NovelToon NovelToon

Cinta Narsis Bos Arogan

Pertemuan pertama membawa petaka

Sebuah mobil mewah berderetan memasuki kawasan gedung pencakar langit. AEIR PHONE adalah perusahaan smartphone terunggul beberapa tahun terakhir ini..

Vander Boy, biasa di sapa Tuan muda Vander adalah seorang pengusaha muda yang meneruskan bisnis ayahnya di bidang teknologi smartphone ini.

Usia yang sudah mapan, Vander semakin di hormati oleh kalangan koleganya, terutama mereka yang memiliki gadis perempuan.

Namun sejauh ini, Vander yang memiliki sindrom anti wanita terus menolak secara terang-terangan jika ia tidak akan menikah.

Tampan, mapan, dermawan, berkarisma sudah menjadi bawaannya sejak dini.

Beberapa bodyguard bersusun rapi untuk menyambut kedatangan bos mereka yang baru saja pulang dari belajar di luar negeri.

Untuk meneruskan perusahaan besar milik ayahnya, jelas Vander harus memiliki keahlian yang memumpuni untuk ikut bersaing.

Potret karismatik Vander terus tertampang di setiap layar besar (vidiotron) AEIR PHONE. Vander berjalan dengan dingin menuju ke ruangan kerjanya.

Namun ketika akan memasuki lift pribadinya, Vander terkejut karena ada seorang wanita yang sedang berjongkok di dalam lift sambil membawa kemoceng dan juga sapu di tangannya.

Beberapa mata menatap gadis itu yang terlihat terkejut melihat atasannya ada di depan matanya.

Vander menaiki ke dua alisnya menandakan ia terheran-heran karena ada yang berani menaiki lift pribadinya.

Gadis yang bernama Netty Jelita itu pun langsung merutuki kebodohannya. Hanya karena pria yang ia suka ada di lift sebelah, jadi dia dengan berani memasuki kawasan lift CEO-nya.

Netty buru-buru keluar dan membungkuk badan di depan Vander.

"Maaf tuan, sungguh saya tidak sengaja, saya terpaksa menggunaka-.." Netty terhenti ketika Vander langsung masuk ke dalam lift dan tidak mendengarkan Netty.

Setelah anak buah Vander menutup pintu lift, barulah Netty menghela nafas lega.

"Ya tuhan, bodohnya aku.. mengapa aku bisa seceroboh ini sih. Matilah aku," umpat Netty merutuki dirinya sendiri. Netty sangat yakin, dia akan mendapatkan masalah yang sangat besar karena ini.

Di dalam ruangan Vander, dia langsung menatap beberapa berkas yang ada di atas meja. Meski dia terlihat fokus bekerja, namun bayang-bayang Netty selalu mengganggu otaknya.

"Urus wanita tadi, aku tidak ingin melihatnya," titah Vander kepada anak buahnya.

"Baik, Tuan!" sahut anak buah dengan cepat.

Netty terlihat tidak bersemangat di ruang khusus pekerja kebersihan. Sahabat Netty terus menghiburnya meski m

Ia belum tau apa sebenarnya yang terjadi kepada Netty.

"Sayang, ayo dong, kita harus makan, kamu kenapa sih, kenapa dari tadi melamun terus?" tanya gadis muda bernama Ajeng, sahabat Netty.

"Aku sedang tidak bersemangat. Haaaaah..! cari kerja sekarang ini susah, kemana lagi aku harus mencari kerja?" racau Netty membuat Ajeng bingung.

"Kamu ini bicara apa sih!? Kita sudah beruntung bekerja di sini. Tidak perlu memikirkan pekerjaan lain, meskipun kita hanya bekerja sebagai bersih-bersih di sini, namun gaji kita hampir sama dengan mereka bekerja di perusahaan sebelah. Meski kerja mereka hanya duduk, namun itu tidak sehat untuk tubuh. Lebih baik begini, selain cari uang, kita juga dapat sehatnya. Hehehe.." hibur Ajeng meyakinkan Netty maupun dirinya sendiri.

