NovelToon NovelToon

Perjuangan Cinta CEO

Patah Hati

Happy Reading 🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Seorang gadis cantik terduduk didepan pusara kedua orangtuanya. Hari ini tepat lima tahun sudah kedua orangtuanya menghadap sang pencipta.

Kejadian lima tahun yang lalu masih begitu menyakitkan, setiap kali mengingatnya jiwanya terasa patah. Kecewa. Marah. Benci. Semua menjadi satu

Kegagalan itu membuatnya kehilangan segalanya. Orangtua dan harta benda. Tak satu pun tersisa termasuk cinta nya untuk pria itu.

"Ayo kita pulang Kak". Ucap sang adik sambil membantu Kakaknya berdiri.

Gadis itu hanya menurut. Setiap kali memperingati hari kematian kedua orangtuanya, dia selalu merasa gagal. Merasa bersalah. Merasa paling hina dan bodoh didunia ini.

Sang adik memapah Kakak nya masuk kedalam taksi yang sudah dia pesan sejak tadi.

Gadis itu masuk. Dia duduk dengan tatapan kosong sambil menatap keluar jendela mobil.

"Ayah Bunda. Maafkan aku. Jika hari itu aku tidak menerima lamaran nya kalian pasti masih bersamaku sekarang. Maafkan aku Ayah. Bunda". Lirihnya. Air mata menetes lagi dikelopak matanya itu.

"Kak". Sang adik merengkuh tubuh lemah itu dan memeluk Kakaknya.

Setelah kejadian memalukan sekaligus menyakitkan itu, mereka hanya hidup berdua saja. Kemewahan yang dulu mereka miliki pergi bersama kematian kedua orangtuanya. Tidak ada satu pun yang tersisa kecuali Apartement pemberian sang Ayah ketika dia berulang tahun ke-17 tahun.

"Hiks hiks hiks hiks hiks".

Gadis itu menangis lagi. Harusnya dia menjadi penguat untuk sang adik. Tapi pada kenyataannya dialah yang paling rapuh.

"Kakak harus ikhlas. Biarkan Ayah dan Bunda tenang disana. Ada Rein yang akan menemani Kakak. Kakak tidak pernah sendirian". Ucap sang adik memeluk Kakaknya.

"Hiks hiks Maafkan Kakak Rein. Maafkan Kakak. Ini semua salah Kakak hiks hiks". Dia menangis segugukan sambil membenamkan wajahnya didada bidang sang adik.

"Berhenti menyalahkan dirimu Kak. Semua terjadi adalah takdir dari yang mahakuasa. Mulailah hidup yang baru Kak. Kita berdua pasti bisa menghadapi ini".

Dia bangkit dari pelukkan adiknya lalu menyeka air matanya dengan kasar. Benar kata sang adik, harusnya dia ikhlas dan mencoba menerima takdir, bukan malah menyalahkan takdir.

Rexy Viollitha, atau yang biasa dipanggil Echy. Kegagalannya dalam pernikahan membuatnya bukan hanya kehilangan cinta tapi juga kehilangan kedua orangtua serta harta benda nya.

Echy gadis cerdas dan berprestasi. Diusia 20 tahun dia sudah mendapat gelar sarjana ekonomi bisnis. Setelah itu, dia dijodohkan oleh kedua orangtuanya dengan seorang pria tampan yang usianya lima tahun lebih tua.

Echy dan pria itu memutuskan menjalin hubungan beberapa bulan, hingga akhirnya mereka memutuskan menikah.

Segalanya sudah dipersiapkan dengan matang. Dekorasi, undangan, makanan, gaun pengantin dan semuanya dipersiapkan sedetail mungkin.

Tepat dihari pernikahan nya, calon suami Echy menghilang tiba-tiba. Tidak ada yang tahu dia pergi kemana. Keluarga dari calon suaminya pun juga menghilang di hari pernikahan itu. Tidak ada kabar yang menjelaskan dimana mereka. Seolah-olah ingin mempermainkan Echy dan keluarga nya.

