"H-hamil?! A-aku hamil?" Pertanyaan dengan nada terbata terucap dari bibir mungil seorang wanita cantik.
Antara syok dan bahagia mendengar kabar yang diberikan oleh seorang dokter di hadapannya. Raut wajah tidak percaya terus ia perlihatkan sambil sesekali menatap monitor di sampingnya yang memperlihatkan sebuah titik kecil berwarna hitam.
"Benar. Dan masa kehamilan anda memasuki 8 Minggu," jelas sang dokter sambil menunjuk angka perhitungan masa kehamilan, wanita itu.
Mata indah dengan iris coklat itu berkaca-kaca, saat mendengar penjelasan dokter wanita di sampingnya. Ia begitu terharu mendapatkan kabar bahagia hari ini.
Sandra Matthew, begitu bahagia dengan kabar kehamilannya. Wanita dengan tubuh semampai itu kini berjalan di perantara koridor klinik kandungan, dengan pandangan terus tertuju kepada hasil gambar USG di tangannya.
Wajahnya terlihat sembab dengan air mata keharuan atas kabar gembira tersebut. Wanita yang memiliki rambut panjang sebahu itu terus melangkah dan sesekali mengusap perutnya halus.
Sebuah bisikan kecil diucapkan dengan tangan masih setia mengelus perutnya yang masih rata.
"Dia pasti akan sangat bahagia," gumam wanita berusia 25 tahun itu yang, kini sudah berada di halte bus.
Sandra membuka tas selempang kecil yang ia pakai untuk mengambil ponselnya. Ia berencana akan memberikan kabar bahagia tersebut kepada — kekasihnya yang sudah menjalin hubungan selama hampir 6 tahun lamanya. Dan mereka juga sudah tinggal dalam satu atap tanpa sebuah ikatan sakral.
Sandra sendiri adalah seorang — wanita yang hidup sebatang kara. Kedua orang tuanya sudah meninggalkan pasca kecelakaan 15 tahun lalu. Saat itu Sandra masih berusia 10 tahun. Wanita berkulit putih itu, akhirnya menetap di sebuah panti asuhan, setelah keluarganya menolak untuk merawat dirinya yang waktu itu sedang dalam kesedihan.
Hingga memasuki usia remaja, Sandra bertekad keluar dari panti asuhan dan memilih hidup mandiri. Sandra bekerja di salah satu restoran mewah di negaranya. Dirinya bekerja sambil melanjutkan kuliah di salah satu perguruan tinggi di sana, beruntung Sandra merupakan seorang pelajar pintar dan hemat. Ia mendapatkan rekomendasi beasiswa untuk meneruskan ilmunya di salah satu bidang seni.
Di tahun pertama ia memulai hidup mandiri, Sandra dipertemukan oleh sosok pria tampan dan dari kalangan konglomerat.
Kendrick Louis, merupakan sosok pria yang penyayang dan lembut. Pria dengan tubuh ideal itu — menaruh perhatian kepada Sandra pada pandangan pertama.
Kendrick sangat jatuh cinta kepada kepribadian, kecerdasan dan kecantikan — Sandra.
Dalam hitungan beberapa bulan, akhirnya Kendrick menyatakan perasaannya kepada sang pujaan hati. Yang mendapatkan jawaban yang sungguh membuat pria itu begitu bahagia.
Sandra dan Kendrick pun, menjalani kisah cinta mereka penuh dengan keromantisan dan kasih sayang. Mereka bahkan terkenal dengan pasangan paling romantis di kalangan kampus.
Sandra beruntung memiliki sosok Kendrick yang begitu mencintainya, pria itu menjadi salah satu penyemangat dalam hidupnya.
Begitupun dengan Kendrick, yang paling merasa beruntung memiliki wanita secantik Sandra dalam hatinya. Ia terus menjalin kasih dengan sang wanita, meskipun harus mendapatkan tantangan dari kedua orang tuanya.
Satu tahun mereka menjalin kasih, keduanya sepakat hidup bersama dalam satu atap. Sandra dan Kendrick tidak memusingkan sebuah perjanjian sakral yang akan terus mengikat hubungan mereka agar lebih kokoh.
Mereka menjalani hubungan indah mereka dengan penuh cinta dan kasih sayang. Tidak bisa menampik, kalau keduanya sudah berhubungan sangat jauh. Keduanya layaknya sepasang suami-istri yang begitu — harmonis.
Tidak bisa di pungkiri, mereka hidup di sebuah negara atau kota yang membebaskan sebuah hubungan. Dan mereka tidak pernah ikut campur dalam private seseorang.
…….
"Nona!" Seru seorang pria yang berasal dari arah kemudi.
Pria dengan pakaian khas sopir taksi itu, menegur Sandra yang tampak begitu menghayati lamunannya.
"I-iya?" Sahut Sandra kelabakan.
Dirinya yang terhanyut dalam masa-masa pertama kali bertemu dengan sang kekasih, membuatnya lupa diri dan keadaan.
"Kita sudah sampai di tujuan, nona," timpal sang sopir.
Sandra lagi-lagi terkejut, perjalanan menuju kediaman sang kekasih terasa begitu cepat.
Wanita itu menoleh kesamping, benar saja, ia kini sudah berada di sebuah pagar tinggi dan sebuah bangunan Mansion megah dan kokoh di hadapan.
"Oh iya, tuan. Terima Kasih," jawab Sandra sembari turun dari mobil taksi itu.
"Sekali lagi, terimakasih tuan," ucap Sandra dengan tulus saat memberikan ongkos taksi dan beberapa nilai dollar sebagai tip.
Wanita dengan tampilan sederhana itu mengulas senyum saat berdiri tepat di depan pagar tinggi kediaman sang kekasih.
Sandra yang sejak tadi mencoba menghubungi kekasihnya, namun tidak mendapatkan jawaban, terpaksa harus mendatangi sang kekasih di kediaman mewahnya.