Netty dengan lesu menatap Ajeng masih menyengir kearahnya. Netty menghembus nafas berat.

"Aku akan di pecat, aku akan segera di pecat, apa kamu tau!?" ucap Netty frustasi.

"Apa!?" Ajeng ternganga.

Belum juga Netty menjelaskan, salah satu anak buah Vander masuk ke dalam ruangan di mana Netty dan Ajeng sedang bercengkrama.

Netty dan Ajeng pun sangat terkejut dengan kehadiran anak buah Vander. Bos dan bawahan benar-benar sangat menyebalkan. Mereka mampu membuat orang di sekitar mereka langsung terkena asma mendadak.

Ajeng dan Netty langsung berdiri menghadap anak buah Vander.

"Eh, ada Abang ganteng. Ada apa Abang ke sini, tumben?" tanya Ajeng cengengesan.

"Kamu!" Anak buah itu menunjuk Netty.

"Sa-saya?" sahut Netty gugup setengah mati.

(Matilah aku. Ini pasti bencana yang ku khawatirkan). batin Netty.

"Kamu tahu kesalahan mu? Ini surat pemecatan dengan tidak hormat dari Tuan muda kami. Untuk sisa gaji kamu bisa datang ke bagian personalia." tandas pria berparas gagah itu.

Netty yang melihat surat pemecatan itu pun langsung berlutut dan mengeluarkan air mata meski dia sangat sulit untuk melakukan itu.

Kelemahannya Netty adalah, dia kesulitan meneteskan air mata meski dia sangat ingin menangis.

"Pak, aku mohon maafkan aku, sungguh aku bersalah, tapi aku mohon beri aku kesempatan satu kali saja. Aku janji tidak akan melakukannya!" Netty berusaha sekuat tenaga untuk menangis dan meyakinkan anak buah Vander.

Namun, anak buah Vander hanya menatap Betty dengan dingin. Di matanya, Netty terlihat hanya sedang bersandiwara. Netty seperti seseorang yang tidak mengakui kesalahannya.

"Tidak perlu berakting di depanku. Segera kemasi barang-barangmu dan pergi dari sini!" ujar anak buah Vander dengan tegas.

Netty pun merasa kecewa dan mengelap air mata yang hanya sebutir di pipinya itu.

Ajeng yang melihat temannya benar-benar akan habis pun langsung mengeluarkan jurus aktingnya yang luar biasa.

Dia maju dengan air mata yang mengalir deras, sederas hujan di malam Jum'at.

"Hiks..hiks.. Abang, sampai hati kau tega memecat bawahan yang di gaji dengan murah ini? Kami bekerja siang dan malam membersihkannya gedung yang luas ini, seluas hamparan derita hatiku yang tiada ujung. Hanya karena kesalahan kecil, Abang lupa dengan keringat kami yang menetes di gedung ini?" ucap Ajeng penuh Akting.

(Dalam hati. Gila, keren habis akting gua. Ini pasti berhasil. Gak sia-sia gua kursus drama waktu sekolah dulu.)

Prok prok prok..

Dalam hati Netty bertepuk tangan untuk sahabatnya yang sangat keren dan baik hati. Dia yakin, rayuan Ajeng akan berhasil meyakinkan anak buah Vander.

Anak buah Vander menaikan salah satu alisnya. Tatapannya tidak berubah, masih acuh tak acuh.

"Siapa namamu?" tanya anak buah Vander.

"Ajeng!" sahut Ajeng dengan cepat sambil tersenyum.

"Sebentar lagi surat pemecatan mu akan dibuat. Alasannya adalah, kamu telah mengotori gedung ini dengan keringat mu." ujar anak buah Vander tanpa memperdulikan ekspresi wajah Netty dan Ajeng yang seperti orang mendapatkan uang triliunan.

