NovelToon NovelToon

Berjumpa Kembali

Sekeping puzzle dan Bab Pertama

..."Deg deg.. Deg deg.."......

Terdengar sebuah suara detak jantung dari seorang gadis yang sedang nervous. Bukan hanya nervous, dia juga kelelahan bercampur lapar dan bercampur gelisah.

..."Deg deg.. Deg deg.."...

Kenapa hari pertama dia mendaftar kuliah jadi kacau seperti ini? Padahal, jauh-jauh hari dia sudah mempersiapkan jiwa dan raganya sebaik mungkin.

..."Deg deg.. Deg deg"...

Akhirnya, dia memeluk mainan bola pantulnya untuk menenangkan perasaannya itu, sedikit tubuhnya ikut gemetaran.

"Fani, aku grogi nih"

"Sama. Aku juga grogi kok"

Tiba-tiba Fani bersin, "Haa Syu!!"

Seketika gadis itu kaget dan mainan bola pantul yang berada di kedua tangannya itu langsung terlepas. Sehingga memantul bebas menyusuri jalanan lorong dari salah satu gedung universitas. Iya, mereka sedang berada di Universitas Merdeka Surakarta untuk mendaftar kuliah di sana.

"Tunggu!" Teriaknya.

Bola kecil itu berkelap kelip memantul dan menggelinding entah, "mau kemana?" Seolah ingin mencari pemiliknya yang sebenarnya.

Gadis itu mengejarnya dan sahabatnya mengekor di belakang. Namun bola itu masih belum bisa ia raih. Akhirnya, benda berharganya itu bisa berhenti karena menabrak sisi kiri sepatu yang dikenakan seorang pria di hadapannya.

Pria itu tidak menoleh. Melainkan setelah sahabatnya memanggil nama Nuha, dia baru mau menoleh.

"Nuha? Nama itu?" Pria itu jadi teringat dengan nama seorang gadis yang telah lama dia rindukan. Sejenak dia mengarahkan pandangannya kepada gadis yang dimaksud tapi sudah tidak terlihat jelas karena gadis itu sudah berjalan membelakanginya.

...Pria itu tersenyum....

..."Nuha, ya? Akhirnya, kita bisa berjumpa kembali"...

...*****Sekeping puzzle pun berakhir*****...

Di sebuah rumah sederhana yang tampak tidak ada perubahan sedikitpun dari bangunannya, ada keluarga yang sedang berbahagia. Mereka sedang menikmati sarapan pagi dengan harmonis dan penuh kehangatan.

Meski ayah telah tiada, masih ada Ibu, Kakak Laki-laki, kakak ipar, dan seorang gadis kecil berusia 8 bulan. Ibu yang telah menjadi seorang nenek bagi gadis kecil berusia 8 bulan itu belum menampakkan rambut putih dan kulit keriputnya karena memang beliau adalah seorang ibu sekaligus seorang nenek yang masih muda.

Lalu, Kakak Laki-laki bernama Naraya Muha yang telah memiliki istri dan putri kecil itu masih terkenal galaknya. Istrinya bernama Maharani dan Putrinya bernama Naraya Hana.

Sedangkan, gadis yang belum disebutkan ini dialah Nuha, Inara Nuha. Gadis setengah dewasa yang masih menikmati masa mudanya di usia yang ke 20 tahun.

"Aku harus selalu tersenyum dan bahagia!"

Batin Nuha yang ia masih merasa tersiksa untuk melakukannya setiap hari. Dia sekarang sedang sibuk bekerja untuk mencari uang. Juga tak punya cukup waktu untuk bersenang-senang bersama sahabat seperti waktu di SMK dulu. Kebahagiaannya pun tidak sempurna karena dia telah jauh dari sang kekasih.

Satu tahun pacaran, lalu satu tahun berpisah. Semua telah terungkap saat hari kelulusan selesai. Inara Nuha memiliki kekasih bernama Rui Naru. Namun, sebuah kenyataan harus segera diungkapkan.

