Seorang gadis remaja mengenakan seragam sekolah menengah atas duduk di pinggiran lapangan sepak bola.Lapangan sepak bola dipinggiran perumahan dekat kampus biru.
Sudah biasa di gunakan warga, atau anak kampus biru. Lapangan luas yang disekat pagar besi jeruji kawat di petak menjadi tiga yakni sepak bola, tenis dan lapangan basket.
Tempat itu tak pernah sepi penghuni nya karena sering digunakan untuk akses olahraga satu kota. Juga ada tempat kulineran juga di pinggiran lapangan setelah batas pembatas pagar.
Gadis itu acuh mendengar riuhnya penonton yang bersorak memberikan semangat pada para pemain. Ia asyik dengan gambar dan pensil. Duduk nya agak menjauh dari gerombolan.
Bruk. Tiba-tiba bola melayang menghantam kepala nya. Gadis itu terjatuh ke belakang bersama dengan alat tulis nya berhamburan. "Sorry ya, aku tak sengaja! " Seru seorang anak lelaki dengan seragam bola berlarian ke arah nya.
Laki-laki itu bermaksud membantunya bangun namun ia bangkit dengan sigap dan membereskan peralatannya, memasukkan ke tas rangselnya tanpa menoleh berlalu begitu saja.
Tanpa suara, tanpa memandang ke Kevin. Seorang Kevin Wright, idola sekolah. Dikenal smart, tampan, anak orang kaya juga jago olahraga yakni sepak bola.
Sekarang ini ada yang menganggap ia makhluk kasat mata? Ia melongo antara percaya ataupun tidak. "Bro sabar, dia emang begitu sejak kecil, aneh! " Bisik Hesa.
"Yuk lanjut. " Ajak Hesa. Mereka berlari ke lapangan lagi, mata Kevin menatap tubuh gadis itu yang melangkah pergi jauh tanpa menoleh sedikitpun. "Aneh? " Gumamnya lalu ia lanjut main dengan bola dan timnya.
Si gadis sudah berlalu dengan sepeda matic ia pulang ke rumah. Masuk ke dalam kamar nya tanpa menyapa siapa pun yang ditemuinya sepanjang masuk halaman, dalamnya rumah hingga ke kamar nya.
Parjo sang tukang kebun sekaligus tukang jaga rumah hanya tersenyum jika menyapa majikan nya, sedangkan yang lainnya sudah memahami cara majikan cilik mereka hanya diam.
Namanya Alina Mustofa sedangkan kakak kembar nya Aluna Mustofa, ibunya janda dua orang anak. Karakter mereka berbeda, sang kakak ceria enerjik kebalik adiknya yang pendiam dan penyendiri.
Kamar mereka juga berbeda. Awalnya kamar mereka sama saat mereka kecil namun semenjak menjelang remaja hingga kini. Ruang kamar mereka berbeda. Alina warna kamar putih hitam sedangkan sang kakak masih sama berbau girly dan cerah. Sesuai dengan kepribadian nya.
"Ma, aku ada extra kurikulum jadi cuma ganti baju nanti juga ada latihan cheerleader jadi pulang agak malam. Maaf, tidak dapat nemenin mama makan malam. " Kata Aluna Mustofa.
Alina Mustofa yang melintasi kamarnya hanya melirik sepintas kemudian berlalu karena kebetulan pintu kamar belum tertutup rapat. Aluna Mustofa merasakan kehadiran kembarannya hanya melongok keluar.
Menatap punggung adiknya yang masuk ke kamar nya. "Alina nampak nya baru pulang. Mungkin ia tidak ada kegiatan, karena setahu aku ia enggak pernah ikut extra kegiatan apapun Ma. " Ucap Aluna.
"Baik sayang, hati-hati ya, i love u. " Jawab sang Mama di ujung telepon. "Me to. " Jawab Aluna Mustofa. Hubungan terputus kemudian ia pun berlalu.
"Al. Aku ada kegiatan di luar, kamu temenin Mama ya? Maaf merepotkan mu. "Teriak Aluna Mustofa di luar kamar Alina Mustofa. Tak ada sahutan setelah ditunggu lima menit, Aluna Mustofa kemudian berlalu.
Sang kakak sudah memahaminya, entah kenapa adiknya sudah mulai jarang berbicara dengan siapapun. Ia hanya menjawab pertanyaan dengan anggukan saja.
