NovelToon NovelToon

Menikahi Kakak Ipar

Terungkap

Bagas tidak mampu berkata-kata lagi, dengan membabi buta pria itu memukul laki-laki yang sedang bergumal dengan istrinya di atas ranjang. Sungguh bagas tidak tahu harus berkata apa, kenapa Jihan tega melakukan ini kepadanya apa salahnya hingga Jihan setega ini padanya.

"Sudah Mas! Sudah, aku yang salah! Aku yang salah, aku mohon jangan pukul Darren! Aku mencintainya, maaf telah menodai pernikahan kita." suara lirih Jihan membuat tangan Bagas melemas.

"5 tahun Jihan! Apa lima tahun pernikahan kita tidak ada artinya bagimu?" tanya Bagas dengan mata memerah menahan amarah.

"Aku menikah denganmu karena di jodohkan Papa dan Mamaku dengan mu Mas! Selama ini aku sudah mencoba tapi hatiku masih untuk Darren, sekeras apapun aku mencoba!" Jelas Jihan dengan mata menyalang dan juga air mata bercucuran melihat kekasih gelapnya yang babak belur tanpa sempat melawan serangan Bagas.

"Lalu bagaimana dengan Adrian anak kita? Dia bahkan baru 1,5 bulan, apa kamu tega meninggalkan dia? Atau jangan-jangan Adrian adalah anak kamu dan bajingan ini?" tanya Bagas sinis.

"Aku tidak tahu siapa Ayah dari Adrian, tapi jika kamu penasaran kamu bisa lakukan tes DNA, apa kamu ayahnya atau tidak. Dan jika kamu tidak ingin anak itu maka kamu boleh membuangnya ke panti asuhan," kata Jihan dengan kejamnya.

"Baiklah, ternyata memang aku yang salah memilih wanita. Aku terlalu tenggelam dalam pesona racun yang kau tebarkan. Baik hari ini juga dan detik ini juga kamu saya talak! Dan kamu tidak akan mendapatkan harta gono-gini sepeserpun dari saya!" Bagas keluar dari ruangan itu dalam keadaan marah yang berapi-api.

🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Malam itu adalah malam terburuk bagi seorang Bagas, dikhianati dan juga mengetahui bahkan Adrian belum tentu anaknya. Benar-benar mengerikan.

Mimpi apa dia hingga bertahan dengan wanita murahan macam Jihan dan itu berlangsung hingga lima tahun. Kesetiaan yang dia punya dan juga cintanya di khianati begitu kejam oleh istrinya yang ternyata hanya seorang ***-*** murahan.

Bagas berakhir di klub malam, dia meminum-minuman yang memabukkan itu. Hingga Bagas tudak sadarkan diri. Bagas benci dengan semua yang dia lihat ******* dan tubuh tanpa busana sang istri dengan laki-laki selingkuhannya membayang-bayang di mata Bagas.

Di tengah malam Bagas teler dan tidak sadarkan diri. Sekeretaris Bagas yang bernama Alan membawanya pulang, untung sqja Alan adalah pria yang selalu siaga saat sang bos dalam masalah seperti ini.

Tiba di rumah Mbok Darmi membuka pintu sangat kaget melihat keadaan Tuan Mudanya yang mabuk berat dan sudah tidak sadarkan diri.

"Ya Allah Tuan Bagas, Tuan Bagas kenapa Den?" tanya Mbok Darmi khawatir melihat Tuannya yang mabuk berat dan tidak sadarkan diri.

"Saya juga tidak tahu Mbok, Saya dapat telepon keadaan Bapak Bagas sudah begini! Sepertinya Pak Bagas ada masalah yang tidak bisa dia bagi dengan siapapun." Kata Alan pada Mbok Darmi.

"Ya Allah Tuan Bagas, mari Den tolong antarkan Tuan Bagas ke lantai atas. Nyonya sedang tidak ada di rumah, bahkan sedari tadi Adrian rewel karena tidak bisa minum asi langsung dari Nyonya."