Naru bukanlah seorang siswa sekolah asli. Melainkan seorang mahasiswa yang menyamar menjadi seorang siswa sekolah. Dia lakukan demi cintanya kepada Nuha. Dua tahun menjadi secret admirer dan satu tahun menjalin cinta dengan Nuha.

Tiga tahun Nuha sekolah berarti tiga tahun Naru melakukan penyamarannya dan dia harus menanggung konsekuensi sebagai seorang mahasiswa juga sebagai seorang siswa sekolah.

Kini, setelah Naru memberitahu Nuha akan identitas aslinya tersebut dia membuat janji padanya untuk menyelesaikan sisa satu tahun kuliahnya supaya bisa segera bergelar S1.

"Nuha, aku janji. Satu tahun lagi, aku akan kembali. Jadi, beri aku izin untuk menyelesaikan studiku itu ya," pinta Naru.

"Um, baiklah"

Satu tahun berjalan, Nuha menikmati waktunya dengan bekerja dan bersenang-senang bersama ketiga sahabatnya. Hubungannya dengan kekasihnya dia lakukan menggunakan komunikasi jarak jauh, yaitu handphone.

Nuha juga ingin kuliah, tapi dia bukan dari keluarga kaya sehingga harus mencari uang untuk dia tabung sebagai biaya kuliah nanti. Kabar mengejutkan, pun hadir.

Naru mendapat tawaran dari dosennya untuk melanjutkan S2. Dan tawaran S2nya bisa dia tempuh hanya dengan waktu 2 tahun, asal Naru mau ikut studi keluar kota.

Lalu dia menghubungi Nuha melalui telfon. Dia menyampaikan permintaan maafnya karena tidak bisa kembali setelah satu tahun. Sebagai gantinya, Naru mengabari bahwa dia langsung bisa melanjutkan S2 hanya dengan ditempuh selama dua tahun. Tapi harus keluar kota.

Kesempatan yang sangat langka. Naru tidak ingin menyia-nyiakannya. Meski itu kabar buruk sekaligus kabar gembira, Nuha mengiyakan Naru untuk melanjutkan studi S2nya di luar kota.

Kini, Nuha kembali menjalani dua tahun lagi tanpa kehadiran sang kekasih. Nuha tetap bersikap tegar dan lapang dada. Hari pun mulai berubah, seiring mengubah perasaan cinta ini menjadi emboh.

Entah kenapa, romansa yang mereka lakukan dengan sistem LDR itu tidak mudah Nuha dijalani. Banyak kekecewaan yang mulai Nuha rasakan. Sedih dan tertekan.

Hubungan jarak jauh itu pun mulai tidak sehat. Prasangka buruk sering terjadi di benak hati Nuha dan kesalahpahaman sering menghadirkan pertengkaran. Nuha, melepas komunikasi jarak jauhnya kepada Naru.

Sekarang, tiga tahun kurang dua bulan pun berlalu.

Sambil duduk manis di dalam bus sebelum sampai di tempat kerja, Nuha membuka handphonenya dan bermain game. Wajahnya cukup tenang dan ia tidak menghiraukan orang-orang di sekitarnya ataupun terganggu dengan suasana di sekitarnya.

Bus pun berhenti, Nuha pun turun. Berjalan menuju kantor tempat ia bekerja. Ekspedisi Pak Eko. Dengan langkah yang tenang, ia menuju ke meja kerjanya. Ia duduk dan mulai menyalakan komputer. Seseorang datang menghampirinya.

"Nuha, bisakah kamu membantuku?"

"Eh? Kak Emeli? Ada apa kak?"

"Kak Dinta partnerku yang sedang hamil itu sekarang sudah melahirkan jadi dia sedang cuti. Bisakah kamu menggantikannya selama dia cuti?"

"Ma- maksudnya aku jadi sales counter sementara gitu?"

"Iya, Nuha"

"Tapi?"

"Gak papa, mau yah?! Yuk sekarang aja kita langsung ke depan" Ajak Emeli dan menarik tangan Nuha.

