NovelToon NovelToon

Cinta CEO Amnesia

Pria Amnesia

Hiks... Hiks... Hiks...

Suara tangisan itu terdengar lagi malam ini dari rumah sebelah.

" Siapa sih sebenarnya penghuni baru rumah sebelah? Kenapa setiap malam dia selalu menangis? Apa yang sebenarnya terjadi dengannya?"

Itulah beberapa pertanyaan yang bersarang di kepala gadis yang baru saja lulus SMA.

Andara Louiska gadis yang menjadi kembang desa yang sering di sapa Dara. Kecantikannya mampu memukau pria yang bertemu dengannya.

" Aku akan melihatnya." Gumam Dara keluar rumah.

Ceklek...

Dara memberanikan diri membuka rumah yang sudah lama kosong itu.

" Gelap." Gumam Dara.

Dara masuk ke dalam, langkahnya terhenti saat samar samar ia melihat seorang pria duduk di lantai sambil menekuk kedua kakinya.

Klek....

Dara menghidupkan saklar lampu, pria itu menoleh ke arahnya.

" Hai, maaf aku telah lancang masuk ke sini tanpa seijinmu." Ucap Dara was was, pasalnya banyak tetangga mengatakan kalau pria ini tidak waras.

Pria itu tidak bergeming.

" Aku Dara, tetangga sebelah." Sambung Dara.

Pria itu tetap diam.

" Kalau boleh tahu siapa namamu?" Tanya Dara menatap pria itu.

" Aku tidak tahu siapa namaku." Sahutnya.

" Oh amnesia." Gumam Dara.

" Kau di sini sendirian?" Tanya Dara yang di balas anggukan kepala oleh pria itu.

" Jangan khawatir! Aku akan menjadi temanmu." Ucap Dara duduk di samping pria asing itu.

" Apa kau mau berteman denganku?" Tanya Dara mengulurkan tangannya.

Pria itu hanya menatapnya.

" Tenang saja aku orang baik, berteman?" Ujar Dara.

" Apa kau tidak takut berteman denganku? Orang orang bilang aku tidak waras, bagaimana kalau aku orang jahat?" Tanyanya.

" Aku yakin kau adalah orang yang baik, jadi mari kita berteman." Ujar Dara.

" Baiklah teman." Sahutnya membalas uluran tangan Dara.

" Eh coba lihat tanganmu! Sepertinya ada tulisan nama di tatto itu." Ujar Dara menarik tangan pria itu.

" Na... Ren." Gumam Dara.

" Namamu Naren." Ucap Dara.

" Naren?" Ucap pria itu seperti orang linglung.

" Iya, aku akan memanggilmu Mas Naren gimana? Kau terlihat lebih tua dariku dan sepertinya usia kita terpaut cukup jauh." Ujar Dara.

Naren menganggukkan kepalanya.

Keduanya mengobrol, tepatnya Dara yang mengajaknya ngobrol. Sesekali Naren menimpali ucapan Dara tapi kadang ia hanya diam saja seperti orang linglung yang lupa segalanya.

" Mas Naren, kenapa setiap malam kau menangis?" Tanya Dara.

" Aku sedih, karena aku tidak tahu siapa sebenarnya aku dan aku tidak punya siapa siapa." Sahut Naren.

" Sekarang aku temanmu, jadi mulai sekarang kau jangan menangis lagi, ok?" Ujar Dara.

Naren menganggukkan kepalanya tanda setuju.

...****************...

Pagi hari Dara menyiapkan makanan di dalam wadah.

" Kamu menyiapkan makanan untuk siapa?" Tanya pak Rohman, ayah Dara.

" Untuk Mas Naren Pak, tetangga baru kita yang menempati rumah sebelah." Sahut Dara.

" Yang para tetangga bilang tidak waras itu?" Tanya pak Rohman.

" Iya, tapi sebenarnya dia waras kok Pak, mungkin ada cidera di otaknya makanya dia bersikap seperti orang linglung." Terang Dara.

