"Queen ayo temani aku !!" kata Nara kepada saudara kembarnya.
Sebelum Queen menjawab, Nara sudah menyeretnya keluar.
Mata Queen langsung membulat saat melihat seorang pria tampan baru saja keluar dari mobil, ia kehilangan kata-kata karena terpesona dengan ketampanan pria yang sedang berjalan kearahnya dan Nara.
"Hai, kenalkan namaku Gavin" ucap pria itu memperkenalkan diri, ia mengulurkan tangan nya ke arah Queen.
Queen masih terdiam membeku, ia masih saja menatap wajah Gavin yang begitu tampan.
Alis Gavin mengkerut melihat kelakuan Queen. Saat menyadari hal itu Queen langsung membalas jabatan tangan Gavin, ia merutuki kebodohannya sendiri karena bersikap memalukan.
"Queenara biasa di panggil Queen" balas Nya kemudian.
"Nara benar kalian sangat mirip" ucap Gavin sambil melepaskan tangannya.
"Namanya juga kembar" sahut Nara kemudian.
Gavin langsung terkekeh dan itu berhasil membuat Queen menghangat, ia merasa tawa Gavin begitu indah.
Queen dan Nara adalah kembar identik, keduanya begitu mirip. Mereka hanya memiliki seorang Ayah karena ibu nya sudah meninggal dunia saat melahirkan keduanya.
"Sudah berapa lama kalian pacaran ?" tanya Queen basa-basi saat mereka masuk kedalam rumah.
Gavin menoleh kearah Queen "Mungkin enam bulan" jawabannya.
Di ruang tamu ada sang Papa yang sedang duduk di sofa, melihat kedatangan Nara dan Gavin, senyumnya langsung mengembang. Tapi saat melihat kedatangan Queen senyumnya langsung hilang. Berganti dengan tatapan tajam dan penuh kebencian.
"Aku harus pergi, Papa tidak menyukai kehadiran ku" bisik ku pada Nara.
Namun dengan cepat Nara menahan tangan Queen "Ku mohon tetaplah disini ! temani aku"
Queen merasa bingung dengan sikap Nara, tapi mendengar nada bicara Nara yang menyedihkan membuatnya mengurungkan diri untuk pergi.
Harun berdiri dan mendekati Gavin "Bagaimana kabarmu ? dan apa yang membuat mu datang kesini ?" ucapnya dengan ramah.
"Kabar saya baik Om, saya kesini untuk menyampaikan sesuatu " balas Gavin seraya mencium punggung tangan Harun.
Harun tersenyum mendengar hal itu "Silahkan duduk !"
"Terima kasih Om"
Mereka semua duduk di sofa ruang tamu, tak berapa lama pelayan rumah datang sambil membawakan cemilan dan teh hangat.
"Ada hal penting apa yang ingin kamu sampaikan ?" tanya Harun penasaran.
"Aku ingin melamar Nara putri Om untuk menjadi istriku"
Queen langsung menatap sang Papa, ia pikir Harun akan terkejut mendengar hal itu tapi ternyata salah. Harun bersikap biasa saja namun berbeda dengan Nara, wanita itu langsung menegang dan raut kecemasan sangat nampak di wajahnya.
"Bukan kah ini terlalu cepat ? apalagi kalian baru mengenal beberapa bulan" Queen langsung menyahut saat melihat ekspresi Nara.
Mendengar hal itu Harun langsung memberikan tatapan tajam kepada Queen, ia semakin tak suka dengan sikap putri keduanya itu.
"Diam kamu Queen ! ini bukan urusanmu, lebih baik kau pergi saja" ucap Harun
"Ta-pi Pa"
"Kalau Papa bilang pergi ya pergi" bentak Harun hingga akhirnya tak ada jalan lain selain menurut saja apa yang di katakan Harun.
Queen berdiri ia meninggalkan ruang tamu dan berjalan menuju kolam renang. Disana Queen melepaskan sandalnya lalu mencelupkan kedua kakinya pada air yang tenang itu.
Saat Queen sedang asik menikmati kesendiriannya, tiba-tiba Nara datang wanita itu langsung melakukan hal yang sama seperti Queen.
"Aku akan menikah Queen" ucap Nara langsung.