Nuha menuruti permintaan dari Emeli untuk mendampinginya menjadi sales counter, yaitu menerima dan mencatatkan resi pengiriman dari orang-orang yang hendak mengirimkan paket.

Nuha adalah gadis yang pendiam dan tertutup, dia merasa nyaman dan cocok bekerja di bagian kantor dalam karena membuatnya minim berinteraksi dengan orang lain. Tapi sekarang dia harus beralih profesi sementara.

Emeli sendiri orangnya sangat ramah dan mudah bercanda. Nuha cukup kesulitan menjalin keakraban dengannya karena Emeli suka sekali menyindir. Gadis yang lebih tua 3 tahun dari Nuha itu terlihat sangat dewasa dan ia sudah memiliki calon suami.

Para pengirim paket pun mulai datang, seorang pria tinggi membawa setumpuk kotak paket dan diikuti seorang wanita membawa paket juga. Nuha mulai bingung, namun ia mencoba mengendalikan diri supaya tidak salah tingkah dan membuat suasana menjadi canggung.

"Mohon bantuannya ya Nuha"

Ucap Emeli memberi kepercayaan untuk Nuha. Nuha pun tersenyum. Seorang pria telah berdiri di hadapannya dengan menaruh beberapa kotak paket di atas meja. Nuha dan pria tersebut sejenak bertatap mata.

Sekeping puzzle dan Bab Kedua

“Hari ini, akankah aku bisa melihat lagi kehadiran Nuha seperti kemarin? Jika iya, berarti takdir telah mempertemukanku kembali dengannya,” Gumam pria yang telah lama merindukan gadis yang bernama Nuha, kekasihnya.

Sambil berjalan memasuki wilayah kampus, ia terus berjalan hingga berhenti menatap luasnya halaman yang dikelilingi oleh berbagai gedung fakultas yang tingginya hingga empat lantai. Ia mengarahkan pandangannya pada sebuah jembatan di lantai dua yang menghubungkan antar gedung. Seorang gadis berdiri sendiri di sana, seolah merespon tatapan Naru dari kejauhan.

“A- Aku bisa melihatnya dengan jelas. Dia, Nuha.”

Naru dan Nuha saling bertatapan mata, Naru memberikan senyuman namun Nuha tidak mengerti. Sejenak, Nuha masih terus memandang tenang tatapannya. Tapi, gadis itu bingung, kenapa pria tersebut tersenyum kepadanya?

...*****Sekeping puzzle lain berakhir*****...

“Pegawai baru ya Kak?”

Pria yang sedang menyerahkan beberapa paket dan menaruhnya di meja counter memiliki sikap yang dingin, tapi dia ingin mengajak Nuha berkenalan. Nuha kurang tanggap memberikan respon sehingga Emeli lah yang sigap menjawab pertanyaan dari pria tersebut.

“Bukan, dia pegawai dari kantor kita kok. Dia hanya menggantikan Kak Dinta sementara yang sedang cuti melahirkan”

“Oooh.. Namanya?” tanya pria tersebut singkat.

Emeli kurang mendengar karena masih fokus mengurus pelayanannya sendiri dengan pelanggan lain. Nuha pun tidak merespon karena sedang mengetik. Namun, karena tulisan pada paket tersebut kurang jelas membuat Nuha kesulitan membaca sehingga ia harus menanyakan dan memastikan kebenarannya.

“Maaf kak, tulisannya kurang jelas. Bisa bantu saya mendiktenya?” Pinta Nuha.

“Hahaha, jelek ya tulisannya? Maklum, tulisan cowok”

“Eh,” Nuha hanya memicingkan bibirnya.

Pria tersebut berkenan mendikte dan Nuha mencatatnya dengan sangat cepat dan lancar. Pria tersebut terkagum-kagum melihat cara kerja Nuha. Emeli memperhatikan tingkah dua insan tersebut.

“Wah, baru ketemu aja sudah langsung akrab. Jodoh dadakan telah datang nih,” Canda Emeli melirik manja.

“Ck!" Pria itu hanya melemparkan senyum kecutnya.