" Yang penting kamu hati hati, kalau ada apa apa kamu tinggal teriak saja, Bapak akan menolongmu." Ujar pak Rohman.

" Iya Pak, Dara ke sana dulu ya." Pamit Dara.

Dara ke rumah Naren, ia membuka pintunya lalu masuk ke dalam.

" Kamu belum mandi Mas?" Tanya Dara menatap Naren yang sedang duduk di sofa.

" Aku tidak punya peralatannya." Sahut Naren

" Jadi selama kamu di sini, kamu tidak pernah mandi?" Dara meletakkan wadah makanan di atas meja.

" Tidak, tapi aku wangi kan Dara, aku tidak bau seperti tikus kan?" Naren mulai bersikap aneh dengan mencium bajunya sendiri.

" Ah tidak tidak! Kau masih wangi kok." Sahut Dara.

" Terus bagaimana dengan makanmu?" Dara bertanya lagi.

" Aku tidak pernah makan." Sahut Naren.

" Ya Tuhan.... Kasihan sekali kamu mas, sekarang makanlah ini! Aku akan mengambil peralatan mandi untukmu." Ujar Dara.

" Kamu bisa makan sendiri kan?" Tanya Dara.

" Iya, aku akan makan sendiri." Sahut Naren.

Dara kembali ke rumahnya untuk mengambil beberapa barang yang ia perlukan. Setelah itu ia kembali ke rumah Naren.

" Dara aku menghabiskan makananmu." Ucap Naren.

Dara tersenyum ke arahnya.

" Tidak apa, memang itu untukmu semua, sekarang cepat mandi, aku akan membereskan rumah ini biar terlihat rapi dan kamu nyaman tinggal di sini." Ujar Dara memberikan baju ganti dan peralatan mandi kepada Naren.

Naren segera masuk ke dalam kamar mandi.

Dara menyapu lantai dan membereskan rumah yang sudah lama tidak di huni. Pemilik rumah bekerja di luar negeri sebagai TKW.

" Dara."

Dara menoleh ke arah Naren.

Dara membulatkan matanya. Ia tidak menyangka jika Naren akan setampan ini. Celana jeans selutut serta kaos polos berwarna hitam membuat kulit putih Naren terekspos.

" Aku terlihat jelek ya." Ucap Naren.

" Tidak... Kamu terlihat tampan Mas, aku membayangkan kalau kamu pakai celana panjang, terus atasannya pakai kemeja di lengkapi dengan jas dan dasinya, pasti orang orang akan mengira kalau kamu seorang CEO perusahaan ternama." Sahut Dara.

" Benarkah? Apa jika aku waras kau akan jatuh cinta padaku?" Tanya Naren membuat Dara melongo tak percaya.

" Bisa jadi." Sahut Dara.

" Rambutmu masih berantakan, sini aku sisir." Ucap Dara menyisir rambut Naren.

" Mau aku ajak jalan jalan ke danau?" Tawar Dara yang di balas anggukan kepala oleh Naren.

" Baiklah ayo." Ajak Dara menggenggam tangan Naren.

Keduanya berjalan bergandengan menuju danau buatan yang tak jauh dari rumahnya. Di perjalanan mereka berpapasan dengan warga sekitar.

" Dara, mau kamu bawa kemana orang tidak waras itu?" Tanya bu Tuti.

" Kami mau jalan jalan bu, dan ya... Dia bukannya tidak waras tapi kemungkinan ada cidera di otaknya atau semacam gangguan." Ujar Dara.

" Alah sama aja, lihat aja tingkahnya! Hati hati Dara dia bisa membahayakan nyawamu setiap saat." Ucap bu Tuti.

" Terima kasih sudah mengkhawatirkan saya." Sahut Dara melanjutkan langkahnya.

" Dara, ibu ibu tadi jahat sama kamu." Ucap Naren.

" Bukan jahat, dia hanya mengkhawatirkan aku." Sahut Dara.