Alan yang sepertinya mencium dimana permasalahannya enggan berkomentar. Bagaimanapun itu adalah rumah tangga sang Bos dan itu bukan ranahnya.

1 bulan kemudian

Bagas mengurus surat cerainya dengan jihan begitu cepat, bahkan dalam 1 bulan ke depan dia sudah pasti sah bercerai dari Jihan. Kabar buruk lainnya yang harus Bagas terima adalah dia menjadi Duda tanpa anak.

Ya Adrian bukan anak kandung Bagas, Adrian ternyata anak Darren dan Jihan. Untungnya Darren masih punya otak dengan mau menjemput Adrian begitu tahu jika Adrian bukan anak kandung Bagas, karena Bagas akan mengantar anak itu kepanti asuhan.

Kabar perselingkuhan Jihan dan Darren ternyata tidak hanya selesai dengan perceraian. Bagas sebagai pengusaha nomer satu di Negara ini tentu setiap kehidupannya menjadi sorotan publik.

Ganasnya awak media media membuat bangkai di hubungan Darren dan Jihan terangkat ke media. Tidak sampai di sana, karir Jihan sebagai model papan atas pun berubah menjadi bahan gosip paling atas.

Hal buruk lainnya juga ikut menimpa Jihan, Bagas yang terlanjur kecewa pada Jihan menarik semua bentuk investasinya pada perusahaan Papa Jihan. Dalam hitungan hari perusahaan Papa Jihan terancam pailit atau gulung tikar.

Kesialan itu masih berbuntut panjang, Papa Jihan harus terbating lemah tidak berdaya dan sekarang sedang dalam masa kritis karena serangan jantung. Mama jihanpun sudah tifak terhitung kalinya jatuh pingsan melihat kondisi sang suami.

"Nak, Mama mohon pulanglah ke Indonesia. Mama akan ceritakan masalahnya begitu kamu sampai di tanah air," kata Mama Vio pada orang di seberang sana.

"Apa Papa baik-baik saja Ma? Sebenarnya apa yang terjadi? Sebentar lagi Adek ada ujian, jika tidak ada hal yang benar-benar mendesak Adek tidak bisa pulang Mama," kata wanita di seberang sana."

"Mama tidak ingin kamu menyesal Adek, Papa dalam keadaan kritis. Pulanglah sekarang Nak, Mama tidak akan meparang Adek untuk melanjutkan impian Adek untuk kuliah di sana. Jenguklah Papa sebentar," kata Mama Vio lirih.

"Baik Mama, Adek akan segera pulang," kata orang di seberang sana dengan suara serak menahan tangis. Hatinya mendadak gelisha mendengar penjelasan sang Mama tentang keadaan Papanya.

🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁

"Aunty, Adek pulang dulu. Adek akan segera kembali kesini, karena Adek akan melanjutkan sekolah Adek di sini."

Cup

Wanita paruh baya yang masih terlihat cantik iyu mengusap kepala keponakannya dan menghadiahi kecupan ringan di kepala keponakannya yang tertutupi kerudung.

"Aunty tunggu Adek kembali. Aunty dan Uncle pasti sangat merindukkan Adek." kata Tantenya.

"Cepat kembali ya Adek, rumah sepi kalau Adek pulang," kata Sang Uncle padanya.

"Sure, I'll be back."

🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁

"Apa yang bisa saya lakukan agar Mas mau memaafkan perbuatan kakak saya?" kata gadis belia itu menatap polos pada pria yang akan menjadi mantan kakak iparnya itu.

"Tidak ada yang bisa kamu lakukan. Saya juga tidak akan meminta kakak kamu kembali kepada saya!" kata Bagas tanpa menoleh.

Gadis belia itu berlutut di samping bagas berdiri, tangisnya mulai terdengar. Air mata yang tadi di tahannya luruh juga.