Apalagi sudah dua pekan, mereka tidak bertemu. Dan rasa rindu itu kini kian membuncah.
"Aku yakin, sangat… yakin, kalau dia pasti bahagia mendengar kabar ini," monolog Sandra dalam hati, sembari melemparkan senyum kedepan.
Senyum indah itu, kini berganti dengan dahi yang tiba-tiba mengkerut heran dan penasaran saat melihat, suasana kediaman sang kekasih nampak meriah. Ramai oleh orang-orang berlalu lalang dengan setelan pakaian formal.
Sandra melangkah dengan wajah kebingungan, netra coklatnya merotasi sekeliling pekarangan luas di dalam sana dengan perasaan yang tidak menentu.
Kerutan pada dahinya terlihat begitu jelas, saat beberapa petugas keamanan mencegahnya untuk masuk ke dalam.
"Maaf! Aku ingin menemui seseorang di dalam sana." Sandra berkata dengan nada gugup dengan debaran jantung yang tiba-tiba membuatnya gelisah.
Kedua pria dengan tubuh kekar itu memandangi Sandra dengan tatapan menelisik. Mereka melihat penampilan Sandra penuh curiga.
Salah satu dari mereka mendekati wanita yang kini berdiri dengan tatapan terus tertuju ke arah dalam Mansion mewah itu.
"Bisa tunjukkan, undangan anda, nona?" Tanya petugas tersebut yang berada di samping — Sandra.
Refleks, Sandra menatap pria di sampingnya dengan pandangan bingung dan juga penasaran.
"U-undangan?" Tanya Sandra kembali dengan terbata. Tatapan matanya pun tersirat rasa penasaran.
Kedua petugas itu juga semakin menelisik ekspresi wajah Sandra dan bahasa tubuh wanita itu dengan curiga.
"Undangan, pernikahan tuan muda Louis," tandas sang petugas dengan wajah dingin.
Sandra terlihat terkejut dengan kedua bola mata membesar, tubuhnya pun mendadak tegang dan membeku. Wanita cantik itu, menatap sang petugas bergantian.
"T-tuan m-muda … Louis?! Sandra bergumam lirih dengan wajah pucat.
Sandra kembali menatap ke arah dalam Mansion, ia melangkah sedikit demi sedikit dengan tatapan tidak percaya dengan apa yang ia dengar baru saja.
"T-tidak! I-itu t-tidak… mungkin," gumamnya dengan wajah pucat dan suara terbata.
"Bisa saja, tuan muda Louis yang lain," batin Sandra yang mencoba mengelak semua apa yang ia ketahui.
Lama hidup bersama dengan Kendrick, Sandra, sudah mengetahui segala pribadi sang kekasih. Terutama status dan kehidupan sang kekasih yang berasal dari keluarga konglomerat terpandang, juga merupakan anak tunggal dari tuan besar Louis.
Sandra mencoba menyakinkan perasaan dan firasatnya yang sekarang mendadak membuatnya gelisah dan berwajah pucat.
"Anda, mau kemana nona?" Tegur salah satu petugas tersebut yang menghalangi langkah — Sandra menuju ke dalam.
"S-saya mau kedalam menemui, kekasihku," tandas Sandra dengan suara bergetar.
Seluruh aliran darah dalam tubuhnya terasa berhenti mengalir, membuat sekujur tubuhnya mendadak lemas dan lemah tak berdaya.
"Maaf! Anda tidak bisa kedalam tanpa menunjuk kartu undangan, anda," pungkas petugas itu dengan nada tegas.
"Tapi aku ingin menemui Kendrick, kekasihku!" Sentak Sandra tanpa sadar akibat terlalu dikuasai segala emosi.
Beberapa orang dengan pakaian mewah mereka, menghentikan langkah dan memandangi — Sandra dengan aneh. Bahkan ada yang bersikap sinis saat wanita itu menyebutkan nama tuan muda Louis tanpa pengucapan hormat.
Sedangkan, kedua petugas itu saling melirik dan kembali menatap Sandra dengan tatapan — dingin.
"Lepas!" Sentak Sandra sekali lagi yang mencoba menarik pergelangan tangannya yang di cekal para petugas keamanan.
"Anda tidak boleh masuk dan mengundang keributan," perintah salah satu petugas itu.
"Tapi aku mau menemui kekasihku, Kendrick Louis!" Teriak Sandra pas di depan muka kedua pria itu.
"Jangan bermimpi untuk menjadi nyonya muda di sini, nona. Anda sungguh tidak pantas dengan gelar itu." Salah satu petugas itu menghina Sandra dengan perkataan sarkas.
Sandra menatap petugas itu dengan tatapan tajam yang mana kedua matanya sudah berubah merah dan berkaca-kaca.
"Lepas! Dan aku tidak peduli," gertak Sandra tanpa rasa tersinggung sedikitpun dengan ucapan sarkas, salah satu petugas tersebut.
Sandra berusah melepaskan diri agar bisa menyakinkan dirinya sendiri, kalau yang sedang melangsungkan pernikahan bukanlah sang kekasih.
"Lepaskan aku!" Pekik Sandra semakin ingin melepas diri.
"Anda, tidak bisa masuk kedalam nona," bentak salah satu petugas itu.
"Tapi aku kekasih tuan muda di sini. Kami sudah lama bersama," tandas Sandra dengan nada penuh tekanan.
Kedua petugas itu semakin menatap Sandra dengan sinis, mereka juga menyeret paksa Sandra ke tempat kosong, agar tidak menimbulkan ketidaknyamanan pada para tamu undangan.
"Ck! Itu tidak mungkin nona," sela sang petugas dengan wajah mencibir.
"Apa maksud anda. Aku benar kekasih, Kendrick Louis," jelas Sandra dengan wajah tak kalah sengitnya.