" Nah itu danaunya, kita duduk di sana ya." Ucap Dara membawa Naren ke tepi danau.

" Aku mau mandi Dara." Ucap Naren hendak turun ke danau itu.

" Eh nggak boleh! Ini danau bukan kolam renang." Ujar Dara mencegahnya.

" Tapi pria jahat itu selalu mandi di sana." Ucap Naren.

" Pria jahat siapa? Apa kau mengingat sesuatu?" Dara menatap Naren dengan tatapan menyelidik.

" Dia pria jahat yang selalu memukuli ku, tapi aku tidak tahu siapa dia." Sahut Naren.

Dara menghela nafasnya.

" Ya sudah sekarang duduk aja di sini! Mumpung matahari belum panas." Dara membawa Naren duduk di atas rumput jepang yang terhampar luas.

Tiba tiba Naren berbaring dengan paha Dara menjadi bantalan.

" Apa yang kau lakukan mas Naren?" Ujar Dara kaget.

" Dara, elus kepalaku! Aku mau tidur sebentar, semalam aku tidak bisa tidur karena terus memikirkanmu."

Dara tersenyum mendengar ucapan Naren. Dara mengelus kepala Naren dengan lembut membuat sang empu memejamkan mata.

" Apa yang kau lakukan di sini bersama orang tidak waras itu Dara?"

Dara menoleh ke asal suara.

" Mas Ilham." Ucap Dara.

" Apa apaan ini? Kenapa pria tidak waras ini tidur di pangkuanmu hah?" Ucap Ilham tidak terima wanita yang ia cintai di dominasi oleh Naren.

" Stt... Jangan keras keras! Dia baru saja tertidur, tinggalkan kami Mas, aku tidak akan berbuat macam macam di sini, aku hanya ingin mengajaknya jalan jalan saja." Ujar Dara tahu maksud dari ucapan Ilham.

" Tapi dia bisa menjadi ancaman untukmu Dara, dia bisa membahayakan nyawamu." Ucap Ilham.

" Tidak Mas, dia orang baik kok." Sahut Dara.

" Darimana kau tahu dia orang baik? Apa kau mengenalnya?" Tanya Ilham.

" Aku bisa membedakan mana yang baik dan yang buruk hanya dengan melihat matanya saja Mas." Sahut Dara menyindir Ilham.

" Aku tidak menyangka kau lebih membela pria gila itu dari pada aku." Kesal Ilham meninggalkan mereka berdua.

" Aku akan memberikan pelajaran kepada pria gila itu, dia bisa menjadi ancaman buatku." Gumam Ilham.

Apa yang akan di lakukan Ilham kepada Naren?

Tekan like koment vote untuk lanjut ke bab berikutnya ya....

Miss U All....

TBC...

Mencari Naren

Di dalam sebuah rumah mewah, nampak dua orang sedang berdebat.

" Albert, cepat cari Naren sebelum terlambat! Sudah tujuh hari dia menghilang dan tidak meminum obatnya..

" Apa? Tujuh hari?" Pekik Albert bangkit dari sofa.

" Iya Al, jika dia tidak meminum obatnya lagi maka ada kemungkinan dia kembali normal seperti dulu, jika sampai itu terjadi maka tamatlah riwayat kita, kita akan jadi gelandangan yang tidur di jalanan tanpa uang se sen pun." Ujar nyonya Melinda mondar mandir di ruang tamu.

" Kenapa Mama tidak langsung meneleponku? Kalau Mama meneleponku waktu itu aku akan menyuruh orang ku mencarinya saat itu juga Ma, kalau sudah begini akan sulit urusannya." Albert menarik kasar rambutnya.

" Mama tidak mau mengganggu pekerjaanmu sayang, Mama ingin kamu fokus supaya kamu bisa membuktikan kepada semua orang kalau kamu layak menjadi pewaris yang sesungguhnya." Ujar nyonya Melinda.