Sebelum Netty dan Ajeng sadar, anak buah Vander pergi begitu saja.

"Tidaaak....! Pak, tadi itu hanya pribahasa saja, saya tidak benar-benar mengotori kantor ini dengan keringat saya!?" Ajeng berlari membututi anak buah Vander.

Namun anak buah Vander sama sekali tidak menoleh ke arah Ajeng. Dia terus berjalan dengan langkah yang cepat dan sampai di depan lift VVIP.

Langkah kaki Ajeng pun terhenti ketika pria itu memasuki lift. Ajeng yang kesal pun menodongkan pistol yang terbuat dari ibu jari dan jari telunjuknya.

Ketika pria itu membalikan badannya untuk menutup lift, dia melihat gadis yang full akting itu sedang menatapnya tajam sambil menodongkan pistol dari jarinya.

Gayanya bener-bener seperti ia sedang membawa pistol sungguhan.

Ketika pintu akan tertutup, Ajeng pun melepaskan tembakan peluru mautnya.

DHOR!

Bibir Ajeng mengayunkan kata dhor tanpa suara. Namun entah kenapa, anak buah Vander sepertinya benar-benar merasakan tembakan itu tepat di jantungnya.

Tepat ketika pintu tertutup, anak buah Vander pun langsung memegangi jantungnya.

"Konyol sekali!" desis anak buah Vander merasakan keanehan di dalam dirinya.

Netty mengajar Ajeng yang sedang berdiri di depan pintu lift. Netty melihat sahabatnya yang meniup ujung jari telunjuknya, seolah-olah sedang membuang sisa-sisa asap.

Kehaluan Ajeng sungguh di luar dugaan Netty. Ia pun menepuk jidatnya dan berlari ke arah Ajeng.

"Issshht... Apa yang kamu lakukan? Apa kamu tidak lihat, semua orang menatapmu!?" bisik Netty.

"Jika ada seorang sutradara yang mencariku, beri tahu alamat ku." jawab Ajeng dengan percaya diri. Dia memantapkan hatinya, jika ia akan melanjutkan cita-citanya untuk menjadi aktris.

Netty yang melihat khayalan sang sahabat yang semakin menjadi-jadi pun dengan buru-buru menyeret tubuhnya sambil sesekali menutupi wajahnya.

Ketika sedang berjalan cepat, Netty melihat sosok pria yang ia sukai sedang menatapnya dengan aneh.

(Aish, kenapa dia menatapku seperti itu?. batin Netty dalam hati merasa sangat malu)

Teriang-iang ucapnya

"Apa!? Jadi cuma gara-gara kamu naik lift itu, kamu sampai harus di pecat, benar-benar keterlaluan ya tu CEO gila!" umpat Ajeng kesal setelah mendengarkan penjelasan dari Netty, apa alasannya di pecat.

"Sudahlah, ini memang salahku. Lebih baik sekarang kita kemasi barang-barang kita setelah itu kita minta gajian kita yang tersisa," ucap Netty enggan untuk membahas ini.

"Tapi, kenapa kamu bisa seceroboh itu masuk ke lift bos kita? Bukankah kita semua di larang masuk lift VVIP selain orang-orang penting?" tanya Ajeng dengan heran.

Netty terdiam, dia tak ingin sahabatnya tau tentang perasaannya yang menyukai seorang pria yang berada di dalam kantor itu.

"Entahlah, mungkin aku sangat lelah sehingga tidak memperhatikan jalan," jawab Netty mengigit jarinya.

"Ho..ho..ho.. itu tidak mungkin, Netty yang aku kenal tidak akan melakukan suatu kecerobohan tanpa alasan. Ayo cepat katakan padaku, apa sebenernya sedang kamu pikirkan!?" tanya Ajeng dengan tegas.

