Haocun Fengying adalah seorang pria penulis novel yang tidak begitu terkenal hingga suatu ketika karya milik Haocun dengan judul Kutukan Novel di plagiat oleh seorang penulis novel ternama hingga karyanya meledak di pasaran dan banyak di beli orang khususnya para gadis ataupun wanita yang sudah menikah.
Haocun yang tidak menerima kenyataan itu ditambah banyaknya orang menghina novelnya sebelum karyanya meledak oleh seorang penulis terkenal membuatnya meminta bantuan dukun sakti untuk mengutuk novel itu agar siapa saja yang membacanya akan masuk ke dunia novel.
Siapa saja yang masuk ke dalam novel tersebut akan menjadi pemeran antagonis sehingga banyak musuh yang menginginkan kematiannya karena itulah jika ada yang berhasil maka dia bisa keluar dari dunia novel tapi jika tidak maka dia akan mati mengenaskan oleh salah satu dari musuh pemeran antagonis.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Xia He Yong atau nama panggilan Xia adalah seorang gadis yatim piatu tinggal bersama neneknya yang sangat menyayangi dirinya. Orang tuanya Xia meninggal waktu Xia masih berumur 8 tahun.
Neneknya mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan, seni bela diri dan lain sebagainya hingga Xia berumur delapan belas tahun neneknya meninggal dunia.
Xia yang sangat suka bertualang akhirnya meninggalkan desanya dan merantau ke kota untuk mencari pekerjaan.
Singkat cerita Xia sudah sampai di kota dan dirinya tidak sengaja melihat seorang pria sedang berkelahi dengan sekelompok perampok.
Xia yang bisa bela diri membantu pria tersebut dan beberapa menit kemudian Xia berhasil mengalahkan mereka hingga babak belur.
'' Nona terimakasih atas bantuannya,'' ucap pria tampan tersebut.
'' Sama - sama tuan," jawab Xia
" Oh ya kenalkan namaku Arnold Lee dan panggil saja namaku Arnold,'' ucap Arnold memperkenalkan dirinya sambil mengulurkan tangannya.
" Xia, " jawab Xia sambil membalas uluran tangannya.
" Bagaimana kalau kita mengobrol di kafe depan," ajak Arnold
" Boleh," jawab Xia
Xia dan Arnold berjalan ke arah kafe, sampai di kafe Arnold memesan minuman sambil menunggu mereka mengobrol hingga tidak terasa pesanan mereka datang.
Arnold dan Xia masing-masing merasa nyaman dan nyambung dalam setiap obrolan hingga tidak terasa waktu berlalu dengan cepat Xia dan Arnold berpisah dan saling tukar nomer ponsel.
Enam Bulan Kemudian
Tidak terasa waktu berjalan dengan cepat dan tidak terasa sudah 6 bulan Xia berada di kota dan berkerja di kantor milik Arnold. Waktu mereka bertemu Xia mengatakan kalau dirinya sedang mencari pekerjaan dan Arnold memperkerjakan Xia sebagai sekretaris pribadinya. Hubungan mereka sudah bertahap serius dan ingin secepatnya untuk menikah.
" Sayang, hari ini orang tuaku datang dari luar negri dan aku berencana akan memperkenalkan sayangku dengan ke dua orang tuaku dan sekalian meminta restu untuk menikah," ucap Arnold
" Benarkah? Aku sangat senang mendengarnya," jawab Xia.
" Benar sayang, pulang kerja kita ke mansion milik orang tuaku," ucap Arnold.
" Ok," jawab Xia
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Waktu berjalan dengan cepatnya dan tidak terasa hari sudah menjelang sore dan sesuai apa yang dikatakan oleh Arnold kalau Xia akan di perkenalkan oleh ke dua orang tua Arnold.
Singkat cerita kini mereka sudah sampai di mansion milik orang tua Arnold. Namun baru saja mereka berjalan ke ruang keluarga orang tua Arnold dari jarak yang tidak begitu jauh langsung berdiri sambil menatap Xia dari atas hingga ke bawah membuat Xia menundukkan kepalanya.
" Mommy dan daddy kenalkan ini Xia, calon istri Arnold," ucap Arnold memperkenalkan Xia pada ke dua orang tuanya.
" Mommy tidak setuju kalau kalian menikah," ucap mommynya Arnold tanpa basa basi.
Duarr Duarr
Bagai petir di siang hari itu yang dirasakan oleh sepasang kekasih membuat Arnold menatap mommynya sedangkan Xia masih setia menundukkan kepalanya.
" Kenapa mom?" tanya Arnold
" Mommy sudah menjodohkan anak sahabat mommy dan mereka setuju dan Minggu depan kamu dan anak sahabat mommy akan bertunangan, " jawab mommynya Arnold.
" Tapi mom, Arnold sangat mencintai Xia," jawab Arnold
" Baik, tapi dengan satu syarat," pinta mommynya sambil tersenyum menyeringai tanpa sepengetahuan mereka.
" Apa mom?" tanya Arnold penasaran.
" Jadikan Xia istri ke dua dan sekaligus pelayan ketika kalian menikah," jawab mommynya Arnold.
" Maaf tante, lebih baik saya mundur," jawab Xia kemudian membalikkan badannya dan bersiap untuk pergi tapi tangannya di tahan oleh Arnold.
" Mommy!!! teriak Arnold ketika mendengar syarat mommynya.
" Lihat itu dad, selama ini anak kita tidak pernah berteriak di depan kita tapi gara - gara wanita yang tidak tahu asal usulnya anak kita jadi berubah," ucap mommynya Arnold.
" Pasti ini didikan orang tuanya yang tidak mengajarkan untuk menghargai orang tuanya makanya anak kita berani berteriak di depan kita sebagai orang tuanya," sambung mommynya Arnold dengan nada masih sinis.
Tanpa sepengetahuan Arnold kalau selama ini apa yang dilakukan oleh Arnold dilaporkan oleh orang kepercayaannya. Maka ketika Arnold berpacaran dengan Xia, orang tuanya Arnold menyewa detektif untuk mengetahui asal usul Xia.
Xia melepaskan tangannya yang di pegang oleh Arnold kemudian membalikkan badannya sambil menatap ke arah wanita angkuh tersebut.
" Tante boleh menghinaku tapi jangan pernah menghina ke dua orang tuaku. Semoga saja Tante merasakan apa yang aku rasakan saat ini," ucap Xia kemudian membalikkan badannya dan meninggalkan mereka tanpa memperdulikan teriakan wanita tersebut.
" Mommy sangat jahat," ucap Arnold sambil membalikkan badannya dan berjalan meninggalkan ke dua orang tuanya namun langkahnya terhenti ketika mommynya mengancam dirinya.
