NovelToon NovelToon

Suami, Rupa Madu Mulut Racun

Bos baru tampan

"Beb... cepetan keburu siang nih!" Ratna berteriak dari dalam mobilnya, melihat Raisya masih merapihkan beberapa dokumen untuk dimasukkan ke dalam tas organized milknya.

"Sebentar sayang.. kok gak sabaran gitu! Lagian masih ada waktu. Nih masih jam 6.15 kok!." Bantah Raisya.

Raisya setengah berlari dari depan kostannya menuju mobil yang diparkir Ratna.

"Hah.. ayo sayang kita cow!" Raisya duduk manis di samping Ratna.

"Caw Cow Caw Cow.. kaya koboi manggil sapi!" Bibir Ratna yang seksi menggerutu.

"He he.. Sa piRatna... " Raisya nyengir kuda menanggapi sahabatnya dengan senyuman garing.

"Hush..!" Ratna segera menancap mobil merk nyaris tak terdengar itu dengan hati tak tenang.

"Kenapa sih Rat, buru-buru gitu? Ini masih pagi kan? Numben biasa juga pergi jam 6.45." Cicit Raisya merasa heran dengan bestie nya itu.

"Lu emang gak tahu? Hari ini pak Ericson sudah diganti sama bos baru. Gue gak mau di hari pertama gue kerja, dicap image buruk sama bos baru."

"Tau sih, cuman lupa. Soalnya bukan bos aku sayang!" Raisya cuek sambil menatap ke depan, sambil melihat pemandangan kota Jakarta di pagi hari.

"Gue benar deg-degan Sya! Semoga saja bos sekarang gak galak." Harap Ratna dengan hati tidak tenang.

"Ga pa-pa galak asal tampan sayang!" Raisya tersenyum menghibur sahabatnya yang sedang galau, karena mau menghadapi bos baru.

"Eh.. baru tahu nanti kalau bos elu diganti. Inget! Kata-kata itu doa beb." Ratna seperti menemukan senjata buat Raisya. Biasanya Raisya yang suka berceramah, sekarang seperti senjata makan tuan.

"Astagfirullah... aku ralat. Ya Allah... semoga bos kita baik hati, tampan dan jadi jodoh. Aamiin." Raisya mengusap wajahnya setelah mengangkat kedua telapaknya layaknya sedang meminta doa.

Ratna hanya menggeleng-gelengkan kepala sambil fokus menyetir. "Niat banget!"

20 menit kemudian mobil sampai di depan gedung perkantoran bertingkat. Mobil pun satu persatu masuk ke area basement.

Cekittt

Suara ban mobil terdengar mendecit keras. Seseorang menginjak rem mendadak di lantai yang agak menurun.

Ratna telat menginjak rem mobilnya dan spontan menubruk mobil yang ada di depannya.

Bruk..

Suara hantaman baru saja terjadi membuat penghuni dua mobil kaget.

"Innalillahi.. Rat!" Raisya kaget begitu pun Ratna.

Tetttt...

Suara klakson berbunyi nyaring sekali tepatnya datang dari mobil depan. Menandakan pemilik mobil marah.

Dia membuka kaca mobilnya lalu memberikan isyarat dengan telunjuk jarinya.

"Rat dia nyuruh kamu nunggu di depan." Terang Raisya pelan.

"Iya gue juga tahu Rasya!" Jawab Ratna dengan suasana hatinya yang kacau. Panggilan Rasya pun kembali Ratna ucapkan dikala suasana hatinya sedang tidak baik-baik saja.

"Sabar! Orang sabar, disayang, ditolong Allah." Raisya mengusap tangan Ratna memberikan dukungan.

Kedua mobil beriringan dengan kecepatan rendah. Mobil Ratna mengekor pada mobil yang ada di depannya dengan jarak aman.

"Waduh gawat!" Ratna yang sudah tampil maksimal terlihat gelisah.

"Gawat bebeb... Jaguar!" Seketika Mata Ratna langsung mengembun. Dia tahu betul kerugian yang akan ditanggungnya karena telah menabrak mobil kelas elite itu.

"Jaguar?" Raisya yang belum mengerti maksud Ratna masih melongo.

"Ih Rasya! itu.." Ratna menunjuk ke arah mobil yang ada di depannya.