Ayah Echy mengalami serangan jantung karena syok. Bagaimana tidak syok? Tamu undangan sudah berdatangan, rekan bisnis dan teman sosialita Ibu Echy juga sudah berdatangan. Namun, pernikahan itu harus gagal lantaran calon suami dan keluarga calon suaminya menghilang tiba-tiba. Entah kemana. Tak ada jejak satu pun yang mereka tinggalkan.

Akibat serangan jantung itu, Ayah Echy tidak dapat diselamatkan dan meninggal ditempat. Sementara sang Ibu yang melihat suaminya meninggal memilih mengakhiri dirinya dengan menusuk perut nya mengunakan pisau.

Tidak sampai disitu, seluruh kekayaan Ayah dan Ibu Echy diambil secara paksa oleh saudara tiri Ayahnya. Tak ada satu pun yang tersisa kecuali Apartement atas nama Echy

Itulah awal kehancuran dalam hidup Echy. Dia merasa semua salahnya. Seandainya dia tidak menerima perjodohan dan mengizinkan pria itu menikahinya pastilah semua tidak akan seperti ini.

Hanya Echy dan adiknya Rein yang bertahan. Kedua anak yatim piatu itu hidup tak tentu arah. Untung Echy yang saat itu baru menyelesaikan pendidikannya mendapat pekerjaan disebuah perusahaan besar. Dari sanalah kehidupan mereka dimulai.

.

.

.

.

"Kak bangun". Rein membangunkan Echy.

Echy mengeliat. Semalaman penuh dia menangis. Begitulah setiap tahunnya dia akan menangis semalaman ketika memperingati hari kematian kedua orangtuanya.

"Sudah siang ya Rein?". Echy duduk sambil mengumpulkan nyawanya

"Iya Kak. Aku sudah mau berangkat kuliah. Kakak hati-hati kerjanya. Aku berangkat dulu". Rein menyalimi tangan Echy

"Iya Rein hati-hati. Jangan lupa makan siang". Ucapnya turun dari ranjang.

"Iya Kak". Rein keluar dari kamar Echy

Rein Adam, Mahasiswa kedokteran sementara tiga. Usianya 18 tahun. Berkat kepintaran dan keinginan nya menjadi Dokter Rein berhasil mendapatkan beasiswa kuliah gratis disalah satu Universitas ternama.

Rein selalu paham kondisi Echy dia tidak seperti anak lainnya yang kuliah harus mewah-mewah. Bahkan untuk ke kampus saja Rein hanya menggunakan sepeda motor pemberian Echy.

Echy membersihkan diri di kamar mandi. Gadis itu selalu tidak butuh waktu lama untuk mandi. Dia tidak suka berlama-lama dikamar mandi. Baginya itu membuang waktu saja.

Setelah mandi Echy memilih baju kerjanya. Dia hanya gadis biasa dan tampil biasa saja. Meski begitu dia tetaplah gadis cantik dan juga cerdas. Kepintaran nya membawa Echy menjadi salah satu staff yang jasanya diperhitungkan oleh perusahaan.

Tak lupa Echy menaburkan bedak diwajahnya. Dia juga menutupi kantong matanya dengan foundation agar tidak terlihat. Sebab menangis semalaman membuat matanya sedikit membengkak.

Echy keluar dari kamarnya dan menuju meja makan. Dia tersenyum hangat melihat makanan yang sudah tertata rapih diatas meja.

Rein selalu menjadi adik yang bisa diandalkan dalam segala hal.

Bersambung

Terbiasa

Happy Reading 🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Echy menunggu taksi didepan Apartement nya. Gadis berusia 25 tahun itu mencoba menerima realita kehidupan nya.

