NovelToon NovelToon

Legenda Pedang Selatan

Pertempuran

Sebuah pertempuran antara kedua kerajaan telah terjadi di Padang rumput yang hijau. Masing masing kerajaan memiliki panglima yang kuat, juga tangguh.

Kedua kerajaan tersebut telah siap dalam posisi penyerangan. Genderang perang dari masing-masing kerajaan telah ditabuh, sehingga suaranya memecahkan cakrawala. Ambisi yang saling mengalahkan, terlihat dari masing-masing kubu di antara kerajaan mereka.

Disebutlah kedua kerajaan yang berbeda dan yang selalu bertarung. Kerajan tersebut bernama Hwadong dan Myonhwasong.

Hwadong adalah kerajaan yang sangat menjujung tinggi keadilan, juga kerajaan yang selalu mementingkan kesejahteraan rakyatnya. Sedangkan Myonhwasong adalah sebuah kerajaan yang haus akan kekuasaannya.

Kerajaan Myonhwasong selalu ingin memperluas kekuasaan, disetiap wilayah kerajaan yang dapat dikuasai, maka dalam kehidupan kerajaan tersebut akan menjadi kacau-balau.

Kerajaan Myonhwasong selalu semena-mena terhadap setiap kerajaan yang ia kuasai. Kerajaan ini telah mengalahkan banyak kerajaan. Namun, kenyataannya kerajaan Myonhwasong selalu kalah jika menghadapi kerajaan Hwadong.

Segala macam cara terus dikerjakan untuk menaklukkan kerajaan Hwadong. Namun, kekalahan demi kekalahan terus dirasakan oleh kerajaannya sendiri.

Suatu hari dilaksanakannya kembali sebuah peperangan, yakni peperangan antara kerajaan Hwadong dan Myonhwasong kembali terjadi.

Pertemuan kedua pasukan kerajaan telah ditentukan letak tempat untuk pertempuran. Masing-masing utusan telah dikirimkan. Perjanjian peperangan, pun telah ditulis diatas sebuah daun kering.

Penanda pertempuran masing-masing pasukan untuk saling menyerang adalah sebuah genderang yang ditabuh diatas bukit.

"Prajurit!!!! siapkan diri kalian,kita akan bertempur melawan musuh yang tak pernah menang melawan kita." Teriak sang panglima perang dari kerajaan Hwadong sambil memberi perintah.

Sementara dikubu pasukan kerajaan Myonhwasong telah bersiap untuk perang. Kerajaan Myonhwasong sendiri mencoba untuk menantang kembali kerajaan Hwadong tanpa ada rasa kecewa maupun takut sedikitpun. Bahkan, mereka mencoba dengan strategi baru dalam penyerangan.

"Siapkan diri kalian, hei! Prajurit. Ingat, sehari ini kita akan berhadapan dengan musuh lama kita. Kita telah berhasil membumi hanguskan setiap kerajaan yang yang tidak mau tunduk kepada kita. Jika kerajaan Hwadong dapat kita kalahkan, maka dapat dipastikan jika kerajaan kita akan menguasai dunia." Ucap sang panglima dengan tekadnya dari awal.

Ucapan sang panglima membuat semangat prajurit semakin membara, dan tentunya tidak mudah untuk kalah. Seakan tidak sabar dengan peperangan, para prajurit menghunuskan senjatanya kearah musuh.

Terdengar lah suara genderang dari atas bukit yang begitu jelas. Juga, para pasukan mulai bergegas menuju Medan pertempuran.

Seakan tidak sabar dengan hausnya da_rah, pasukan kerajaan Myonhwasong berlari berhamburan memulai penyerangan. Pasukan berkuda dengan cepatnya melesat kearah pasukan.

Berbanding terbalik dengan kerajaan Hwadong, mereka berjalan perlahan menuju arena pertempuran. Sang panglima telah memberikan pelajaran taktik berperang untuk melawan musuh lamanya itu.

Disaat pasukan garda depan bergerak maju, salah satunya telah memusatkan pasukan pemanahnya dibelakang pasukan garda depan Ternyata pasukan garda depan hanya sebuah tipuan semata.

Pasukan garda depan kerajaan Hwadong tidak serta merta berhadapan langsung dengan pasukan garda depan kerajaan Myonhwasong.

