NovelToon NovelToon

Sekali Lagi

Satu

Namaku Reina..orang orang memanggilku Rere. Aku anak tunggal dan aku hanya tinggal bersama ibu ku saja.

Nama ibuku Sandra. memurutku dia ibu yang baik, walaupun kami tidak terlalu dekat, tapi dia selalu berusaha memenuhi semua kebutuhanku. Dan aku jarang sekali melihat ibuku tersenyum, apa lagi tertawa.

Entahlah, apa yang membuatnya menjadi seperti itu.

Hari ini, sehari setelah aku dinyatakan lulus SMA, aku menerima dua amplop surat. Yang pertama adalah surat dari Universitas tempat aku mendaftar sebagai mahasiswa jurusan Psikologi. Sisanya amplop putih tipis persegibpanjang, didepannya tertulis namaku, tapi sayang, tidak ada nama pengirimnya.

Aku jadi menebak nebak siapa gerangan pengirim surat ini.

Aahh..tapi sepertinya hari ini bukanlah hari yang cocok untuk bermain tebak tebakan. Karena hari ini adalah hari yang tak akan pernah aku lupakan seumur hidupku..

Dan hari ini tak ada yang bisa aku lakukan selain duduk diam di kursi meja makan, dengan dua amplop ditangan.

Tadinya aku sangat bersemangat menunggu amplop dari Universitas ini datang. Tak ada yang lebih kuinginkan didunia ini selain menjadi seorang ahli Psikologi. Kupejamkan mata, mengingat baik baik dalam hati tanggal tanggal penting yang berkaitan dengan tes masuk.

Ada sesuatu tentang Psikologi yang sangat menarik bagiku sejak aku kecil. Ketika aku kecil, setiap berkenalan dengan orang orang baru, aku akan memperhatikan dan menganalisa semua gerak gerik, kebiasaan orang yang baru aku temui.

Begitulah aku, sekali aku mulai menganalisa seseorang, maka itu tidak akan berhenti disitu saja. Aku akan mulai mencecar orang itu banyak pertanyaan, yang biasanya hanya selalu tentang diri orang itu.

Siapa namanya, tinggalnya dimana,apa hobinya, apa dan siapa yang paling disukainya, apa dan siapa yang paling dibencinya, apa yang dia lakukan kalau sedang marah, dan pertanyaan pertanyaan aneh lainnya, yang tak jarang membuat mereka menghindariku, karena mengira aku aneh.

Dan ini tidak hanya berlaku pada anak anak seusiaku saja. Bahkan aku kerap bertanya pada orang yang lebih tua dariku atau orang dewasa, dan biasanya mereka akan mengernyitkan dahi mereka, merasa aneh dengan anak kecil seusiaku bertanya hal hal yang seharusnya belum tepikirkan oleh anak anak seusiaku. Yah..tapi itulah aku .

Aku sangat suka membaca, hari hariku lebih banyak kuhabiskan dengan membaca. Buku apa saja akan kubaca,terutama buku buku tentang kejiwaan.

Kalau ada yang mengajakku bermain petak umpet atau kejar kejaran, aku akan menolaknya dan berkata pada mereka, ''permaianan ini hanya membuang buang waktu saja, tidak akan ada kepintaran yang kalian dapatkan melainkan hanya akan menjadi orang orang yang bodoh''.

Lalu mereka akan kesal memdengar kata kataku yang pedas itu. Bahkan aku pernah ditegur oleh salah satu guruku waktu SD.

''Rere, dari mana kamu mendapat kata kata seperti itu, tidak pantas anak kecil bicara seperti layaknya orang dewasa, sana dan bermainlah dengan teman teman seusiamu!''

Lalu aku memjawabnya '' Tentu saja aku bisa berbicara seperti itu karena aku banyak membaca, tidak seperti mereka yang pemalas dan akhirnya menjaadi orang orang yang bodoh''

Dan guruku itu hanya bisa menggeleng gelengkan kepalanya heran dengan semua perkataanku.

