NovelToon NovelToon

(Bukan) RAHIM PENGGANTI

Bab 1. (Bukan) Rahim Pengganti

"Kita mau kemana, Mas? Kenapa aku harus berdandan?" tanya seorang wanita.

Dia adalah Anindita Kaamilah Keisha, seorang wanita cantik dan lembut. Menikah dengan kekasih hati yang baru beberapa bulan dikenalnya. Rafa Fauzan Athalla.

"Jangan banyak tanya!" Rafa berkata dengan suara yang keras.

"Tidak biasanya Mas mengajak aku keluar malam begini."

"Kamu itu jadi wanita jangan bawel. Syukur aku mau mengajak kamu!" bentak Rafa.

Dita terdiam mendapat bentakan seperti itu dari suaminya. Usia pernikahan mereka baru berjalan tiga bulan lalu, tapi sikap Rafa sangat kasar padanya. Padahal awal dia mengenal Rafa, pria itu sangat baik dan ramah. Itulah mengapa saat hubungannya berjalan dua bulan, Dita menerima lamaran Dafa yang mengajaknya menikah.

Saat itu, Dita sangat bahagia, apa lagi selama ini dia hidup sebatang kara. Namun, kebahagian Dita tidak berlangsung lama, sebab Rafa perlahan-lahan sikap asli Rafa mulai terlihat. Pria itu sering pulang malam dalam keadaan mabuk.

Dita kaget saat mobil yang ditumpangi dirinya dan Rafa berhenti di depan sebuah klub malam. "Buat apa kita kesini, Mas?"

"Jangan banyak tanya! Kamu ikuti saja aku." Rafa menarik tangan Dita agar masuk ke klub malam itu.

Suara musik dan lampu yang berkelip menyambut saat mereka masuk ke klub malam tersebut. Rafa masih terus menarik tangan istrinya hingga masuk ke sebuah ruangan. Dalam ruangan itu dua orang pria tengah duduk dengan santainya.

"Selamat malam Pak Rendra dan Pak Dicky. Maaf saya datang sedikit telat," ucap Rafa sedikit membungkukkan tubuhnya.

"Duduklah, dan tanda tangani segera!" perintah pria bernama Dicky.

Rafa langsung menandatangani surat yang diberikan Dicky. Pria itu melempar seikat uang pecahan seratus. "Ini tambahan buatmu."

"Terima kasih, Pak. Apakah saya boleh pamit sekarang?"

"Silahkan, tidak ada yang perlu kamu lakukan lagi."

"Pak Rendra, hutang saya lunas'kan?" Pria yang dipanggil Rendra itu hanya mengangguk tanpa mengeluarkan suara.

Dita memandangi suaminya dengan curiga saat pria itu mengatakan hutang lunas.

"Kamu berhutang apa, Mas?"

"Tidak perlu kamu tau. Aku mau pulang. Kamu tetap di sini."

"Apa maksud kamu, Mas?" tanya Dita. Wanita itu langsung berdiri dari duduknya.

"Kamu saat ini telah menjadi milik Pak Rendra."

"Kamu menjual aku, Mas! Tega kau, Mas. Aku nggak mau." Dita berjalan cepat ingin meninggalkan ruangan itu. Namun, tangannya ditahan pria yang bernama Dicky.

"Mas, tolong aku. Jangan jual aku. Aku mohon, Mas," teriak Dita.

"Maaf Dita. Aku harus melakukan ini. Aku harus pergi." Rafa berjalan keluar dari ruangan itu.

"Mas, jangan tinggalkan aku," teriak Dita.

"Berisik! Buat wanita itu diam," ucap Pria yang bernama Rendra. Dicky mengeluarkan sesuatu dan menutup mulut wanita itu hingga Dita pingsan.

"Bawa masuk ke mobil dan langsung ke villa," perintah Rendra.

Arshaka Virendra Shafwan atau yang lebih akrab di panggil Rendra, seorang CEO muda. Pria itu sangat menginginkan keturunan. Istrinya Anggun, tidak dapat memberikan keturunan karena rahimnya telah diangkat saat mengalami keguguran beberapa tahun lalu. Rendra membeli Dita dari suaminya untuk dijadikan ibu pengganti.