Queen tak menoleh ia terus menatap kedepan "Bukan kah ini terlalu cepat ? kalian kan baru beberapa bulan pacaran"
"Aku tak bisa menolak nya, karena ini demi Papa"
Mendengar hal itu Queen langsung menoleh dan menatap Nara dengan seksama "Maksudnya gimana ? kenapa demi Papa ?"
"Papa memiliki banyak hutang karena kalah bermain judi, jadi jika aku menikah dengan Gavin maka hutang Papa akan lunas karena Gavin yang akan melunasinya"
Terdengar helaan napas panjang dari Nada, sementara Queen begitu terkejut, ia sama sekali tak tahu apa yang di alami sang Papa.
"Tapi aku yakin pernikahan kalian akan bahagia, karena kan kalian saling mencintai" ucap Queen walau awalnya ia merasa terlalu cepat jika Nara dan Gavin menikah.
Nara tertawa pelan "Kamu tidak merasakan jadi aku Queen. Terkadang aku ingin sekali menjadi dirimu"
"Menjadi diriku sangat sakit Nara, Papa selalu menyalahkan kehadiran ku karena kematian Mama, itu terlalu menyakitkan Nara"
"Jangan berputus asa, aku yakin suatu hari nanti Papa akan merasa beruntung memiliki anak seperti mu"
Queen tertawa sarkas, menurutnya itu terlalu mustahil terjadi. Selama ini Harun hanya menganggap mempunyai satu anak yaitu Nara sementara dirinya di anggap tidak ada.
Dari kecil Queen sering di abaikan, bahkan tak di pedulikan sama sekali. Tapi ada hal yang masih di syukuri oleh Queen. Papa nya tidak mengusirnya dan masih membiayai sekolahnya selama ini hingga menjadi seorang desainer.
"Selamat ya karena sebentar lagi kamu akan menjadi pengantin, pasti kehidupan kamu kedepannya akan berubah" ucap Queen mengalihkan pembicaraan.
Nara tertawa "Iya, aku ingin bebas"
Walau bingung dengan jawaban Nara, tetap saja Queen ikut tertawa.
Setelah puas bercerita dan sedikit bercanda, Gavin menghampiri untuk berpamitan pulang.
"Aku pulang dulu !" ucap Gavin pada Nara.
"Iya hati-hati di jalan" balas Nara kemudian.
Queen hanya terdiam, saat Gavin hendak di antarkan ke mobil Nara langsung menarik tangan Queen untuk minta di temani.
"Kamu aja Ra ! aku disini saja" tolak Queen dengan halus.
"Please temani aku !"
Entahlah apa yang terjadi dengan Nara, kenapa ia ingin di temani dengan Queen. Padahal Nara bisa saja mengantar Gavin kedepan sendiri seperti layaknya pasangan kekasih.
Karena Nara memaksa akhirnya Queen menurut, ia menemani Nara mengantar Gavin ke mobil.
"Yang akur ya kalian" pesan Gavin
Queen membalas dengan senyuman, dan di balas lagi oleh Gavin. Untuk kesekian kalinya Queen terpesona dengan paras Gavin.
Menurut pandangan Queen. Gavin sangat sempurna, ia tampan, tinggi dan mapan. Tapi entah kenapa sikap Nara berbeda jauh.
"Aku duluan ya masuk", ucap Nara setelah Gavin memasuki mobil.
"Tapi mobil Gavin belum pergi Ra"
"Udah biarin aja ! yang penting udah aku anterin, Dah" tanpa menunggu jawaban Queen lagi Nara sudah melenggang pergi.
Sementara Queen tetap diam di tempat, ia menunggu sampai mobil Gavin tak terlihat lagi barulah ia masuk kedalam rumah.
"Buang saja Queen perasaan ini ! nanti kau akan terluka karena Gavin akan menjadi suami Nara, kamu tidak ingin kan menjadi pelakor" batin Queen sambil melangkahkan kakinya menuju kamar.
Queen paham perasaan yang ia rasa sekarang sangat lah salah. Apalagi laki-laki yang ia sukai adalah pacar saudara kembarnya sendiri. Masa iya dirinya akan menjadi pelakor.