"Anda, terlalu mempunyai keinginan tinggi untuk bisa menjadi pendamping, tuan muda Louis. Tapi sayang, keinginan anda hanya akan menjadi sia-sia," pungkas petugas itu dengan nada penuh cemoohan yang ditujukan kepada — Sandra.
Wajah cantik Sandra mendadak semakin tegang dan memucat, tubuhnya pun kini mulai dibanjiri keringat dingin.
Dengan tatapan mata yang penuh keingintahuan, Sandra melayangkan pertanyaan kepada kedua petugas sombong di hadapannya. "A-apa maksud kalian?! Tanya Sandra dengan ucapan gugup dan bergetar.
"Lebih baik, anda tinggalkan tempat ini. Sebelum kami mengusir anda dengan kasar," timpal salah satu petugas dengan sarkas.
"KATAKAN PADAKU, SIAPA YANG KALIAN MAKSUD!" Teriak Sandra dengan refleks, membalikkan keadaan yang semula salah satu tangannya di cekal kuat, sekarang Sandra melakukan perlawanan dengan memelintir dengan mudah tangan petugas yang mencekalnya.
"Katakan, siapa yang kalian maksud melakukan pernikahan di dalam sana," ulang Sandra dengan wajah emosi.
Salah satu tangannya kini mencekal leher pria bertubuh tinggi kekar itu dan tangan satunya, memelintir tangan sang petugas kebelakang.
"Hey nona!" Seru petugas satunya dengan wajah garang.
Sandra menajamkan tatapannya penuh kengerian, tatapan mata merah dengan gumpalan air mata membuat Sandra begitu mengerikan.
"Lepaskan dia, wanita sialan," gertak petugas itu.
Pria itu ingin membantu rekannya yang raut wajahnya sudah berubah merah akibat cekalan kuat Sandra.
"Bugh" dengan emosi, Sandra memberi tendangan tepat di perut pria itu. Hingga membuat sang petugas tersebut mundur kebelakang dan terjatuh.
"Katakan, siapa yang kalian maksud?" Bisik Sandra dingin yang semakin menguatkan cekalannya. Petugas itu pun kini benar-benar susah bernafas.
"T-tuan m-muda, Kendrick Louis," sahut sang petugas yang berada di cengkram tangan Sandra.
Bagaikan tersambar petir, Sandra terpaku, terkejut, syok atas apa baru saja ia dengar.
"Tidak! Tidak mungkin," gumamnya lirih dengan wajah tidak percaya.
Ia juga tanpa sadar melepas kedua tangannya kepada sang petugas, wanita itu kini hanya bisa bergeming dengan tubuh tiba-tiba membeku.
"Tidak! Ini pasti cuma bualan mereka," ucap Sandra lirih dan mencoba untuk segera melangkah masuk.
Namun, lagi-lagi pergerakannya terhenti oleh kedua petugas itu. Tanpa banyak membuang waktu, Sandra melumpuhkan keduanya dengan sekali pukulan tepat, di titik kelemahan kedua pria di hadapannya.
Setelah kedua petugas itu sudah tak sadarkan diri, Sandra segera berjalan ke arah dalam Mansion. Ia juga setengah berlari.
Sangat mudah, untuk melumpuhkan penjaga kediaman sang kekasih. Apalagi, Sandra menguasai ilmu beladiri sejak kecil. Ia mendapatkan ilmu beladiri tersebut saat hidup di panti asuhan.
Mereka dipaksa untuk bisa menguasai ilmu beladiri untuk membekali diri sendiri saat berada jauh dari panti asuhan. Apalagi begitu banyak tindakan kejahatan yang melibatkan seorang wanita di bawah umur.
Sandra juga merupakan atlet taekwondo sewaktu masa sekolah dan hingga sekarang ia masih aktif, dan menjadi seorang guru taekwondo di salah satu kelas khusus, tanpa sepengetahuan kekasihnya.
Wajah Sandra tampak begitu tertekan, tubuhnya ia paksa untuk meyakinkan ucapan para petugas, yang mengatakan kalau kekasihnya telah melangsungkan pernikahan dengan wanita lain hari ini.
Sandra menerobos keramaian tamu undangan yang menghadiri acara pernikahan mewah itu. Kedua telapak tangan Sandra kini meremas kuat tali tas selempang sederhana yang ia kenakan.
Langkahnya begitu berat untuk bergerak, namun sekuat tenaga Sandra menyeret langkahnya dengan perasaan campur aduk.
Perasaan hancur yang dominan menguasainya saat ini, mendengar kabar pernikahan sang kekasih dengan wanita lain.
Sandra harus menghentikan semuanya, sang kekasih harus tahu kalau saat ini dirinya sedang mengandung benih pria itu.
"Aku harus menghentikan semua ini. Kendrick harus tahu tentang calon bayi kami," monolog Sandra dengan langkah terburu-buru.
Ia bahkan mengacuhkan tatapan para tamu undangan yang menilai penampilannya tidak layak berada di acara mewah itu.
Seseorang bahkan menghina wanita itu, yang mengatakan Sandra, sengaja berada di sana hanya sekedar mencari makanan mewah gratis.
"Bugh" Sandra menjengol seorang pria bermata mesum ke arahnya.
"Maaf!" Ucap Sandra yang fokusnya hanya tertuju ke arah depan.
"Tidak masalah, nona," sela pria dengan postur tubuh gemuk itu yang menilai penampilan Sandra dengan nafsu.
"Sekali lagi, maaf!" Ucap Sandra yang tidak menghiraukan tatapan lapar pria tersebut. Sandra segera melanjutkan langkahnya. Namun pria berusia setengah abad itu menahan pergelangan tangannya.
"Maaf!" Ucap Sandra yang mencoba menahan amarahnya.
Pria itu mendekati tubuh Sandra dan membisikkan sesuatu yang begitu tidak sopan.
"Tidak, semudah itu kau bisa lepas dariku, setelah menyentuhku, wanita murahan," bisik pria itu dengan kekehan penuh hinaan.