" Satu langkah lagi mommy akan bu nuh diri," ancam mommynya.
Arnold membalikkan badannya kemudian menatap mommynya dengan perasaan sangat kecewa.
Bruk
" Mommy, Arnold sangat mencintai Xia... Arnold mohon tolong berikan restu hubungan kami agar kami bisa menikah." mohon Arnold sambil berlutut untuk pertama kalinya.
" Keputusan mommy sudah bulat yaitu tidak," jawab mommynya Arnold.
Selesai mengatakannya mommynya Arnold pergi meninggalkan suaminya dan Arnold ke kamarnya sedangkan daddynya Arnold hanya bisa menghembuskan nafasnya dengan perlahan kemudian menarik ke dua bahu putra kesayangannya agar berdiri.
" Sudahlah Arnold, kamu kan tahu mommy mu seperti apa," ucap Daddynya Arnold.
" Arnold sangat kecewa dengan mommy," ucap Arnold sambil pergi meninggalkan ruang keluarga membuat daddy nya Arnold hanya bisa menghembuskan nafasnya dengan perlahan.
Di tempat yang berbeda, Xia pulang menuju ke rumah kontrakannya memasukkan semua barang-barangnya ke dalam tasnya dan pergi ke tempat desa di mana dirinya dulu tinggal bersama neneknya untuk melupakan rasa sakit atas perkataan mommynya Arnold dan melupakan cinta pertamanya.
Singkat cerita kini Xia sudah sampai di desa dan masuk ke dalam rumah milik neneknya yang sangat sepi. Xia meletakkan barangnya kemudian berjalan ke arah kamar milik neneknya hingga dirinya melihat tumpukan beberapa buku novel.
Neneknya Xia sangat suka mengoleksi buku novel sejak dirinya belum menikah. Xia yang suka membaca melihat satu persatu buku novel tersebut hingga dirinya membaca judulnya : Kutukan Novel
Xia duduk di kursi milik neneknya kemudian membaca lembar demi lembar hingga sepuluh menit Xia sudah selesai membacanya.
" Kamu itu bukannya bersyukur mempunyai orang tua angkat yang sayang padamu dengan tulus dan mempunyai suami yang sangat baik tapi kamu tidak pernah puas malah menyiksa dan melakukan perbuatan jahat terhadap orang tua angkat, suami bahkan orang lain dan berakhir dengan sangat tragis," ucap Xia memarahi pemeran antagonis.
" Orang tua angkat mu, suami mu dan orang-orang yang kamu sakiti semuanya membalas dendam padamu karena kamu sangat jahat dan tidak mempunyai perasaan, dasar bo d*h," umpat Xia
Xia terus memaki pemeran antagonis tersebut hingga akhirnya dirinya sangat lelah dan tertidur dengan pulas nya di kursi milik neneknya.
( " Apa yang terjadi?" tanya Xia dalam hati ketika dirinya berada di dalam air ).
Xia yang hampir kehabisan nafas langsung berenang, Xia sangat bersyukur karena Xia pandai berenang hingga dirinya sudah sampai dipermukaan dan langsung menghirup nafas sebanyak - banyaknya.
Setelah beberapa saat Xia melihat sekelilingnya namun Xia sangat terkejut karena dirinya berada di dunia yang sangat asing hingga Xia melihat dua orang gadis menatapnya dengan sinis.
Xia baru tersadar kalau dirinya berada di dunia novel karena gambaran yang dilihatnya sama percis seperti novel bahkan pakaian ke dua gadis juga sama dan parahnya lagi Xia menjadi pemeran antagonis yang di dorong oleh ke dua gadis tersebut dari kolam renang ketika dirinya sedang duduk di pinggir kolam.
("Kenapa aku berada di dunia novel yang barusan aku baca? Apa aku bermimpi?" tanya Xia dalam hati).
Xia mencubit tangannya dan dirinya langsung meringis menahan rasa sakit akibat dirinya mencubit tangannya membuat wajah Xia langsung pucat pasi ketika dirinya berada di dalam dunia novel hingga Xia merasakan tubuhnya menggigil membuat Xia ingin keluar dari kolam renang.
("Kenapa aku jadi pemeran jahat? Aku harus cari cara agar bisa keluar dari dunia novel ini tapi yang terpenting sekarang ini aku harus keluar dari kolam renang ini karena tubuhku menggigil," ucap Xia dalam hati).
Xia berenang ke tepi namun ketika Xia hendak naik ke kolam renang ke dua gadis tersebut berniat ingin menendang Xia namun karena Xia sudah tahu jalan cerita novelnya membuat Xia dengan sengaja menarik ke dua kaki gadis tersebut membuat ke dua gadis tersebut jatuh ke dalam kolam renang.
" Akhhhhh!!!!" teriak ke dua gadis tersebut secara bersamaan.
Byur
Byur
"Tolong!!! Aku tidak bisa bere..." ucapan ke dua gadis tersebut terputus ketika ke duanya masuk ke dalam kolam renang.
"Tolong!!! Aku tidak bi..." ucapan ke dua gadis tersebut terputus kembali ketika ke dua gadis tersebut kembali masuk ke dalam kolam renang.
Ke dua gadis tersebut ternyata tidak bisa berenang karena ketika ke dua gadis tersebut muncul dipermukaan ke dua gadis tersebut langsung berteriak meminta tolong kemudian terputus ketika ke dua gadis tersebut masuk ke dalam kolam renang.
Xia yang mempunyai hati yang sangat baik melihat ke dua gadis tersebut tidak tega mendengarkan teriakan minta tolong dan akhirnya menolong ke dua gadis tersebut.
Kini Xia dan ke dua gadis tersebut berada di pinggir kolam, ke dua gadis tersebut bukannya terima kasih malah menatap tajam ke arah Xia dan pergi meninggalkan Xia sendirian di kolam renang.
Xia hanya bisa menghembuskan nafasnya dengan perlahan kemudian berjalan ke arah kamarnya sesuai apa yang diceritakan di novel kalau dirinya tinggal di kamar kecil padahal rumah tersebut sangat besar.
Selesai membersihkan diri dan memakai pakaian bekas milik ke dua saudara angkatnya Xia berjalan keluar dari kamarnya dan tanpa sengaja ketika melewati ruang keluarga Xia melihat ibu angkatnya menatap dirinya dengan penuh kebencian begitu pula dengan ke dua gadis cantik tersebut yang tadi sempat mencelakai dirinya.
"Apa yang kamu lakukan pada ke dua putriku Hah!!! Apakah kamu belum cukup mencelakai suamiku?" teriak ibu angkatnya.
