masukin ke dalam keranjang ya, agar author lebih semangat lagi untuk menulis, terima kasih.
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!