Beberapa hari kemudiannya, Nara mulai sibuk mengatur pernikahan nya dengan Gavin. Sementara Queen sibuk mendesain pakaian karena memang sedang banyak pesanan.
Ia juga menyibukkan diri supaya tak terlalu memikirkan laki-laki yang ia cintai akan menikah dengan Kakak kembarnya. Queen memang mencintai Gavin rasa itu hadir saat pertama kali mereka bertemu. tapi Queen tidak ingin menjadi pelakor apa kata orang di sana kalau ia sampai merebut kekasih saudara kembarnya sendiri.
Malam itu Queen lembur untuk menyelesaikan pakaian yang ia buat hari itu, kebetulan pemesannya meminta besok harus sudah selesai. Queen meminum banyak kopi untuk melawan rasa kantuk jika datang mendera.
Saat dirinya sedang asik berkutat dengan pekerjaan, suara pintu di ketok dari luar. Queen mendongak kemudian berkata.
"Masuk" ucapnya setengah berteriak supaya orang di luar sana mendengar.
Perlahan pintu di dorong dari luar, Queen menunggu sampai orang nya masuk, ia penasaran siapa yang mendatangi nya malam-malam begini.
"Nara" ucap Queen saat melihat saudara kembarnya yang datang, ia langsung melirik jam yang melingkar di tangannya dan waktu menunjukan pukul satu dini hari.
"Kenapa kamu kesini ? dan kenapa kamu belum tidur ? ini sudah larut" Queen beranjak dari duduknya, ia langsung memberikan pertanyaan beruntun pada saudara kembarnya itu.
Bukannya menjawab Nara justru tertawa pelan, membuat Queen menggelengkan kepalanya.
"Aku sengaja menemui mu karena ada yang ingin aku katakan" balas Nara, ia mendudukkan diri pada sofa yang berada di ruangan Queen.
"Kan bisa besok Ra, kenapa harus sekarang"
"Aku maunya sekarang, kalau besok aku takutnya gak punya waktu lagi"
Kini giliran Queen yang tertawa, ucapan Nara seperti mereka akan berpisah jauh saja. Padahal besok masih banyak waktu menurut Queen karena pernikahan Nara akan di laksanakan lusa nya.
"Ah kamu kek gak akan ketemu lagi aja" ucap Queen masih dengan tawa pelan.
Nara tak membalas tertawa, ia justru menatap wajah Queen dengan seksama.
"Queen" panggil Nara sambil menggenggam erat tangan Queen
"Iya"
"Kamu sayang kan sama aku"
"Pertanyaan macam apa itu Ra ? tentu saja aku sangat menyayangimu, kamu saudaraku satu-satunya"
"Kalau aku minta permintaan apa kamu akan mengabulkannya ?"
Queen balik menatap wajah Nara seksama. ia mulai merasa tidak enak, ucapan Nara seperti ada hal penting, tapi sayangnya Queen belum bisa menebak apa yang ingin di sampaikan oleh Nara.
"Apa ? jika aku bisa pasti aku kabulkan"
"Kamu pasti bisa"
"Iya apa dulu"
Dengan menarik napas panjang Nara akhirnya menjawab.
"Menikahlah dengan Gavin ! gantikan aku menjadi istrinya!"
Mendengar hal itu tentu saja Queen terkejut, ia bahkan langsung memundurkan tubuhnya saking terkejut dengan ucapan Nara.
"Jangan bicara sembarangan Ra ! pernikahan mu dan Gavin tinggal beberapa hari lagi. Kenapa kamu malah bilang begini"
"Aku punya alasan Queen, aku tidak bisa menikah dengan Gavin"
"Alasan apa Ra ? jika memang kamu tidak mau menikah dengan Gavin kenapa kamu tidak bilang dari awal"
"Aku tidak mau Papa marah, kamu tau sendiri kan bagaimana Papa kalau marah, dan kamu tau juga hutang Papa begitu banyak dan hanya Gavin yang bisa melunasi hutang Papa"
Queen menggeleng, ia sama sekali tak mengerti jalan pikiran Nara, ia memang tau kalau Papa nya memiliki banyak hutang karena kalah bermain judi. Tapi jika dari awal Nara mengatakan kalau dirinya tidak mau menikah dengan Gavin ia akan berusaha mencari uang untuk melunasi hutang sang Papa.