***

Dita terbangun saat tengah malam. Mencoba mengenali ruangan yang terasa asing untuknya, seraya berusaha mengembalikan kesadarannya.

"Bagus, akhirnya kau sadar!" ucap Rendra, membuat Dita terkejut. Pria itu mendekati ranjang yang ditempati Dita.

"Kamu siapa? Mau apa kamu?"

"Tidak perlu kamu tahu siapa saya! Yang perlu kamu ingat saat ini, kamu telah menjadi budakku. Jadi ikuti saja apa yang aku mau!"

Dita turun dari ranjang dan bersujud di kaki Rendra. "Tolong lepaskan saya, Pak. Saya pasti akan membayar semua hutang suami saya. Beri saya waktu."

Rendra menarik baju Dita dengan kuat hingga wanita itu berdiri. Dita kembali menyatukan kedua tanganya tanda permohonan.

"Ampuni saya, Pak. Saya pasti akan membayar semuanya."

Tanpa Dita duga, Rendra menarik kuat baju wanita itu hingga robek. Dita menutup dadanya yang terbuka dengan kedua tangannya, wanita itu berjalan mundur menjauhi Rendra. Pria itu bahkan berjalan mendekati Dita.

"Bapak mau apa?" tanya Dita ketakutan.

Rendra mendorong tubuh Dita hingga terjerambah ke atas ranjang, kemudian menindih tubuh perempuan itu.

Dita yang merasa terancam terus meronta agar terbebas dari cangkraman Rendra. Namun, apa daya tenaganya tidak sepadan dengan Rendra. Pria itu kembali menarik sisa kain yang melekat di tubuh Dita, hingga tersisa pakaian dalam saja.

"Saya mohon, Pak. Jangan lakukan ini. Saya pasti akan membayar semua uang yang suami saya pinjam," ucap Dita dengan air mata yang terus turun membasahi pipinya.

Rendra mengacuhkan semua tangisan Dita. Pria itu berdiri untuk membuka seluruh pakaian yang melekat ditubuhnya. Kesempatan itu digunakan Dita untuk melarikan diri. Dita mencoba membuka pintu kamar, ternyata terkunci. Rendra yang geram melihat wanita itu, menarik tangan Dita keras dan menghempaskan tubuhnya ke ranjang.

Setelah Dita terbaring, tanpa pemanasan Rendra memasuki bagian inti tubuh Dita. Rendra menggerakan tubuhnya mengacuhkan tangisan Dita.

Malam itu Rendra melakukan hingga tiga kali dengan Dita. Pria itu tidak peduli keadaan Dita yang tampak menyedihkan. Rendra hanya ingin Dita segera mengandung benihnya.

...****************...

Bersambung

Selamat sore. Mama datang lagi dengan karya terbaru mama. Mohon dukungannya. 💓💓💓💓💓

Bab Dua. (Bukan) Rahim Pengganti.

Dita terbangun di pagi hari. Dia melihat sekitar dan sudah tidak mendapati Rendra di ruangan itu. Kejadian semalam masih teringat jelas di pikiran Dita. Di mana saat Rendra memaksanya melayani pria itu tanpa perasaan. Bahkan, Rendra melakukannya berulang kali. Dia bagai diperlakukan layak hewan. Hal itu membuat Dita jatuh pingsan dan tidak tahu apa lagi yang dilakukan Rendra padanya.

Dita turun dari tempat tidur dan berjalan sempoyongan menuju kamar mandi. Bagian inti tubuhnya terasa sakit. Di dalam kamar mandi, tangisan Dita kembali pecah. Dia membasuh tubuhnya hingga berulang kali, berharap noda yang ditinggalkan Rendra saat berhubungan badan itu hilang.

Usai membersihkan diri, Dita berjalan menuju lemari dan mencari pakaian yang bisa dirinya kenakan. Dita melihat ada pakaian dalam wanita yang masih ada mereknya. Pertanda belum pernah di pakai. Dita mengambilnya dan mengenakan.

Dita mencari baju, namun tidak ada pakaian wanita yang tampak. Dita mengambil kemeja cowok yang dia lihat dan mengenakan.

"Harusnya aku tidak melakukan hal ini," batin Dita yang mulai menyesali semuanya.