Sandra melayangkan tatapan kelam kepada pria yang tersenyum mesum kepadanya. Tanpa menunggu waktu lama, Sandra menyikut, perut buncit pria itu dari arah samping depan, membuat pria mesum itu meringis sakit.
"Dasar wanita, murahan!" Bentaknya tidak terima.
Suasana meriah dengan iringan musik romantis yang menggema, membuat orang-orang tidak mendengar bentakan kasar pria itu. Para tamu undangan pun, kini sibuk menyaksikan adegan romantis di depan sana.
"Cium, cium, cium," sorak para tamu sambil bertepuk tangan dengan antusias.
Sandra segera memusatkan perhatiannya, saat mendengar sorakan tersebut, yang mendadak membuat dadanya sesak pilu.
"Akh! Tuan Kendrick Louis begitu tampan!" Seru salah satu wanita dengan tatapan memuja.
Sandra yang mendengar, segera setengah berlari ke arah kerumunan para tamu undangan.
Sandra meninggalkan pria mesum itu dengan wajah penuh kesakitan, wanita itu bahkan memberikan pukulan di wajah — menjijikkan pria mesum itu.
Wanita yang kini penampilannya terlihat berantakan dan raut wajah yang sulit dipahami, menerobos para tamu undangan itu dengan tergesa-gesa.
"Hey!" Seru seorang wanita muda yang tidak terima dengan sikap — Sandra yang menyenggolnya.
"Dasar wanita lusuh," hina salah satu dari tamu undangan.
"Kenapa, wanita jelek dan jijik seperti dia ada di acara mewah ini," sahut yang lain.
Begitu cibiran yang terdengar dari tamu undangan, saat melihat Sandra yang mencoba menerobos ke depan. Wanita itu bahkan menyingkirkan dengan kasar, saat salah satu wanita sombong mencoba menampar wajahnya.
Sandra hanya ingin menyakinkan perasaannya saat ini. dengan wajah kusut dengan linangan air mata bercampur keringat dingin, Sandra kini sudah berada di kerumunan tamu undangan paling depan.
Bagaikan ditikam ribuan benda tajam tepat di atas dada, saat menyaksikan dengan mata sempurna, sang kekasih yang begitu dicintainya dan percaya, kini sedang melakukan adegan romantis dengan setelan jas pengantin pria.
Air mata Sandra kini mengalir bebas membasahi kedua pipinya, melihat wajah bahagia pria yang begitu dicintainya sedang menatap penuh puja dan kasih sayang kepada pembelai pengantin wanita.
Sakit, sesak, ngilu dan terasa begitu menyakitkan di rongga leher, menyaksikan kekasih kita sedang bercumbu mesra dengan seorang wanita lain.
Sandra memegangi perutnya, dimana benih sang kekasih telah mengisi rahimnya. Ia yang berharap mendapatkan posisi sebagai pengantin wanita, kini hanya mendapatkan luka dan kekecewaan atas pengkhianat prianya.
Wanita dengan wajah menyedihkan itu, menepuk-nepuk dadanya yang begitu menyesakkan. Ia sudah tidak mampu menopang tubuhnya, kedua kakinya tiba-tiba mati rasa melihat pemandangan penyakitkan di depannya.
"Tidak! Ini tidak boleh terjadi, aku yang seharusnya ia menikahi ku yang sedang mengandung, anaknya," gumam Sandra dengan wajah pucat bercampur syok.
"Aku yang sudah lama hidup bersamanya, seharusnya aku yang berada di sana," monolognya lirih dengan wajah memilukan.
"Kau, tega melakukan ini padaku, Kendrick. Kau tega," lanjut Sandra yang tampak begitu kacau.
Bagaimana tidak begitu terpukul dan kacau, hidup selama 6 tahun dalam satu atap bagaikan pasangan suami-istri yang berbahagia, dan tiba-tiba ia positif hamil dan kini dirinya di tinggal sang kekasih dengan menikahi wanita lain.
"TIDAK!" teriak Sandra tanpa sadar di tengah kerumunan tamu undangan. Teriakkan Sandra mengalahkan suara sorakan kebahagiaan orang-orang yang ada di sana.
"Tidak!" Sekali lagi Sandra berteriak.
Ia pun lantas berjalan mendekati kedua pasangan baru saja sah menjadi suami-istri.
Seluruh tamu undangan terkejut dengan teriakan Sandra yang begitu menggelegar, keluarga kedua pasangan pengantin baru dan tentu saja — pria yang masih berstatus kekasihnya begitu terkejut, saat melihat kehadiran Sandra dengan wajah menyedihkan mendekat ke arahnya.
"S-sayang!" Kendrick terlihat membulatkan kedua bola matanya dengan berkata lirih tanpa suara, melihat kehadiran wanita yang selama 6 tahun menemaninya.
Kini semua mata memandang Sandra dengan raut bingung dan heran. Namun tidak dengan sosok wanita setengah abad yang berada di antara barisan pasangan suami-istri baru itu.
Dia adalah — ibu Kendrick. Yang hanya memandangi Sandra dengan tatapan tajam dan senyum sinis.
"Akhirnya, aku bisa memisahkan mereka dan memperlihatkan kepada wanita miskin itu tentang sebuah derajat dan harkat martabat seorang wanita untuk putraku," batinnya dengan senyum puas.
"Dia siapa?" Tanya wanita yang baru saja menjadi istri — Kendrick.
Namun Kendrick hanya terdiam dengan pandangan terus ia tujukan kepada — wanita yang kini sudah berdiri tepat di depannya dengan tatapan terluka.
"Plak, plak" dengan emosi yang begitu menyakitkan, Sandra menampar kedua pipi — Kendrick.
Seluruh orang yang ada di sana terkejut dengan apa yang — Sandra lakukan. Tidak terkecuali istri Kendrick yang merasa tidak terima suaminya menerima perlakuan kasar dari seorang wanita asing.