"Innalillahi.. gimana atuh Ratna? Bisa tekor bandar." Logat Sunda Raisya kembali muncul. Matanya begitu tajam melihat Ratna.

Raut wajah Ratna seperti mau menangis, tapi dia berusaha menahannya. Dia terus mengikuti mobil yang ada di depannya.

"Rasya! Kenapa dia parkir disitu?" Ratna berteriak kencang. Hampir saja memecahkan gendang telinga Raisya.

"Duh Rat, telinga gue sakit atuh! Kalau kamu ngajorowok kawas kitu!" Raisya menutup kedua telinganya merasakan nyeri pada gendang telinganya.

(Duh Rat, gue sakit nih telinga. Kalau kamu berteriak seperti itu)

tetttt...

Suara klakson itu kembali terdengar keras. Kode menyuruh mobil Ratna diparkirkan di sebelahnya.

Setelah memarkirkan mobilnya Ratna malah menunduk di atas setir.

"Rasya, giman nih gue? Ratna bingung harus menghadapi masalahnya. Kecelakaan tadi memang bukan unsur kesengajaan. Malah karena mobil Jaguar itu menginjak rem dadakan, Ratna jadi hilang kontrol. Apalagi dalam kondisi jalan turunan yang sulit melakukan kontrol.

"Udah kita keluar aja dulu! Nanti kita dengar apa maunya." Saran Raisya menenangkan sahabatnya.

Raisya membuka handle keluar dari mobil.

"Eh kalah cicing bae budak teh.. kumaha nya?" Cicit Raisya dengan logat sundanya melihat Ratna masih di dalam mobil.

(Eh malah pada diam saja, Gimana sih)

Raisya melihat ke arah mobil Jaguar yang audah terparkir. Tapi anehnya pemiliknya tak juga keluar dari mobilnya.

"Eh kalah saruana ieu teh!" Raisya kembali ke arah pintu yang sama ketika dia keluar.

Tapi tiba-tiba telinga Raisya mendengar jeritan anak kecil dari dalam mobil Jaguar. Sontak membuat pikiran Raisya menebak-nebak. Dia khawatir jika di dalam mobil itu ada apa-apa. Dia berjalan perlahan menuju mobil Jaguar. Suara tangisan itu malah semakin kencang.

(Eh malah sama)

Netranya fokus melihat ke dalam mobil itu. Lalu perlahan Raisya mengetuk kaca jendela mobil yang berwarna agak gelap itu memastikan siapa saja yang ada di dalam mobil itu.

tok

tok

tok

"Halo, bisa tolong dibuka kacanya?" Raisya berbicara hati-hati. Ratna yang tadi menunduk kini memperhatikan gerak-gerik Raisya yang sedang mengetuk kaca jendela mobil.

Pengendara mobil Jaguar membuka kaca mobilnya.

"Lho kenapa menangis dek?" Raisya melihat ada anak perempuan yang sedang menangis histeris di dalam mobil. Usianya diperkirakan sekitar 4 tahunan.

Anak itu tetap menangis tak menghiraukan keberadaan Raisya.

"Please don't cry! Daddy pusing!" Laki-laki tampan dengan wajah blasteran itu membuka safety belt nya. Dia terlihat menyerah melihat kondisi anak itu menangis. Lalu dia keluar dari mobilnya tak mengindahkan tangisan anak yang ada di mobilnya.

"Urus dia! Sebagai ganti rugi mobilku!" Dengan nada sinis dia melengos begitu saja.

"Ya ampun aya kukituna nya eta jelema!" Raisya merutuk melihat laki-laki itu pergi begitu saja.

(Ada aja nih orang)

Anak yang sadar telah ditinggalkan ayahnya berbalik arah melihat Raisya. Masih sambil menangis dia membentangkan tangannya meminta Raisya menggendongnya. Raisya yang merasa kasihan membuka handle mobil dan membuka safetybeltnya, lalu menggendong anak itu.

"Cup.. cup sayang...jangan cry atuh yah..jadi di tinggal daddy!" Raisya berbicara campur aduk menepuk-nepuk pundaknya agar tenang.

"Hei keluar atuh!" Cicit Raisya menyuruh Ratna keluar dari mobilnya sambil menggendong.

Ratna yang sedari tadi memperhatikan, merasa aman karena laki-laki tadi sudah masuk lift yang ada di area basement.