Ponsel juga jarang membalas pesan, bahkan Aluna iseng melihat isi ponsel dan ternyata kosong tak ada nomor lain selain penghuni rumah mereka. Aluna Mustofa merasakan keanehan adiknya namun Ibu nya hanya biasa saja.
Dan selalu saja ibu mengajak mengobrol walaupun sang ibu mereka terlihat hanya seperti bicara sendiri. Karena Alina Mustofa hanya tersenyum atau mengangguk saja sebagai respon ceritanya.
###
Malam mencekam karena awan mendung sedari sore. Beberapa kilat terlihat di langit angkasa. Walaupun tak bersuara menambah suasananya mencekam.
Lampu merah trafik menyala sesuai timer nya dan disebelah itu lampu penerangan jalanan redup. Alina Mustofa mengeluarkan gambar nya asyik dengan alatnya. Duduk di belakang meja kasir.
Minimarket yang ia jaga selama beberapa jam, gadis itu memilih kerja part time sepulang dari kampus. Mamanya mengijinkan nya walaupun dengan berat hati.
Ibunya memiliki usaha butik dan minimarket, salah satu nya yang ia jaga saat ini. Alina Mustofa merasa kasihan karena sang Mama sakit beberapa waktu lalu karena kecapean.
Maka ia memutuskan untuk membantu mengawasi usahanya di sela kegiatan kuliah. Dalam pengelolaan keuangan ia juga menguasainya. Karena dia mengambil bidang tersebut.
Sedangkan Aluna Mustofa mengambil bidang kedokteran. Mengikuti sang pemuda idamannya. Alina Mustofa mengetahui secara tak sengaja, mendengar pembicaraan sang kakak dengan ibunya waktu itu.
Nging. Brak. Benturan keras mesin terdengar mengalihkan perhatian Alina Mustofa. Menatap tajam keluar. Nampaknya seorang pria dihadang lima pemotor yang salah satu dari mereka sudah menabrak nya.
Cara dia berdiri jelas terlihat ia sudah terluka. "Kau! Jika berani maju tanpa main keroyokan. Banci kalian semua! " Teriak Samuel. Lelaki itu menatap mereka semua.
"Banyak omong! Serang! " Satu memberikan aba-aba langsung sedetik kembali terjadi pertarungan.
Alina Mustofa menatap tak berkedip. Ia langsung mematikan AC, semuanya sudah memastikan ia mematikan lampu. Dan menutup kini marketnya. Mengunci nya dan lalu berlari ke arah keramaian pertarungan itu.
Samuel sudah terjatuh mengusap darah yang keluar dari mulut nya. Berdiri dengan bertumpu dengan satu kaki ditekuk. Dengan tangan nya memegang tongkat baseball sebagai tumpuan ia berdiri.
Bruk. Sebuah tendangan mengenai si kerempeng dari arah samping. Pemuda itu terjatuh. Bug. Tendangan memutar mengenai orang di sisi depan si kerempeng.
Bug. Bug. Menyusul yang lainnya. Pukulan dari mereka berikut tendangan mampu Alina Mustofa tahan dan menangkis nya. Bahkan ia membalasnya dengan kuat membuat mereka tumbang beberapa kali.
Sreet. Klak. Bunyi tulang di patahkan beberapa kali. Mereka berhenti menyerang dan dengan kode mata mereka meninggalkan tempat kejadian. Alina Mustofa menatap Samuel yang menatap nya sayu.
"Terima kasih. " Ucap nya lirih. Samuel terhuyung dengan cepat di tahan Alina Mustofa.
"Kau harus ke rumah sakit. Luka mu parah. " Bisik Alina Mustofa. "Mhn. Bantu aku. " Bisik Samuel meringis menahan sakitnya.
Alina memapah nya ke pinggir jalan dan gadis itu mengambil motornya Samuel. Motor besar itu jelas tak sesuai untuk dirinya yang berbadan mungil.
Ia men stater nya dan memutar menuju tempat Samuel. Lelaki itu tertatih naik dan mendekap Alina Mustofa dari belakang.
Dengan cepat gadis itu melajukan motornya ke arah rumah sakit umum terdekat. Langsung menuju pintu UGD.
"Tolong.. Tolong. Korban keroyokan, mohon bantuannya. " Teriak Alina begitu mendapatkan respon dari pihak medis. Samuel mendapatkan perawatan sesuai dengan lukanya.