Disaat akan berhadapan langsung, pasukan garda depan kerajaan Hwadong beralih, mereka ternyata membagi pasukan menjadi dua bagian. Pasukan kerajaan Hwadong memfokuskan penyerangan kearah sayap kanan dan sayap kiri musuh.

Sementara pasukan pemanah dipusatkan di arah bagian tengah pasukan musuh.

Pasukan garda depan kerajaan Hwadong membentuk formasi sebuah bola dalam penyerangan sayap kiri dan sayap kanan. Sedangkan pasukan pemanah yang menyerang musuh yang dipusat ditengah, membentur sebuah anak panah .

Lesatan anak panah membuat kekuatan garda depan pada kerajaan Myonhwasong mulai melemah,banyak pasukan yang mati akibat serangan yang tidak terduga. Seakan mengetahui kelemahan musuh, sayap kanan dan sayap kiri pasukan kerajaan Myonhwasong mendapatkan perlawanan yang tidak seimbang. Pasukan mereka terbagi menjadi dua.Setelah banyaknya pasukan yang mati di bagian tengah.kini sayap kanan dan sayap kiri pasukan kerajaan Myonhwasong harus bersusah-payah menghadapi pasukan yang cukup banyak di bagian sayap kanannya.

Melapor

Dalam pertempuran kali ini, sayap kanan kerajaan Myonhwasong hampir tidak berdaya, juga hampir semua pasukan mati dan yang lainnya mengalami luka-luka yang cukup serius di bagian anggota tubuhnya.

Sedangkan pasukan sayap kiri mulai beranjak mundur, dikarenakan pasukan bantuan yang dikirim juga tidak mampu untuk membendung pasukan dari kerajaan Hwadong.

Strategi yang direncakan oleh panglima perang kerajaan Hwadong sangatlah membuahkan hasil yang cukup baik.

Disaat itu akhhirnya kerajaan Myonhwasong mengakui akan kekalahannya. Mereka semua dengan pasukannya harus pulang dengan kekalahan yang kesekian kalinya.

Sorak-sorai para pasukan kerajaan Hwadong terdengar begitu sangat ramai. Bahkan, untuk kesekian kalinya usaha perebutan kekuasaan oleh kerajaan Myonhwasong harus gagal kembali.

Para pasukan kerajaan Hwadong akhirnya pulang dengan membawa kemenangan, sesuai harapan dan tekadnya. Sang Panglima telah memberikan rasa terimakasihnya kepada para pasukannya.

Dengan kuda yang ia tunggangi dan sebilah pedang legendanya ia berjalan didepan para pasukan yang masih berbaris.

"Wahai para prajurit, aku ucapakan banyak terimakasih atas upaya kalian dalam menghalau musuh bebuyutan kita. Tanpa rasa pengabdian kalian, aku bukanlah siapa-siapa. Sekarang juga kita akan pulang dengan kehormatan, serta membawa kemenangan dan juga atas nama kerajaan kita." Ucap sang Panglima dengan tegas.

Para pasukan kerajaan Hwadong, kemudian mempersiapkan barisannya dan bergerak untuk pulang menuju istana kerajaan.

Sementara dipihak kerajaan Myonhwasong harus kembali untuk menerima kekalahan kembali yang entah kesekian kalinya, juga mereka pulang dengan membawa kekalahan yang pernah dialaminya dahulu, kalah dan kalah. Sang panglima terus berupaya memikirkan cara mengalahkan kerajaan Hwadong.

Sedangkan pasukan dari kerajaan Hwadong telah sampai di wilayah kerajaannya. Saat itu juga, para pasukan disambut hangat oleh raja dan para petinggi kerajaan. Sang panglima kembali mendapatkan penghargaan dari sang raja.

"Wahai panglima dari kerajaan Hwadong, terimalah penghargaan dari kerajaan ini. Dan wahai rakyatku sekalian, berterima kasihlah kalian kepada panglima kita." Ucap sang raja memberi penghargaan kepada panglimanya.

Ternyata dari sisi lain daripada kemenangan sang panglima dalam pertempuran, rupanya terdapat beberapa orang yang tidak menyukainya. Yakni termasuk teman dari sang panglima sendiri sedikit terlihat tidak menyukainya.