Dita merasa kesal pada dirinya sendiri karena tidak bisa berbuat apa-apa disaat dirinya hanya dijadikan pemuas nafsu untuk memiliki anak oleh Rendra. Setelah membenahi dirinya, Dita berjalan menuju pintu kamar yang ternyata tidak di kunci.

Merasa memiliki kesempatan untuk kabur, Dita memanfaatkan keadaan ini dengan baik, dia berjalan perlahan menuju lantai bawah dan memandang kesekeliling. Rumah tampak sunyi. Dita mempercepat langkahnya hingga mencapai pintu utama.

Awalnya suasana aman sehingga Dita memilih langsung berlari menuju halaman rumah, namun langkahnya dihentikan dua orang satpam yang berjaga disana.

"Ibu mau kemana?" sapa salah-satu satpam yang berjaga.

"Aku mau pulang, tolong minggir!" sentak Dita.

"Maaf, Bu. Pesan Pak Dicky Ibu tidak diizinkan pergi kemana-mana!" ujar satpam yang lain.

"Kenapa tidak boleh. Aku bukan penjahat!"

"Kami hanya menjalankan tugas. Semoga ibu mengerti."

"Minggir ...," ucap Dita sambil mendorong kuat tubuh kedua satpam itu. Dita berlari kencang menuju pagar. Kedua satpam itu mengejar Dita dan memegang kuat kedua tangannya saat mencapai tubuh wanita itu.

"Lepaskan! Tolong! Tolong!" teriak Dita. Kedua satpam itu langsung menggendong tubuh Dita dan membawanya masuk menuju ruang kerja Pak Rendra.

Rendra dan Dicky yang sedang mengobrol kaget saat kedua satpam membuka paksa pintu sambil menggendong tubuh Dita. Bagian bawah tubuh wanita itu tereskpose karena dia hanya menggunakan atasan kemeja milik Rendra.

"Ada apa? Kenapa wanita ini kalian gendong?" tanya Dicky. Rendra mengisyaratkan agar Dicky menutup tubuh Dita. Dicky membuka jasnya dan menutup paha Dita.

"Wanita ini berusaha kabur, Pak."

"Letakan aja di sofa dan kalian boleh pergi!" perintah Dicky.

Satpam itu meletakan Dita di atas sofa dan langsung keluar dari ruang kerja Rendra. Dicky mengunci pintu itu.

Rendra mendekati Dita dan mengcengkeram rahang wanita itu kuat hingga terdengar rintihan dari mulut Dita.

"Jangan coba-coba kabur, atau kamu harus membayar sepuluh kali lipat dari uang pinjaman suami kamu, saat ini juga!" ancam Rendra dengan nada ketus dan dingin

"Aku nggak sudi menjadi budak napsumu!" jawab Dita dengan penuh keberanian, tatapan matanya memancarkan kebencian pada Rendra.

Mendengar ucapan Dita, Rendra menarik rambut Dita keras hingga rintihan kembali terdengar dari mulut wanita itu.

"Jika kamu tidak mau melayani aku, apakah kamu mau melayani dua satpam tadi dan tiga orang lainnya yang bekerja di sini setiap malamnya!" bentak Rendra. Dita hanya diam tanpa menjawab ucapan Rendra.

"Baiklah! Jika itu pilihanmu. Dicky, bawa seluruh pria yang bekerja di villa ini. Kurung di gudang dengan wanita itu, semalaman!" teriak Rendra.

Dita yang mendengar ucapan Rendra menjadi sangat ketakutan. Wanita itu langsung bersimpuh di kaki Rendra.

"Ampun, Pak. Jangan lakukan itu. Aku bersedia melayani Bapak kapanpun. Aku janji tidak akan kabur lagi. Aku mohon, Pak," ucap Dita dengan terisak.

"Dicky, kamu urus wanita ini. Setelah itu kurung di kamar bawah tanah!" perintah Rendra. Pria itu berjalan meninggalkan Dita dan Dicky.

Dicky lalu mengambil surat perjanjian, dan meminta Dita membaca dan menanda tangani surat itu.

Dita membaca surat yang diserahkan Dicky. Dalam surat perjanjian itu tertera jika setelah Dita melahirkan, dia harus menyerahkan anaknya dan pergi dari rumah ini.