Brug. Alina Mustofa menahan seseorang wanita berpakaian seksi hendak masuk ke ruangan bos nya. Dengan mendorongnya pelan. Alina sudah menguasai ilmu beal diri tidak dapat dikalahkan para wanita itu.
"Maafkan saya, Anda tak dapat masuk tanpa konfirmasi atau janji temu. Mohon tinggalkan tempat ini atau saya paksa Anda keluar? " Alina Mustofa menatap wanita cantik sexy dihadapan nya.
Ekspresi muka datar dan tak ada ramah tamah ataupun sekedar kata-kata basa basi. Wajahnya sinis meremehkan. "Tahu apa kau, hanya sekretaris belagu! "
Wanita itu hendak menerobos namun di cekal dengan sekali sentakan. "Akh.. Sakit. " Teriaknya. "Aku peringatkan tadi apa tidak dengar? " Bisik Alina.
"Ok.. " wanita itu berhenti dan balik badan namun itu hanya ke cogan belaka, wanita itu berbalik hendak menerus aksinya menerobos. Bruq. Alina dengan santainya menarik dan menghempaskan nya sekali gerak.
"Auw.. Kau! ' Wanita itu mendelik marah. " Mau kasar atau halus? " Lagi ekspresi muka datar nya terlihat jelas dengan kalimat dingin.
"Fine." Ia bangkit dengan tersungut-sungut karena emosi.
"Apa dia kerja rangkap? Sekretaris plus bodyguard? " Omel nya berlalu. Alina Mustofa mendial phone interkom. "Pastikan jika tamu memiliki janji yang ada di daftar yang boleh naik."
"Jika tidak, bersiap lah untuk keluar dari perusahaan tanpa saku pesangon." Kata Alina Mustofa memperingatkan orang yang berjaga di lantai resepsionis di lantai dasar.
Kedua wanita itu saling memandang dengan pucat. Karena mereka sudah hafal siapa yang menghubungi mereka. Sengaja mengangkat dengan mode speaker aktif.
"Alina, bawakan kopi. " Suara dari interkom terdengar saat Alina Mustofa mengetik laporan di laptopnya. "Segera Pak. " Jawabnya ia pun berdiri dan berjalan ke pantry.
Tak lama ia masuk ke ruang si bos. Tok. Tok. " Masuk! " Alina Mustofa melangkah dengan secangkir kopi hitam pesanan bos.
" Terimakasih. " Ucap Samuel setelah menerima kopinya setelah menyesapnya beberapa kali.
"Ada yang lainnya Pak? " Tanya Alina. "Ada apa ribut di depan tadi? " Tanya Samuel. "Salah satu kekasih Anda datang. Tanpa appointment. " Jawab Alina.
"Bagus.Terima kasih. Kau boleh kembali. Nanti malam temani aku ke perjamuan. Kau mengerti tugasmu. " Lanjut Samuel sambil mengambil berkas di depan nya.
"Baik Pak. " Alina Mustofa mengangguk pelan dan balik badan.
Huff. Samuel menarik nafas setelah pintu besar itu tertutup. Ia bersandar di kursinya. "Sekretaris ku cantik namun wajahnya begitu datar dan bicara juga irit. "
"Seperti ibu suri saja. Pantas saja ayah mempercayai nya. " Samuel pun melanjutkan pekerjaannya.
"Paling tidak aku sedikit terbantu mengatur para wanita-wanita yang menjengkelkan. Tapi aku suka jika mereka mendesah saja. " Batin Samuel terkekeh kecil.
"Alina pertemuan dengan pak Han jam makan siang kan? Kita berangkat sekarang saja. Lagipula aku sudah lapar. " Samuel sudah berdiri di depan gadis cantik itu.
"Baik Pak. " Alina langsung meng-klik save dan mematikan komputer nya. Ia mengambil tas juga berkasnya.
"Ish. Ekspresi muka apa itu? Senyuman ramah tidak, seperti robot saja. Dia beneran cewek ga sih? " Batin Samuel.
Lelaki itu memperhatikan setiap pergerakan Alina Mustofa yang tenang tak ada grogi atau kikuk di depan bos nya. Samuel pun mengalihkan pandangan bergegas berjalan ke lift. Takutnya kepergok Alina karena memperhatikan setiap geriknya.
Alina mengambil langkah di samping Samuel sedikit di belakangnya. Wanita itu lempeng saja mengikutinya. Samuel melirik sepintas saat mereka dalam mobilnya, lelaki itu yang menyetir sendiri.