Rupanya selain tidak menyukai panglima, ternyata ada sesuatu yang tidak diketahui oleh panglima sendiri, yakni ada seseorang yang menjadi orang kepercayaannya untuk selalu mengikuti sang panglima pergi,walau dalam perang sekalipun, ia selalu bersama sang panglima tanpa diketahui jejaknya.

Kepercayaan sang panglima kepadanya sudah seperti keluarga, kebaikan sang panglima dimanfaatkan olehnya.

Sebagai mata-mata ia juga sangat pandai menyimpan rahasia.

Kehebatan sang panglima dalam berperang, rupanya telah ia pahami dengan baik. Bahkan, kelihaiannya dalam bertugas sebagai mata-mata sangatlah bersih, juga hampir tidak ada seorangpun yang mengetahui bahwa dia adalah seorang mata-mata dari kerajaan Myonhwasong.

Kemenangan yang diraih oleh kerajaan Hwadong tengah dirayakan secara meriah oleh pihak kerajaan.

Sementara pihak musuh dari kerajaan Myonhwasong, terlihat masih sangat terpukul akibat kekalahan yang dialaminya.

Sesampainya pasukan kerajaan Myonhwasong di istana sang raja, ada rasa sedikit kecewa. Sang raja hampir murka akibat kekalahan yang dialaminya.

Tetapi kekalahan ini adalah sebagai tipu muslihat beberapa pengawal kerajaan. Sang raja dan para petinggi kerajaan Myonhwasong tengah berkumpul kembali untuk mempersiapkan strategi baru, yakni agar bisa melawan kerajaan Hwadong.

"Maafkan hamba wahai Sang Raja, hamba memohon ampunan kepada Sang Raja atas kekalahan yang kami bawakan ini." Ucap sang panglima kerajaan Myonhwasong dengan kegagalan yang hanya bisa dipersembahkan untuk Baginda Raja.

Sang Raja menatapnya dengan serius.

"Apa yang menyebabkan pasukan kita mengalami kekalahan seperti sebelumnya, wahai panglima baruku?" tanya sang raja kepada panglima perangnya.

"Kerajaan Hwadong ternyata memiliki seorang panglima yang sangar istimewa wahai Rajaku. Selain memiliki panglima yang istimewa, hamba melihat panglima kerajaan Hwadong memiliki sebuah pedang yang tidak seperti biasa saya temukan, Baginda Raja." Ucap sang panglima.

"Apa maksud dari ucapan kamu itu, wahai panglima ku?" tanya Sang Raja kembali dengan menyimpan rasa penasaran.

"Hamba telah melihat didalam pertempuran panglima kerajaan Hwadong yang memiliki sebuah pedang yang sangat luar biasa hebatnya, Tuanku. Pedang yang dimiliki oleh panglima kerajaan Hwadong sangatlah istimewa. Pedang itu mampu mematahkan semua pedang milik kita, juga memiliki kelebihan yang sangat luar biasa, Tuanku." Jawab sang panglima.

"Lalu, apakah masih ada lagi keistimewaan dari pedang itu, Panglima?" tanya Sang Raja.

Panglima dari Kerajaan Myonhwasong menarik napasnya pelan, dan juga mencoba untuk mengatur pernapasannya sebelum memberi penjelasan kepada Sang Raja.

Sebuah Rencana

"Pedang itu mampu membunuh lawannya walau hanya sedikit goresan, Tuanku." Jawab sang panglima.

Disela pembicaraan Sang Raja dan Sang panglima, datanglah seorang petinggi kerajaan.

Setelah perbincangan antara Sang Raja dengan para petinggi kerajaan serta sang panglima perang. Kemudian, salah seorang petinggi kerajaan tengah memberikan suatu saran tentang taktik perang lainnya, yakni untuk memperoleh kemenangan.

"Wahai paduka Raja, bahwa kerajaan Hwadong memiliki seorang panglima yang begitu tangguh. Selain tangguh, rupanya ia selalu dibekali dengan pedang terbaiknya."

"Dari mana mendapat kabar bahwa panglima kerajaan lawan memiliki sebuah pedang yang sangat hebat."

"Hamba telah menyebarkan mata-mata di kerajaan Hwadong. Juga, sudah lama hamba menugaskan mata-mata pada kerajaan disana." Jawab salah seorang petinggi kerajaan.