"Aku mohon Queen ! tolong aku ! gantikan aku menikah dengan Gavin"
"Ta--tapi Ra"
"Please!"
Melihat Nara yang memohon membuat Queen merasa iba, tapi bagaimana kalau Papa nya tidak setuju jika dia yang menggantikan Nara. Juga bagaimana dengan Gavin ?. Laki-laki itu pasti sangat terkejut saat melihat pengantin wanitanya bukan Nara.
"Beri aku alasan yang cukup pas kenapa kamu tidak mau menikah dengan Gavin ?" tanya Queen kemudian.
"Aku hamil, dan anak ini bukan anak nya Gavin"
"Apa....?" pekik Queen tak kalah terkejut, bagaimana bisa Nara bisa hamil.
"Iya Queen, itulah mengapa aku tidak mau menikah dengan Gavin. Aku takut Gavin marah saat mengetahui aku tidak perawan lagi dan hamil anak laki-laki lain"
"Siapa laki-laki itu Ra ? kamu harus meminta pertanggung jawaban" Queen bahkan sampai mengguncang tubuh Nara supaya saudaranya itu mau menjawab.
"Aku tau siapa Ayah dari anak yang aku kandung Queen. Dia mau bertanggung jawab makanya aku dan dia akan pergi yang jauh supaya Papa ataupun Gavin tidak bisa menemukan kami"
"Kamu akan pergi ?" tanya Queen lagi.
"Iya Queen, aku harus pergi. Aku akan ikut kemana Ayah dari anak ku membawa ku"
Queen kembali menggelengkan kepalanya, rasanya semua ini seperti mimpi, ia sangat mengenal Nara. Walau pun sering bergonta-ganti pacar tapi Nara sangat menjaga batasan.
Tapi kenapa sekarang Nara sampai hamil ?.
"Aku mau bertemu dengan laki-laki itu Ra" ucap Queen menggebu.
"Maaf Queen tidak bisa"
"Kenapa ?"
"Pokoknya untuk sekarang tidak bisa, nanti ada waktunya kamu bertemu dengan dia"
Queen menarik napas panjang, ia kehabisan kata-kata.
"Jadi kamu mau kan menjadi pengganti aku untuk menikah dengan Gavin ?" kembali Nara bertanya.
"Bagaimana caranya Queen, aku takut Papa marah"
"Semuanya sudah aku handle, kamu tinggal jalani saja. Nanti akan ada seseorang yang membantu. Pokoknya Papa dan Gavin tidak akan tau, mereka akan tau setelah akad nikah selesai"
Semakin bingung saja Queen dengan ucapan Nara, ia tak menjawab melainkan kembali mendengarkan apa yang Nara katakan.
"Nanti setelah Gavin dan Papa tau, kamu tinggal berikan surat ini pada mereka. Aku yakin mereka akan menerima kamu, dan Papa akan memahami hal ini"
"Tapi Gavin tidak mencintaiku Ra"
"Kamu pasti bisa bikin Gavin cinta sama kamu, percaya sama aku"
Nara berdiri dari duduknya, di ikuti oleh Queen.
"Titip Papa ya Queen ! jaga dia selama aku pergi"
"Memangnya kamu akan pergi kapan Ra ?"
"Saat hari pernikahan, karena kalau malam ini semuanya akan terbongkar"
Belum juga Queen menjawab, Nara sudah pergi, wanita itu tersenyum manis seraya melambaikan tangan nya ke arah Queen.
Setelah kepergian Nara, Queen kembali duduk di sofa. Memikirkan tawaran Nara yang sangat membingungkan. Di Sisi lain ia bahagia karena ia akan menjadi istri Gavin, laki-laki yang ia cintai saat pertama kali bertemu.
Tapi di sisi lain Queen takut Gavin tidak bisa menerima dirinya.
"Tuhan semoga ini jalan yang baik untuk ku dan Nara !" ucap Queen dalam hati. Tubuhnya mendadak lemas dan pekerjaan yang dari tadi ia kerjakan terbengkalai begitu saja.