"Ini anak siapa beb?" Tanya Ratna heran.

Pandangan pertama

"Mane ketehe rehe" Jawab Raisya sambil berjalan menuju lift basement.

"Lah... ente main ambil aja!" Ratna yang masih gugup atas kejadian tadi masih merasa bingung. Ditambah Raisya menggendong anak bule di badannya.

"Ya elah ari maneh teu ngadenge emang tadi si kasep ngomong naon?" Raisya walau tinggal di Jakarta tak sungkan untuk berbicara bahasa sunda. Kebetulan Ratna yang satu kuliahan di Bandung bersama Raisya selama 4 tahun sudah mengerti bahasa Sunda.

( Ih kamu tidak tahu memang sitampan tadi ngomong apa?)

"Emang dia ngomong apa?" Tanya Ratna yang masih mode off tidak menyimak perkataan laki-laki itu.

"Dititah ngasuh budak ieu jang nebus biaya mobil! Emang maneh boga duit jang ngagentianana?"

(Disuruh mengasuh anak ini untuk menggantikan biaya mobil, memang kamu punya uang untuk mengganti nya?)

"Oh gitu ya beb?" Ratna terdiam mendengar penjelasan Raisya.

"Tapi gimana atuh beb, kan kita kerja? Masa harus ngasuh anak? Kamu sendiri tahu kan aku lagi galau." Ratna semakin bingung jika dirinya harus mengasuh anak, sedangkan pekerjaannya begitu banyak. Apalagi sekarang bos baru datang.

Duh gimana ini gue bisa-bisa dipecat.

"Ya udah gue handle sementara. Sebenarnya gue juga banyak kerjaan. Tapi.. ya gimana lagi atuh! Sudah nasib hari ini kudu ngasuh anak orang." Keluh Raisya yang sama-sama menyesalkan. Karena dirinya pun tak kalah sibuk dengan Ratna yang bekerja di divisi keuangan.

"Ya udah. Nanti kalau gue luang gue sempetin ngasuh nih bocah. Tapi please.. gue tolong dulu ya! please.. "

"Heueuh lah.. demi ayang seorang, aku lakukan padamu love." Raisya yang tak mau ambil pusing demi menjaga persahabatannya, rela mengambil resiko mengasuh daripada mengganti biaya kerusakan mobil yang bisa diperkirakan puluhan juta.

"Tapi beb..." Ratna mengerutkan dahinya.

"Naon deui atuh!" Raisya terlihat kesal.

"Kan mobil kaya gitu biasanya diasuransikan beb.. Jadi kenapa kita jadi susah ya? Aku yakin dia sudah menghubungi asuransi buat perbaikan mobilnya.

"Ohh.. Ah teuing atuh urang mah teu ngalalarti soal mobil." Raisya langsung masuk ke dalam lift begitu pintunya terbuka.

(Aku mah tidak mengerti soal mobil)

"Tante, I am hungry." Anak bule yang menempel pada bahu Raisya ternyata lapar minta makan.

"Bebeb.. dia minta makan." Ratna melongo melihat anak itu bicara bahwa dirinya lapar.

"Ya udah kamu duluan aja! Aku ke kantin beli makanan. Kamu siap-siap aja menyambut bos baru!" Raisya merasa kasihan pada Ratna. Sudah terbayang Ratna yang panikan harus melewati tegangnya menghadapi bos baru yang belum jelas karakternya.

Apalagi pagi ini ditambah masalah kecelakaan mobilnya.

"Gak pa-pa kan Raisya?" Mendadak Ratna menyebut nama Raisya dengan benar. Dalam hatinya dia merasa tidak enak hati melihat sahabatnya harus menanggung resiko atas kecerobohan dirinya.

"Ya udah ga pa-pa. Asal kamu tenang ya! Jangan panik! Aku bantu sebisanya." Saran Raisya yang memahami ketidak enakan Ratna padanya.

"Gue duluan ya!" Pintu lift terbuka manakala angka 2 menyala.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." Jawab Ratna ketika Raisya berjalan sambil menggendong anak bule itu menuju kantin di lantai 2.

Ratna melanjutkan menutup pintu lift.

"Eit." Seseorang menahan pintu lift dengan tangannya supaya tidak tertutup.