"Kamu sudah membuat suamiku mengalami struk dan kini di tambah mencelakai ke dua putriku seandainya saja kakek tidak membuat surat wasiat kalau kamu mendapatkan dua puluh lima persen kekayaan kakek, Ibu akan mengusir mu dari mansion ini," sambung Ibu angkatnya.
Xia hanya diam ketika ibu angkatnya memarahi dirinya membuat ibu angkatnya bingung pasalnya Xia tidak akan terima dan ikut memarahi ibu angkatnya.
" Kenapa kamu diam? Kamu dengar tidak apa yang aku katakan?" tanya Ibu angkatnya.
"Dengar Bu," jawab Xia.
"Paling Fang Yin paling bohong Bu seperti biasanya," ucap gadis pertama.
"Benar kata kakak kalau Fang Yin pasti tidak mendengarkan apa yang Ibu katakan," ucap gadis ke dua.
Plak
"Karena kamu tidak mendengarkan ucapan Ibu maka kamu Ibu hukum dan tidak boleh keluar dari kamar agar kamu merenungi apa kesalahanmu," perintah ibu angkatnya.
"Baik bu," jawab Xia patuh sambil membalikkan badannya dan meninggalkan ruang keluarga menuju ke arah kamarnya.
Ibu angkatnya yang terpengaruh dengan ucapan ke dua putrinya membuat Ibu angkatnya menampar Xia namun ibu angkatnya sangat terkejut karena ketika Xia di tampar oleh ibu angkatnya Xia hanya diam saja di tambah ketika Xia di hukum untuk tidak boleh keluar dari kamarnya Xia langsung menuruti permintaannya dan langsung membalikkan badannya lalu pergi menuju ke arah kamarnya untuk merenungi kesalahannya.
Malam hari rumah milik orang tua angkatnya terjadi perampokan dan semua orang keluar dari kamarnya termasuk Xia kecuali ayah angkatnya Xia karena tidak bisa menggerakkan tubuhnya.
Xia yang melihat ibu angkatnya dalam bahaya menolong ibu angkatnya dengan cara melawan para perampok membuat semua penghuni mansion tersebut sangat terkejut karena Xia yang sangat lemah, sombong dan angkuh ternyata bisa bela diri dan melawan para perampok dan berhasil mengalahkannya.
"Nona sangat hebat bisa melawan mereka hingga mereka babak belur," puji salah satu pelayan keceplosan.
Semua penghuni mansion tahu akan sifat kesombongan Fang Yin atau Xia, arogant dan suka menindas selain itu melarang semua pelayan berbicara dengan sok akrab dan hanya bertanya tiga suku kata yaitu : Ada apa Nona dan untuk menjawab cukup katakan : Ya, selain itu tidak boleh mengatakan yang lain dan melarang menjawab dengan kata tidak.
"Terima kasih atas pujiannya," ucap Xia sambil tersenyum.
Semua penghuni mansion sangat terkejut dengan perubahan Xia sedangkan Ibu angkatnya hanya diam antara ingin memaafkan Xia dan melupakan masa lalu tapi di sisi lainnya dirinya masih marah dan dendam karena Xia melakukan kesalahan yang fatal yaitu suaminya mengalami struk akibat kenakalan Xia dan sering membuat masalah keluarga, Xia kembali ke kamar tanpa mengeluarkan suara sedikitpun ketika dirinya sudah selesai berkelahi melawan para perampok.
"Bagaimana caranya aku bisa kembali ke duniaku?" tanya Xia sambil berbaring di ranjang yang kecil.
"Kenapa sih aku bisa masuk ke dunia novel? Sudah begitu aku jadi pemeran jahat lagi," ucap Xia dengan nada kesal.
"Kalau jadi pemeran baik kan aku tidak punya musuh sedangkan yang aku perankan menjadi orang jahat dan musuh sangat banyak dan menginginkan kematian ku," ucap Xia dengan nada frustrasi.
"Sudahlah aku sangat lelah dan mengantuk ingin tidur, semoga saja ketika aku bangun aku sudah kembali ke dunia asal ku," ucap Xia sambil memejamkan matanya.
Tidak membutuhkan waktu lama Xia akhirnya tidur dengan pulas sambil berharap mimpi buruk ini segera hilang dan dirinya bisa kembali ke dunia nyata.
Malam berganti pagi seperti biasa Xia sudah bangun dan mandi membersihkan tubuhnya yang lengket, Xia memakai handuk dan melihat pakaian yang sudah mulai lusuh membuat Xia menghembuskan nafasnya dengan perlahan.
"Aku pikir setelah bangun tidur aku kembali ke duniaku yang sebenarnya tapi ternyata tidak aku masih ada di dunia novel," ucap Xia dengan nada kesal
"Seandainya saja aku datang ke sini waktu pemilik tubuh ini di angkat anak pertama kali oleh ayah, nasibku tidak akan seperti ini padahal kakek angkat dan ke dua orang tua angkat ku sangat baik tapi gara - gara pemilik tubuh ini sering membuat ulah dan bikin malu keluarga membuat ayah terkena struk dan kakek meninggal karena ingin menyelamatkan aku dari kobaran api hal itu membuat ibu angkat ku sangat membenci pemilik tubuh ini," sambung Xia lagi.
"Dari tadi aku memilih pakaian tidak ada satupun yang bagus, hanya ini yang bagus dan layak untuk aku pakai," ucap Xia sambil mengambil dress warna putih.
Xia memakai dress warna putih setelah selesai Xia menyisir rambutnya kemudian mengikatnya, Xia tidak bisa berdandan karena tidak ada bedak dan lipstik di kamarnya.
Setelah selesai mengikat rambut Xia keluar dari kamarnya dan berjalan ke arah ruang keluarga hingga Xia melihat ibu angkatnya sedang duduk bersama ke dua putrinya.
"Kalian berdua temani Ibu pergi ke perusahaan," pinta ibu nya.
"Malas ahh Bu," jawab ke dua gadis itu dengan serempak.
"Kalian kan yang nantinya yang meneruskan perusahaan milik keluarga jadi ikut ya," ajak ibu nya lagi.
"Ibu!!! aku kan sudah bilang malas kenapa maksa sih?" tanya putri ke dua dengan nada setengah membentak.
"Lebih baik Ibu ajak anak yang tidak tahu diri itu kan gara - gara dia Ayah mengalami struk," sambung putri ke tiga.
Ketika Ibu angkatnya Xia mengajak ke dua putrinya untuk menemaninya pergi ke perusahaan milik keluarga di tolak dengan tegas sambil marah - marah dan menyuruh Xia untuk menemani ibunya angkatnya. Ibu nya hanya bisa menghembuskan nafasnya dengan perlahan kemudian memalingkan wajahnya ke arah Xia dengan wajah penuh harap sedangkan Xia yang di tatap tidak tega melihat tatapan Ibu angkatnya.