Pria yang bernama Wisnu yang tertulis jelas sebagai pengirim paket tersebut memang pelanggan setia dari ekspedisi tempat Emeli bekerja sehingga Emeli pun sudah sangat akrab dan mudah melempar candaan kepadanya, meski berakhir dengan respon yang garing.

Resi pengiriman pun telah selesai Nuha buat, sekitar tujuh resi kemudian Nuha serahkan kepada si pemilik paket, Wisnu. Wisnu masih saja melihat gerak gerik Nuha. Handphone Nuha yang dikalungkan di leher pun menyala.

“Eh, HPnya nyala tuh” Ucap Wisnu.

“Gakpapa, paling WA.” Jawab Nuha.

“Udah punya pacar ya?” Tanya Wisnu iseng.

“Pa- Pacar? Umm..” Nuha ragu, ia mencoba mengangguk sekali namun terus menggeleng beberapa kali. Ucapan pacar sudah sangat asing di telinganya. Belum pernah sama sekali selama dua tahun lebih ini ada orang lain yang mempertanyakan tentang kekasih Nuha, bahkan sahabatnya pun sudah tidak pernah membahasnya. 

Nuha langsung membalasnya jelas, “Temanku mungkin yang sedang WA, soalnya kita punya rencana mau kuliah bareng”

“Oooh.. kirain pacar” Sindir Wisnu. “Ya udah, totalnya jadinya berapa?” lanjutnya.

“Rp. 145.500”

Wisnu memandang sejenak Nuha yang masih menghitung menggunakan kalkulator. Dia cukup tertarik dengan kehadiran Nuha yang terlihat memiliki sifat seperti dirinya. Diam dan tak mudah tertarik dengan sesuatu hal. Respon yang singkat dan dingin yang mengeringkan.

“Oke, nih.” Wisnu menyerahkan uangnya dan pamit beranjak pergi. “Makasih ya Kak, semoga besok kita bisa berjumpa lagi” Pungkasnya.

“Apa?” Nuha terdiam melihat kepergiannya kemudian duduk lesehan bersama Emeli untuk mulai mengemas paket dengan plastik dan menempelkan resi yang sudah dibuatnya.

Nuha termenung. Pertemuan dengan seorang pria yang baru saja terjadi tadi, membuatnya menjadi ingat dengan seseorang. Sudah sangat lama dia tidak melihat wajah cowok dengan sedekat itu. Rasanya, dia ingin kekasihnya untuk bisa segera pulang. Tapi hubungan jarak jauh mereka sudah lama lost contact.

Emeli melirik. Dalam hati dan pikirannya, dia jadi ingin mendekatkan Nuha kepada pria yang baru saja Nuha kenal. "Sepertinya, asik nih"

Ekspedisi tempat Nuha bekerja sangat ramai oleh pelanggan yang mengantarkan paket, hingga paket-paketnya tersebut mereka tinggal karena tidak ingin antri dan terlalu lama menunggu. Sehari Nuha menjadi penjaga counter ekspedisi benar-benar membuatnya sibuk dan kewalahan. Tidak ada waktu untuk mengobrol lagi atau sejenak membalas pesan WA saja.

Si pemilik ekspedisi, Pak Eko pun ikut turun tangan mengetikkan resi-resi paket yang sudah menunggu untuk dibuatkan. Meskipun tampak sibuk, namun pekerjaan mereka tidak begitu serius dan menegangkan. Pak Eko dan Emeli sering bercanda dan selalu beradu sindiran bahkan sambil membicarakan hal-hal yang lain yang perlu mereka bicarakan untuk bahan perbincangan mereka.

Waktu pun berlalu hingga siang pun datang. Emeli dan Nuha berbagi jam istirahat supaya counter tidak tutup dan tetap bisa melayani para pengirim paket yang berdatangan. Waktu istirahat Nuha pun tiba, ia mengunjungi warung mie ayam dan hendak makan siang di sana. Sambil menunggu mie ayam datang, akhirnya dia bisa istirahat sejenak sambil bermain dengan ponselnya. 