"Eh Rat...Mana Raisya? Biasanya bidadariku bareng kamu." Jacky melihat Ratna. Raut wajah Ratna ketara sekali, terlihat gelisah.

"Dia ke kantin dulu."

"Wah..tahu gitu, tadi gue nunggu deh dikantin!" Jacky seperti menyesal.

"Kamu kenapa tidak ikut?" Jacky merasa aneh melihat dua sejoli ini terpisah.

"Gue mau siap-siap. Sekarang ada bos baru." Terang Ratna.

"Oh iya, gue baru ngeh." Jacky baru menyadari bahwa di divisi pemasaran ada pergantian bos baru.

"Ati-ati aja! Dia killer abis!" Jacky memperingatkan Ratna tentang bos barunya.

"Lah ko tahu?" Ratna langsung kaget.

"Itu muka kamu, tegang banget."Jacky terkekeh melihat candaannya berhasil mengecoh Ratna.

"Gue duluan ya! Selamat berjuang ya..sayangnya bebeb." Jacky kembali menggoda Ratna yang sedari tadi kelihatan tegang.

"Yup." Ratna hanya mengacungkan jempolnya pada Jacky.

Ratna menunggu pintu lift lantai 20 terbuka. Dia mengambil nafas dan mengeluarkan perlahan mengulangnya beberapa kali, untuk mengurangi ketegangan.

Dilain tempat Raisya menggendong anak yang minta makan ke arah kantin.

"Wah kamu berat juga ya! Kamu mau turun gak? Biar tante pegang tangan kamu buat memilih makanannya." Tangan Raisya pegal setelah menggendong anak itu dari basement sampai ke kantin.

Tak disangka anak itu malah menggelengkan kepalanya. Tanda dia tidak mau turun dari gendongan Raisya.

"Waduh..tante nanti susah dong bawa makanannya!" Raisya berusaha membujuk anak itu agar turun. Selain pegal, dia juga akan kerepotan membawa nampan makanannya.

Dia tetap menggelengkan kepala. Tidak mau turun dari gendongan Raisya.

"Duh berat atuh sayang! Sayangnya kan udah gede. Masa gak kasian sama tante?" Raisya kembali membujuk anak itu agar mau turun dan berjalan kaki.

"Huaw.. Huaw.. huaw.. " Anak itu malah menangis histeris lagi. Otomatis menarik perhatian semua orang yang ada di kantin.

"Eh cup cup.. jangan nangis sayang! Ga pa-pa kalau gak mau turun. Tante gendong ya! Tapi jangan nangis!" Bujuk Raisya.

Anak itu merekatkan pelukannya ke leher Raisya. Dan membebankan kepalanya di bahu Raisya.

Walau berat terpaksa Raisya menggendongnya, daripada menangis histeris seperti barusan.

"Mbak tolong Sandwich nya 2 ya! Tolong sama teh manis 1. Maaf boleh diantarkan ke meja mbak?" Pinta Raisya pada seorang pelayan. Pelayan itu menatap Raisya bwralih pada anak yang digendongnya, lalu mengangguk.

Dia sengaja memesan Sandwich karena melihat kebiasaan orang bule selalu makan roti. Jadi pesanannya tidak jauh-jauh dari roti.

Raisya berjalan memilih bangku kosong terdekat, agar dia bisa cepat duduk. Tangannya benar-benar terasa pegal karena menggendong.

"Sayang.. duduk ya! Raisya menurunkan anak yang digendongnya.

Bukannya turun untuk duduk di bangku, malah anak itu semakin menguatkan pelukannya di leher Raisya.

"Ya ampuun...ini anak kenapa begini amat?Emaknya bukan..ko sampe nempel kaya lem sih!" Gerutu Raisya yang lumayan menggeser kesabarannya.

"Mau dipangku!" Anak itu mengeluarkan suara, memberitahukan keinginannya.

"Iya, nanti dipangku. Tapi sayang turun dulu! Tante mau ngebenerin kerudung tante yang ketarik." Raisya sudah tidak merasa nyaman dengan kerudungnya yang tadi tertarik, mencoba membujuknya kembali.

Dia mengangguk.

Raisya melepaskan gendongannya dan membetulkan kerudungnya lewat kaca bedak yang diambil dari tas kerjanya.

Tak lama kemudian pelayan itu mengantarkan pesanan ke meja Raisya.