"Kalau Ibu memintaku untuk ikut aku bersedia Bu," jawab Xia.
"Ganti pakaianmu," ucap Ibu angkatnya Xia yang enggan menyebut nama putri angkatnya.
"Hanya ini yang bagus Bu," jawab Xia.
"Kalian berikan pakaian yang masih bagus untuk kakak kalian," ucap Ibunya.
"Tapi Bu, pakaianku masih bagus,"ucap ke dua putrinya dengan nada keberatan.
"Ibu akan membeli pakaian baru untuk kalian jika kalian tidak mau Ibu akan membelikan pakaian baru untuknya," ancam ibu nya.
"Benar ya Bu, di ganti pakaian yang baru dan yang lebih mahal," ucap putri ke tiga.
"Aku akan meminta ganti dengan dua stell dress yang lebih mahal dan cantik," sambung putri ke dua.
"Aku juga mau," ucap putri ke tiga yang tidak mau kalah dengan kakaknya.
"Iya nanti Ibu akan membelikan kalian pakaian sekarang cepat ambil pakaian kalian untuk diberikan ke kakak pertama kalian," perintah ibu nya.
"Baik Bu," jawab ke dua putrinya dengan serempak.
Singkat cerita kini Xia sudah memakai dress yang masih bagus dibandingkan dengan pakaian yang selama ini dikenakan kemudian mereka masuk ke dalam mobil dengan di antar oleh sopir.
Namun di dalam perjalanan mobil mereka di hadang oleh perampok satu mobil menghadang di depan dan satunya menghadang di belakang mobil mereka.
"Kita mundur saja," perintah Ibu angkatnya Xia ketika melihat empat orang turun dari mobil sambil membawa senjata tajam.
"Maaf nyonya di belakang juga ada mobil jadi saya tidak bisa memundurkan mobil," ucap sopir tersebut.
"Si*l, kenapa jadi apes begini sih," omel Ibu angkatnya Xia.
"Ibu, biar Xia turun dari mobil dan melawan mereka," ucap Xia tanpa sadar memanggil nama aslinya.
"Xia?" tanya Ibu angkatnya Xia dengan nada bingung.
"Maaf Bu, maksudnya aku akan turun untuk melawan mereka," jawab Xia sambil membuka pintu mobil.
("Aduh Xia kenapa kamu lupa dengan nama pemilik asli tubuh ini," ucap Xia dalam hati).
Xia berjalan ke arah depan dan melihat empat pria sangar menatapnya dengan tatapan mesum walau Xia tidak berdandan namun kecantikan alami di wajah Xia membuat para pria mencoba ingin menyentuh wajah mulus Xia namun segera di tepis oleh Xia.
Xia yang bisa bela diri melawan mereka kadang memukul dan kadang menendang dengan gerakan yang sangat lincah dan tidak membutuhkan waktu lama delapan pria sangar tersebut babak belur. Lagi - lagi Xia berhasil melawan para perampok.
Xia membalikkan badannya dan berjalan ke arah mobil setelah sampai di mobil Xia masuk ke dalam mobil dan duduk di samping Ibu angkatnya Xia.
Ibu angkatnya Xia hanya diam begitu pula dengan sopir tersebut membuat Xia hanya menghembuskan nafasnya dengan perlahan karena Ibu angkatnya Xia masih membenci dirinya membuat Xia bertekad agar Ibu angkatnya Xia tidak membenci dirinya.
"Kenapa kamu menghembuskan nafas mu?" tanya Ibu angkatnya Xia tanpa menatap Xia.
"Tidak ada apa - apa Bu," jawab Xia sambil tersenyum.
Ibu angkatnya Xia langsung terdiam begitu pula dengan Xia sedangkan sopir tersebut sangat terkejut dengan perubahan sikap Xia yang dua hari ini banyak berubah dan berharap Xia seperti ini baik dan tidak sering membuat ulah.
Di tempat yang tidak jauh dari lokasi kejadian dua pasang mata menatap Xia dari Xia keluar dari mobil sampai Xia masuk ke dalam mobil setelah melawan delapan orang pria sangar.
"Menarik," ucap pria yang sangat tampan tersebut sambil menekan tombol dan otomatis pintu jendela tertutup dengan rapat.
"Kita kemana tuan?" tanya asisten tersebut sambil ikut menekan tombol dan otomatis pintu jendela tertutup dengan rapat.
"Kenapa mesti bertanya?" tanya pria tampan tersebut dengan nada dingin sambil duduk di kursi belakang mobil.
"Maaf tuan, saya pikir tuan akan mengikuti mobil mereka," ucap asisten tersebut.
"Tidak, kita langsung ke kantor," jawab pria tampan tersebut.
"Baik tuan," jawab asisten tersebut.
Asisten tersebut menyalakan mesin mobilnya kemudian mengendarai mobil dengan kecepatan sedang menuju ke perusahaan yang terbilang masih kecil.
Tidak berapa lama Ibu angkatnya Xia dan Xia sudah sampai di perusahan milik keluarga, semua orang menunduk hormat ke arah Ibu angkatnya Xia sedangkan Xia yang di anggap hanya anak angkat tidak di anggap sebelah mata.
Mereka hanya menatap Xia dengan tatapan sinis karena mereka iri hati terhadap Xia yang di angkat anak di keluarga kaya raya terlebih sikap sombong Xia yang membuat mereka semakin membencinya.
Ceklek
Ibu angkatnya Xia membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan yang dulu sempat digunakan oleh suaminya dalam memimpin perusahaan namun kini suaminya mengalami struk. Ibu angkatnya Xia duduk di kursi kebesaran sedangkan Xia berdiri menunggu apa yang nanti akan dikatakan oleh Ibu angkatnya Xia.
"Duduklah di hadapanku," perintah Ibu angkatnya Xia.
"Ya Bu," jawab Xia.
Dengan patuh Xia duduk di kursi berhadapan dengan Ibu angkatnya Xia yang hanya di batasi oleh meja. Xia melihat ibu angkatnya menatap dokumen yang menutup kemudian mengambil satu dokumen dan membacanya sambil sekali - sekali menghembuskan nafasnya dengan perlahan sambil memijat keningnya.
"Ada apa Bu?" tanya Xia.
"Satu dokumen saja bikin kepala pusing sedangkan dokumen di meja menumpuk, tidak tahu kapan selesainya," jawab Ibu angkatnya Xia sambil mengusap wajahnya dengan kasar.
"Seandainya saja kamu tidak bikin masalah Ibu tidak akan sepusing ini," sambung Ibu angkatnya Xia.
"Boleh Xi eh maksudku, bolehkah aku lihat dulu Bu?" tanya Xia hampir keceplosan.