“Duh, jadi telat deh balas WAnya”

Nuha membalas pesan WA dari Fani, Fani mempertanyakan soal kapan akan mendaftar kuliah bersama di universitas yang sama. Saat ini Fani juga sedang bekerja, ia bekerja sebagai penjaga toko buku. Nuha pun mulai membalas pesan WA darinya.

“Akhirnya, aku bisa kuliah juga. Tiga hari lagi aku akan mendaftar kuliah bersama Fani. Bisa kuliah bareng dan satu universitas bersama sahabat membuatku kembali bahagia”

“Ha aah..” Nuha menghela nafas

“Sudah akan tiga tahun setelah kelulusanku dari SMK, aku benar-benar merindukan masa-masa itu.” 

Nuha teringat lagi dengan kenangan-kenangannya semasa sekolah dulu, apalagi kenangan dengan kekasihnya. “Ah! sudah-sudah! Lupakan! Setiap aku mengingat kenangan-kenangan itu membuat hatiku sakit dan nafasku terasa sesak! Ayo Nuha lupakan!” Geramnya.

Akhirnya, Nuha menikmati mie ayam bersama kesendiriannya sendiri. Kehidupan baru memang harus dia jalani. Bekerja di jasa pengiriman paket juga tidak membuatnya bosan dan patah semangat. Ia menjalaninya dengan sepenuh hati dan sungguh-sungguh, meskipun kadang kala perasaan kesepian dan kesedihan hadir secara tiba-tiba.

Meski Nuha pendiam dan tertutup, dia tidak membenci untuk berteman dengan siapapun. Memiliki teman baru seperti Kak Emeli, kak Dinta, Pak Eko, dan karyawan-karyawan yang lain membuatnya bisa menghargai kehidupannya lagi. Serta kedatangan para pelanggan juga cukup mampu menghibur hatinya. Perasaan senang dan kebersamaan membuat Nuha bisa mempertahankan diri dan terus melangkah maju menghadapi masa depannya.

Rencana kuliah pun juga sudah terlihat di depan mata. Ia akan kembali menikmati masa-masa menuntut ilmu dan menjadi seorang mahasiswa. Perasaan senangnya tidak bisa disembunyikan lagi. 

Waktu istirahat Nuha selesai, ia kembali lagi kepada pekerjaannya. Bekerja di siang hari membuatnya mulai mengantuk. Kak Emeli mulai memutar musik di komputernya, beberapa lagu melayu zaman dulu semakin membuat Nuha mengantuk. Menjadi lagu pembawa tidurnya.

Sekeping puzzle dan Bab Ketiga

"Aku heran kenapa bola ini selalu ada di tas aku, apa dia punya kaki? Tapi bola kan menggelinding."

Nuha mengeluarkan bola pantulnya yang tiba-tiba sudah berada di dalam tasnya lagi. Entah kenapa, awal ia kuliah dan pergi ke kampus bola itu selalu ada bersamanya.

Bola itu terlepas dan menggelinding lagi. Menggelinding menuju ke arah seorang pria yang sedang duduk di kursi bawah pepohonan taman kampus. Nuha mengikutinya.

"Apa karna aku memberinya nama sehingga dia jadi punya nyawa" Gumam Nuha sambil meraih bola itu yang sudah berhenti di depan sepatu yang dikenakan oleh pria berstelan jas dan celana formal.

Nuha pun mengarahkan pandangannya kepadanya.

...*****sekeping puzzle lain berakhir*****...

Hari demi hari, Nuha menjalani profesi barunya sebagai sales counter meski hanya sementara. Tapi, keadaan itu memberinya banyak pengalaman baru. Terutama bagaimana cara berinteraksi dengan orang lain. Nuha, mulai bisa membuka diri.

"Siang ini panas banget. Huh"

Sambil menyeruput es tellernya dengan sendok, Nuha mengeluhkan pekerjaannya yang kian hari kian menyibukkan. Jari jemarinya terasa mau patah karena tak berhenti mengetik dan matanya lelah memandang layar komputer.