Akibat ucapan Nara, membuat Queen tak konsen lagi dengan pekerjaannya. Ia akhirnya memutuskan untuk pulang saja kerumah lalu tidur.
Setiba di rumah Queen langsung menuju kamar, ia membersihkan diri terlebih dahulu sebelum mengistirahatkan tubuhnya yang lelah.
"Huaaammmmmm" Queen menguap, ia naik ke atas ranjang setelah sebelumnya berganti pakaian dan membersihkan diri.
Tidak berapa lama mata indah itu mulai tertutup, Queen langsung tertidur dan menuju alam mimpi.
*******
Dua hari kemudian, pernikahan Nara dan Gavin akan di laksanakan. Tapi bukan Nara yang akan menikah melainkan Queen yang kini sudah berganti pakaian menggunakan kebaya putih yang Gavin pilihkan sendiri.
Para MUA tidak curiga kalau wanita yang saat ini mereka dandani bukan lah Nara, karena memang wajah Queen dan Nara begitu mirip yang membedakan hanya di bagian gigi. Queen memilki gigi gingsul sementara Nara tidak.
Tadi sebelum pergi Nara sudah berpesan pada Queen kalau Queen harus menutup wajahnya selama akad nikah di laksanakan, nanti biar Gavin sendiri yang membuka.
Walau takut Queen hanya menurut, ia melakukan ini karena rasa sayang yang besar pada Nara. Ia rela berkorban untuk kebahagian Nara.
Beberapa saat kemudian akad nikah akan di laksanakan. Queen di antar seseorang dan di dudukan di samping Gavin. Tak ada satupun yang curiga kalau itu bukan Nara karena wajah Queen tertutup kain putih.
Tapi sebelum akad di laksanakan Gavin menginginkan penutup wajah Queen di buka.
"Saya ingin kekasih saya melihat dengan jelas bagaimana saya mengucapkan janji suci" jawab Gavin saat seseorang bertanya.
Queen langsung ketakutan, ia pikir ini akhir hidupnya. Sang Papa pasti akan marah saat melihat dirinya di samping Gavin bukan Nara. Dan Gavin mungkin saja laki-laki itu akan membencinya.
"Boleh-boleh, memang lebih baik seperti itu" balas pak penghulu menyetujui ucapan Gavin.
Gavin tersenyum ia memutar tubuhnya lalu berhadapan dengan Queen. Perlahan Gavin mengangkat penutup wajah Queen.
Dan------.
"Queen" kata Gavin terkejut.
Harun yang mendengar nama Queen di sebut seketika menoleh, matanya melotot saat anak yang selama ini tak ia anggap kehadirannya sedang duduk berhadapan dengan Gavin.
"Kenapa kamu disini ? mana Nara ?" tanya Gavin beruntun.
Queen gugup, kedua tangannya gemetaran.
"Jawab Queen, mana Nara ?" Gavin meninggikan suaranya karena kesal Queen tak menjawab apa-apa.
Harun emosi, ia berdiri lantas mendekati Queen. Tak memikirkan kalau disana banyak orang Harun langsung menarik tangan Queen dan membawanya ke halaman samping.
"Mana Nara ?" bentak Harun.
"Na-nara kabur Pa" jawab Queen.
"Apa ? bagaimana bisa ?"
"Queen tidak tahu Pa, Nara hanya menitipkan ini untuk Papa dan Mas Gavin" Queen mengeluarkan sebuah surat yang ia simpan di dalam kebayanya, surat itu ia dapatkan tadi sebelum Nara pergi.
Harun langsung menarik surat itu dari tangan Queen. Ia membacanya dan kaget dengan isinya. Disana tertera kalau Queen harus menggantikan posisinya untuk menikah dengan Gavin.
"Ini pasti akal-akalan kamu kan ? Nara tidak mungkin melakukan ini" bentak Harun lagi.
"Tidak Pa, ini memang surat dari Nara"
Saat keduanya sedang asik berdebat Gavin muncul. Laki-laki itu juga begitu emosi saat mengetahui kalau wanita yang ada disampingnya adalah Queen bukan Nara kekasihnya.
"Mana Nara calon istriku ?" tanya Gavin.
"Nara kabur" jawab Harun
"Kabur ? bagaimana bisa ?"