Ya Alberto baru saja pulang dari pulau B, mengurus bisnisnya.

" Semua ini kesalahan Mama." Albert menunjuk mamanya.

Nyonya Melinda menundukkan kepalanya. Ia tidak berani melawan putranya jika Albert sedang marah.

" Cuma jagain Naren aja Mama nggak becus." Ucap Albert dengan nada tinggi.

" Aku mengurungnya di dalam kamar yang selalu terkunci, lalu bagaimana bisa dia kabur dari rumah hah?" Bentak Albert menatap mamanya.

" Maafkan Mama, waktu itu Mama pergi arisan dengan teman teman Mama, lalu kami jalan ke Mall, setelah Mama pulang Naren sudah tidak ada." Ujar nyonya Melinda.

" Mama bisanya cuma foya foya menghabiskan uang saja, Mama harus bantu cari laki laki tidak waras itu atau aku akan menyetop uang bulanan Mama, dan pecat semua art tidak berguna itu!" Ucap Albert kesal.

" Mama akan memecat mereka, tapi Albert... Bagaimana kalau Naren lapor polisi dan memberitahu semuanya pada polisi? Mama takut di penjara Al." Nyonya Melinda menatap Albert.

" Polisi tidak akan menerima laporan dari orang tidak waras itu." Sahut Albert.

Albert menghela nafasnya pelan.

" Mama tenang saja! Aku akan menyuruh orang ku untuk mencarinya." Sambung Albert meninggalkan mamanya.

" Naren kau membuatku dalam kesulitan, lihat saja apa yang akan aku lakukan kepadamu." Ucap nyonya Melinda.

...****************...

Dara baru saja pulang dari pasar. Ia masuk ke rumah Naren untuk memberikan makanan, namun Naren tidak ada.

" Mas... Mas Naren." Panggil Dara mencari ke semua tempat.

" Kemana Mas Naren ya? Apa dia pergi? Tapi tidak mungkin dia pergi sendiri, aku akan tanya pada Bapak." Monolog Dara.

Dara masuk ke rumahnya, ia menghampiri ayahnya yang sedang duduk di ruang tamu.

" Pak, apa Bapak melihat Mas Naren?" Tanya Dara menatap pak Rohman.

" Kamu sudah pulang Ra? Gawat Dara! Beberapa warga mengusir Naren dari sini Dara." Pak Rohman bangkit dari kursinya.

" Apa?" Jawaban pak Rohman benar benar membuat Dara terkejut.

" Kenapa itu bisa terjadi Pak? Memangnya apa yang Mas Naren lakukan kepada mereka?" Tanya Dara.

" Bapak juga tidak tahu nak, tiba tiba warga datang lalu menyeret Naren keluar." Sahut pak Rohman.

" Mereka membawa Mas Naren kemana Pak?" Tanya Dara cemas.

" Sepertinya ke perkebunan jati yang.....

Tanpa mendengar ucapan ayahnya lebih lanjut, Dara segera berlari menuju kebun jati yang berada tak jauh dari danau.

" Mas Naren tunggu aku, aku akan menolongmu." Ujar Dara terus berlari.

Dan benar saja, sampai di kebun jati Dara melihat beberapa warga di sana, dua orang warga menarik paksa tangan Naren untuk mengikuti langkahnya.

" Berhenti!" Teriak Dara menghampiri mereka semua.

" Apa yang kalian lakukan hah?" Bentak Dara menarik tangan Naren.

Naren bersembunyi di belakang Dara.

" Mereka jahat Dara, mereka ingin menjauhkan aku darimu." Ucap Naren ketakutan.

" Tenanglah! Ada aku di sini, aku akan mengusir mereka untuk tidak mengganggumu." Sahut Dara.

" Biarkan kami mengusir pria gila itu Dara." Ucap salah satu warga.

" Ya... Kami tidak mau kehadirannya mengganggu ketenangan kami, usir saja pria tidak waras itu." Ucap yang lainnya.