Netty menatap Ajeng dengan cemberut. Sahabatnya ini benar-benar seorang yang menguasai dunia akting. Dia tahu mana orang jujur dan bersandiwara.

Namun Netty tetap tidak ingin jujur pada sahabatnya itu. Akhirnya Netty berusaha membuat jawaban yang konyol agar temannya percaya.

"Oke,oke! Aku jujur sama kamu, aku sengaja naik lift itu biar bisa bertatapan muka langsung dengan CEO muda kita. Banyak desas-desus jika CEO kita adalah seseorang yang sangat tampan, jadi aku penasaran sama wajahnya!" jawab Netty.

Ajeng pun langsung ternganga lebar dengan mata yang mendelik sempurna. Bukan karena jawaban dari Netty, namun karena seseorang yang sedang mereka bicarakan ada di belakang pintu.

"Gak usah gitu juga kali ekspresi muka lu! Lagian dia gak ganteng-ganteng amat kok!" lanjut Netty yang belum menyadarinya jika di belakangnya ada seseorang yang sedang ia katai.

Ajeng memberi kode dengan matanya. Namun Netty yang sangat bodoh dan telat mikir tidak dapat mengerti apa yang Ajeng kodekan.

"Kamu kenapa sih? Udah deh, jangan main drama lagi," ujar Netty kesal, ia pun membalikan badanya untuk bergegas keluar dan bersiap pergi meninggalkan gedung itu.

"ASTAGA!" Netty spontan melemparkan tas di tangannya karena saking terkejutnya.

BUGH!

Tas itu pun tepat mendarat di atas kepala Vander.

Suasana benar-benar sangat terasa mencengkram. Di pandangan Netty, terlihat bara api yang menyelimuti tubuh Vander. Matanya pun nampak menyala bagaikan elang siap mencabik-cabik mangsanya.

"Bagus!" suara seksi itu membuyarkan halusinasi Netty.

Vander melangkah ke arah Netty. Langkahnya sangat santai membuat Netty benar-benar di buat sesak nafas.

"Abang, Eh kok Abang!" Ajeng mencoba untuk melindungi sahabatnya. "Tuan, Ah maksudnya Taun muda Vander, maafkan kecerobohan teman saya yang bodoh dan asal bicara ini, kami akan segera angkat kaki dari tempat ini, anda tidak perlu khawatir." lanjut Ajeng.

Diamnya Vander dan anak buahnya membuat Ajeng mati kutu, begitu juga dengan Netty.

Andai waktu bisa di putar, Netty dan Ajeng tidak akan pernah mengajukan pekerjaan di perusahaan ini. Baru 3 hari bekerja, harus merasakan sulitnya bernafas karena ketatnya peraturan di perusahaan ini, padahal tugas mereka hanyalah bersih-bersih saja.

Ketika Vander akan berbicara, tiba-tiba datang seorang gadis cantik yang masih terlihat sangat muda, ia adalah Vanda, adik perempuan dari Vander.

"Kakaaak!? Kamu ngapain di sini? Aku tadi cari-cari kakak, loh. Kenapa kakak tidak pulang ke rumah dulu setelah tiba dari AS? Aku sudah menunggu kakak sampai kesal," ucap Vanda yang terlihat manja, sepertinya hubungan kakak adik ini sangat baik.

Vander menatap Netty sekilas sebelum akhir dia merangkul pundak adiknya untuk di ajak pergi. Vander hanya memberi tatapan aneh ke anak buahnya, dan anak buahnya langsung membungkukkan badannya.

(Apakah dia masih manusia?)batin Netty ketika melihat sisi lembut Vander kepada adiknya.

"Kalian, ikut denganku!" ucap anak buah Vander menatap Ajeng dan Netty yang masih terbengong.

"Kemana?" tanya Ajeng.

"Kalian akan di pindahkan." jawabnya singkat.