"Ini titipan Nara" Harun memberikan surat yang tadi ia dapatkan kepada Gavin.
Dengan cepat Gavin mengambil surat itu lalu membacanya. Ia cukup terkejut saat mengetahui isinya dan juga permintaan Nara.
"Kalian mau mempermainkan keluarga saya ?" Gavin marah, ia melotot tajam kepada Harun.
"Tidak nak Gavin, saya juga tidak tahu kalau Nara akan kabur" Balas Harun, tubuhnya bergetar karena rasa takut.
"Brengsek" umpat Gavin kesal. Ia ingin membatalkan pernikahan ini tapi ia dan keluarga akan menanggung malu dan media akan memberitakan kalau seorang Gavin di tinggal kabur oleh calon istrinya.
Tidak !
Gavin tidak ingin itu terjadi, ia adalah seorang CEO di perusahaan besar, ia tidak ingin nama baiknya tercoreng begitu saja.
Gavin menatap kearah Queen yang dari tadi menunduk. Ia memang tak mencintai Queen, tapi hanya wanita itu lah yang akan menyelamatkan nama baiknya dan keluarga.
Lagian orang-orang tidak akan tahu kalau Nara kabur, karena wajah Queen dan Nara sangatlah mirip.
"Pernikahan ini akan tetap di laksanakan, dia yang akan menggantikan posisi Nara" ucap Gavin
"Apa anda yakin nak Gavin ? bagaimana kalau kita tunda dulu lalu mencari keberadaan Nara, saya yakin Nara belum pergi jauh" kata Harun
"Tidak perlu itu akan membuang-buang waktu saja, dan belum tentu juga Nara akan ketemu"
"Baiklah kalau begitu"
Ketiga nya kembali keruang tamu dimana akad nikah di laksanakan, Gavin tersenyum dan meminta maaf pada semua orang kalau acaranya sempat di tunda. Ia mengatakan kalau ada kesalahan kecil tadi.
Semua orang percaya, lalu pak Penghulu menuntun Gavin berjabat tangan dengan Gavin.
"*Saudara Gavin Dirgantara saya nikahkan engkau dengan putri kandung saya yang bernama lengkap Queenara Gantari Binti Harun dengan mas kawin berupa satu set perhiasan di bayar tunai"
"Saya terima nikahnya Queenara Gantari Binti Harun dengan mas kawin tersebut tunai*"
"Bagaimana saksi ?"
"Sah"
"Sah"
"Alhamdulillahi rabbil 'alamin"
Dan sekarang Sah lah sudah Gavin dan Queen menjadi pasangan suami istri. Queen mencium punggung tangan suaminya kemudian Gavin menyematkan cincin emas ke jari manis Queen. Begitupun sebaliknya Queen memasangkan cincin yang sama ke jari manis Gavin.
Setelah akad nikah di laksanakan, satu persatu para tamu mengucapkan selamat. Ada juga yang minta berfoto. Gavin menikmati semua itu ia menunjukan kebahagiaan nya didepan semua orang. Padahal perasaannya saat ini sedang hancur sehancur-hancurya.
Gavin sangat mencintai Nara, jadi ketika Nara kabur dan menyuruh Queen menggantikan posisinya. Gavin merasa di tipu. Gavin akan mencari Nara dan akan membalas perbuatan wanita itu.
"Senyum lah, dan jangan tunjukan wajah sedih mu yang tak berguna itu" bisik Gavin di telinga Queen.
"Ba-baik mas" balas Queen.
Kedua orang tua Gavin juga heran, mereka tahu betul bahwa wanita yang akan di nikahi putrinya bernama Keienara tapi kenapa menjadi Queen. Tapi mereka belum ingin bertanya karena saat ini masih acara pesta.
Setelah selesai acara, Queen menuntun suaminya memasuki kamar pengantin yang sudah di siapkan. Kamar yang seharusnya menjadi milik Gavin dan Nara.
"Hei kau" panggil Gavin setelah mereka berada di kamar.
"Iya mas"
"Jangan kau pikir kau itu istriku ya ! walau saya telah menikahimu tapi bagi saya kau tetap orang asing. Dan kelakuan saudara kembar mu itu akan saya balas melalui kamu"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!