Di sisi lain, ada Wisnu bersama temannya yang bernama Rio juga sedang berada di warung es teller tempat Nuha berada. Warung tersebut tidak jauh dari tempat kerja Nuha. Di jam istirahat ini Nuha menikmati sendiri es tellernya sambil memakan makan siangnya.

..."Elo gak mau mendekatinya?" tanya Rio yang melihat keberadaan sales counter dari ekspedisi Pak Eko itu....

"Males ah!"

"Kenapa? Kalo gak mau gue aja kalo gitu"

Meski menjawab dengan cuek, Wisnu memiliki rasa perhatian kepada Nuha. Dia langsung menarik tangan Rio untuk memberinya penolakan. Wisnu sedikit tersentuh hatinya. Melihat gadis manis itu, ingin sekali dia mendekatinya, namun dia berusaha untuk menahan perasaannya tersebut.

"Udah biarin aja dia. Inikan waktu istirahatnya. Jangan mengganggunya" Ucap Wisnu membuat alasan.

"Iya iya gue ngerti"

Rio kembali duduk dan mulai memakan makanannya sendiri dengan perasaan kecewa. Wisnu tetap tenang menghadapi temannya tersebut dan kembali mengarahkan pandangannya kepada Nuha.

Curi-curi pandang melihat gadis itu yang sedang menyandarkan sejenak kepalanya di atas meja. Menikmati kesendiriannya sambil memainkan ponselnya.

Nuha Membuka WA dan melihat status teman-temannya. Wisnu sedikit tergelitik dan tersipu melihat bibir Nuha yang bergerak berbicara tanpa dia dengan suaranya.

"Asa ternyata online shopnya juga laris manis. Enggak heran kalo semua ekspedisi selalu penuh dengan para pengirim paket."

"Ah, ini Sifa. Dia sudah langsung kuliah setelah lulus dari SMK. Aku sedikit iri padanya, tapi aku senang dan bangga kepadanya. Dia begitu cerdas dan berbakat"

"Fani juga. Dia sedang memfoto buku-buku di tempat dia bekerja. Dia sama sepertiku. Aku dan dia harus mengumpulkan uang sendiri untuk menambah biaya kuliah nanti."

"Haa ah.. Sabar ya Nuha"

Nuha menasehati dirinya sendiri. Kak Emeli pun datang menjemput. Seolah mengganggu waktu istirahatnya saja. Padahal es teller dan makan siangnya belum Nuha habiskan.

Emeli memandangi seluruh ruangan warung es teller dan mendapati Wisnu berada disana bersama temannya. Wisnu kepergok karena curi-curi pandang terhadap Nuha. Emeli pun melirikkan matanya dan terkikik geli.

"Udah nih kak. Aku langsung balik sekarang ya"

"Eh Nuha, tadi masih ada tinggalan beberapa paket yang belum aku ketik. Tolong kamu lanjutkan lagi ya"

"Iya kak"

"Terima kasih Nuha"

Nuha berjalan meninggalkan Emeli dan kembali ke tempat kerjanya. Benar-benar tidak ada waktu untuk meluruskan boyoknya lagi setelah istirahat makan siangnya. Nuha langsung pasang badan untuk segera menyelesaikan pekerjaannya lagi.

Nuha berjaga sendiri di counter sambil melanjutkan mengetiknya. Mengemas dan merapikan paket di keranjang paket. Seorang wanita cantik datang membawa paket.

"Permisi Kak"

"Iya Kak, selamat datang di Ekspedisi Pak Eko"

"Ini saya mau kirim paket Kak. Isinya kue kering"

"Kue kering? Tapi, kalo paket kue kering sampe ditujuannya hancur gimana?"

"Gak papa Kak, aku sudah biasa kok kirim lewat sini"

"Baiklah, saya tulis sekarang ya"

"Iya, tolong segera ya. Aku tunggu"

Ada enam paket kue kering yang wanita itu titipkan. Nuha segera membuatkan resi pengirimannya meskipun harus ditunggui.