Sandra masih melayangkan tatapan tajam yang digenangi air mata, sedang Kendrick hanya bisa membuang pandangannya ke arah samping sambil mengelus pipinya yang terasa panas.
"Dia siapa?" Tanya wanita di samping Kendrick dengan pandangan tidak suka ia berikan kepada — Sandra.
"Sayang!" Seru wanita dengan pakaian pengantin mewah itu.
"S-sayang," ucap Sandra dengan lirih dan tersenyum miris ke arah samping.
"A-aku tidak mengenalnya," jawab Kendrick dengan perasaan gugup.
Sontak Sandra menolehkan wajahnya dengan tatapan semakin tidak percaya dan terluka.
"Benarkah!" Seru istri Kendrick yang melirik Sandra dengan wajah jijik.
"Iya! Aku tidak mengenalnya," timpal Kendrick yang segera membuang pandangannya kembali.
Sandra hanya bisa terdiam dengan tubuh membeku di tempatnya, air matanya pun semakin tak terbendung lagi, ia merasakan sebuah luka basah tepat di dadanya saat mendengar ucapan — pria yang begitu dicintainya kini memberikan luka menganga di dalam rongga dadanya.
"Tapi kenapa ia menampar mu?" Tanya wanita itu lagi yang memeriksa wajah merah bekas tamparan — Sandra.
"Mungkin dia sedang mengalami tekanan batin hingga membuatnya, sakit jiwa," ucap Kendrick dengan teganya. Pandangan yang dulu penuh cinta kini berubah dengan tatapan hina dan dingin.
"Benarkah!" Pekik istri Kendrick yang kini memandang — Sandra berang.
"Hey! Kau …."
"Aku, kekasihnya dan seharusnya berada di posisi ini," potong Sandra tiba-tiba dengan pandangan kecewa yang ia berikan kepada — Kendrick yang juga memandangnya.
Orang-orang yang ada di sana pun kembali terkejut, atas pengakuan — Sandra. Termaksud istri Kendrick yang begitu syok.
"Omong kosong macam apa ini?" Sela istri Kendrick, melihat sang suami dan Sandra bergantian.
"Yah! Aku kekasihnya. Kami sudah menjalin hubungan selama 6 tahun dan saat ini aku sedang mengan …."
"Cukup!" Sentak Kendrick lantang dengan raut wajah garang, memotong ucapan — Sandra.
"Cukup! Sebaiknya kau, pergi dari sini!" ucap Kendrick marah sambil menunjuk wajah terkejut — Sandra
"Pergilah dari sini. Kau hanya seorang wanita murahan menjijikkan. Aku tidak pernah menganggap mu kekasih. Aku hanya ingin bersenang-senang saja. Aku juga tidak akan tertarik dengan … wanita miskin tidak berguna seperti dirimu," tandas Kendrick dengan nada sarkas.
Berhasil membuat seluruh tubuh Sandra mendadak lumpuh, kini wanita itu meluruh di atas tanah berumput itu.
"Tidak! Kau bohong!" Pekik Sandra menutup kedua telinganya dan menangis histeris.
"Kau bohong. Apa artinya selama enam tahun kau memperlakukan aku penuh cinta dan kasih, sayang!" Pekik Sandra yang diiringi tangisan pilu.
Perdebatan mereka pun disaksikan oleh para tamu dan keluarga — Louis dan pihak mempelai wanita.
"Katakan, apa!" Teriak Sandra kembali yang kini memegang kedua kaki Kendrick.
"Jangan menyentuh, suamiku!" Bentak istri Kendrick dan mendorong kasar tubuh Sandra menggunakan salah satu kakinya.
"Pergilah, anggap saja kita tidak pernah memiliki kenangan seindah yang kau pikirkan dan jangan pernah berharap lebih dariku. Aku hanya menganggap mu sebagai pelampiasan saja. saat jauh dari wanita yang aku cintai selama ini dan kini menjadi, istriku," ungkap — Kendrick yang semakin membuat perasaan Sandra semakin hancur dan terluka.
Punggung wanita yang masih dengan posisi bersimpuh dengan kedua telapak tangan berada di atas tanah berumput itu terlihat, bergetar bersamaan iringan isakan lirih yang begitu menyayat hati siapapun mendengar juga merasakan perasaannya.
Tapi, semua mata kini hanya memandang dan menilai Sandra dengan sinis dan cibiran sarkas. Yang membuat Sandra makin terpuruk.
"Wanita murahan menjijikkan sepertimu, pantas diperlakukan hina seperti ini," ujar istri Kendrick yang menampilkan wajah sinis.
"Dasar wanita tidak punya kehormatan dan rasa malu."
"Iya, bisa-bisanya dia mengaku sebagai wanita tuan muda Louis yang terpandang."
"Kasihan sekali, padahal wajahnya lumayan cantik. Tapi tidak memiliki harga diri.
"Mungkin dia, melakukannya demi sebuah materi dan status."
"Wanita zaman sekarang sungguh, merisaukan."
"Hm! Sungguh miris."
Begitu gunjingan para sebagai tamu undangan dengan tatapan berbeda dari mereka.
Sandra yang mendengar hanya bisa mengepalkan kedua tangannya di atas rumput dengan menggenggam kuat rumput tersebut.
Kondisi mental dan emosionalnya kini sedang tidak baik-baik saja, ia butuh sesuatu pelampiasan dan juga sebuah sport. Namun Sandra tidak memiliki tempat untuk membuang semua perasaan sesak yang kini ia rasakan.
"Penjaga!" Teriak nyonya besar Louis.
"Paman Sam!" Panggil wanita berwajah licik itu kepada kepala pelayan di Mansionnya.
"Saya nyonya," sahut sang pelayan dengan membungkukkan badan.
"Usir dia!" Perintah wanita itu dengan wajah tegas.
"Baik, nyonya," jawab sang pelayan dan melaksanakan perintah nyonya besar — Louis.