" Pria tidak waras? Ketenangan? Ketenangan apa yang kalian maksudkan hah?" Tanya Dara menatap satu persatu warga desa.

" Apa dia pernah mengganggu kalian semua? Atau dia datang meminta makan pada kalian?Apa dia mencuri pakaian yang sedang kalian jemur lalu memakainya? Katakan apa yang dia lakukan yang membuat kalian terganggu dan tidak nyaman! Katakan padaku!" Teriak Dara kesal.

Semua orang saling tatap dan membungkam mulutnya.

" Kenapa tidak menjawab? Kalian tidak punya jawabannya kan? Maka dari itu aku katakan pada kalian semua yang tidak punya hati nurani." Tekan Dara menunjuk mereka.

" Kalian mengusir seseorang yang saat ini sedang membutuhkan bantuan, dia tidak gila... Hanya saja mungkin ada gangguan pada otaknya, dia tidak tahu siapa dirinya, siapa keluarganya, dan dimana rumahnya, dia membutuhkan perlindungan dari orang orang yang berniat jahat kepadanya, lalu bagaimana bisa kalian semua mengusirnya? Jika kalian tidak mau membantunya, minimal jangan mengganggunya! Bagaimana kalau keluarga kalian mengalami hal yang sama dengannya? Apa kalian akan diam saja jika ada seseorang yang mengusirnya?" Ucapan Dara membungkam mulut mereka semua.

" Aku yang bertanggung jawab atas kehadirannya di sini, aku tidak akan membiarkan dia menyakiti kalian semua begitupun sebaliknya, aku juga tidak akan membiarkan kalian semua menyakitinya, jika ada yang berani mengganggunya lagi aku akan melaporkan kalian semua ke polisi." Ancam Dara membuat semua orang merasa takut.

" Pergi dari sini sekarang juga, dan jangan pernah menganggunya lagi!" Tekan Dara.

Warga yang membawa Naren tadi membubarkan diri. Dara membalikkan badannya menatap Naren.

" Dara aku takut, mereka semua jahat." Air mata Naren menghiasi pipi putihnya.

" Kamu tidak perlu takut lagi Mas, aku akan selalu ada bersamamu." Ucap Dara mengusap air mata Naren.

" Terima kasih Dara." Ucap Naren.

Grep....

Tiba tiba Naren memeluk Dara membuat Dara terkejut. Sesaat kemudian, Dara membalas pelukannya lalu mengelus punggung kekar Naren dengan lembut.

Ilham yang melihat semua itu mengepalkan erat tangannya.

" Awas saja kau pria gila... Aku tidak akan membiarkanmu merebut Dara dariku." Ucap Ilham meninggalkan tempat itu.

Dara melepas pelukannya.

" Ayo kita pulang Mas, aku sudah membelikan makanan untukmu." Ucap Dara.

" Jangan tinggalkan aku lagi!" Ucap Naren bergelayut manja pada lengan Dara.

" Maafkan aku! Aku tidak akan meninggalkanmu sendiri lagi, mulai hari ini aku akan membawamu kemana pun aku pergi." Sahut Dara mengelus kepala Naren.

" Janji?" Tanya Naren.

" Janji." Sahut Dara.

Naren menatap Dara dengan tatapan sayu.

" Kenapa menatapku seperti itu Mas?" Tanya Dara.

" Kamu cantik, aku menyukaimu." Ucap Naren membuat Dara mematung.

Sesaat kemudian Dara tersadar.

" Aku juga menyukaimu." Sahut Dara.

Ia berpikir kalau ucapan Naren hanya ucapan yang biasa di ucapkan oleh seorang teman.

Dara menggandeng tangan Naren kembali ke rumahnya.

Sesampainya di rumah, Dara masuk ke dalam. Naren beringsut di belakang tubuh Dara saat melihat pak Rohman berada di sana.

" Dara, dia mau memisahkan kita lagi." Ucap Naren menunjuk pak Rohman.