"Jangan lupa tolong nanti diberi stiker fragile ya kak"

"Baik kak. Akan aku tempelin nanti"

"Jadi totalnya berapa?"

"Ini"

Nuha menyerahkan semua resi dan menyampaikan total biaya keseluruhan pengiriman paket. Wanita cantik itu pun beranjak pergi. Seorang pria paruh baya datang.

"Siang mbak"

"Siang pak. Selamat datang di ekspedisi Pak Eko"

"Iya. Ini saya mau kirim paket produk skincare"

"Skincare ya pak. Sudah aman ini pak pengemasannya?"

"Sudah donk mbak. Sudah saya bungkus dengan bubble wrape dan kardus. Udah saya lakban penuh juga kok"

"Baik pak, saya tulis sekarang ya"

"Silahkan"

Pria paruh baya itu memandangi serius Nuha yang sedang fokus mengetik. Ia memperhatikan gerak gerik Nuha dari ujung rambut dan kulit tubuhnya. Dengan sengaja pria itu melakukan sesuatu yang tidak sopan kepadanya.

"Kulit kamu mulus sekali mbak"

Ucap pria itu sambil menyentuh kulit tangan Nuha yang sedang mengetik. Pria tersebut pun juga berganti menyentuh pipi Nuha. Seketika Nuha terperanjat kaget dan berdiri.

"Eh, ada apa mbak?"

"Ma-maaf pak. Sa-saya permisi sebentar"

Nuha langsung berlari masuk dan mencari pak Eko. Ia sedikit ketakutan menghadapi pria paruh baya itu sehingga mencari Pak Eko untuk mendapatkan perlindungan.

"Pak Eko tolong saya"

"Ada apa Nuha?"

"Pria itu.. Saya gak berani menghadapinya"

"Kenapa?"

"Umm.." Nuha terdiam ketakutan.

"Ya sudah. Kamu tunggu disini. Biar bapak yang atasi"

"Terima kasih Pak Eko"

Pak Eko berganti menyelesaikan pekerjaan Nuha. Beliau yang akan menghadapi pria paruh baya tersebut. Hati Nuha masih berdebar-debar dan gemetaran. Pria tersebut akhirnya selesai dan pergi.

Ekspresi ketakutan Nuha masih belum bisa ia sembunyikan. Pak Eko mencoba menenangkannya. Beliau pun juga mengatakan bahwa kalo Nuha bertemu dengan pria itu dia bisa langsung memanggil Pak Eko lagi, supaya Pak Eko saja yang akan menghadapinya.

Karena, pria paruh baya itu memang sedikit banci dan penggoda. Dan ini kali pertama Nuha mendapatkan suatu perbuatan yang kurang sopan sehingga dia sedikit ketakutan. Lain halnya dengan Pak Eko dan Emeli, mereka berdua malah sudah akrab dengan pria tersebut.

Emeli pun telah kembali. Dia heran melihat ekspresi Nuha. Wisnu bersama temannya pun juga datang membawa paket.

"Ada apa denganmu Nuha?"

"Gak papa kok kak Emeli, hehe"

"Oh.. Kok kayak takut gitu"

"Enggak, gak papa kok. Kak, ada yang datang"

"Iya. Yuk kita kerja lagi"

"Baik Kak"

Nuha dan Emeli mulai siap badan di mejanya masing-masing lagi. Bukan Wisnu saja yang membawa paket, temannya pun juga membawa paket. Wisnu menyerahkan paketnya kepada Emeli, sedangkan temannya yang bernama Rio itu menyerahkan paketnya kepada Nuha.

"Enggak sama Kakak yang disebelah aja" Sindir Emeli untuk Wisnu.

"Enggak" Jawab Wisnu singkat.

"Okei, aku tuliskan resinya dulu ya. Mohon ditunggu"

Wisnu duduk bersantai menunggu paketnya dibuatkan resi oleh Emeli. Rio mulai mengajak Nuha mengobrol.

"Baru ya Kak?"

Wisnu mencoba tenang namun perasaannya mulai bergejolak.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!