Setelah kejadian ini, Ajeng enggan untuk melanjutkan kontrak kerja di perusahaan ini, atau perusahaan yang berhubungan dengan Vander.

"Tidak!" sahut Ajeng.

"Kami sudah mendapatkan hinaan, kami sudah di pecat dengan tidak hormat, maka kami tidak akan sudi lagi untuk bekerja dengan perusahaan ini!" tegas Ajeng.

"Baiklah, kalian bisa pergi sekarang juga," jawab anak buah itu dengan santai.

Setelah anak buah Vander pergi, Netty langsung menarik tangan Ajeng.

"Isht! Gimana sih kamu ini, harusnya tadi kita tanya dulu, bagian mana kita mau di pindah?" ucap Netty.

"Kamu masih berharap mau bekerja di sini lagi, Net!? Gak waras." Ajeng kesal dengan pikiran sang sahabat.

Netty tertunduk.

"Aku hanya merasa bersalah kepadamu, Jeng. Gara-gara aku kamu harus ikut di pecat juga. Setelah perjuangan kita mendapatkan pekerjaan, akhirnya hanya bertahan tiga hari untuk bekerja, dan semua itu gara-gara aku." Netty memasang wajah sedih, ingin sekali ia meneteskan air mata supaya Ajeng tahu berapa pedih hatinya.

Namun Ajeng tahu, tidak perlu air mata, hanya dengan ketulusan Netty, ia pun bisa merasakan apa yang Netty rasakan.

"Sudahlah, kita bisa cari pekerjaan lainnya. Aku juga tidak mungkin membiarkan sahabatku menderita. Kita pasti akan mendapatkan pekerjaan lainnya." Ajeng berusaha untuk menghibur Netty.

"Aaaa.. so sweet, mau peyuuuk?" Netty dengan haru memeluk Ajeng, sahabat perjuangannya sedari kelas SMP.

Di dalam perjalanan pulang, terlihat Vander dan adiknya yang bernama Vanda menikmati musik favorit Vanda yang berjudul Sisa Rasa.

"Kakak, apakah kakak tidak masalah jika papah menikah lagi?" tanya Vanda. "Apakah kakak tidak takut jika ibu tiri kita akan jahat seperti ibu tiri di film-film?" lanjutnya.

"Jika kamu tidak setuju, kakak akan membatalkannya," jawab Vander.

"Bukan begitu. Hem, aku tidak punya hak untuk setuju atau tidak, karena aku hanya anak kecil." Vanda yang masih duduk di kelas 3 SMP ini menundukkan kepalanya.

"Jika kamu tidak suka, maka kakak yang akan bicara dengan papah." Vander mencoba untuk meyakinkan adiknya.

"Tidak tidak! Aku tidak ingin membuat papah sedih. Hem, semoga saja ibu tiri kita nanti baik ya kak?" ucap Vanda dengan polosnya.

"Iya, semoga saja."

Saat sedang lampu merah, Vander menatap ke arah jendela mobil. Tiba-tiba matanya menyorot ke pada titik yang sangat menarik perhatiannya.

Bukankah itu gadis yang sudah lancang masuk ke kawasan pribadiku. batin Vander menatap heran ke arah Netty yang sedang menyebarkan sebuah brosur.

Sampai akhirnya Netty berniat untuk menghampiri mobil yang di tumpangi Vander. Menyadari hal itu, Vander pun dengan buru-buru menutup pintu mobilnya.

Tok

Tok

Tok

Netty yang tidak tahu jika yang berada di dalam mobil itu adalah bosnya, tanpa tahu ia mencoba untuk mengintipnya.

Vander hanya diam dan enggan untuk membukakan pintu mobilnya.

Lalu tiba-tiba, seorang pria berbadan tegap menghampiri Netty.

"Nona, sebaiknya anda pergi, bos kami tidak membutuhkan apa yang sedang anda bawa," ucap pria berotot itu.