Dara tersenyum menatap ayahnya.

" Tidak Mas, dia ayahku, dia orang yang baik kok, dia akan menjaga kamu seperti aku menjagamu." Sahut Dara.

" Kenalan dulu sama ayahku." Sambung Dara.

" Kenalkan nak Naren, saya Rohman ayahnya Dara." Ucap pak Rohman.

Dengan sedikit ketakutan Naren menyalami tangan pak Rohman.

" Ayah." Ucap Naren menatap pak Rohman.

" Ya, kau boleh memanggilku dengan sebutan itu." Sahut pak Rohman.

" Dara kau benar dia orang baik, dia mau menjadi ayahku." Ucap Naren menatap Dara.

Dara tersenyum manis kepada Naren.

" Ya sudah, sekarang ayo kita makan bareng bareng." Ucap Dara duduk di sofa di ikuti Naren.

Mereka memulai acara makannya, namun Naren malah diam saja.

" Kamu nggak makan Mas?" Dara menatap Naren.

" Aku mau di suapi sama kamu." Dara melongo, ia melirik ke arah ayahnya.

" Tidak pa pa nak, suapi saja! Anggap saja bapak tidak ada di sini." Kekeh pak Rohman.

Akhirnya Dara menyuapi Naren dengan telaten. Naren makan dengan lahap sesekali sambil mengoceh seperti anak kecil.

" Aku tidak peduli jika orang orang menentang hubungan kita, aku berjanji akan selalu bersamamu apapun yang terjadi Mas, aku yakin kamu bisa menjadi normal seperti pria pada umumnya, semoga Tuhan memudahkan jalannya." Ujar Dara dalam hati.

Apakah Dara bisa mewujudkan niatnya untuk selalu bersama Naren?

Penasaran nggak nih?

Tekan like koment vote dan 🌹nya buat Dara ya... Karena dukungan kalian sangat berarti..

Terima kasih atas suport yang kalian berikan, semoga sehat selalu....

Miss U All...

TBC....

Akankah aku kehilanganmu?

Enam bulan berlalu, Dara merawat Naren dengan penuh kasih sayang. Dara merasa ada perubahan pada diri Naren. Naren sering bersikap seperti orang normal pada umumnya.

" Mas makan dulu!" Ucap Dara meletakkan nampan yang ia bawa di atas meja.

" Suapi lagi." Ucap Naren.

" Manja sekali." Ujar Dara tersenyum.

Dara mengambil makanan dengan sendoknya.

" A'." Dara menyodorkan sendoknya ke mulut Naren.

Naren pun menerima suapan dari Dara. Naren terus menatap wajah Dara yang menurutnya cantik alami.

Tak sengaja Dara menatap Naren membuat keduanya saling tatap.

Deg.... Deg.... Deg...

Jantung Dara berdebar kencang.

" Ada apa dengan hatiku? Kenapa berdebar seperti ini? " Tanya Dara dalam hatinya.

" Dara, kamu selain cantik juga baik hati, kalau aku sembuh nanti aku pasti akan menikahimu." Ujar Naren mengelus pipi Dara.

Dara memejamkan matanya menahan sesuatu yang menyeruak di dalam hatinya.

" Jangan memberikanku harapan seperti ini Mas! Jika kau sembuh pasti kau akan meninggalkan aku dan kembali pada keluargamu." Ujar Dara dalam hati.

Tak terasa air mata menetes di pipi Dara.

" Dara kenapa kau menangis? Apa aku menyakitimu?" Dara segera mengusap air matanya.

" Tidak Mas, sekarang habiskan makananmu! Aku ke belakang sebentar." Ucap Dara meninggalkan Naren.

Naren menatap kepergian Dara sambil melongo.

" Aku jahat! Aku membuat Dara menangis, aku jahat!" Naren memukul mukul tangannya sendiri.

Di dalam kamar mandi, Dara menyenderkan tubuhnya pada tembok.