"Mas boleh marah pada kak Jihan, tapi bisakah jangan terlalu kejam pada Papa saya? Papa Saya koma karena serangan jantung dan sekarang butuh biaya untuk operasi di tambah perusahaan papa yang tidak stabil. Saya mohon bantu Papa dan Mama saya Mas." tangis gadis itu tergugu.

"Apa hubungannya dengan saya? Kenapa saya harus membantu kamu?" kata Bagas tanpa membalikkan tubuhnya.

"Saya akan melakukan apapun yang Mas Bagas minta sebagai imbalan dari membantu Papa dab Mama saya."

"Tidak ada yang menarik dari kamu! Keluarlah!" saat Bagas akan pergi Gadis itu berteriak lantang pada Bagas.

"Mas Saya mohon tolong bantu saya. Saya tidak tahu harus meminta bantuan pada siapa Mas,"

"Anak! Kamu sanggup memberi saya Anak?" tanya Bagas.

Kesepakatan

"Mas Saya mohon tolong bantu saya. Saya tidak tahu harus meminta bantuan pada siapa Mas,"

"Anak! Kamu sanggup memberi saya Anak?" tanya Bagas.

Gadis muda itu terdiam antara shok dan bingung dengan apa yang di maksud oleh kakak iparnya ini.

"Apa maksud Mas Bagas?" tanya gadis itu bingung.

"Aku ingin memiliki anak, kakak mu melahirkan bayi dari hasil hubungan gelapnya bersama pria bajingan itu! Aku sangat ingin memiliki keturunan. Bukan hanya aku tapi Ayah dan Ibu ku juga menginginkan cucu. Tapi kau tentu tahu Adrian itu bukan lah anak ku!"

Bagas mengatakan sambil menatap dangan tatapan menerawang ke depan. Masih basah di ingatannya bagaimana dia memperlakukan Jihan layaknya Ratu saat hamil Adrian dan fakta menyakitkan yang harus dia terima bukan hanya kehilangan Jihan tapi juga Adrian yang bukan darah dagingnya.

Gadis muda itu terdiam dia tertegun masih belum konek dengan maksud dari pria yang sebentar lagi akan menjadi mantan kakak iparnya ini.

"Aku masih bing..." Perkataan Vania terputus saat Bagas tiba di belakangnya dan meraba perut datar gadis yang menggunakan gamis dan kerudung dalam itu.

"Maksudku aku ingin anak dari mu Vania! Anak kandungku yang lahir dari rahimmu? Apa kamu sanggup?"

Tanya Bagas seraya menyeringai, dia tahu pasti bagaimana keluarga mantan istrinya itu. Semuanya adalah penjilat dan tentunya gadis kecil ini hanyalah ular yang berpakaian syar'i seolah menunjukkan jika dia gadis baik-baik.

"Apa Mas Bagas akan menikahi ku? Mas Bagas bahkan belum sah bercerai dari kak Jihan!" kata Vania dengan sarkas pada Bagas.

Bagas menampakkan senyuman iblisnya. Dia mendekat dan membisikkan kata-kata yang mampu membuat Vania merasa terhantam ribuan palu. Harga dirinya dan kehormatqnnya seolah di renggut paksa saat mendengar perkataan Bagas padanya.

"Siapa bilang aku akan menikahimu gadis kecil? Aku ingin menggaulimu hingga kau hamil tanpa menikahimu... Bukankah kau dan kakakmu bisa dengan mudah bertelan jang di depan pria yang bukan suaminya? Aku bahkan ragu kau masih original? Sudah berapa orang yang menggunakan tubuhmu manis? Aku yakin...."

Plak

Tidak sampai Bagas menyelesaikan ucapannya tamparan sudah mendarat di pipi Bagas yang di hiasi bulu-bulu tipis di wajahnya.