"Oh, maaf bang, saya cuma mau kasih ini, siapa tahu bos anda berniat untuk membeli produk kami yang terbaru," ucap Netty memberikan sebuah brosur sebuah handphone dari AEIR PHONE.

Sekilas Vander melihat brosur yang Netty bawa.

(Bukankah dia tadi menolak untuk melakukan pekerjaan ini?) batin Vander merasa heran.

Singkatnya, anak buah Vander memberi tahu jika Ajeng dan Netty menolak untuk pekerjaan lain yang Vander berikan. Menjadi sales produk merekalah yang ingin Vander tawarkan.

Meski Vander merasa kesal dengan gadis yang sudah sangat lancang, namun dia tidak tega memecat seseorang hanya karena egonya sendiri. Dengan memindahkannya menjadi sales, maka gadis itu akan tetap mendapatkan pekerjaan tanpa harus berada di dalam gedung. pikir Vander.

Namun, anak buah Vander memberi tahu jika Ajeng dan Netty menolak untuk pekerjaan ini, tapi sekarang ia melihat sendiri gadis itu membawa brosur AEIR PHONE.

Tidak lama mobil pun jalan, Vanda yang fokus dengan ponselnya tidak memperhatikan bagaimana kakaknya bisa menatap seorang gadis begitu lamanya.

Bahkan sampai mobil menjauh, matanya masih terus menatap kaca spion supaya dapat menatap gadis itu.

Vander teringat bagaimana gadis itu mengolok dirinya yang tidak tampan. Vander tanpa sadar mengambil cermin di dalam jasnya dan mulai memperhatikan wajahnya Ke kanan dan ke kiri.

"Masih tampan." batin Vander memuji dirinya sendiri.

Namun meski Vander merasa jika dirinya masih begitu tampan, namun hatinya tetap merasa tidak nyaman karena ucapan Netty yang terus teriang-iang di kepalanya, jika dirinya tidaklah tampan.

kisah masa lalu

Setelah Netty selesai membagikan brosur, ia pun pergi ke kedai kopi dan menghampiri seorang pria. Ia adalah Rain, seorang pria yang bekerja di AEIR PHONE sekaligus pria yang diam-diam Netty sukai.

"Bagaimana?" tanya Rain menyambut Netty.

"Lumayan, gak susah-susah amat kok, hehe. Ngomong-ngomong makasih banyak ya, kamu udah mau ngasih aku pekerjaan ini," ucap Netty.

"Kamu tidak perlu sungkan seperti itu, kita ini sudah berteman dari kecil, masak iya aku tega lihat temanku sendiri seperti ini," jawab Rain santai.

"Meski kita kenal dari kecil, tapi kamu sudah pergi sejak kita masih kecil juga. Kamu bahkan tidak pernah membalas surat dariku." Netty tertunduk malu.

"Surat? Aku tidak pernah mendapatkan surat apapun darimu?" Rain sedikit terkejut dengan pengakuan Netty.

"Apa!?" Netty pun tidak kalah terkejutnya dengan pengakuan Rain.

"Iya, dari dulu aku tidak pernah mendapatkan surat darimu. Memang kamu kirim surat apa?" tanya Rain.

"Heheh, bukan apa-apa kok." Netty kembali tersipu malu.

(Tunggu, jika Rain tidak pernah mendapatkan surat itu, lalu siapa yang menerima surat itu? Kenapa tukang post mengatakan jika seorang pria sudah menerima surat itu?) batin Netty dalam hati.

"Oya, Rain, bukankah alamat yang kamu katakan pada waktu benar? Jalan mawar nomor 156?" tanya Netty memastikan.

Rain tersenyum tidak percaya. "Ya ampun Netty, kamu ini tidak pernah berubah ya, selalu saja ceroboh. Alamat yang aku katakan adalah jalan melati nomor 165. Ya ampun, ada-ada saja kamu ini." Rain menggelengkan kepalanya sambil tertawa.