Prinsipku adalah, pasti akan sangat menyenangkan menghabiskan hidup ini dengan mempelajari apa saja yang ada dimuka bumi ini. Seperti misalnya pelajaran sejarah, aku pernah mendengar seseorang berkata '' kegunaan belajar sejarah asalah memastikan diri kita untukntidak mengulangi kesalahan kesalahan dan kebodohan yang terjadi dimasa lalu'' , dan kupikir itu ada betulnya, makanya agar kesalahan itu tidak terulang,karaktwr manusianya harus diperbaiki juga, agar jiwa jiwa yang bodoh tidak terus bertambah dimuka bumi ini.

Aku tidak pernah menolak mrlakukan apa pun, selama aku bisa membaca buku buku tentang psikologi. Dan aku melakukannya. Aku selalu menabaca, membaca dan membaca.

Aku merasa sudah menemukan jalan hidupku, yaitu menjadi seorang ahli psikologi yang bisa meyelami jiwa jiwa manusia yang beraneka ragam ini.

Tapi sekarang, amplop putih misterius yang kudapat hari ini, membuat ku hilang minat pada amplop Universitas yang kutunggu tunggu dan merasa tidak tertarik lagi.

Aku menimbang nimbang amplop putih itu, dan memutuskan untuk membawanya kekamar, tapi aku melihat ibuku sedang menonyon tv.

Ibuku ,dirumah orang lain mungkin hal yang biasa apabila seorang ibu menonton televisi dihari senin pagi, tapi tidak dengan ibuku. Aku menjadi sedikit bertanya tanya dan sedikit khawatir, ada apa gerangan?

Meja makan berada diseberang ruang televisi, jadi aku sedikit leluasa memandang ibuku. Ia menggunakan baju kaos biru bergambar bunga matahari berwarna kuning, sangat kontras, dan celana panjang berwarna hitam serta sandal rumah.

Ekspresinya datar, dia duduk disofa dengan dengan mengakkan punggungnya, nyaris tak bergerak seperti sebuah patung menakin. Hening..tak ada suara, bahkan suara televisipun tak kudengar. Aku memiringkan badanku untuk melihat ke arah televisi, melihat apa yang tengah ditonton oleh ibuku, tapi ternyata ibuku hanya sibuk menekan tombol tombol remot, mengganti saluran berulang ulang kali.

Ah,pantas saja tak ada suara televisi, yulisan Mute terlihat jelas dilayar televisi.

Kupandang dua amplop yang berada ditanganku, perlahan keduanya mengabur dan berubah menjadi seperti asap yang langsung terbang menghilang ditiup angin.

Aku sangat ingin bertanyabpada ibuku, ada apa dengannya hari ini, mengapa diabtidak pergi bekerja. Tapi taknsepatah katapun terucap. Selama delapan belas tahun aku hidup dengan ibuku, kami memang jarang berbincang bincang kalau tidak ada yang sangat penting.

Ibuku seorang dokter spesialis syaraf dan integritasnya pada pekerjaannya membuatku sangat mengaguminya. Ibuku sangat jarang dirumah. Dan jika dia dirumah, ia akan mengahbiskan sebagian besar waktunya dikamar. Kami hanya bertatap muka bila sedang makan dimeja makan yang sama. Kami hanya akan saling bertemu hanya digarasi lalu bertukar senyum canggung,lalu memghilang, asik dengan dunia kami masing masing.

Ketika aku kecil, aku sering berpikir kalau ia bukan ibuku. Ibuku yang asli akan datang pada suatu sore yang indah dengan langit yang sangat cerah, dan dia membawa ku pergi bertamasya dan bersenang senang penuh dengan canda dan tawa, membuatku sangat bahagia. Lalu kami akan makan ice cream bersama lalu pulang kerumah kami yang hangat. Dan dia akan mengantarkan aku tidur, lalu mengecup keningku dan mengucapkan ''selamat tidur sayang, mimpi yang indah''.

Setiap malam aku selalu berdo'a agar Tuhan memgabulkan semua mimpiku. Setiap bamgun pagi, kubayangkan mama ku yang asli sedang membuatkan ku sarapan sereal, lalu berucap ''selamat pagi princess, apakah kau tidur nyenyak semalam?'' aahh betapa indahnya kalau itu benar benar terjadi.