Wajah Bagas memerah menahan amarah. Dia sangat ingin menampar kembali calon mantan Adik Iparnya ini. Akan tetapi Bagas masih punya kesadaran diri jika dia seorang laki-laki. Pantang baginya jika dia main tangan pada seorang perempuan.

"Ternyata begini dirimu yang sesungguh nya Mas? Sampai hati kamu menyamakan aku dan kakak ku bahkan di saat pertama kali kita bertemu? Tidak semua orang sama, bahkan yang terlahir kembarpun pasti ada bedanya Mas!" Tekan Vania pada Bagas.

"Jika kau sudah tahu siapa aku, silahkan keluar aku yakin kau belim lupa jalan keluar dari ruangan ini!" Bagas mengatakannya tanpa menoleh ke belakang.

"Nikahi aku!" lirih Vania akhirnya.

Mata gadis itu sudah berembun, dia tidak menyangka jika ulah keji kakaknya membuat Papa dan Mama serta dirinya jadi begini. Vania sangat membenci sang kakak, lebih dari apapun. Masih terbayang wajah aunty and Unclenya di Kairo dan juga janjinya yang mungkin entah kapan bisa ia tepati.

"Aku setuju membeti Mas Bagas keturunan tapi sesuai dengan syariat, nikahi aku baik-baik." Vania mengulang penjelasannya.

Bagas tertawa lebar dan membalikkan badannya. Di tatapnya gadis kecil dengan gamis merah muda dan jilbab senada itu sinis.

"Benarkan perkataanku? Kau dan Jihan kakakmu tidak ada bedanya. Kau sama murahannya dengan Jihan kakakmu!"

Bagas mendekat dan mencengkram pipi chaby gadis di depanya hingga membuat Vania meringis.

"Dengar! Jika pun aku menikahimu, tidak akan ada pernikahan yang layak untuk seorang gadis murahan seperti mu Nona. Aku hanya akan menikahimu secara rahasia dan juga pernikahan siri. Bagaimana apa kau setuju?" tanya Bagas pada gadis muda di depannya.

"Bagaimana dengan kedua orang tuamu Mas Bagas? Aku yakin mereka tidak akan ingin pernikahan anak semata wayangnya di lakukan secara tersembunyi? Sedangkan Mas Bagas sendiri adalah pengusaha paling tersohor di Negeri ini?" Tanya Vania seraya meringis karena Bagas belum melepas cengkramannya pada pipi Vania, meski Vania sudah berusaha melepaskan diri dari Bagas.

Bagas melepaskan wajah Vania secara kasar lalu tertawa menggelegar dan di akhiri dengan tatapan sinis pada Vania.

"Jika aku tidak salah ingat anak bungsu Mama Bio yang hampir terlupakan karena sangat-sangat jarang pulang ini bernama Vania, benar?" tanya Bagas dengan sarkas.

"Menikahi gadis ataupun wanita dari keluarga kalian bukanlah suatu kehormatan bagi keluarga ku Nona Vania. Tapi aib! Aib! Kau tahu? Seluruh Negeri ini tahu kasus yang menimpa kakak Mu Jihan dan Darren! Karena tidak tahan cercaan orang-orang akan cinta terlarang mereka hingga mereka harus menghilang bagai di telan bumi, apa kau sadar itu Nona?"

"Dan lagi pernikahan ku denganmu aku sangat yakin Orang tuaku sangat menentangnya. Tapi meski begitu, pernikahan kita cukup setara dengan biaya pengobatan ayahmu yang sedang sekarat dan juga perusahaan parasit yang keluarga kalian miliki!" kata Bagas.

"Kenapa harus menyangkut pautkan perusahaan Papa dan pernikahanmu dengan Kak Jihan? Apa kau tahu ini sangat keterlaluan! Kau..."

Perkataan Vania terputus karena perkataan Bagas.