Nyali Netty pun seketika langsung menciut. Dia tidak dapat membayangkan seseorang yang membaca isi surat darinya.

(Aaaahhhrrgg.. siapapun dia, semoga aja dia tidak menertawai aku.) batin Netty dalam hati.

Melihat Netty yang mendiam, Rain pun jadi merasa bersalah karena sudah menertawainya.

"Ah, maafkan aku Net, aku tidak bermaksud."

"Tidak papa Rain, aku memang pantas di tertawakan. Hem, kamu sudah mengerti aku, jadi aku tidak akan tersinggung," jawab Netty.

"Omong-omong, mengapa kamu mau melakukan pekerjaan berat dan kotor ini? Bukankah kamu dan Ajeng sama-sama anak orang kaya? Untuk apa kalian melakukan pekerjaan sulit seperti ini? Kalian bisa tinggal minta orang tua kalian?" tanya Rain.

Netty terdiam. Dia flashback kepada kisahnya dengan orang tuanya.

Ia bisa di sebut sebagai anak ratu dan raja, kehidupan yang mewah membuatnya menjadi bak putri yang manja. Namun, setelah kedua orang tuanya meninggal tanpa alasan, bibiknya datang dan mengambil alih semua hartanya.

Keluarga Ajeng adalah tangan kanan dari orang tua Netty. Keluarga Ajeng mencoba untuk membela dan melindungi Netty, namun tidak di sangka-sangka orang tua Ajeng pun mati tanpa sebab.

Bahkan, bibiknya dengan tega mengambil semua harta orang tua Ajeng dengan dalil bahwa semua harta yang di gunakan adalah hasil dari korupsi di perusahaan orang tua Netty.

Alhasil, Netty dan Ajeng menjadi anak gelandangan setelah semua kejadian itu.

Netty dan Ajeng selalu berusaha untuk bangkit dan mencari cara untuk melawan bibiknya Netty yang sangatlah jahat dan tamak.

Namun Netty tidak ingin terlihat menyedihkan di depan pria yang ia sukai. Jadi dia berusaha untuk tersenyum.

"Hehehe, papah bangkrut sebelum ia meninggal. Jadi aku harus hidup mandiri dan begitu pun dengan Ajeng, nasib kita sama persis, makannya kita saling mendukung satu sama lain. Aku sangat bersyukur memiliki sahabat sepertinya. Oya, aku minta sama kamu tolong jangan katakan pada Ajeng jika aku masih bekerja di bawah naungan perusahaan AEIR PHONE. Sejak kejadian tadi dia benar-benar tidak ingin ada sangkutan dengan perusahaan itu," ucap Netty.

"Aku turut prihatin, tapi aku sangat yakin jika kamu pasti bisa. Kamu tenang saja, aku akan diam soal ini. Oya, mengapa kamu waktu itu memilih untuk masuk ke lift CEO kita, bukankah kamu tahu jika itu dilarang?" tanya Rain.

Netty lagi-lagi harus mengigit bibir bawahnya. Mengapa semuanya menanyakan hal yang sama. Apakah masuk ke lift CEO itu benar-benar terlihat sangat bodoh.

(Aisht, seharusnya aku sudah tahu jika itu akan terlihat sangat bodo!) Netty hanya bisa merutuki dirinya sendiri.

"Em, itu karena aku hanya ingin memastikan sesuatu. Banyak yang bilang jika CEO kita adalah pria yang tampan. Selama ini aku tidak pernah melihatnya, jadi aku memutuskan untuk melakukan hal yang nekat itu," jawab Netty yang merasa sangat bodoh sekali.

Rain hanya mengangguk dan tersenyum. Entah mengapa Rain sepertinya tidak suka dengan jawaban Netty. Apakah karena Rain juga menyukai Netty? Entahlah, Netty pun hanya merasa jika diamnya Rain adalah persetujuan dari kebodohannya.