Echy adalah gadis ceria. Dia menutupi semua kesedihan nya melalui senyuman yang menuduhkan hati. Hanya Rein yang tahu sisi rapuh gadis itu. Hanya Rein juga yang selalu paham perasaan Kakak nya.

Tidak ada yang tahu masa lalu Echy. Echy menutup rapat semua hal yang berhubungan dengan masa lalunya, kecuali sahabat nya Kelly yang tahu kehidupan Echy.

Tidak lama kemudian, taksi yang Echy pesan datang juga. Segera gadis itu masuk. Dia langsung mengubah mimik wajahnya ceria. Echy sangat tertutup jika mengenai kehidupannya. Menurut Echy tidak semua masalah harus diceritakan pada orang lain.

Dia gadis mandiri. Dia hanya perlu terbiasa dengan hidupnya. Meski sudah lima tahun tetap saja hatinya rapuh ketika mengingat kejadian yang mengubah hidupnya.

"Terima kasih Paman".

"Sama-sama Nona".

Echy turun dari taksi dan segera masuk kedalam gedung pencakar langit itu. Senyum nya mengembang. Tidak ada yang tahu jika senyum itu adalah palsu.

"Pagi Chy". Sapa Kelly juga baru datang.

"Pagi juga Kel". Senyum Echy sambil meletakkan tasnya dan duduk dikursi kerjanya.

"Maaf ya kemarin aku tidak bisa menemanimu ke pemakaman. Ibu ku kurang enak badan dan Ayah memintaku menjaganya". Ucap Kelly tak enak hati.

"Tidak apa-apa Kel. Ada Rein yang menemaniku". Balas Echy tersenyum hangat.

Kelly menghela nafas dia tahu jika senyum diwajah Echy adalah senyum palsu. Bagaimana pun dia adalah saksi kehancuran Echy lima tahun silam. Mereka bersahabat sejak SMA, kuliah dan sampai dipekerjaan pun, keduanya sahabat baik.

Echy memulai pekerjaan nya. Echy bagian Marketing dan penjualan. Berkat kemampuan nya dalam berbicara dan menjual produk-produk perusahaan, dia menjadi salah satu karyawan yang memiliki prestasi tinggi. Echy juga menjadi kepala bagian disini. Dia selalu mencapai target setiap bulannya.

"Nona, ini data meeting yang anda minta. Silahkan ditaken dan nanti anda hanya perlu meminta Tuan Sean untuk menandatangani nya". Ujar salah satu karyawan yang tidak lain adalah bawahan Echy.

"Ohh baik. Terima kasih Kak. Kak tolong buatkan rincian dana nya yaaa. Nanti saya akan kasih format khusus". Echy membuka lacinya lalu mengeluarkan sebuah map "Ini tolong buatkan yaa". Ecky memberikan map itu.

"Baik Nona. Saya permisi".

Echy membuka data meeting yang dia minta. Dia manggut-manggut dan cukup puas dengan hasil kerja bawahan nya.

"Jangan terlalu serius bekerja Chy, minum kopi dulu". Kelly meletakkan satu cangkir kopi dimeja Echy

"Terima kasih Kel". Senyum Echy menutup berkasnya.

"Ohhh ya Minggu depan acara ulang tahun kantor sekaligus pemberian penghargaan staff terbaik. Aku yakin kau pasti menang lagi".

Echy hanya tersenyum mendengar ucapan sahabatnya yang terlalu percaya diri.

"Aku tidak terlalu berharap. Bagiku sudah bisa bekerja saja lebih dari cukup". Echy menyesap kopi buatan Kelly.

"Ya ya aku tahu ini". Ketus Kelly "Bagaimana apa kau sudah mempertimbangkan tawaran ku?". Tanya Kelly menatap Echy.

"Ck, kau ini. Kau pikir kita sedang berjualan yang pakai penawaran segala?". Echy geleng-geleng kepala sambil meletakkan cangkir.