"Karena tua bangka itu memaksakan pernikahan antara Jihan dan aku! Kau tahu aku menjadikan Jihan ratu di hatiku, tapi wanita sia lan itu malah mengkhianati aku dengan mengandung anak pria lain!" Bagas mengatakan kekesalannya dengan penuh penekanan di setiap perkataan yang dia katakan.

"Baik aku setuju menikah siri dengan Mas Bagas tapi biaya operasi Papaku?"

"Aku akan menyuruh Alan mengurusnya dengan mu,"

"Alan keruanganku sekarang!" kata Bagas melalui sambungan seluler di ruangannya.

"Malam nanti jam 8 malam kau harus temui aku di kantor! Aku akan menikahimu secara siri di rumah kedua orang tuaku!" kata Bagas dengan wajah datar pada Vania.

Vania hanya menganggukkan kepala, dia pasrah apapun yang akan terjadi pada kehidupannya.

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

Sementara di negeri ujung sana Aunty dan Uncle dari Vania sama sekali tidak tahu apa-apa yang terjadi dengan sang keponakan tersayang. Walau kabar tentang perselingkuhan Jihan sudah sampai ke telinga Aunty dari Vania itu, tapi dia tidak terllau mengubris masalah yang menimpa Jihan.

Hal itu tentu saja di karenakan Jihan memang selalu menjadi kesayangan Nyonya Vio dan Tuan Damar sejak awal sehingga Jihan sudah biasa di manja. Lain halnya dengan Vania, gadis manis yang berusia 17 tahun itu sekolah di Kairo saat mendapat beasiswa untuk melanjutkan Senior High School di Kairo.

Karena itulah Vania sangat dekat dengan Aunty dan Unclenya. Karena memang di sanalah dia benar-benar di anggap seorang anak.

🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Di sebuah rumah megah di mana orang tua dari Bagas sebagai orang nomer 1 di dunia bisnis Negeri ini tinggal, terlihat terjadi perdebatan.

"Kenapa harus putri dari seorang Damar lagi yang kau pilih Bagas? Mama tidak habis pikir dengan pilihan Mu ini?"

"Papa tidak ikut campur, yang bersalah di sini Jihan. Bukan keluarganya jadi tidak bijak jika kita melibatkan 1 keluarga hanya untuk kesalahan satu orang!"

"Papa ini kenapa sih? kok malah belain mereka?" kesal mama dari Bagas.

"Bukan begitu Ma, kita punya seorang putri. Bagaimana jika posisinitu di balikkan? Bagaimana jika Shopia yang berada di posisi Vania? Apa Mama rela?"

"Itu tidak akan pernah terjadi!" tekan Mama dari Bagas.

"Aku sudah punya rencana sendiri dalam pernikahan ini Ma, Pa. Jadi Mama dan Papa tidak usah khawatir, aku tidak akan terpedaya oleh keluarga ular itu lagi!"

"Penghulunya sudah datang Tuan, " Mbok Darmi datang melapor ke Tuan dan Nyonya serta Tuan Mudanya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Sah Yang Terpaksa

Vania keluar dari ruangan rias dengan menggunakan kebaya putih sederhana. Sedari tadi gadis cantik itu mengepalkan tangannya agar tidak ada air mata yang keluar.

Dadanya sesak dan matanya perih menahan air mata. Lelah hatinya mengatakan jika ini adalah yang terbaik tapi tetap jauh di lubuk hatinya mengatakan jika ini tidak benar.

Dia serasa membayar hutang untuk hal yang tidak pernah dia lakukan. Jihan kenapa lagi-lagi sang kakak membuat dia berada dalam posisi pahit. 17 tahun? Vania tertawa ketika mengingat usianya sekarang.

Mama Vio membimbing anaknya untuk segera duduk di samping Bagas. Saat Vania sudah duduk di samping Bagas Mama Yuki Ibunya Mas Bagas menyampirkan selendang putih di kepala kedua mempelai.