"Baiklah, aku balik duluan ya? Besok aku kembali lagi untuk ambil brosur untuk dibagikan, oke."

"Iya.." jawab Rain yang terlihat memaksakan senyumnya.

Netty pun dengan buru-buru berjalan cepat dan meninggalkan Rain sendiri.

Sesampainya apartemen, Netty langsung buru-buru membaringkan tubuhnya. Netty berguling-guling di atas kasur karena ia tidak dapat melampiaskan rasa malunya.

"Aaaahhh... Muka mana muka!? Muka mana....!? Hiks...hiks... Aku udah gak ada muka lagi di depan Rain!" Netty uring-uringan sendiri.

Ajeng baru kembali dari entah kemana pun langsung tercengang ketika mendapati kamarnya berantakan tidak karuan.

"Netty! Apa kamu lakukan sama kamar aku!? Kenapa di kamar kamu sendiri kalo mau uring-uringan!?" tanya Ajeng sambil memunguti bantal dan guling yang Netty lempar ke sana kemari.

Netty merebahkan tubuhnya sambil menatap langit-langit kamar.

"Kamar ku sudah berantakan, jadi ke sini untuk mencari tempat untuk aku berantakin," jawab Netty dengan tatapan kosong.

Bugh!

Ajeng melemparkan bantal ke wajah sahabatnya.

"Gak jelas tau gak! Udahlah, yang sudah ya sudah, gak perlu kamu menyesalinya, lagian pula kita pasti mendapatkan pekerjaan lainnya. Oya, aku lupa, besok aku ada pertemuan sama sutradara, aku akan melakukan seleksi untuk menentukan peran utama untuk film yang akan di buat untuk tahun depan. Hemz, semoga saja aku menjadi peran utamanya," ujar Ajeng antusias.

"Syukurlah, tapi bagaimana jika kamu tidak jadi pemeran utamanya? Apakah kamu akan mundur lagi?" tanya Netty untuk memastikan.

Karena alasan Ajeng tidak ingin terjun ke dunia akting adalah, dia selalu hanya menjadi tim hore. Ajeng tidak pernah berkesempatan untuk menjadi pemeran utama membuatnya enggan untuk bertahan di dunia akting.

"Apakah kamu tidak yakin jika aku akan mendapatkan pemeran utama kali ini?" tanya Ajeng merasa tersinggung dengan ucapan Netty.

"Oh, bukan begitu maksudnya. Kali ini kamu pasti bisa, aku yakin itu. Semangaaaat!" Netty mencoba untuk tidak merobohkan antusias sahabatnya.

"Uuu... Makacih, sini peyuk.. nanti kalo aku sudah terjun ke dunia akting, apakah kamu mau menjadi tangan kananku?" tanya Ajeng.

"Siap bos! Tenang saja!"

"Kenapa kamu gak ikut berakting bersamaku?"

"Bukankah kamu tau, aku tidak pandai berakting.. Untuk menangis aja aku gak bisa, gimana mau berakting."

"Iya juga sih, kamu yakin gak mau ke dokter? Selama orang tuamu hidup, mereka hanya berfikir jika kamu adalah anak pintar yang tidak pernah menangis, tapi nyatanya kamu memang tidak bisa mengeluarkan air mata. Apakah kamu yakin itu masalah?"

"Entahlah, tapi menurutku ini bukanlah penyakit, melainkan anugrah dari tuhan, mungkin tuhan tidak ingin melihat aku menangis menetas air mata."

"Hm... Kamu memang sahabatku paling the best. Ya udah, masak sana, aku lapar, hehe." ucap Ajeng.

"Siap!" Netty akhirnya dapat melupakan kela-kesuhnya. Berkat sahabat yang ia punya, Netty tidak boleh hanyut dalam delimanya sendiri.

...****************...

jangan lupa bintang 5 nya

komennya dan like nya ya 🥰

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!