"Ya aku hanya tidak mau kau menyia-nyiakan kesempatan langka ini". Ujar Kelly.

"Dan sayangnya aku tertarik". Echy menghidupkan komputer nya "Lagian kau ini aneh, Kakak mu yang mencari jodoh kenapa kau yang repot?". Echy geleng-geleng kepala "Katamu kan Kakak mu itu tampan, kaya dan pastinya banyak wanita yang mau padanya. Tapi kenapa susah sekali mencari teman kencan?". Ujar Echy heran. Tangannya menekan tombol-tombol keyboard komputer.

"Kau tahu sendiri kan bagaimana Kakak ku itu? Cuek dingin dan semua wanita pasti takut mendekatinya". Sahut Kelly

"Apa lagi aku". Ketus Echy.

"Ya kau kan berbeda Echy. Kau itu spesial". Ucap Kelly lagi melihat kearah Echy yang malah acuh.

"Ck, memang nya aku martabak yang dibilang spesial segala". Celetuk Echy sambil terkekeh. Ada-ada saja rayuan Jelly, sampai mengatakan dia spesial. Agar menerima tawaran nya "Sudahlah kembali ke mejamu. Kerjakan tugas yang kuberikan". Ucap Echy.

"Kau mengusirku?". Kelly menatap Echy kesal

"Tidak hanya menyuruhmu kembali bekerja". Echy tertawa kecil melihat wajah kesal sahabat nya. Setidaknya hatinya terhibur jika bersama Kelly.

"Baiklah". Kelly melangkah menuju mejanya.

Echy kembali mengotak-atik keyboard komputer nya. Tangan nya sangat lihai karena sudah terbiasa. Gadis itu bekerja selalu serius. Sebab hidupnya bukan untuk main-main. Tidak ada waktu memikirkan hal-hal yang tidak penting. Bekerja adalah tujuan hidupnya agar dia dan adiknya Rein memiliki jaminan nantinya.

Echy mengprint beberapa data yang akan diserahkan kepada Sean. Sean adalah CEO pemilik perusahaan ini. Hanya Echy yang bisa berinteraksi dengan pria itu, karena dia tidak suka bertemu orang lain selain Echy.

Echy melangkah menuju ruang CEO. Langkahnya terlihat lebar. Wajahnya tegas. Dia harus menjadi wanita kuat untuk menghadapi kejamnya hidup didunia ini. Jika tidak kuat dan cerdas maka dia akan ditindas.

"Selamat pagi Tuan Willy, saya ingin bertemu Tuan Sean". Ucap Echy sambil memberikan senyuman manis pada aissten CEO itu.

"Pagi Nona Echy. Silahkan masuk Nona. Tuan Sean ada didalam". Senyum Willy hangat. Dia hampir terpesona melihat wajah cantik Echy yang tersenyum ramah padanya.

Tok tok tok tok tok

"Masuk".

Echy masuk dan tak lupa dia menutup pintu.

"Selamat pagi Tuan Sean".

Sean yang serius dengan data ditangannya. Langsung mengangkat pandangan. Dia tersenyum hangat melihat Echy yang juga memasang wajah dengan senyum.

"Pagi Chy. Tidak perlu terlalu formal padaku. Silahkan duduk". Seru Sean sambil menutup berkas nya.

"Ya tidak mungkin aku hanya memanggil Sean. Kita hanya sebatas Boss dan anak buah".

Sean terkekeh pelan. Mereka berdua cukup dekat. Seperti sahabat. Echy adalah salah satu karyawan andalan Sean. Sebab itulah hanya Echy yang bisa berinteraksi padanya. Selain pintar gadis ini juga jujur dan pekerja keras.

"Apa ini?". Tanya Sean membuka data yang diberikan Echy padanya

"Data meeting kerjasama dengan perusahaan baru yang Tuan katakan itu". Jelas Echy "Ehem, seperti nya perusahaan itu cukup besar mereka berani mengajukan kerja sama diatas 1 triliun". Sambung Echy lagi.