Tangan Bagas menjabat tangan pak penghulu. Bagas mengucapkan ijab kabul dengan lancar dan semua saksi pernikahan yang hanya di anggap sakral oleh Mama Vio dan Vania itu berkata "Sah" serempak.

Vania mencium punggung tangan Bagas dengan takzim, lalu Bagas membaca do'a seraya memegang ubun-ubun sang istri.

Bagas mengecup lama kening Vania seolah mereka aaling mencintai. Padahal Vania tahu betul jika itu hanyalah sandiwara di depan yamu pernikahan yang tidak seberapa itu.

🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Tepat pukul 10 malam Bagas memasuki kamarnya, tidak ada yang spesial di kamar itu. Karena kamar itu hanya terlihat seperti kamar seorang pria yang di dominasi warna hitam. Hanya seprai dan peralatannya yang menggunakan warna putih bersih.

Bagas mengedarkan pandangannya dan melihat Vania sudah memakai baju tidur tipis tanpa dalaman sesuai permintaannya pada sang Mama yang membantu mendandani Vania.

"Mas Bagas mau mandi dahulu?" tanya Vania dengan menunduk jujur saja tadi sempat terjadi perdebatan panjang mengenai pakaian yang dia gunakan dengan Ibu mertuanya.

"Iya,'' kata Bagas seraya menyeringai sinis melihat Vania yang terlihat sangat menahan malu karena memakai baju tapi seperti tanpa busana.

"Ak...Ak..Aku akan menyiapkan air hangat," gadis itu linglung dan malu. Terlebih tatapan Bagas bukanlah seperti tatapan seharusnya. Bagas menatapnya seolah jika dia adalah kotoran, ya Bagas menatap istrinya dengan rqut wajah jijik dan sinis.

Di dalam kamar mandi seraya menyiapkan air hangat untuk mandi Bagas. Vania tidak kuqsa manahan air matanya.

Setelah siap menyiapkan air hangat Vania segera menghapus air matanya cepat.

Bagas masuk kedalam kamar mandi tanpa mengatakan apapun. Tidak butuh waktu lama Bagas siap membersihkan tubuhnya.

Dia melihat Vania sudah menyiapkan baju tidurnya dan juga ada susu hangat yang masih terlihat mengepul di atas nakas.

Bagas segera menggantikan pakaianya tanpa mau repot-repot kembali ke kamar mandi. Melihat sqng istri yang baru dia nikahi mengalihkan tatapan darinya sukses membuat Bagas tersenyum sinis.

"Tidak usah memalingkan muka begitu, sebentar lagi kau akan merasakan diriku di dalam dirimu! Kau cocok menggunakan baju itu ketimbang gamis dan kerudung syar'i yang selalu kau gunakan setiap hari. Pakaian yang kau gunakan saat ini melambangkan betapa murahannya dirimu gadis kecil!"

Vania hanya tertunduk kqrena lagi-lagi dia di hina sang suami. Tapi dia berusaha agar perkataan sang suami tidak menyakitinya terlalu dalam. Meski itu semua gagal total karena mata indah itu sudah berembun.

Bagas menyeruput susu hangat itu sambil berdiri lalu menyisakan setengahnya untuk Vania. Vania menerima susu itu tanpa ptotes.

Setelah minum susu di gelas yang sama Bagas tanpa basa basi langsung menguasai sang istri.

Tidak ada kelembutan dalam permainan yang Bagas lakukan. Dia sengaja melakukan secara kasar bahkan Bqgas tetap berlaku kasar saat berhubungan meski mengetahui sang istri melakukan ini untuk pertama kali dengan dirinya.

Tidak ada cumbu-rayu di dalamnya apalagi kata-kata manis. Bagas benar-benar melakukan sang istri seperti wanita bayaran. Vania yang berusqha menahan air mata tidak mampu menahannya. Karena di sini hanya Bagas yang menikmati sedangkan Vania merintih kesakitan.