Sementara ayah Louis hanya bisa terdiam di atas kursi roda dengan pandangan tertuju kepada Sandra tanpa ekspresi.
Kendrick masih membuang pandangannya dengan kedua tangan terkepal erat, terlihat gumpalan kristal menetes di ekor matanya.
Istri Kendrick sendiri melihat Sandra dengan wajah pongah dan tanpa meninggalkan sikap anggunnya sebagai keluarga terpandang.
Masih terdengar isakan lirih dari — Sandra. Hari ini begitu melelahkan. Ia baru saja mendapatkan kabar bahagia tentang kehamilannya dan kini ia harus menerima kenyataan pahit, atas pernikahan sang kekasih dengan wanita lain.
Belum lagi ia mendapatkan perlakuan hina dari pria yang selama ini ia cintai dan juga para sebagian tamu undangan.
Sandra menegakkan punggungnya, sambil menghapus air mata di pipi, ia sekuat tenaga bangkit dan menahan rasa ngilu menyakitkan di dalam rongga dadanya.
Kini wanita tangguh dan mandiri itu sudah berdiri dengan tegak juga tatapan mata tajam menatap satu persatu orang-orang yang ada di hadapannya.
Ia membalikkan badan dengan wajah sembab, namun tatapan matanya tersirat sebuah dendam dan rasa sakit hati juga kecewa.
Kini tatapan kelam kosong itu, hanya tertuju pada satu titik yang mulai hari ini ia benci.
Sandra menyeret langkahnya dengan susah payah untuk menahan gejolak semua emosi yang kini merasuk di dalam tubuhnya yang rapuh.
Kendrick pun menatapnya dengan tatapan penuh arti, namun raut wajah pria itu terlihat datar terhadap — Sandra.
"Bugh, bugh,"
Sandra yang begitu marah, memberikan sebuah pukulan keras di kedua sisi rahang tegas — Kendrick.
Semua orang yang hadir di sana menjerit kaget, melihat aksi brutal Sandra.
"Bugh" kembali Sandra mendaratkan sebuah pukulan tepat di ulu hati pria yang dulu dicintainya itu. Saat Kendrick meringis sakit dengan tubuh setengah membungkuk.
"Hey! Apa yang kau lakukan kepada, suamiku!" Pekik istri Kendrick.
Wanita itu berusaha membantu suaminya yang terjerembab ke belakang untuk bangkit. Sambil melirik Sandra dengan tajam.
"Penjaga!" Teriak ibu Kendrick.
"Cepat! Bawa dia keluar dari sini. dasar wanita tidak memiliki etika. Bisa-bisanya dia membuat keributan di pesta mewah ku," sambung wanita setengah abad itu.
"Lepaskan, dia sialan," teriak istri Kendrick tepat di hadapan — Sandra.
Wanita korban pengkhianat kekasihnya itu, meraih kerah jas pengantin berwarna putih, pria yang melukainya dan meremas kuat hingga melilit leher panjang — Kendrick.
"Terimakasih, karena darimu aku bisa belajar tentang ketulusan cinta dari seorang pria. Terimakasih, kau membuatku sadar lebih awal tentang dirimu yang tidak berhak mendapat cinta dan kesetiaan dariku. Terimakasih, kau memperlihatkan watak dan kepribadian aslimu. Terimakasih, atas enam tahun kebersamaan kita yang tidak berarti untukmu dan menjadi mimpi buruk untukku. Selamat dan semoga kau selalu berbahagia." Sandra berkata dengan nada getir di hadapan wajah pria yang melukainya. Ia berusaha menahan air mata yang terus memberontak ingin berjatuhan. Sandra juga berusaha menahan emosinya yang begitu ingin berteriak di hadapan — Kendrick.
Rongga dada dan tenggorokannya begitu nyesek, mengucapkan kata-kata yang sangat melukai perasaannya. Apalagi melihat respon dari pria yang dulu sangat ia cintai dengan tatapan datar.
"Berhentilah, menjadi pria brengsek. Semoga, kau selalu setia kepada pasangan kamu," lanjut Sandra yang setetes air mata mengalir bebas membasahi wajah sembabnya.
Kendrick, refleks memalingkan wajah, Sandra tersenyum ketir melihat sikap mantan kekasihnya dan meninggalkan sebuah benih berharga di dalam rahimnya.
Sandra mengurungkan niatnya untuk memberitahu atas kehamilannya kepada pria di hadapannya ini.
Sandra sadar ia bukanlah wanita tepat untuk menjadi bagian dari keluarga terpandang itu.
Kini Sandra hanya butuh ketenangan untuk menenangkan perasaannya yang tersakiti. Sandra butuh sebuah pelukan hangat dari seseorang. Namun semuanya hanya keinginan semu. Wanita itu baru sadar kalau ia hanya hidup sebatang kara tanpa mengetahui sanak keluarganya.
"Berbahagialah!" Bisik Sandra dan segera melepaskan cengkraman tangannya.
Sandra berjalan mundur dengan masih menatap wajah mantan kekasihnya dengan senyum penuh luka dan kekecewaan.
Sandra pun meninggalkan pesta pernikahan mewah itu, dengan membawa sebuah luka menganga yang begitu sakit dan ngilu.
Langkahnya kini begitu lemah tak berdaya, Sandra berhenti di depan pagar tinggi menjulang di kediaman Kendrick, mantan kekasihnya.
Sandra menggenggam kuat pagar berduri tersebut, membuat kedua telapak tangannya terluka. Wanita itu sengaja melukai dirinya, untuk melampiaskan rasa sakit dan sesak di rongga dadanya.
Wanita itu, melanjutkan langkahnya tanpa menghiraukan telapak tangannya yang berdarah.
Wajah penuh kecewa dan terluka yang tersirat, kini membuat Sandra terlihat begitu menyedihkan juga rapuh.