" Entah mengapa aku juga menginginkan hal yang sama, tapi siapa dia? Bagaimana jika dia sudah berkeluarga? Kalau perasaanku terus seperti ini, bisakah aku menepati janjiku untuk selalu bersamanya? Mampukah aku menahan perasaan ini lebih lama lagi? Ya Tuhan... Tunjukkan jalanmu! Aku harus bagaimana?" Monolog Dara.

Tok tok

" Dara maafkan aku jika aku menyakitimu, aku tidak mau kau menangis, keluarlah!" Ucap Naren.

Setelah membasuh mukanya, Dara membuka pintunya.

Ceklek....

" Aku akan menghukum diriku karena membuatmu menangis." Ujar Naren.

" Astaga Mas, kenapa dengan tanganmu?" Dara menarik tangan Naren yang terlihat memerah.

" Aku memukulinya, karena aku jahat padamu, aku membuatmu menangis." Sahut Naren.

" Tidak Mas, aku tidak menangis, tadi hanya kemasukan debu saja." Ujar Dara.

" Benarkah?" Tanya Naren menatap Dara.

" Iya." Sahut Dara.

" Kalau begitu tersenyumlah! Aku mau melihat senyuman manis itu." Ucap Naren.

Dara tersenyum manis menatap Naren. Senyuman yang membuat hati Naren merasa teduh.

" Jangan lakukan hal bodoh lagi! Atau kalau tidak aku tidak akan memaafkanmu." Ucap Dara.

" Aku janji." Sahut Naren.

Saat keduanya kembali ke ruang tamu, tiba tiba Naren menghentikan langkahnya. Ia menyembunyikan tubuhnya di belakang badan Dara.

" Dara dia orang jahat." Bisik Naren menunjuk seorang pria dan wanita paruh baya yang berdiri di depan pintu.

" Tenanglah! Ada aku." Ucap Dara.

Dara menghampiri mereka.

" Maaf anda siapa ya?" Tanya Dara.

Deg....

Jantung Alberto berdetak sangat kencang saat menatap Dara.

" Saya Melinda, Tante dari Naren dan ini anak saya, Albert." Sahut nyonya Melinda.

Dara menoleh ke arah Naren yang di balas gelengan kepala olehnya. Naren semakin menempelkan tubuhnya pada punggung Dara.

" Silahkan duduk Nyonya, Tuan." Ucap Dara.

" Albert duduk dulu." Nyonya Melinda menarik tangan Albert.

Naren duduk di samping Dara sambil terus menggenggam tangannya.

" Darimana anda tahu kalau Mas Naren ada di sini? Apa Naren yang Anda cari adalah Naren yang ini?" Tanya Dara menatap nyonya Melinda.

" Enam bulan kami mencarinya, bahkan kami sampai membuat berita orang hilang, dan kami mendapatkan kabar jika Naren berada di sini, ya... Dia Naren kami, Naren Kusuma." Sahut nyonya Melinda.

" Kakak akhirnya aku menemukanmu." Ucap Albert yang sedari tadi terus menatap Dara kini beralih menatap Naren.

" Maksud kedatangan kami ingin membawa pulang Kak Naren kembali ke rumah, kami harus merawatnya karena dia mengalami gangguan jiwa." Sambung Albert.

Naren menarik tangan Dara menuju kamarnya. Ia mengunci kamar dengan rapat.

" Benar benar tidak waras." Umpat Albert.

" Kenapa kau menatap gadis tadi seperti itu? Apa kau tertarik pada gadis kampung itu?" Tanya nyonya Melinda.

" Ya, aku lebih suka gadis kampung yang polos dari pada gadis kota yang hanya mata duitan." Sahut Albert.

" Mama tidak akan...

" Aku tidak akan memberikan uang kepada Mama kalau Mama tidak menyetujuinya." Sahut Albert memotong ucapan mamanya.

Nyonya Melinda langsung bungkam dengan ancaman Albert.