("Aduh aku lupa nama pemilik ini siapa ya? Dari tadi aku lupa terus," ucap Xia dalam hati).
("Apa karena namaku Xia jadi ketika ganti nama lain aku jadi lupa," sambung Xia dalam hati).
"Memangnya kamu mengerti?" tanya Ibu angkatnya Xia dengan wajah sinis.
"Mudah - mudahan bisa Bu," jawab Xia.
Tanpa banyak bicara Ibu angkatnya Xia memberikan satu dokumen ke Xia dan Xia pun menerimanya dan membacanya setelah satu menit membaca Xia menatap Ibu angkatnya Xia.
"Tidak bisa bukan?" tanya Ibu angkatnya Xia sambil tersenyum mengejek.
"Bisa Bu, tulisannya ada yang kurang dan perlu diperbaiki," ucap Xia.
"Apakah kamu bisa?" tanya Ibu angkatnya Xia tidak percaya dengan apa yang di dengarnya.
"Bisa Bu, apakah ada laptop?" tanya Xia.
"Apa itu laptop?" tanya Ibu angkatnya Xia dengan wajah bingung sambil berpikir.
("Astoge aku lupa laptop itu adanya di jaman ku kalau jaman sekarang pakai tulisan tangan, mobil saja pakai mobil jadul makanya bagi yang punya mobil di anggap orang yang paling kaya makanya rumah ibu angkat ku sering ada perampok," ucap Xia dalam hati).
"Maaf maksud Xia, bolehkah Xia minjam pena?" tanya Xia.
"Siapa Xia? Dan apa itu pena?" tanya Ibu angkatnya Xia sambil berpikir kembali.
("Aduh Xia, kok namamu di sebut lagi, kenapa aku tidak ingat nama pemilik tubuh ini ya?" tanya Xia dalam hati sambil berpikir siapa nama pemilik tubuhnya).
"Bukan Xia tapi aku dan pena itu maksudnya buat menulis," ralat Xia.
"Oh." jawab Ibu angkatnya Xia singkat sambil menganggukkan kepalanya.
Ibu angkatnya Xia memberikan pena atau pulpen yang bentuknya agak aneh karena bentuknya bulu ayam dan tinta membuat Xia menatapnya dengan bingung pasalnya dirinya bingung cara memakainya membuat Xia tersenyum sedangkan Ibu angkatnya Xia hanya mengangkat salah satu alis matanya.
"Jangan bilang kamu sebenarnya memang tidak bisa menulis dan apa lagi sebenarnya kamu itu memang tidak mengerti sama sekali," ucap Ibu angkatnya Xia.
"Hehehe.. Maaf Bu sebenarnya Xia mengerti hanya saja..." ucap Xia menggantungkan kalimatnya sambil terkekeh - kekeh.
"Hanya saja apa? Perasaan Ibu pernah mendengar nama Xia tapi di mana ya?" tanya Ibu angkatnya Xia sambil berfikir berusaha mengingat - ingat.
"Cara menulisnya bisa kasih contoh?" tanya Xia pura - pura tidak mendengar kalimat pertanyaan terakhir ibu angkatnya Xia.
Ibu angkatnya Xia menghembuskan nafasnya perlahan kemudian mengambil kertas kosong dan memberitahukan cara memakainya, Xia melihatnya dengan serius dan akhirnya mengerti cara menggunakannya.
"Sudah mengerti kan?" tanya Ibu angkatnya Xia.
"Sudah Bu," jawab Xia.
"Kalau begitu tulislah," ucap Ibu angkatnya Xia sambil memberikan satu lembar kertas dan pena yang berbentuk bulu ayam.
("Untung aku bisa menulis tulisan kuno belajar dari nenek kalau tidak Ibu angkat ku pasti bingung dan bertanya ini tulisan apa?" ucap Xia dalam hati sambil menerima pemberian ibu angkatnya).
Xia menulis dengan serius sedangkan Ibu angkatnya Xia mengambil dokumen yang ke dua kemudian memperbaiki kesalahan yang dikerjakan oleh orang kepercayaan suaminya hingga dua belas menit kemudian Xia sudah selesai.
"Sudah Bu," jawab Xia sambil menyerahkan selembar kertas.
Ibu angkatnya Xia menerima kertas tersebut dan membacanya, matanya membulat sempurna karena tulisan Xia sangat rapi dan kata - katanya lebih mengerti membuat Ibu angkatnya Xia perlahan mulai memaafkan Xia.
Terlebih ibu angkatnya Xia tidak menyangka kalau Xia bisa melakukan pekerjaan kantor hal itulah yang membuat ibu angkatnya Xia tidak percaya dengan perubahan Xia yang terlalu cepat baginya terlebih perubahannya sangat baik.
"Coba ambil kertas yang menumpuk itu dan kerjakan," perintah ibu angkatnya Xia.
Xia dengan patuh mengambil selembar kertas dan mulai membaca kata demi kata kemudian menulis dokumen tersebut hingga tidak terasa sudah jam istirahat dan dokumen tersebut sudah dikerjakan setengahnya.
"Kita istirahat dulu nanti kita lanjutkan lagi," ucap ibu angkatnya Xia.
"Baik Bu," jawab Xia dengan patuh.
"Mau pesan makanan apa?" tanya ibu angkatnya Xia yang mulai berubah karena Xia telah membantu pekerjaannya.
Biasanya ibu angkatnya Xia tidak perduli Xia mau makan apa tidak tapi karena Xia semalam dan pagi tadi telah menyelamatkan nyawanya dari perampok di tambah Xia telah membantu pekerjaannya sehingga rasa bencinya sedikit mulai berkurang.
"Terserah Ibu saja," jawab Xia.
Ibu angkatnya Xia menghubungi orang kepercayaannya untuk membeli dua makanan yang sama berikut minuman setelah selesai ibu angkatnya Xia menatap ke arah Xia dengan seksama membuat Xia menundukkan wajahnya.
"Fang Yin," panggil ibu angkatnya Xia.
Hening
Hening
"Fang Yin," panggil ibu angkatnya Xia mengulangi perkataannya.
Hening
Hening
"Fang Yin," panggil ibu angkatnya Xia sambil menepuk tangan Xia.
"Eh Ibu memanggilku, ada apa Bu?" tanya Xia dengan wajah terkejut.
("Oh iya namaku kan Fang Yin kenapa aku bisa lupa ya?' tanya Xia dalam hati sambil menepuk keningnya merutuki ke bo doh han nya).
"Kamu kenapa menepuk keningmu?" tanya ibu angkatnya Xia dengan wajah bingung.
"Tidak apa - apa Bu, ada apa Bu?" tanya Xia mengalihkan pembicaraan.