Meski begitu Vania hanya menangis dalam diam tanpa melawan. Dia menerima semua kebrutalan sang suami. Kenangan-kenangan pahit yang berusaha dia hapus bermunculan seperti kaset rusak di kepalanya.

Tepat jam 4 pagi Bagas menyelesaikan kegiatan panasnya. Pria itu langsung turun dari tubuh lemas Vania tanpa mengatakan apapun. Bagas segera menggunakan pakaiannya dan pergi begitu saja meninggalkan Vania yang masih terkapar penuh air mata dan tanpa busana.

Vania segera menarik selimut menutupi tubuh polosnya. Kalimat-kalimat yang di ucapkan Bagas berputar bagai kaset rusak di otaknya.

"Mengqpq kau menangis ***-*** kecil? Bukan kah keluargamu mengajarkan kau menggaet pria kaya seperti ini?"

"Jangan menangis Sayang, kau sudah kubeli untuk ku perlakukan sesuka hati ku!"

"Kau lihat, meski si tua banhka itu tahu jika putrinya tidak akan aku perlakukan dengan baik, dia tetap menyerahkan dirimu padaku!"

"Hei jangan menangis kau pqntas qku perlakukan seperti ini! Karena kqu hanya Ja-lang murahan yang aku beli! Nikmati ini sayang! Jangqn pasang wajah tersiksa mu itu!"

Meski Bagas sudah keluar dari kamarnya, tapi suara Bagas layaknya musik pengantar tidur baginya. Dan musik itu menuntunnya pada mimpi yang teramat buruk.

🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Di tempat berbeda sepasang kekasih menikmati hari-harinya penuh dengan kebahagiaan. Meski perusahaan Darren sempat terguncang tapi kondisi Darren dan Jihan baik-baik saja.

"Apa kau tidak ingin menjenguk Papa mu Sayang?" tanya Darren pada wanita yang sudah lama menjadi teman ranjangnya itu.

"Aku yakin tua bangka itu akan selamat. Karena Vania akan melakukan apapun demi orang tua biadap seperti mereka. Terkadang aku kasihan pada adikku itu! Aku yang berbuat dia yang harus mencuci bekas kotoran nya hingga bersih!" kata Jihan sambil tersenyum sinis.

"Tapi aku puas dengan itu, Mama dan Papa selalu mengatakan jika Vania hanya pelengkap hidupku! Jadi sudah seharusnya dia melakukan hal itu semua!"

"Oh Sayang, kau terlalu kejam pada gadis kecil seperti Vania."

Keduanya tertawa setelah mengatakan itu.

Di sebuah rumah mewah bak istana itu, semua yang ada di rumah sudah berkumpul di meja makan. Hanya Vania yang belum berkumpul di sana.

"Dimana Ja-lang kecil itu? Kenapa dia belum turun?" Tanya Mama Yuli.

"Mati kali Ma!" kata Bagas dengan entengnya.

"Hust! kamu ngak boleh bilang seperti itu!" tegur Papa David tapi tidak di pedulikan oleh Mama Yuli dan Bagas.

Mama Yuli berjalan cepat ke lantai dua. Saat memasuki kamar putranya dia melihat menantu yang tidak di harapkan itu masih tertidur.

Dengan tanpa perasaan Mama Yuli menyeret Vania dari ranjang tanpa pikur dua kali. Untungnya Vania sudah sempat memakai pakaian karena dia harus sholat subuh sebelum kembali tertidur.

Setibanya di kamar mandi.

Byur

Byur

Byur

Bahkan seperti kesetanan Mama Yuli membenamkan wajah Vania ke dalam bath up yang sudah dia isi dengan air dingin.

"Eh Si-alan siapa yang menyuruhmu terlambat bangun! Bahkan Mama Yuli mengabaikan wajah Vania yang terlihat sangat pucat.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!