"Lalu, bagaimana pendapatmu mengenai hal itu?" tanya Sang Raja.

"Mata-mata kerajaan kita telah lama mengabdi kepada kerajaan Hwadong, Baginda. Jadi, hamba selalu mendapatkan laporan bahwa dia juga selalu ikut bertempur dalam setiap pertempuran. Sepertinya mata-mata kerajaan kita juga telah mendapatkan kepercayaan dari sang panglima kerajaan Hwadong."

"Terus,"

"Sejak pertama kekalahan kita melawan kerajaan Hwadong, hamba telah menyiapkan strategi dengan mengutus kepada beberapa mata-mata untuk masuk kedalam kerajaan Hwadong." Ucap sang petinggi kerajaan yang lainnya ikut menimpali.

"Lalu, bagaimana kelanjutannya, apa yang akan kita lakukan dengan mata-mata tersebut?" tanya Sang Raja.

"Jika panglima kerajaan Wwadong itu menjadi tangguh dengan pedangnya, hamba bisa menyuruh mata-mata kita untuk mencuri pedang tersebut." Jawab sang petinggi kerajaan memberi sebuah ide untuk mengambil alih pedang tersebut.

"Jika dengan rencana itu kita bisa mengalahkan kerajaan Hwadong, laksanakan saja. Kita harus melakukan cara apapun untuk mengalahkan kerajaan Hwadong, apapun itu." Tegas Sang Raja.

Ambisi sang raja yang sangat besar dalam menundukkan kerajaan Hwadong, terlihat jelas dengan mengupayakan segala macam cara untuk memperoleh kemenangan.

Merasa tidak mempunyai pilihan yang lainnya, Sang raja akhirnya menyetujui rencana dari petinggi kerajaannya sendiri. Yakni, sebuan rencana untuk mencuri pedang milik seorang panglima kerajaan Hwadong yang diketahui sangatlah membuahkan hasil yang sangat menakjubkan, dan perintahnya akan segera dilaksanakan.

Seorang petinggi kerajaan bernama Shonu, ditugaskan dalam perencanaan pencurian pedang sang panglima dari Kerajaan Hwadong.

Sebagai seorang petinggi kerajaan, Shonu juga terkenal dengan kesaktian dan kepandaiannya. Meski dirinya tidak mampu untuk memenangkan dalam peperangan.

Ia juga pernah mengalahkan beberapa kerajaan sebelumnya. Shonu juga pernah ditunjuk oleh Sang Raja sebagai seorang panglima perang.

Sementara di pihak kerajaan Hwadong, mereka masih dalam keadaan bersuka ria dengan kemenangan yang telah diraihnya.

Sang panglima sendiri masih belum menyadari adanya rencana jahat dari kerajaan Myonhwasong. Seperti biasanya, ia selalu bercengkrama dengan keluarganya.

Belum lama ini sang panglima telah mempunyai sang bayi laki-laki. Jadi, kemenangannya bertambah bahagia dengan datangnya sang anak.

"Bagaimana keadaan anak kita wahai istriku?" tanya sang panglima.

"Dia baik-baik saja, juga sehat. Lalu, bagaimanakah dengan keadaan mu, suamiku? Aku selalu khawatir setiap kali dirimu berangkat ke medan pertempuran." Jawab sang istri dengan kekhawatiran pada suaminya.

"Itu semua sudah menjadi tugasku sebagai panglima kerajaan. Sedangkan kekhawatiran itu sudah suatu kewajaran bagimu kepada diriku ini. Mati di medan perang adalah suatu kehormatan bagiku. Jagalah baik-baik putra kita dan kamu, jika suatu nanti aku telah tiada, istriku." Ucap sang panglima.

"Baik, suamiku. Aku akan menjaga putra kita sebaik mungkin hingga tumbuh dewasa, semoga kelak akan menjadi seorang laki-laki yang tangguh sepertimu." Jawab sang istri.

"Terima kasih, istriku." Ucap sang suami.

"Beristirahatlah wahai suamiku. Dirimu pasti lelah setelah melakukan pertempuran." Kata sang istri yang mengerti akan rasa lelah pada suaminya.

"Baiklah, aku akan beristirahat, dan jangan lupa simpan pedangku baik-baik." Ucap suaminya memberi perintah kepada istrinya.

.

.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!