"Oh iya Ibu baru ingat, beberapa kali dirimu menyebut nama Xia membuat Ibu ingat akan mimpi semalam di mana Ibu bermimpi bertemu dengan seorang nenek - nenek dan nenek itu mengatakan untuk mengubah namamu Fang Yin menjadi Xia, apakah kamu mau mengganti namamu menjadi Xia bukan Fang Yin?" tanya ibu angkatnya Xia.
"Terserah Ibu saja," jawab Xia namun dalam hatinya sangat berharap namanya di ganti menjadi Xia karena dirinya suka lupa kalau di panggil dengan nama Fang Yin.
"Kalau begitu mulai sekarang dan seterusnya namamu berganti menjadi Xia karena siapa tahu dengan mengganti namamu sifat mu bisa berubah seperti sekarang ini," ucap ibu angkatnya Xia.
"Baik Bu," jawab Xia dengan patuh namun dalam hatinya sangat bahagia.
"Kalau begitu besok Ibu akan menyuruh orang untuk mengurus perubahan namamu," ucap ibu angkatnya Xia.
Xia hanya menganggukkan kepalanya dan tidak berapa lama terdengar suara ketukan pintu setelah dipersilahkan masuk pintu itupun di buka oleh seseorang dari luar dan ternyata orang kepercayaan Ibu angkatnya Xia sekaligus orang kepercayaan suaminya sambil membawa dua bungkusan yang berisi makanan dan minuman mineral.
Xia dan Ibu angkatnya Xia membuka bungkusan makanan dan mereka pun makan dalam diam tanpa ada yang bicara sedikitpun hingga lima belas menit kemudian Xia sudah selesai makan dan minum.
Mereka kembali melanjutkan pekerjaannya kembali hingga tidak terasa sudah sore bersamaan pekerjaan sudah selesai membuat Ibu angkatnya Xia sangat puas dan bahagia karena pekerjaannya sudah selesai.
"Ibu sangat puas dengan pekerjaanmu dan mulai besok kamu menemani ibu untuk membantu menyelesaikan pekerjaan kantor," pinta Ibu angkatnya Xia.
"Baik Bu," jawab Xia patuh.
"Masih sore, temani Ibu ke pasar untuk membeli pakaian karena Ibu sudah berjanji untuk membelikan pakaian baru untuk ke dua adikmu," pinta Ibu angkatnya Xia.
"Baik Bu," jawab Xia kembali.
Ibu angkatnya Xia dan Xia keluar dari ruangan tersebut dan berjalan ke arah anak tangga hingga mereka berada di lantai satu, semua orang menghormati Ibu angkatnya Xia sedangkan Xia tidak di pandang sebelah mata.
Xia hanya diam dan tidak memperdulikan tatapan sinis dan kebencian pada dirinya karena dirinya sadar kalau pemilik tubuhnya sering berbuat masalah baik di kantor maupun di luar sana.
"Lain kali jika Ibu melihat kalian memandang sinis ke arah putri angkat ku maka aku tidak segan - segan memecat kalian," ancam Ibu angkatnya Xia.
"Maaf Bu," jawab mereka serempak.
Deg
Jantung Xia berdetak kencang bukan karena jatuh cinta melainkan Ibu angkatnya sudah mulai perhatian padanya membuat Xia tersenyum bahagia dan tanpa sepengatahuan dirinya kalau Ibu angkatnya Xia bisa melihat senyuman Xia untuk pertama kalinya karena selama ini dirinya tidak pernah melihat anak angkatnya tersenyum sebahagia itu.
"Kenapa kamu tersenyum?" tanya Ibu angkatnya Xia pura - pura tidak tahu.
"Xia sangat senang karena Ibu mengatakan itu ke karyawan Ibu," jawab Xia dengan jujur.
"Karena bagaimanapun kamu adalah putri angkat ku jadi sudah sepantasnya mereka juga harus menghormatimu," ucap Ibu angkatnya Xia.
Xia hanya menganggukkan kepalanya setelah itu mereka saling diam tanpa ada yang mengeluarkan suara hingga mereka masuk ke dalam mobil.
Xia hanya memandangi jalan raya hingga mereka akhirnya sampai juga di pasar. Ibu angkatnya Xia berjalan bersama Xia hingga mereka berhenti di sebuah toko pakaian wanita.
Ibu angkatnya Xia mengambil empat stell pakaian untuk ke dua putri kandungnya dan tanpa di duga oleh Ibu angkatnya Xia kalau Xia mengatakan ingin membawa barang - barang belanjaan yang di bawa oleh ibu angkatnya.
"Biar Xia yang bawa Bu," ucap Xia yang tidak tega melihat Ibu angkatnya keberatan membawa tas belanjaan.
"Ini berat," ucap Ibu angkatnya Xia.
"Tidak apa - apa Bu," jawab Xia dengan nada masih lembut.
"Baiklah," jawab Ibu angkatnya Xia.
Ibu angkatnya Xia memberikan tas belanjaan ke Xia dan Xia pun menerimanya sambil tersenyum manis membuat ibu angkatnya merasa bersalah karena dirinya sudah lama tidak pernah membelikan pakaian baru untuk Xia.
"Xia," panggil Ibu angkatnya Xia.
"Iya Bu," jawab Xia.
"Apakah kamu tidak ingin minta dibelikan?" tanya Ibu angkatnya Xia sambil menatap ke arah Xia.
"Kalau jujur Xia ingin minta dibelikan tapi Xia tahu diri Bu kalau Xia adalah anak pungut karena itulah Xia tidak akan memaksa Ibu untuk membelikan pakaian baru untuk Xia," jawab Xia sambil masih tersenyum.
"Ambillah beberapa stell pakaian Ibu akan membelikannya," ucap Ibu angkatnya Xia.
"Benarkah?" tanya Xia tidak percaya.
"Benar tapi dengan satu syarat," pinta Ibu angkatnya Xia.
"Apa itu Bu?" tanya Xia penasaran.
"Ibu ingin kamu selalu seperti ini menjadi anak penurut dan tidak berbuat ulah," jawab Ibu angkatnya Xia.
"Xia berjanji Bu akan merubah semua sifat jelek Xia," ucap Xia dengan wajah serius.
"Ibu percaya padamu sekarang ambillah beberapa stell pakaian nanti Ibu akan membayarnya," ucap Ibu angkatnya Xia.
"Baik Bu, terima kasih," jawab Xia sambil tersenyum bahagia.
Xia mengambil dua stell pakaian kerja karena besok dirinya akan pergi berkerja karena Xia tidak mungkin besok memakai pakaian bekas milik ke dua adik angkatnya.
"Kok hanya membeli dua?" tanya Ibu angkatnya Xia sambil mengambil 4 stell pakaian untuk Xia.