Dua

Waktu TK aku pernah punya pengasuh, yang ku panggil mbok Sumi. Diapun bolehlah menjadi ibuku. Mbok Sumi badannya tidak terlalu besar, sedikit kurus dan kulitnya sawo matang, tapi giginya sangat putih, dan wajahnya sangat jenaka, lucu sekali. Ia selalu membuatku tertawa, dan ia mengurusku dengan sangat baik, aku suka bermanja manja padanya.

Kalau dia sedang menonton acara dangdut kesukaannya, aku suka tidur tiduran dipahannya. Akibatnya aku kadi hafal nama nama penyanyi dangdut era itu. Mansur S, Imam S Arifin, Chacha Handika, Elvi Sukaesih, Elya Kadam, masih banyak lagi yang lainnya.

Aku bahkan punya video klip kegemaranku sendiri, Ilalang oleh Machicha Mochtar, ciptaan Camelia Malik. Aku sampai hafal liriknya. Aku sangat suka bagaimana sipenyanyi terlihat begitu sedih akan pengkhianatan oleh orang yang dicintai. Bahkan mbok Sumi tak jarang ikut jadi sentimentil ketika mendengar lagu ini, dia juga ikut menangis, seolah olah pernah merasakan hal serupa itu.

Aku sangat menyayangi mbok Sumi, bahkan aku sempat punya pemikiran, andaikan dia bukan ibuku yang sebenarnya, ketika aku besar nanti dan punya uang sendiri, aku akan mengadopsinya menjadi ibuku.

Tapi sayang, saat aku kelas 4 SD, mbok Sumi jatuh cinta dan menikah.dengan tukang sayur keliling dikomplek perumahan kami. Mereka pun pindak ke pinggir kota dan tinggal disana.

Sejak saat itu, aku jadi sendiri dan selalu sendiri.

Saat mendapat haid pertamaku, aku memutuskan bahwa aku sudah dewasa, dan aku belajar menerima kenyataan seperti apa adanya. Ibuku adalah ibuku , dan sinterklas tidak akan datang dimalam natal memberikanku ibu baru meski aku telah berlaku manis sepanjang tahun.

Dan inilah sekarang, kami terus hidup bersama dengan gaya komunikasi kami yang seperti tinggal dalam cangkang masing masing.

Aku bahkan nyaris tak tahu harus bicara apa dan bagaimana cara berbicara padanya.

Aku menarik nafasku berat, lalu berdehem, tapi ibuku masih diam dan matanya lurus menatal layar televisi yang acaranya tak jelas karena terus menerus diganti ganti.

Aku berdehem lagi, berusaha membersihkan tenggorokanku.

''Mama'' , panggilku

''Kapan surat ini datang?'' tanya ku

Lalu ia menjawab dengan nada datar, seperti biasa.

'' Tukan Pos mengantarnya tadi pagi''. ucapnya

''Yang satu inu tanpa nama pengirim'' ucapku

''Ya, memang'' jawabnya acuh.

Lalu aku memandang surat dengan amplop putih itu, aku baru menyadari bahwa surat ini sepertinya sudah dibuka. Mama membuka suratku!

Dadaku bergemuruh dan mendadak berdegup kencang oleh rasa marah. Rasanya kau tinggal serumah dengan orang yang tak kau kenal, tapi dengan lancang berani memeriksa dan membaca suratmu. Lancang sekali bukan?!

Dan itu bukan analogi, karena aku dan ibuku memang seperti dua orang asing yang terperangkap dalam satu ruangan yang sama.

Tapi aku bisa apa, walau bagaimanapu asingnya kami, dia tetaplah ibuku. Setidaknya dia masih memenuhi semua kebituhanku, tidak perna membiarkan aku kekurangan apapun, hanya kurang perhatian dan kasih sayang saja.

Aku jadi sangat penasaran dengan isi surat ini. Karena, selama ini ibu tak pernah memperhatikan apa yang terjadi padaku, lalu mengapa sekarang tiba tiba menjadi penting baginya siapa yang mengirim surat padaku?