"Sudah berapa lama kamu kerja di sini. " Akhirnya lelaki itu menyerah, karena keinginan tahunya.
"Lima tahun. " Singkat padat jelas, batinnya kesal. Sekretaris ini benar-benar irit bicara dan tak pernah melirik menggodanya.
Benar seorang yang profesional dalam pekerjaannya. Ayahnya begitu puas dengan kinerjanya. Sering memuji jika mereka bersama dalam satu kali kesempatan.
Sekarang ia mengakuinya jelas, bagaimana dia menertibkan para wanita nya itu. Tegas datar dan seperti ibu suri yang berkuasa.
"Kau memiliki kekasih? Atau sedang pedekate mungkin? " Tanya Samuel penasaran.
"Tidak ada. " Jawab Alina.
"Tak satu pun? " Ulang Samuel.
"Tak satupun. " Lagi nada dingin terdapat setiap jawabannya.
"Sulit untuk dipercaya? Wanita secantik ini? " Batin Samuel.
Mereka sampai pada restoran tempat janjinya dengan client. Dan Samuel memesan desert dahulu untuk mengganjal perut nya, sedangkan Alina hanya segelas coklat panas.
"Apa kau diet? Takut gemuk? " Goda Samuel saat memakan makanan nya.
"Tidak. Saya hanya malas saja dengan makanan pendamping. Saya ingin hidup sehat tanpa penyakit. " Jawaban dengan nada yang sama.
"Terserah lah. " Samuel mulai kesal karena sang sekretaris tak ada manis-manis nya saat di dekatnya.
Kebanyakan wanita dekat dengan nya selalu menempel dan merayu setiap kali ada kesempatan. Dan berakhir di ranjang dengan imbalan belanja sebagai kompensasi nya.
Mereka kebanyakan merengek minta pertemuan lagi dan lagi. Sekarang ini ia sudah hampir tiga bulan bersama Meisya. Model majalah dewasa ternama.
"Baby... Kau disini? " Sebuah suara manja dan langsung duduk di sisi Samuel.
"Kita terakhir bertemu beberapa bulan lalu. Kau janji akan telpon. Mengapa tak kau hubungi aku? " Rajuknya manja.
Wanita berambut nude dengan sedikit curly dengan pakaiannya sexy dengan high heels tinggi. " Maaf, aku sedikit sibuk akhir-akhir ini sweetie. " Jawab Samuel acuh.
Tubuh mereka berdekatan bahkan wanita itu sengaja menempelkan paha ke paha Samuel. Alina melirik nya sepintas. "Apa dia tak malu di kalangan publik seperti ini? " Batin Alina.
Ia melihat jam tangan nya dan kurang lima menit lagi client akan tiba. Ia memutuskan untuk berdiri.
"Maaf, nona. Bisakah Anda meninggalkan kita. Kami ada pertemuan penting. " Ucap nya sopan.
"Kau siapa? Mengganggu orang saja! Apa kau tak mengerti kami butuh privasi. " Jawabnya jutek.
"Nona saya mohon maaf, namun saya mohon tolong jangan paksa saya. " Ucap Alina Mustofa menatap wanita itu.
"Pergilah! " Sembur wanita itu tak kalah lantang. Alina langsung menarik nya sekali sentak.
"Jangan bikin keributan jika kau tak mau celaka! Pergilah dengan tenang atau kau yang akan malu sendiri! " Bisik Alina dengan menekan tangan wanita itu.
Sehingga ia meringis menahan sakitnya karena dipelintir. "Ok aku akan pergi. " Sahut nya. "Gadis pintar. Menjauh lah! Jika kau mau kau bisa kontak dia. Atau menemukan lainnya di klub malam. " Bisik Alina Mustofa.
"Selamat datang tuan Han. Maafkan merepotkan mu untuk datang kemari. " Seru Alina Mustofa dengan senyuman tipis dan hormat.
Lelaki bernama Han melirik Alina Mustofa dan wanita itu dengan sedikit memicing mata. "Hanya kenalan sedang menyapa Hai. Ia akan pergi ya kan? " Kata Alina Mustofa.
Samuel menahan tawa nya karena lagi Alina Mustofa berperan sebagai bodyguard nya lagi. Wanita itu hanya tersenyum dan meninggalkan mereka di tempat tersebut.