Wanita malang itu kini terus berjalan menjauhi kediaman mewah mantan — kekasihnya. Ia berjalan dengan tatapan kosong dan tubuh terlihat lelah juga rapuh.
Wajah cantiknya kini terlihat begitu sembab. Air mata tidak hentinya terus mengalir membasahi wajah yang tersirat kekecewaan.
……….
"Apa, gadis itu sudah pergi?" Tanya seorang wanita dengan wajah datarnya kepada salah satu pengawal pribadinya.
Pria di hadapannya menundukkan kepala dan menjawab pertanyaan wanita yang berusia di atas Lima puluh tahun itu. "Sudah nyonya," ujarnya dengan sangat yakin.
"Hm! Awasi dia, aku tidak ingin dia menjadi pengganggu rumah tangga, putraku," tandasnya dengan nada sarkas.
"Baik, nyonya." Jawab pria dewasa di hadapannya dengan suara tegas.
Nyonya Louis itu pun memutar-mutar minum yang ada di dalam gelas mewah dengan pandangan penuh kepuasan ia tujukan ke arah depan. Senyum miring penuh kelicikan pun terpatri dengan indah di wajah— wanita anggun itu.
"Kau tidak pantas bersama, putraku," batinnya dengan wajah menyeringai.
"Wanita tidak memiliki latar belakang keluarga jelas dan hanya, seorang wanita miskin," batinnya lagi.
"Putraku adalah milikku dan bukan milikmu. Lihatlah, begitu mudah membuat hidupnya hancur," nyonya besar Louis pun tertawa lepas.
Wanita setengah baya dengan penampilan elegan dan berkelas itu, yang merencanakan perjodohan putra semata wayangnya — Kendrick dengan putri Kliennya yang terkenal memiliki kekayaan melebihi keluarga Loius.
Nyonya besar Louis pun memaksa putranya untuk menerima perjodohan itu. Sebagai ancaman, nyonya dan tuan Louis akan menghapus nama Kendrick dalam surat kuasa hak waris.
Nyonya Louis pun mengancam sang putra, akan melukai — Sandra apabila Kendrick menolak, perjodohan antara kedua keluarga terpandang.
Kendrick Louis pun tidak bisa melakukan apapun dan memiliki pilihan lain selain pasrah menerima perjodohan itu. Ia juga tega menghina kekasihnya atas perintah sang ibu.
Kendrick juga melakukan hal itu agar — Sandra bisa melupakan dirinya.
…….
Sandra kini berada di pinggir tebing tinggi yang merupakan tempat favoritnya bersama Kendrick.
Tempat yang menyajikan pemandangan laut lepas di bawah sana. Juga pemandangan sekitar yang begitu indah dan menyejukkan.
Sandra tampak termenung dengan tatapan kosong yang terus mengalirkan air mata. Salah satu tangannya terulur guna, mengusap perutnya. Dimana terdapat benih milik mantan kekasihnya.
Tangisan wanita malang itu pun kembali pecah, saat memikirkan nasibnya yang begitu menyedihkan. Kekasihnya mengkhianatinya disaat ia sedang mengandung.
Pikiran wanita itu semakin kacau, memikirkan nasib percintaannya juga janin yang sekarang mengisi rahimnya.
Sandra terpuruk, kebingungan, kecewa, terluka, sakit hati dan sekarang ia harus memikirkan nasib calon bayinya kelak.
Pria mana yang mau, menerima seorang wanita yang sedang mengandung benih pria lain? Sandra tersenyum miris memikirkan semuanya.
"Siapa yang ingin hidup bersama, wanita malang dan menyedihkan, sepertiku?! Ujarnya dengan senyum penuh kegetiran.
"Aku hanya wanita bodoh dan sebatang kara. Siapa yang akan menerima kenyataan hidup ku?"
"Tidak! Tidak akan pernah ada yang bisa tulus mencintai wanita berstatus rendah sepertiku."
"Apalagi aku adalah wanita yang sudah tercampakkan oleh seorang pria, setelah semua telah aku berikan kepadanya. Hidup dan harga diriku," ungkap wanita itu lirih dengan iringan isakan pilu.
"Aku, wanita menjijikkan seperti yang mereka katakan," gumam Sandra dengan suara bergetar menyesakkan.
"Aku, wanita sampah menjijikkan!" Pekik Sandra yang menjambaki rambutnya sendiri dan terus terisak pilu.
"Akhh! Teriak Sandra, mengusap tubuhnya sendiri kasar.
"Aku wanita buruk, menjijikkan," teriak Sandra mengeluar segala rasa sesak di dadanya itu.
Apalagi di sekitarnya dalam keadaan sunyi dan tidak ada seorangpun selain dirinya di sana. Hingga ia bebas mengeluarkan segala perasaan emosinya.
Sandra merentangkan kedua tangannya lebar, lantas berteriak sekencang mungkin hingga tubuh bergerak kuat seperti seseorang yang berusaha memberontak.
Sandra bahkan menarik kembali rambutnya pun , mengusap kasar wajahnya yang begitu terlihat kacau dan terpuruk.
Wanita itu meluruh di atas atas tanah bebatuan itu dengan posisi kedua kakinya terlipat ke belakang, kepala menunduk hingga air matanya meluruh membasih tanah tersebut, seluruh tubuhnya pun masih bergetar hebat dengan iringan tangisan penuh sesak.
Sandra melampiaskan tangisannya disana, mengeluarkan perasaan rapuh dengan luka tanpa darah menyakitkan itu. Yang begitu sangat menyesakkan juga ngilu hingga ke tenggorokan leher yang seakan tercekik.
"Seharusnya kau tidak tumbuh di rahimku, aku hanya wanita menyedihkan yang terpuruk. Kau akan hidup menderita denganku." Dengan terisak pilu, Sandra mengusap perutnya yang masih terlihat rata itu sambil berbicara lirih.
Ia menganggap dirinya tidak pantas memiliki janin di rahimnya yang mana hidupnya penuh penderitaan dan kesakitan.