"Ya aku pernah mendengar nya. Perusahaan ini memang perusahaan besar di Asia. Jadi kita beruntung karena memiliki kesempatan bekerja sama dengannya".

Echy manggut-manggut paham. Meski bagian Marketing dan penjualan, dia bisa mengerjakan yang lainnya, termasuk Proposal kerja sama.

Sering Sean menawarkan Echy agar jadi sekertaris nya saja. Tapi Echy menolak, jika jadi sekretaris dia akan terikat. Dia lebih suka menjadi kepala bagian, meski gaji sekertaris lebih besar.

"Oke Chy. Aku sudah menandatangani nya. Pastikan kerja sama ini, lancar ya". Ucap Sean menyerahkan kembali berkas ketangan Echy.

"Ya tergantung dengan mu Boss". Goda Echy "Aku hanya karyawan yang mengikuti perintamu". Echy mengedipkan matanya menggoda Sean.

Sean terkekeh geli. Ahh gadis ini kenapa lucu sekali? Sayang Sean sudah memiliki tunjangan. Jika dia masih jomblo sudah pasti Sean akan mendekati Echy.

"Ya sudah Boss aku kembali dulu".

Sean mengangguk "Nanti makan siang bersama". Ajak Sean.

"Apa Dea tidak marah?". Tanya Echy.

"Tidak. Tidak perlu takut". Senyum Sean.

"Baik. Aku permisi".

"Iya Chy". Echy keluar dari ruangan Sean.

Sean menatap punggung Echy yang menghilang dibalik pintu. Senyumnya mengembang. Ahhh kenapa dengannya? Mereka berdua bersahabat sekaligus Boss dan anak buah, tapi kenapa bisa sesenang ini? Pikir Sean.

Bersambung....

Hai guysss.......

Selamat datang dinovel terbaru ya....

Author udah nyiapin hadiah nihhh buat kalian... Apakah hadiahnya??? Kita nantikan diakhir cerita sampai taman...

Akan ada give away spesial buat kalian.... Tapi untuk mendapatkan hadiah itu ada syaratnya wkwkwkwkwk...

Follow akun author

Like dari episode pertama sampai episode terakhir.

Komen dari episode pertama sampai episode terakhir

Vote karya ini

Kasih rating limanya 🤣🤣

Dan jangan lupa hadiahnya...

Nantikan hadiahnya yaaaaaaa.....

Dukung terus karya author.

Terima kasih.......

Wanita Kuat

Happy Reading 🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

"Kel, ayo makan siang". Echy menyangkutkan tas nya dibahunya.

"Sebentar Chy". Kelly mematikan komputer nya.

Mereka berdua berjalan menuju kantin. Tatapan memuja parah lelaki pada Echy terlihat jelas.

Siapa yang tidak akan terpesona dengan gadis cantik itu. Dia tidak hanya cantik tapi juga pintar dan berprestasi. Gaya bicara begitu tegas. Namun kala dia bercanda semua orang dibuat tertawa.

"Kau pesan apa Chy?". Tanya Kelly membuka buku menu.

"Seperti biasa". Sahutnya tanpa melihat kearah Kelly. Dia sedang asyik bertukar pesan dengan adiknya Rein hanya sekedar untuk mengingatkan makan siang

"Kau lupa padaku?". Ketus Sean duduk disamping Echy wajahnya tampak kesal.

"Tidak. Hanya tidak ingat". Sahut Echy terkekeh melihat wajah Sean "Simpan kesalmu. Makan lah Tuan Boss, setelah makan bayar sendiri yaa". Celetuk Echy.

Sean mencebik kesal. Dia dari tadi menelpon Echy agar menunggunya. Tapi wanita itu malah mengabaikan telponnya.