Alina Mustofa menatap manik Samuel tanpa beranjak dari ia berdiri. "Bisa kah saya mengenakan pakaian pribadi saya sendiri? " Tanya Alina Mustofa.
"Tidak kau pendamping ku, jadi sudah selayaknya kau harus berdandan layaknya ladies. " Tegas Samuel.
"Dandani dia buat sentuhan pada rambutnya juga agar sedikit lebih indah. Dan aku ingin melihat koleksi gaunnya. "
Para pegawai butik bergegas menunjukkan koleksi yang terbaru. Samuel menatap dan menelisik detailnya. Pilihan nya jatuh pada gaun berwarna krem dengan shoulder rendah.
Dengan belahan dunia bawah menunjukkan kaki yang jenjang bagi si pemakai. "Berikan padanya lekaslah, waktumu hanya 20 menit lagi. " Perintah nya.
Benar saja Alina Mustofa di antar mereka sesuai waktu yang diberikan oleh Samuel. Dan lelaki itu memaki keputusannya. Alina Mustofa nampak menjadi wanita yang cantik dan seksi. Akan banyak perkelahian malam ini memperebutkan nya.
Mereka sudah di dalam mobilnya Samuel, lagi ia ingin menghentikan waktu atau membawa nya kabur. Tapi sang kakak akan datang menemuinya. Memberikan penilaian atas kinerjanya selama satu tahun ini.
"Ini bahaya jika ia melihat sekretaris nya bisa jadi ia akan memakannya. Bahkan akan mengurung wanita itu di istana megahnya hingga puas. " Batin Samuel berkecamuk.
"Apa ada masalah dengan mesinnya Pak? " Tanya Alina Mustofa tanpa menoleh, wanita itu menatap jalanan di depannya duduk tegap tanpa reaksi.
"Yah, aku malas ketemu dengan kakakku. " Kilah Samuel karena takut kehilangan sabg sekretaris yang menjelma seperti bidadari surga.
Memikirkan dirinya membuat Samuel berkhayal dan liat celananya terasa sesak. Butuh pelampiasan. "Nanti kau harus menggandeng lenganku dan jangan jauh-jauh!" Tekan nya.
"Baik Pak. Sesuai dengan keinginan Anda. " Jawab Alina Mustofa. "Jika aku meminta permintaan lain apa kau menjalankan tugasnya? " Tanya Samuel ragu.
"Selama ini menyangkut pekerjaan. sesuai dengan prosedur yang ada dan tiada unsur-unsur pribadi. Maka akan saya jalankan". Jawab Alina Mustofa.
Samuel hanya memejamkan mata sejenak saat mereka tiba di lampu merah. Kesal iya tentunya. Wanita itu tak mengerti atau tak peka karena kurang pembelajaran tata bahasa.
Mereka sampai lah ke tempat tujuan yakni hotel Carlton. Yang berada di pusat kota mereka langsung ke ballroom, menyapa tuan rumah dan berbasa-basi menyapa.
Tatapan lapar para pria dan decak kagum para wanita iri dengan penampilan Alina Mustofa yang sempurna. "Saya sungguh hampir tak mengenali Nona Alina. Jika tidak disapa dulu. " Ucap Kenzo.
Salah satu relasi Samuel, lelaki itu menjawab dengan tertawa garing. Merasakan ketertarikan Kenzo pada sekretaris nya.
"Maafkan saya. Mohon undur diri, saya mau ke toilet. Permisi. " Alina Mustofa meninggalkan bos dan relasi nya.
Wanita itu berjalan menyelusuri lorong dan membuka setiap pintu yang dijumpainya. Mencari letak toiletnya.
Akhirnya dia sampai pada sebuah ruang mewah, melihat ujung nya pintu terbuka ada toilet. Ia pun bergegas ke tempat tersebut.
Tidak melihat ada sosok lelaki berdiri di sudut sedang menerima telepon membelakangi nya. Karena tubuh nya terhalang rak berisi buku juga benda-benda yang terpajang.
Setelah menuntaskan hajat nya Alina keluar sebelum nya menarik tuas pembuangan. Berjalan santai keluar dari sana. Ia melihat dia yang berdiri di sudut ruangan. Mematikan ponselnya menghampiri Alina Mustofa.
"Maafkan aku menggunakannya, saya sudah mencari tempat lain dan hanya menemukan tempat Anda. Sekali lagi maaf. " Ucap Alina.