Aku memandang ibuku sekali lagi. Wajahnya yang terlihat dari samping kiri sangatlah cantik. Rambut lurusnya hitam legam, sangat kontras dengan kulitnya yang putih bersih. Hidungnya mungil tapi mancung, membuat wajahnya sama sekali tidak terkesan kekanak kanakan. Secara keseluruhan, ibuku mengeluarkan aura anggun yang hakiki, sesuatu yang sama sekali tidak kupunya .

Badanku kurus kecil, rambutku ikal sebahu, kulitku pucat dengan kacamata yang selalu bertengger dihidungku. Aku kikuk, tak bisa berjalan tanpa menyenggol sesuatu, mataku bulat besar, sedangkan mata ibuku sedikit sendu menambah kenaggunan wajahnya. Ketiak aku kecil, ketifak miripan kami membiatku semakin yakin bahwa dia bukanlah ibu ku.

Tapi semakin hari, semakin aku berpikir, mungkin saja aku mirip ayahku, meski kami tak pernah membicarakannya.

Pokoknya, kecantikan ibuku adalah kecantikan yang dingin dan tak tersentuh, bagaikan gunung es yang menjulang tinggi, tak terjangkau oleh siapapun. Gunung es yang dingin, yang mampu melenyapkan kehangatan dan kebahagiaan.

Aku tak bisa membayangkan, hidup didlam rahim ibuku selama sembilan bulan, karena dia adalah orang asing bagiku. Pernah menjadi bagian dari dirinya, membuatku agak bertanya tanya. Apakah ibuku pernah berfikir untuk melahirkan makhluk asing? seperti apa rasanya mengandung makhluk asing selama sembilan bulan?

Aku terus memandangi ibuku sambil berfikir, siapa dia? aku tidak mengenalnya dan begitupula fia tidak mengenalku.

''Hhhhh''...Kembali aku menarik nafasku berat. Rasanya sesak sekali didalam rongga dadaku, ketika aku memikirkan hubungan keterasingan kami.

''aaahhh persetan denagn semua ini,aku yidak akan memikirkan tenatang ibuku lagi'' keluhku didalam otakku.

Aku kembali konsetrasi dengan amplop yang kupegang

''heeh..baiklah, walaupun surat ini sudah dibuka, tapi dia tetaplah sebuat surat bukan?'' gumamku pelan.

Ada seseoramg diluar sana yang ingin menyampaikan sesuatu padaku, ya! padaku seorang. Dan itu membuatku agak terharu.

Dengan tangan bergetar, aku membuka amplop itu, lantas mengeluarkan kertas isinya. Selembar kertas HVS berlipat tiga. Aku membukanya dan mulai membacanya.

Reina Anakku,

Sudah delapan belas tahun usia mu sekarang, aku tidak berani berharap kau masih ingat padaku. Kita berpisah saat kau belum genap satu tahun. Kurasa tak banyak yang bisa diingat oleh anak bayi seusiamu, dan itu bukan salahmu.

Aku menulis padamu, untuk mengabarkan bahwa aku sedang sakit. Penyakitku ini terbilang langka, sedang umurku sekaramg sudah 55 tahun. Aku selalu percaya bahwa aku akan mati pada usia yang sama dengan ayahku, yaitu 80 tahun. Artinya aku akan hidup selama 35 tahun lagi. Tapi aku sudah mengalami semua apa saja yang mungkin dialami orang yang hidup selama.separuh abad lebih, dan bisa dibilang aku tak ingin apa apa lagi.

Jikapun masih ada hal yang aku inginkan adalah Bertemu denganmu walau itu hanya sedetik. Dan ketika kau memilih meludahi mukaku, berteriak padaku atau bahkan memukuli diriku, aku akan terima semua itu. Aku bahkan akan bercerita padamu, memgapa dulu aku meninggalkanmu, jika kau ingin mendengarnya. Tentu saja itu adalah cerita yang sangat panjang dan rumit, tapi layak untuk didengar. Kalau kau berkenan, kunjungi aku dikota B, ya?.

Dengan cinta,

Ayah

Nb: aku meninggalkan kartu nama seorang teman, jika kau berkenan untuk berjumpa denganku, dia akan mengurus semuanya.