"Apa tidak kebanyakan Bu?" tanya Xia.
"Ini baru sedikit nanti besok kita beli lagi," ucap Ibu angkatnya Xia.
"Sekali lagi terima kasih banyak Bu," ucap Xia sambil masih tersenyum.
Ibu angkatnya Xia hanya menganggukkan kepalanya sambil membalas senyuman Xia. Setelah selesai berbelanja Ibu angkatnya Xia belanja bahan pokok makanan.
Hampir dua jam mereka belanja dan akhirnya mereka pulang menuju ke rumah namun di dalam perjalanan Xia melihat Ibu angkatnya Xia memijat lengannya yang terasa pegal membuat Xia tidak tega melihatnya.
"Tangan Ibu kenapa?" tanya Xia.
"Tangan Ibu pegal seharian menulis belum lagi membawa barang belanjaan," ucap Ibu angkatnya Xia.
"Tadi seharusnya biar Xia yang membawa barang - barang belanjaan Bu," ucap Xia.
"Ibu tidak tega melihatmu membawa barang - barang belanjaan yang sangat banyak," jawab Ibu angkatnya Xia.
"Tidak apa-apa Bu, Xia kan kuat," ucap Xia.
"Oh ya Bu, Ibu mau aku pijat?" tanya Xia.
"Memang bisa pijat?" tanya Ibu angkatnya Xia.
"Bisa Bu tapi dikit - dikit," jawab Xia berbohong.
Ibu angkatnya Xia tanpa menjawab langsung memberikan tangannya ke arah Xia dan Xia langsung memijatnya dengan lembut sedangkan Ibu angkatnya Xia yang baru pertama kali di pijat merasa keenakan dan rasa pegal pada tangannya mulai berkurang.
"Pijatan mu enak," puji Ibu angkatnya Xia sambil menikmati pijatannya.
Tidak terasa mereka sudah sampai di rumah besar tersebut, mereka keluar dari mobil menuju ke tempat masing - masing namun tanpa sengaja Xia melihat ke dua adik angkatnya sedang menatapnya dengan sinis dekat kamarnya.
"Apa yang kamu bawa?" tanya adik ke dua adik angkatnya yang sejak dulu tidak mau memanggil Xia dengan sebutan kakak pertama.
"Ibu membelikan pakaian untukku," jawab Xia sambil berjalan ke arah kamarnya.
"Tidak mungkin Ibu kami membelikan kamu pakaian," ucap adik ke dua
"Mau kemana?" tanya adik ke tiga.
"Kalau tidak percaya tanya saja Ibu dan mengenai aku mau ke mana? Aku mau ke kamar mandi tubuhku lengket," jawab Xia sambil masih berjalan.
Ke dua adik angkatnya hanya bisa menggenggam ke dua tangannya dengan erat menahan amarah dan iri hati terhadap Xia karena dibelikan pakaian baru.
"Kita harus cari cara untuk mencelakai wanita yang tidak punya malu itu," ucap adik ke dua.
"Benar kak karena kita tidak mungkin bisa melawannya karena wanita yang tidak punya malu itu bisa bela diri," ucap adik ke tiga.
"Kita pikirkan nanti sekarang yang terpenting tanya ke Ibu kenapa membelikan pakaian untuk wanita yang tidak punya malu itu," ucap adik ke dua.
"Ayo kak kita ke kamar ibu," ajak adik ketiga.
"Ayo," jawab adik ke dua.
Ke dua gadis itu pun membalikkan badannya dan berjalan ke arah kamar Ibu nya untuk melakukan protes karena Xia dibelikan pakaian baru terlebih membelinya sangat banyak membuat ke dua gadis tersebut sangat iri dengan Xia.
Brak
Adik ke dua membuka pintu kamar Ibu nya dengan kasar membuat Ibu dan Ayah nya sangat kaget dan menatap kesal ke arah ke dua putrinya.
"Bisakah kalian mengetuk pintu terlebih dahulu?" tanya Ibu nya dengan nada kesal.
"Tidak bisa," jawab ke dua putrinya dengan serempak dan nada ikut kesal.
"Ibu, kenapa kakak pertama dibelikan pakaian? Bukankah kami sudah memberikan pakaian bekas?" tanya putri ke dua.
"Benar kata kakak ke dua, bukankah biasanya kakak pertama selalu diberikan barang bekas tapi kenapa sekarang dibelikan barang baru?" tanya putri ke tiga.
"Xia sengaja Ibu belikan pakaian baru karena mulai besok dan seterusnya sampai Ayah kalian sembuh akan berkerja di perusahaan karena itulah Ibu membelikan pakaian baru buat Xia," jawab Ibu nya.
"Tapi kan bisa pakaian bekas jangan dibelikan pakaian baru," protes adik ke dua.
"Ibu malu dengan anak buah Ibu jika Xia memakai pakaian bekas jadi Ibu membelikannya tapi jika kalian tetap protes kalian berdua yang menggantikan Xia berkerja di perusahaan," ucap Ibu nya dengan nada tegas.
"Kami tidak mau berkerja, tugas kami adalah menghamburkan uang," ucap putri ke dua.
"Betul kata kakak, tugas kami menghamburkan uang dengan cara jalan - jalan, pesta dan membeli barang - barang mahal seperti tas, membeli pakaian baru dan sepatu," sambung putri ke tiga.
"Kalau begitu jangan protes kalau Ibu membelikan pakaian baru," ucap Ibu nya dengan nada masih kesal.
"Ibu jahat," ucap ke dua putrinya dengan serempak sambil membalikkan badannya.
Brak
Ke dua gadis tersebut pergi meninggalkan kamar ke dua orang tuanya dengan cara membanting pintu membuat Ibu dan Ayah nya sangat terkejut terlebih Ayah nya menatapnya dengan tatapan sendu melihat kelakuan ke dua putri kandungnya.
"Mungkin salah Ibu yang dulu sering memanjakan mereka berdua jadi mereka kurang aj*r sama kita," ucap istrinya sambil mengusap dada suaminya agar tidak terlalu sedih.
"Ayah tahu, Xia sudah mulai berubah menjadi gadis baik, kemarin malam rumah kita di rampok dan Xia menyelamatkan Ibu begitu pula tadi pagi ketika dalam perjalanan ke kantor kami juga di rampok dan lagi - lagi Xia melawan mereka hingga babak belur selain itu Xia membantu Ibu mengurus perusahaan jadi Ibu tidak pusing lagi," ucap istrinya menceritakan tentang perubahan Xia.
"Karena itulah Ibu sengaja membelikan pakaian baru buat Xia dan Ayah tahu baru kali ini Ibu melihat senyuman tulus Xia membuat Ibu ingat waktu pertama kali kita melihatnya di panti asuhan," sambung istrinya sambil tersenyum.