Langkah nya di hadang beberapa kali. "Bisakah kita bersenang-senang dahulu baru.. " Lelaki itu menawarkan diri pada Alina Mustofa.
Alina Mustofa menggeleng. " Maaf, saya rasa Anda salah paham. " Tolak nya sopan.
Lelaki itu mencekal nya dan Alina menggunakan gerakannya untuk mengelaknya. Beberapa kali gerakan kecil mereka saling menyerang dan mengelaknya.
"Nampaknya kau bisa beladiri. Cantik, aku suka. " Puji lelaki itu. Sreet. Alina mampu membalikkan lelaki itu dan mengikatnya dengan dasinya.
Kedua tangannya di putar ke belakang dan diikat mati kuat. Lelaki itu tersenyum miring. "Boleh juga kekuatan nya. Ia tak menggunakan kekuatan penuh karena takut melukai kulit Alina Mustofa yang mulus.
Alina Mustofa menghampiri bos nya. " Kenapa lama, aku hampir saja mau mencari mu! " Seru Samuel. "Maaf." Alina menganggukkan kepala, meringis menatap Samuel.
Nampak menggemaskan di mata Samuel. "Apa kabar mu Sam." Sapa Suara bariton yang dikenali Alina Mustofa.
"Kak apa kabarnya. " Samuel memeluk lelaki itu dan tersenyum lebar. Alina Mustofa terbelalak menatap nya.
"Kenalkan dia sekretaris aku. Orang kepercayaan Daddy ingat kan? " Samuel memberikan kode lewat kedipan mata.
Alina Mustofa menatap nya tak berkedip, lelaki itu yang menyerang nya di ruang tadi adalah anak tertua bos nya. "Ini gila. Dasar lelaki mesum. " Umpat Alina Mustofa dalam hati.
"Pantas saja Daddy memujinya selain confident, competent, smart juga ahli bela diri. " Puji Reynold menatap nya lekat.
"Jangan pernah menyentuh nya, ia aset perusahaan dan kau hilang kan niatan mu! Atau aku lapor ke Daddy. " Samuel memperingatkan sang kakak.
Reynold hanya menyeringai menatap lapar pada Alina Mustofa. Wanita itu cuek saja sambil sesekali mengangguk pelan pada beberapa relasi perusahaan yang mengenali nya.
"Berapa lama kakak di sini? " Tanya Samuel menatap sang kakak. "Entah, kita lihat saja. " Jawab Reynold acuh.
"Maaf, tuan ini sudah jam 10 saya boleh undur diri. Saya mau pulang karena saya kira acara ini hampir selesai. " Pamit Alina Mustofa.
"Aku akan mengantar mu. " Seru keduanya serempak. Alina Mustofa menarik alis matanya sebelah menatap keduanya.
"Maaf, saya sudah memesan taxi online lima menit lalu. Permisi. " Ucap Alina Mustofa berlalu saja tanpa menatap keduanya.
"Aku rasa dia rabun aku harus membawanya ke dokter spesialis mata. " Gumam Reynold menatap kepergian wanita incarannya.
"Dia wanita tak normal. Aku sudah memberikan kode beberapa kali namun di acuhkan juga. " Sahut Samuel menatap kepergian Alina Mustofa.
"Entah. Mungkin aja pesona mu sudah waktunya untuk di perbarui. Karena sudah luntur dan tak memiliki pamor! " Ucap Reynold berlalu.
"Dasar player. Beraninya ia meremehkan kekuatan ku meraihnya. " Umpat Samuel mengikuti langkah sang kakak yang meninggalkan tempat tersebut.
Alina Mustofa sampai di rumah kecil nya dan menggantikan baju tidur nya. Menghilangkan riasan dengan micellar water, serta membilas dengan sabun muka lalu menggosok gigi.
Merebahkan tubuh nya yang letih dari semua kegiatannya hari ini. Menggenakan high heels tinggi, padahal ia biasanya menggunakan heels rendah.
"Semoga lelaki itu tak membuat hidup nya yang rumit ini semakin sulit. " Batinnya letih. Tak lama ia memejam kan mata mengistirahatkan keseluruhan jiwa dan raga nya. Berdoa semoga besok ia dapat melewatkan kesempatan yang membuat nya tak nyaman.
Dan esok menjadi hari yang indah membuat ia bertambah lagi kuat. Tidak ada menangis lagi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!