Tiga

Aku terdiam, tak bergerak, tubuhku tiba tiba menjadi kaku. Laki laki ini mengaku sebagai ayahku. Haah..lelucon apa ini?

Jantungku berdetak sangat cepat, dadaku jadi terasa sesak, sakit sekali,perih dan...pahit.

Seperti tulisan alamatku, isi surat ini juga diketik dengan rapi. Semua laki laki didunia ini bisa saja mempunyai kemampuan mengetik, dan mereka bisa saja melakukan tipuan murahan seperti ini, walaupun aku tak bisa memkirkan motif mereka apa melakukan hal ini pada ku.

Aku akui, aku tak punya memori sedikitpun tentang seorang laki laki yang hadir dalam hidupku untuk bisa ku panggil ''ayah''. Aku bahkan tak bisa walau sekedar hanya membayangkan wajahnya saja, tak pernah kulihat ibuku dengan seorang lelakipun. Seumur hidup aku hanya tinggal dengan ibuku.

Tak ada kata ''ayah'',''bapak'', ''papa'' dan sejenisnya, tidak ada dalam kamus hidupku dan aku merasa baik baik saja. Maksudku, aku memang tidak pernah tau seperti apa rasanya punya ikatan dengan laki laki dewasa, jadi aku sedikitpun tidak merana. Kurasa hal ini sama seperti bertanya pada situli, ''apakah suaraku merdu?'' atau bertanya pada sibuta '' bagaimana cuaca hari ini'' atau pada simiskin ''bagaimana rasanya kehilangan kartu kredit''.

Yah..begitulah kehidupan, kita takkan pernah merasa kehilangan akan sesuatu hal yang tak pernah kita miliki. Yang sering kita lakukan hanyalah selalu membanding bandingkan situasi dengan orang lain dan akibatnya malah merugikan diri sendiri, merana sendiri.

Kulirik ibuku, dan dia masih pada posisinya dari pertama aku melihatnya, diam tak bergerak, sedikitpun tidak. Persis seperti seorang pertapa. Hanya jari telunjuknya yang bergerak menekan nekan tombol remote control.

Uuuhh..tiba tiba kerongkonganku terasa kering, aku menjadi sangat haus, seperti seorang pengelana yang tersesat digurun pasir yang kering, akunharus minum sesuatu.

Aku segera beranjak dari tempat dudukku, menimbulkan bunyi berderit ketika memggerser kutsi, lalu bergegas berjalan ke lemari pendingin yang berada didapur, aku mengeluarkan es, lalu memgambil gelas dan membuat teh manis, lalu kumasukkan es tadi..

aaaahh..rasanya sangat lega dan segar lagi, setelah ku teguk es teh manis itu.

Lalu aku berjalan kembali ke kulkas, memgambil beberapa potongan buah apel dan pir , lalu kubawa kembali ke meja makan dan duduk ditrmpatku semula.

Sambil mengunyah buah yang kuambil tadi, aku kembali memikirkan surat tadi.

Ayahku terdengar seperti orang baik dan menyenangkan. Aku jadi penasaran, seperti apakah dia?, apa dia juga sama sepertiku yang suka membaca?, buku apa kira kira yang dibacanya? Aku sangat menyukai buku buku tentang kejiwaan, apakah dia juga sama?. Aku sungguh tak keberatan punya ayah yang suka membaca sepertiku. Dan ya, dia memintaku untuk mengunjunginya di kota B, aku pernah mendengar tentang kota itu, tapi aku belum pernah pergi kesana.

Aku meraih amplop yang kuletakkan dimeja makan didepanku, mencari kartu nama trman yang fikatan ayahku disuratnya.

Anthony, ada alamat dan juga nomor teleponnya.

Aku membaca nama perusahaan dibagian atas kartu. Hmmm..mungkinkah itu perusahaan ayahku?