"Maaf! Aku tidak bisa membuat pria itu mengetahui keberadaan mu. Aku, belum siap mendengarkan lebih banyak lagi hinaan dan membawamu," ungkapnya lagi yang diiringi tangis sesenggukan.
"Seharusnya kau tidak hadir sekarang, di tengah suasana memilukan ini. Kasihan hidupmu kelak yang akan hidup seperti mommy dan mendapatkan banyak hinaan dan gunjingan. Terlahir tanpa sosok, daddy," tandas Sandra yang suaranya kembali bergetar hebat dan tangisnya pun pecah.
Tangannya masih setia mengusap lembut perutnya, dan sebelah tangannya memeluk perutnya sendiri penuh kasih sayang.
"Maaf, maaf, maaf!" Ucap Sandra yang masih sesegukan.
Tubuh langsingnya pun masih terlihat terguncang. Kepala senantiasa menunduk seakan menyembunyikan air mata yang terus menerus meluruh tanpa henti.
Pribadi wanita tangguh dan mandiri itu kini, terlihat rapuh tak berdaya, dengan peristiwa hari ini yang amat menyakitkan.
Belum lagi ia harus menerima kenyataan entah, ia harus bahagia atau semakin terpuruk dengan kabar kehamilannya.
Ia yang memiliki khayalan akan reaksi bahagia sang kekasih saat — mengetahui kehamilannya, kini hanya terwujud sebuah kenyataan pahit dan kegetiran.
Apalah arti sebuah hubungan selama 6 tahun lamanya hidup satu atap, yang dihiasi — cinta dan kasih sayang setiap harinya.
Keromantisan dan perlakuan lembut Kendrick membuat Sandra terlena, hingga ia tidak memikirkan sebuah pengikat hubungan mereka, yaitu — pernikahan abadi.
Ia selalu menganggap remeh sebuah ikatan pernikahan, setiap mendapat singgungan dari rekan kerjanya soal pernikahan, Sandra selalu mengelak dan mengatakan. "Kami tidak memerlukan sebuah ikatan, karena kami sudah bahagia dengan hubungan indah ini," ujar Sandra setiap mendapatkan pertanyaan dari rekan kerjanya itu.
Dari kejadian yang ia alami, Sandra dapat mengambil sebuah pelajaran berharga. Bahwa sebuah hubungan indah tanpa ikatan sakral tidak akan pernah utuh dan kokoh.
Juga Sandra bisa mengambil sebuah kesimpulan emas selama menjalin hubungan percintaan dengan mantan kekasihnya. Kalau, letak harga diri seorang wanita ada pada kehormatannya yang senantiasa terjaga, hingga pria yang serius kepadanya mengikat dirinya dengan sebuah sumpah dan perjanjian dengan Tuhan.
Penyesalan hanya membuat perasaan Sandra semakin hancur, ia hanya perlu menyembuhkan dirinya secara fisik, apalagi jiwanya.
Sandra mengangkat wajahnya menatap langit mendung, bagaikan turun bersimpati kepada kehancuran dan perasaan sakit hati — Sandra.
Wanita dengan penampilan berantakan itu, menarik kedua sudut bibirnya, tersenyum penuh luka.
Setiap ia menutup mata, maka butiran air mata itu terus mengalir melalui ekor mata indahnya. Sandra tidak ingin terus terpuruk. Ia harus memaksakan untuk bangkit, demi janin yang ada di rahimnya saat ini.
"Aku, pasti bisa melewati semuanya. Demi janin yang sedang tumbuh di rahimku," monolognya yang suaranya terdengar parau dan sanggau.
"Aku harus bertahan dan melupakan semuanya. Aku yakin pasti bisa melupakan dirinya," sambungnya yang masih menatap langit gelap di atas sana.
"Temani mommy, melupakannya dan melewati semua ini dengan senyuman juga kebahagiaan." Sandra kini menundukkan kepala, menatap perutnya sambil mengusap lembut, mengajak sang janin berbicara.
"Kami pasti bisa, Sandra Matthew!" Teriak Sandra dengan nada keyakinan penuh.
Wanita itu mencoba menarik nafas dan membuangnya dengan perlahan, guna menetralisir emosinya.
Ia pun bermaksud membalikkan badannya, namun, saat ingin melangkah menjauhi pinggiran tebing tinggi itu, tiba-tiba salah satu kakinya menginjak sesuatu licin, membuat Sandra tergelincir disusul tubuhnya terhuyung ke belakang dan terjatuh kedalam tebing yang di bawahnya terdapat lautan lepas.
Tubuh Sandra kini melayang untuk tiba di dasar tebing tinggi itu, wanita itu hanya bisa memejamkan matanya pasrah.
Suara tubuhnya terdengar nyaring saat tiba di lautan lepas, Sandra terlihat berusaha untuk menuju keatas saat tubuhnya berada di dalam air laut. Namun sayang, usaha wanita itu sia-sia saat lelah melandasinya. Wajah pasrah wanita itu terlihat begitu menyedihkan, dengan matanya yang terbuka terlihat merah berkilau.
Secara perlahan, kedua kelopak matanya mulai tertutup dan tubuhnya semakin kebawah menuju dasar lautan.
Masih terlihat tetesan air mata penuh luka wanita malang itu, kini tubuh rapuh itu melayang di tengah lautan lepas.
Sandra hanya bisa pasrah menerima nasibnya dan takdirnya yang sudah tertulis untuknya.
Penampakan tubuh wanita itu kini menghilang di dalam gelapnya lautan luas itu.
Kini suasana terasa penuh duka dengan iringan suara ombak dan sekumpulan burung yang terbang untuk kembali ke sarang mereka.
Terlihat hari mulai memasuki senja, membuat suasana di sekitar sana begitu terasa penuh duka.
Hingga matahari pun kini, mulai tenggelam dan bumi kembali diselimuti gelap malam.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!