"Bagaimana jika aku tidak hamil juga?" tanya Dita. Wanita itu teringat, pernikahannya dengan Raffa yang telah berjalan hampir enam bulan tapi dirinya belum ada tanda kehamilan. Seminggu yang lalu Dita masih datang bulan.

"Jika dalam tiga bulan ternyata kamu tidak hamil juga, kamu harus menjadi pelayan di rumah ini selamanya sebagai penebus hutang suamimu."

"Baiklah, saya mengerti," ucap Dita lemah. Wanita itu takut jika benar dirinya tidak bisa hamil dalam jangka waktu yang ditentukan, itu berarti dirinya akan menjadi budak di rumah ini seumur hidupnya.

Bab Tiga (Bukan) Rahim Pengganti

Melihat Dita masih bergelung dalam selimut tebal, membuat Rendra sedikit kaget. Tidak biasanya wanita itu masih terlelap di jam sembilan seperti ini. Pria itu menarik selimut membuat Dita kaget dan terbangun.

"Kamu pikir ini hotel. Nyenyak banget tidur kamu!" bentak Rendra.

"Maaf, Pak. Kepala saya pusing. Tadi saya sudah berusaha bangun, tapi perut saya terasa mual. Saya memutuskan tidur kembali. Apa Bapak ingin dilayani? Bapak pengin lakukan itu dengan saya pagi ini?" tanya Dita dengan wajah polosnya.

Selama dua bulan bersama Rendra, Dita mulai terbiasa melayani pria itu seperti suaminya sendiri. Walau terkadang masih ada ganjalan dihatinya, karena dia hanya dijadikan wanita untuk mencetak anak.

"Kamu pikir saya ke sini hanya untuk berhubungan denganmu! Jika bukan karena saya menginginkan keturunan, tidak sudi saya bercinta denganmu!" bentak Rendra.

"Maaf, Pak. Apa yang harus saya lakukan?"

"Cepat ganti pakaianmu! Kita akan ke rumah sakit. Periksa keadaanmu. Kenapa belum hamil juga!" Rendra menarik tangan Dita kasar agar bangun dari tidurnya. Padahal kondisi wanita itu sedang tidak baik-baik saja.

"Baik, Pak. Saya mandi dulu." Dita langsung turun dari ranjang dan berjalan ke kamar mandi. Setelah mandi, Dita merias sedikit wajahnya agar tidak terlalu pucat. Entah kenapa seminggu ini dia paling senang berdandan dan berpakaian rapi. Usai bersiap-siap, Dita menemui Rendra yang telah menunggunya di ruang keluarga.

"Saya telah siap. Apa kita akan berangkat sekarang, Pak?" tanya Dita.

Rendra memandangi Dita tanpa kedip dari ujung rambut hingga ujung kaki, membuat wanita itu menjadi salah tingkah.

"Ternyata dia cukup menarik, padahal hanya berdandan seadanya," batin Rendra.

"Apa ada yang salah dengan saya, Pak? Kenapa Bapak memandangi saya seperti itu?" tanya Dita hati-hati, takut memancing emosi pria itu pagi-pagi seperti ini.

"Jangan banyak tanya! Kita berangkat sekarang. Jika kamu belum juga hamil, berarti waktumu hanya tinggal bulan depan. Kamu tau apa yang akan saya lakukan jika bulan depan kamu belum juga mengandung benih saya? Saya akan mengirim kamu ke kebun sawit, kamu akan melayani para pekerja di sana!"

"Jangan, Pak. Bagaimana jika saya belum juga hamil, kita melakukan hubungan hingga 10 kali sehari?" tanya Dita dengan polosnya.

"Apa kamu sanggup?" Rendra balik bertanya. Dita menggeleng kepalanya. Tiga kali sehari saja, tubuhnya sudah terasa remuk. Bagaimana jika sepuluh kali sehari? Dita tersenyum cengengesan.

"Makanya, jangan coba-coba menantang saya! Kamu yang akan pingsan nantinya!"

***

Kini keduanya sudah sampai di rumah sakit. Dita sedang di tangani oleh doker, membuat Rendra duduk dengan gelisah, menunggu Dita. Setelah sepuluh menit, wanita itu kembali duduk di bangku sebelah Rendra.