Didalam amplop itu selain kartu nama, ada selembar lertas berukuran lebih besar dari kartu nama dan aku memgeluarkannya. Wah..ini ternyata selembar photo seukuran kartu pos. Seorang lelaki menggendong anak perempuan berusia sekitar dua tahun sambil duduk diatas sofa berwarna merah. Lelaki dalam photo itu berambut panjang sebahu, dengan kumis dan jenggot tipis, mengenakan kemeja polos berwarna krem dengan celana potongan ala ala cowboy. Lelaki itu tersenyum ceria, menatap ke kamera sambil memeluk si anak perempuan yang sedang tertawa lebar. Anak perempuan itu mengenakan baju gaun tanpa lengan dengan motif bunga bunga berwarna kuning dengan kaus kaki setinggi lutut dan sepatu hitam berpita. Tangan mungilnya memegang erat baju si lelaki.

Butuh beberapa menit sevelum aku menyadari bahwa anak perempuan didalam photo itu adalah diriku. Aku menatap photo itu lama sekali, sambil mengingat ingat kejadian itu. Tapi aku malah menjadi frustrasi karena tak ada dalam ingatanku peristiwa dalam photo itu.

Dan lagi menurut suratnya, dia pergi ketika aku belum genap berusia 1 tahun. Lalu kapan photo ini diambil? Aku menggali memoriku lagi dan lagi, tapi tak satupun kutemukan gambar ayahku didalamnya. Saat ini aku mulai ragu lagi. Aku menjadi bimbang. Surat ini bisa saja bohongankan? atau hanya kerjaan orang orang iseng yang tak punya pekerjaan.

Atau bisa jadi memoriku yang menipuku?

Ah..entahlah, lebih dari segala galanya, aku sangat berharap kemungkinan untuk bisa bertemu dengan ayahku bukanlah kebohongan semata. Aku sangat ingin melihat wajahnya, apakah benar aku mirip dengannya? karena seperti yang sudah kukatakan, aku tak mewarisi wajah cantik ibuku sama sekali.

Sekali lagi, kupandangi photo yang sedang kubpegang itu. Aku tak bisa mengingat kapan dan dimana photo itu diambil, dan melihat kenyataan anak didalam photo itu tertawa bahagia, nyaris membuatku sangat iri dan merasa bersalah padanya, karena jika bemar dia seceria itu dulu, aku akan sangat menyesal telah membiarkan dia tumbuh besar menjadi orang yang seperti aku sekarang ini.

Aku tidak bisa membayangkan kekecewaan gadis kecil didalam photo itu, apabila dia tau kalau dia yang dewasa akan menjadi seperti diriku... ''ah..maafkan aku gadis kecil'' ucapku sambil mengusap usap wajah gadis kecil diphoto itu.

Dan aku pun tak pernah membayangkan kalau aku punya ayah yang berambut panjang, seperti seorangb rock star.

Aku menyesap minumanku, lalu berdehem.

''eheem....mama, apa benar ayah dulu berambut panjang?'' tanyaku pada ibuku.

Tidak ada jawaban, aku menunggu ibuku membuka mulutnya dan menjawab pertanyaanku. Aku tetap bersabar setelah menunggu sekian menit berlalu. Karena aku sangat ingin tau, apakah benar dia berambut panjang?

Aku jadi ingat, disalah satu buku yang aku baca yaitu buku sejarah, negara ini dulunya punya cerita yang sangat absurd menurutku tentang pria yang berambut panjang. Bahkan dikantor urusan publik, mereka menempelkan pengumuman yang memuat larangan bagi pria berambut gondrong untuk melakukan pengurusan berkas berkas kenegaraan dan tidak boleh memakai pakaian yang kedodoran.

Karena bagi pemerintah jaman dulu, pria pria berambut gondrong adalah manusia yang acuh tak acuh.

Aku sungguh merasa lucu dengan peraturan itu. Apa mereka lupa kalau Yesus sendiri berambut panjang?, bahkan para nabi yang digambarkan pun kerap divisualkan sebagai lelaki yang berambut panjang.

Sungguh ironi bukan?

Jika saja aku katolik, maka kau akan marah besar dan akan berkata ''hanya orang yang tidak waras yang memgatakan pria berambut gondrong bersifat acuh tak acuh''

Pikiran tentang pria pria berambut gondrong, tiba tiba menjadi suatu ketertarikan bagiku. Sehingga aku pun tak bisa lagi menahan diriku untuk tidak mengulangi pertanyaanku pada ibuku.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!