Di dalam kamar, Naren kembali ketakutan. Seluruh tubuhnya menggigil, keringat dinginnya mengucur dengan derasnya.

" Mas tenangkan dirimu! Katakan apa kau kenal dengan dua orang itu?" Dara menangkup wajah Naren. Satu tangannya ia gunakan untuk mengusap keringat Naren.

" Dara, jangan biarkan mereka membawaku! Mereka orang jahat! Mereka pasti akan membawaku ke penjara itu, mereka akan memaksaku meminum obat yang membuat aku stres dan lupa segalanya, mereka juga akan memaksaku menandatangani surat yang aku sendiri tidak tahu surat apa itu." Ucap Naren gemetar.

" Kamu sudah ingat semuanya?" Tanya Dara.

" Tidak... Tapi ingat kalau mereka orang jahat." Sahut Naren.

" Penjara? Minum obat yang membuat stres? Dan menandatangani surat?" Gumam Dara.

Sampai di sini Dara paham jika keadaan Naren saat ini adalah perbuatan mereka.

" Aku yakin mereka sengaja membuat Mas Naren seperti ini karena alasan tertentu, aku harus mencari tahu apa yang sebenarnya mereka lakukan kepada Mas Naren." Gumam Dara.

" Dara ku mohon." Pinta Naren.

" Tenang saja Mas! Aku akan selalu bersamamu, kalau mereka membawamu pulang maka mereka juga harus membawaku bersamamu." Ucap Dara.

" Kamu janji akan ikut bersamaku?" Tanya Naren.

" Iya, aku janji. Tapi kau harus menuruti semua perintahku, itu demi kebaikanmu." Ucap Dara yang di balas anggukan kepala oleh Naren.

" Bersikaplah seperti saat pertama kamu datang kemari, jangan tunjukkan perubahan apapun kepada mereka, apa kau mengerti?" Dara menatap Naren.

" Aku mengerti." Sahut Naren.

" Bagus." Sahut Dara.

" Sekarang kamu di sini saja, aku akan menghadapi mereka." Sambung Dara.

Dara kembali menemui Albert dan nyonya Melinda.

" Dimana Naren? Apa yang dia katakan padamu?" Tanya nyonya Melinda.

" Dia tidak mengatakan apapun nyonya, dia hanya ketakutan saja melihat kalian berdua, dan dia tidak mau ikut dengan anda." Sahut Dara.

" Tapi kami harus membawanya pulang, kami harus terus memantau keadaannya dan memberikan pengobatan supaya dia cepat sembuh." Ujar nyonya Melinda.

" Begini nona, Kak Naren itu sedikit tidak waras kami takut kalau dia terus berada di sekitar anda dia akan membahayakan keselamatan anda, jadi dengan terpaksa kami harus membawanya kembali ke rumah, biarkan dia tinggal bersama keluarganya." Ucap Albert.

" Yah kau benar Tuan Albert, Mas Naren sering bersikap seperti orang yang tidak waras, terkadang sikapnya lebih mirip dengan anak kecil, tapi selama saya merawatnya di sini, dia tidak pernah berbuat hal yang bisa menyakiti saya." Ujar Dara.

" Karena aku yakin kalau Mas Naren saat ini dalam proses penyembuhan." Lanjut Dara dalam hatinya.

" Dia sudah merasa nyaman mendapat teman di sini, dia tidak mau pergi jauh dari saya, kalau boleh saya menawarkan diri ikut bersama kalian untuk merawatnya di sana, bagaimana Nyonya, Tuan?" Tanya Dara.

Albert dan mamanya saling melempar pandangan. Untuk sesaat mereka memikirkan usulan dari Dara.

" Bagaimana Tuan? Apa anda mengijinkan?"

Mengijinkan nggak nih?

Penasaran kan?

Tekan like koment vote 🌹nya dulu biar author semangat melanjutkan ceritanya...

Author ucapkan Terima kasih untuk readers yang selalu mensuport author semoga sehat selalu....

Miss U All...

TBC..,

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!