"Bagaimana, Dok? Apakah wanita ini telah hamil?"

"Selamat Pak Rendra, Ibu Dita saat ini sedang mengandung enam minggu."

"Dokter tidak becanda'kan?" tanya Renda dengan raut wajah terkejut.

"Tidak Pak Rendra. Mana mungkin saya berani becandain Bapak. Setelah melalui rangkaian pemeriksaan, dapat disimpulkan jika saat ini Ibu Dita sedang mengandung benih Bapak."

Rendra tersenyum semringah mendengar ucapan Dokter itu. "Akhirnya saya akan memiliki keturunan juga," gumam Rendra.

"Apa saja yang akan dialami wanita hamil,Dok?"

"Saat hamil muda, ibu biasanya akan merasakan pusing dan mual. Ibu hamil juga mudah berubah suasana hatinya. Perubahan suasana hati yang cepat atau mood swing saat hamil biasanya terjadi pada kehamilan trimester pertama dan ketiga. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti perubahan hormon, perubahan pada tubuh, kurang tidur, kelelahan, rasa cemas, dan stres."

"Jadi apa yang harus dilakukan?"

"Jangan membuat ibu hamil muda banyak pikiran. Buatlah agar suasana hatinya selalu gembira."

"Baiklah, Dok."

Setelah merasa cukup perbincangan dengan Dokter, Rendra pamit. Sebelum mengendarai mobil, Rendra meminta supirnya mengambilkan resep obat yang diberikan Dokter.

Dita teringat ucapan dokter yang mengatakan jika dirinya tidak boleh banyak pikiran. Wanita itu akan memanfaatkan kesempatan ini untuk mengerjai Rendra.

"Pak, saya bosan di kamar terus. Apa saya boleh jalan-jalan di kebun belakang kapan saja saya mau?"

"Kamu mau kabur lagi?"

"Bukan, Pak. Ini juga demi bayi yang ada dalam kandungan saya. Jika saya bosan, pasti itu akan membuat mood saya jelek. Itu bisa jadi stress. Bapak dengar tadikan, jika saya tidak boleh stress atau banyak pikiran."

Rendra melirik ke arah Dita, dia teringat kata-kata Dokter tadi. Jika wanita hamil muda itu rentan mengalami keguguran jika ibu bayi dalam keadaan tertekan dan banyak pikiran. Mengingat itu akhirnya Rendra mengizinkan Dita keluar dari kamar.

"Kamu boleh keluar dari kamar, asal jangan coba-coba melarikan diri. Kamu tau apa akibatnya jika kamu mencoba kabur!"

"Terima kasih, Pak. Saya tidak akan kabur. Percayalah," ucap Dita senang karena Rendra mengabulkan permintaannya.

***

Setelah mengantar Dita ke villa, Rendra kembali ke rumah. Istrinya Anggun menyambut kedatangan Rendra dengan gembira.

"Mas, kamu tampak bahagia sekali. Ada apa ini?" tanya Anggun melihat Rendra yang terus tersenyum.

"Dita, wanita yang aku katakan padamu itu. Dia saat ini sedang hamil. Akhirnya aku akan memiliki keturunan. Aku akan jadi ayah," ucap Rendra dengan senangnya.

"Selamat, Mas. Aku ikut bahagia. Karena itu akan menjadi bayiku juga."

"Aku pulang hanya ingin mengambil berkas pekerjaan. Seminggu ini aku akan di villa menemani Dita. Wanita hamil muda itu harus diberi banyak perhatian agar tidak banyak pikiran."

"Jadi Mas pulang hanya untuk pamit?"

"Aku ingin kamu bisa mengerti. Aku tidak mau terjadi sesuatu dengan bayi dalam kandungan Dita."

Rendra berjalan masuk ke ruang kerjanya dan setelah itu langsung pamit kembali ke villa. Anggun istri Rendra tampak kurang senang.

"Baru saja hamil, wanita itu telah berhasil mencuri perhatian Mas Rendra, bagaimana nanti. Aku tidak akan membiarkan wanita itu merebut hati Mas Rendra," gumam Anggun pada dirinya sendiri.

...****************...

Selamat Siang. Semoga semuanya suka dengan karya terbaru mama ini. Terima kasih.

Bonus visual

Dita

Rendra

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!