"Terima kasih mbak!" Ucap Raisya.

Raisya memasukan kembali bedaknya dan memangku anak manja itu di pangkuannya untuk disuapi.

manja abis

"Nama kamu siapa sayang?" Raisya baru sadar kalau dia belum tahu siapa nama anak ini. Lalu menanyakan namanya.

"Michel." Bibir yang merah alami asik mengunyah Sandwich. Sesekali dia meneguk teh manis hangat. Raisya tak tahu susu yang cocok yang ada di kantin untuk usia 4tahun. Lebih baik memesan teh manis daripada nanti dikasih susu malah tidak cocok. Berabe kan harus bolak-balik ke toilet. Itu yang diketahui Raisya dari pengalaman mengasuh adik-adiknya.

"Tante namanya Raisya." Raisya membalas memperkenalkan diri dengan senyuman manisnya.

"Siapa yang nanya?"Anak itu membalas dengan tidak sopan perkenalan dari Raisya.

"Eh.. " Raisya hanya bisa melongo melihat sikap anak itu yang bikin emosinya naik di pagi hari. Raisya mengalihkan perhatiannya dan sedikit melonggarkan tangannya dari pinggang anak manja itu karena kesal.

Niat ingin menyayangi malah dapat balasan jutek. Raisya memalingkan muka ke arah lain tak ingin melihat lagi anak yang sedang dipangkunya. Wajah Raisya yang tadi sepenuh hati cerah ceria kini seperti ada gumpalan mendung, merasa agak kesal.

Kalau bukan karena mobil itu, gue tinggalin deh bocah manja ini!

Raisya bicara dalam hatinya. Dia seperti menemukan perlakuan sama ketika anak itu menjawabnya dengan jutek.

Raisya hanya mengehela nafas menahan gejolak hatinya yang baru saja terpantik. Rasa kecewa yang selama ini lama disimpan terkadang membuat Raisya gampang terpantik emosi.

Ya, perlakuan keluarganya selama ini membuat perasaan Raisya seolah merasa tidak dihargai, merasa diabaikan, bahkan merasa dirinya hanya dianggap sebatas pencetak uang saja. Tak ada satupun yang peduli pada Raisya selain hanya uangnya saja.

Suasana hati Raisya mendadak melow. Dia menyusut air matanya yang tak kompromi menetes karena tersinggung.

"I want to toilet!" Anak itu meminta dirinya pergi ke toilet. Dengan air mata yang masih menggenang Raisya tak banyak bicara dia hanya menggendong anak itu menuju toilet.

Perasaannya yang tadi hangat berubah dingin. Kalau bukan karena menghadapianak kecil, Raisya mungkin akan tega meninggalkannya dan ingin sekali tidak peduli.

"Bukain celananya! Michel mau PUP. " Anak itu menyuruh Raisya untuk membuka celana dengan nada membentak. Raisya menatap anak itu dengan rasa marah yang ditahan. Walau marah, dia tak mau menyakiti anak itu dengan menunjukkan rasa marahnya.

Dia membuka celananya dan mendudukkan di atas toilet, lalu menutup pintu toliet. Raisya berjalan keluar berniat menunggu anak itu di luar pintu.

"Kamu jangan keluar bego! Aku mau kamu nunggu disini!" Anak itu berteriak dari dalam toilet dengan beraninya mengatakan Raisya bego dan dengan seenak perutnya menyuruh Raisya untuk menunggu dirinya di dalam toilet.

Raisya membuka pintu toilet lalu masuk ke dalam toilet dengan perasaan marah bercampur sedih. Dengan wajah memerah mata berkaca-kaca dia berdiri menghadap pintu seperti anak SD yang sedang disetrap.

Cukup yang selama ini yang mengatakan dirinya 'Boloho, Belegug' Adalah orang dewasa yang telah melahirkan dirinya ke dunia. Walau seberat dan sesakit apapun yang dikatakannya, Raisya berusaha menahan rasa sakit itu dalam dadanya. Dia takut dicap anak durhaka jika melawan dan takut kwalat kalau menentang.

Punggung Raisya sesekali naik turun, dan terdengar isakan pelan. Entahlah hatinya begitu sakit dan jiwanya rapuh tak mampu membendung linangan airmata yang sudah dari tadi ditahan agar tak jatuh.