Sedangkan Kelly canggung. Dia memang sudah biasa melihat keakraban Sean dan Echy tapi tetap saja dia merasa begitu canggung. Apalagi Sean seorang CEO dan pemimpin perusahaan pasti harus dihormati. Sementara Echy tidak peduli, dia dan Sean sahabat mau dikantor atau diluar kantor.

Mereka bertiga makan. Echy dan Sean terus saja mengobrol sambil makan. Kelly hanya menanggapi dengan senyum.

Banyak yang menatap keduanya iri. Mereka terlihat cocok sebagai sepasang kekasih. Hanya disayangkan, Sean sudah memiliki tunangan dan sebentar lagi akan menikah.

.

.

.

.

Echy menatap kosong kertas ditangannya. Berkali-kali gadis itu menghela nafas panjang. Kenapa harus dia? Harusnya dia yang merasakan hal ini?

Gadis itu memasukkan kertas putih itu kedalam tasnya, lalu mellengang pergi dari sana. Dia berjalan dengan langkah gontai. Kakinya terasa begitu berat. Namun kakinya tak mau berhenti.

"Ini serius Nona. Nona harus segera melakukan kemoterapi. Jika tidak ini berbahaya bagi keselamatan anda. Saya sarankan bulan depan anda harus mulai mengambil jadwal kemoterapi bersama saya".

Ucapan dokter tadi masih terus terngiang dikepala Echy. Meski berusaha menepis bayangan itu namub tetap saja dia tak bisa menghilangkan suara yang mengatakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres padanya.

Sampai di Apartement nya Echy langsung masuk. Lampu apartement sudah menyala, artinya Rein sudah pulang.

"Kakak sudah pulang?". Rein menyambut Kakaknya dari tadi dia menunggu gadis itu "Kenapa lama Kak, aku khawatir Kakak pulang malam-malam seperti ini". Ucap Rein

Echy duduk disofa ruang tamu mereka. Dia tersenyum hangat melihat wajah adiknya yang khawatir.

"Kakak baik-baik saja Rein". Senyumnya

"Bagaimana hasil pemeriksaan rumah sakit Kak?".

Echy menghela nafas berat. Dia membuka tas kecilnya lalu mengambil kertas putih itu dan memberikannya pada Rein.

Rein membuka kertas itu. Matanya berkaca-kaca saat membaca tulisan yang tertera pada kertas putih itu.

"Kak".

"Kakak baik-baik saja Rein. Tidak perlu khawatir dan panik seperti itu. Kakak ini wanita kuat seperti katamu". Echy menggenggam tangan adiknya. Berusaha menyalurkan kekuatan pada Rein.

"Kak".

Rein memeluk Echy. Tidak. Tidak. Kakaknya tidak boleh pergi. Apapun yang terjadi Kakaknya harus tetap berada disampingnya. Rein hanya memiliki Echy. Mereka hanya berdua saja

"Rein". Echy membalas pelukkan Rein. Tak bisa dipungkiri bahwa dia juga takut.

Echy melepaskan pelukkan Rein. Dia tersenyum hangat menatap adiknya yang menangis. Tangannya mengusap wajah pria itu. Adik kesayangannya.

"Kakak baik-baik saja. Rein tidak boleh bersedih. Kakak akan kuat jika Rein kuat". Ucapnya. Rein malah semakin menangis

"Ck, kau ini susah sekali dibujuknya". Ketus Echy.

Rein menyeka air mata "Hiks Kak bisa tidak serius sedikit. Aku sedang ingin menangis".

Echy justru tertawa tapi air matanya mengalir. Secepatnya gadis itu menyeka air matanya.

"Sudah jangan menangis lagi". Ujar Echy "Apa kau sudah menyiapkan makanan untuk Kakak?". Tanya Echy mengalihkan pembicaraan mereka

"Sudah Kak. Ayo".

Rein menggandeng tangan Echy menuju meja makan. Tadi dia memang sudah menyiapkan makanan kesukaan Kakak nya itu.