"Oh ya Ibu mengganti namanya dengan nama Xia dan Xia setuju mungkin dengan mengganti namanya bisa membuat Xia berubah menjadi baik," ucap istrinya yang tahu arti tatapan dan kedipan suaminya.
Suaminya hanya diam tanpa mengeluarkan suaranya hanya bisa mengedipkan ke dua matanya tidak berapa lama pintu kamarnya di ketuk dan istrinya langsung memintanya untuk masuk ke dalam kamarnya.
Ceklek
Xia membuka pintu kamar ke dua orang tua angkatnya sambil tersenyum dan berjalan ke arah ranjang di mana Ayah angkatnya mengalami struk akibat ulah pemilik tubuhnya yang sering membuat masalah di tambah dengan ulah ke dua putri kandungnya.
"Ada apa Xia?" tanya Ibu angkatnya.
"Maaf Bu, Xia ingin melihat kondisi Ayah, apakah boleh?" tanya Xia penuh harap sambil menghentikan langkah ke dua kakinya.
"Boleh silahkan," jawab Ibu angkatnya Xia.
Xia melangkahkan kakinya kembali kemudian duduk di sisi ranjang sambil menatap Ayah angkatnya dengan tatapan sendu sepertinya pemilik tubuhnya merasa bersalah karena sering membuat masalah.
"Ayah, bolehkah aku mengecek nadi Ayah?" tanya Xia.
"Xia!!! Suamiku masih hidup kenapa kamu ingin mengecek nadi suamiku? Apa kamu ada rencana ingin mem bu nuh suamiku sekaligus Ayah angkat mu?" tanya Ibu angkatnya Xia dengan nada setengah membentak.
"Maaf Bu, maksud Xia adalah siapa tahu Xia bisa mengobati penyakit Ayah," ucap Xia menjelaskan.
Ibu angkatnya Xia menatap ke arah suaminya sedangkan suaminya mengedipkan sekali tanda kalau dirinya setuju dengan apa yang dilakukan oleh Xia membuat Ibu angkatnya Xia menghembuskan nafasnya dengan perlahan.
"Memang kamu bisa mengobati penyakit suamiku?" tanya Ibu angkatnya Xia dengan nada tidak yakin dan seakan meremehkan.
"Semoga saja bisa Bu," jawab Xia merendah.
"Xia, Ibu sudah berusaha melupakan apa yang kamu lakukan kami waktu itu dan sekarang ini Ibu berusaha bersikap adil dengan ke dua putriku dan kamu jadi Ibu minta jangan membuat sikap baik Ibu berubah kembali seperti dulu yaitu membencimu," ucap Ibu angkatnya Xia dengan nada tegas.
"Xia mengerti Bu dan terima kasih Ibu bersikap adil dan baik sama Xia jadi Ibu jangan kuatir Xia akan selalu berusaha untuk berbuat baik dan membalas budi Ayah dan Ibu," ucap Xia.
"Ibu percaya padamu dan sekarang periksalah suamiku," ucap Ibu angkatnya Xia dengan nada mulai lembut tidak sekeras tadi.
"Baik Bu," jawab Xia patuh.
Xia mulai mengecek kondisi Ayah angkatnya lewat nadinya setelah lima menit kemudian Xia menatap ke arah Ibu angkatnya membuat Ibu angkatnya menatap ke arah Xia.
"Ada apa?" tanya Ibu angkatnya Xia.
Xia mengatakan sesuatu ke Ibu angkatnya sedangkan Ibu angkatnya Xia hanya menganggukkan kepalanya kemudian Ibu angkatnya Xia memberikan semacam minyak urut ke arah Xia kemudian keluar dari kamarnya.
Xia mulai memijat salah satu kaki Ayah angkatnya dengan menggunakan minyak urut milik Ibu angkatnya hingga setengah jam kemudian Xia sudah selesai memijat ke dua kaki Ayah angkatnya bersamaan pintu kamarnya terbuka dan Xia tahu siapa yang datang.
"Ibu sudah siapkan sup yang tadi kamu katakan," ucap Ibu angkatnya Xia sambil berjalan ke arah ranjang.
"Kok Ibu yang buat bukan pelayan?" tanya Xia.
"Tidak apa - apa," jawab Ibu angkatnya Xia sambil meletakkan mangkok di atas meja dekat ranjang.
"Xia sudah selesai memijat, apakah Ibu juga mau di pijat?" tanya Xia
"Apakah kamu tidak capek?" tanya Ibu angkatnya Xia.
"Tidak Bu, tapi sebelum Ibu di pijat Xia ingin menyuapi Ayah lebih dulu," jawab Xia.
Ibu angkatnya Xia hanya menganggukkan kepalanya kemudian Xia mulai menyuapi Ayah angkatnya dengan kesabaran dan sekali-kali membersihkan mulutnya dengan menggunakan kain yang sudah disediakan oleh Ibu angkatnya hingga lima belas menit kemudian Xia sudah selesai menyuapinya.
"Ibu berbaring di samping Ayah," ucal Xia setelah selesai memberikan makan dan minum untuk Aya angkatnya Xia.
Ibu angkatnya Xia langsung berbaring di ranjang dan sejujurnya tubuh Xia sangat lelah namun Xia tidak tega melihat wajah lelah Ibu angkatnya.
Xia mulai memijat ke dua kaki Ibu angkatnya Xia secara bergantian lalu berlanjut ke badan dan ke dua tangannya hingga satu jam lebih akhirnya Xia sudah selesai sedangkan Ibu angkatnya Xia sudah tidur dengan pulas nya begitu pula dengan Ayah angkatnya.
Xia dengan perlahan meninggalkan kamar orang tua angkatnya menuju ke arah kamarnya untuk beristirahat namun sebelumnya meletakkan minyak urut milik Ibu angkatnya di meja ranjang.
Sampai di kamar Xia langsung berbaring di ranjang karena tubuhnya sangat lelah maka tidak membutuhkan waktu lama Xia sudah tidur dengan pulas nya.
Tiga Hari Kemudian
Tidak terasa waktu berjalan dengan cepatnya hingga tidak terasa sudah hari sabtu di mana Ibu angkatnya dan dirinya tidak berangkat ke kantor.
Di hari libur Xia yang sudah bosan di kamar keluar dari rumah orang tua angkatnya untuk mencari suasana baru namun di dalam perjalanan Xia harus berhadapan dengan orang - orang yang dulu pernah disakiti oleh pemilik tubuh membuat Xia melarikan diri karena dirinya tidak mungkin melawan orang yang tidak berdosa terlebih pemilik tubuhnya sering menyakiti mereka.
"Kejar dia dan siksa sampai ma ti," ucap salah satu warga.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!