Ya Allah sabarkan aku..

Cuman sebait kata itu yang keluar dari bibirnya jika dia merasa kesal, marah dan sedih seperti sekarang ini.

"Cebokin!" Anak itu memerintah kembali.

Raisya hanya menurut patuh tanpa sedikitpun melawan. Dia mengeluarkan shower dan membersihkan pantat anak manja itu sampai bersih.

"Tunggu disitu!" Raisya dengan cepat membuka toilet dan mengambil sabun cair yang menempel di dinding untuk membilas bekas tangannya.

"Hei..lama banget sih kamu!" Anak itu berteriak mengeluh.

Raisya kembali ke toilet memangku anak itu keluar dan menyiram lubang toilet sampai bersih. Dia memakaikan kembali celananya.

"Gendong!" Anak itu kembali membentangkan tangannya.

"Jalan olangan ah!" Tiba-tiba Raisya menolaknya, tak ingin menggendong anak itu. Raisya mulai menolak permintaannya.

Raisya membawa tas dan organized nya lalu berjalan ke luar tanpa mengindahkan anak itu.

"Huaw.. Huaw... Huaw..."

Suara itu menggema memenuhi ruangan toilet seperti gempa bumi. Membuat orang yang ada di dalam ruangan itu panik.

"Hei mbak.. ko anaknya ditinggalin sih!" Seorang cleaning servis memangil Raisya yang kebetulan tadi sedang berdiri di ruangan tolilet.

Raisya membalikan tubuhnya dan kembali ke dalam ruangan toilet tanpa basa -basi. Langsung menggendong anak manja itu yang sedang meraung-raung.

"Ko mbak tega sekali ninggalin anaknya sendirian sih!" Oceh cleaning servis yang merasa iba pada Michel yang baru saja ditinggalkan Raisya.

"Bukan anak gue!" Sekarang giliran Raisya berteriak kencang meluapkan amarahnya yang dari tadi ditahan-tahan.

"Waduh! Galak amat! Pantesan anaknya galak!" Cleaning servis kembali mengoceh.

Raisya yang sudah tak tahan menahan sabarnya, emosinya kini lari pada airmatanya. Layaknya air hujan turun air mata nya deras pula mengalir. Riasan yang sejak pagi sudah rapi pun, kini terlihat berantakan.

Raisya berjalan keluar ruangan toilet dengan langkah cepat tak menghiraukan lagi tatapan orang-orang yang memperhatikannya.

Sepasang mata dari tadi hanya bisa menatap. Mulai dari Raisya masuk ke kantin sampai Raisya keluar dari toilet dia hanya diam. Tanpa peduli ingin membantu Raisya yang sedang bersedih dan kewalahan dengan barang bawaannya, ditambah harus menggendong anak manja yang kurang sopan santun itu.

Raisya masuk ke dalam lift. Untungnya lift tidak terlalu penuh. Raisya memilih dekat tombol pintu.

Anak yang digendongnya menatap Raisya. Entah apa yang dirasakan anak itu. Jari munggilnya menyentuh pipi Raisa dan menyingkirkan deraian air matanya lalu mengusapkannya pada baju yang sedang dipakainya.

Raisya tak berani bicara. Bola matanya yang sudah memerah membalas menatap wajah bule anak itu.

"Jelek!" Bibir merah alaminya kembali mengeluarkan kata.

Raisya hanya bisa menatap dan mengerucutkan bibirnya. Tak berani membalas ucapan buruk dari anak itu. Dia langsung mengalihkan pandangannya ke atas melihat nomor 15. Tandanya dia akan segera sampai di ruangan tempat bekerja.

"Ting" Pintu lift terbuka. Raisya berjalan keluar dan masuk ke dalam ruangannya.

Beberapa teman seruangannya tak begitu memperhatikan kedatangan Raisya yang baru aaja masuk dengan keadaan menggendong anak. Karena terhalang oleh kubikelnya masing-masing.

Raisya berjalan menuju kubikelnya. Menaruh tas dan mendudukkan anak manja itu di meja kerjanya.

Huaw... Huaw... Huaw..

Anak itu kembali menangis dengan histeris.

Raisya yang melihatnya menangis langsung menunduk di atas meja dengan menelungkupkan tanganya.

Hiks...hiks..hiks...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!