Rein tahu jika Kakak nya ini memang hobby makan. Hobby makan itu sebenarnya pelampiasan semua perasaan sedihnya.

Mereka berdua makan dengan lahap. Rein senang melihat Kakaknya makan. Rein berjanji akan menjaga Echy. Dia tidak akan membuat Kakak nya itu bersedih lagi.

Lima tahun sudah mereka hanya hidup berdua. Meski hidup pas-pasan tapi Rein bersyukur masih bersama Kakaknya.

"Kak, makan pelan-pelan". Tegur Rein menyedorkan gelas berisi air

"Kakak lapar sekali Rein. Ternyata menangis itu butuh tenaga yaaa".

Rein terkekeh. Tidak ada satu hal pun yang disembunyikan diantara keduanya. Naik Echy atau pun Rein. Keduanya saling terbuka dan menghadapi masalah mereka bersama-sama.

"Ahhhh kenyangnya". Echy mengelus perutnya sambil bersandar karena kekenyangan.

"Kakak kurangin makanan pedas, asam, dan dingin ya. Mulai sekarang Rein yang akan kontrol makanan Kakak". Ujar Rein membersihkan piring kotor mereka berdua.

"Ck, mentang-mentang kau dokter sesuka hati mengatur Kakak". Protes Echy.

Rein tersenyum "Ini demi kebaikkan Kakak". Ujar Rein.

"Cih, mana bisa Kakak jauh-jauh dari makanan itu. Itu makanan kesukaan Kakak semua". Ucapnya

"Kakak harus belajar menjauhi makanan itu. Itu berbahaya bagi kesehatan Kakak. Apalagi Kakak mengkonsumsi obat. Harus berhati-hati memilih makanan". Jelas Rein sabar.

"Ya ya baiklah Tuan Dokter Tampan". Goda Rein mencolek hidung adiknya.

"Jangan mulai Kak, aku sedang membersihkan piring". Ketus Rein melangkah ke dapur.

Echy terkekeh. Dia berjalan menuju kamarnya. Echy menutup pintu kamarnya lalu bersandar dipintu sambil terduduk dan menangis.

Didepan Rein dia berusaha kuat. Tapi nyatanya dia perempuan lemah. Tak berdaya. Tak memiliki gairah. Hidupnya serasa hampa dan tak berguna.

.

.

.

.

Seorang pria tampan menatap keluar jendela ruangannya. Jendela transparan yang menampilkan kota London, Inggris.

Tatapan pria itu dingin sekali. Tak ada raut ramah diwajah nya. Mungkin seumur hidup dia tidak pernah tertawa dan tersenyum. Wajahnya saja seperti tembok. Tidak ada yang bisa menebak apa yang dipikirkan pria itu.

"Tuan".

"Bagaimana?". Tanyanya tanpa basa-basi. Sia tidak suka mengeluarkan kata-kata jika tidak penting.

"Saya sudah mempersiapkan keberangkatan kita ke Indonesia Tuan". Sahut sang asisten

"Bagus". Ucapnya "Bagaimana dengan gadis ku?". Tanyanya

"Nona baik-baik saja Tuan. Dia bekerja di Amstrong Group". Sahut sang asisten

"Baik". Ujarnya "Pastikan tidak ada yang menganggunya. Ketat penjagaan dan jangan sampai dia tahu jika selama ini aku mengawasinya".

"Baik Tuan. Saya permisi".

Pria itu kembali menatap keluar jendela. Tangannya dia masukkan kedalam dua saku celana kanan dan kirinya.

"Aku kembali sayang. Ku harap kau masih mau memaafkan dan menerima ku kembali. Aku akan memperjuangkan cintaku lagi".

Bersambung......

Makasih yang udah ikutin.

Sebenarnya author mau buat judul Emergency Couple, tapi kurang pas sama alur ceritanya...

Semoga aja judul sama isi ceritanya sama🤭

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!