Waktu telah menunjukan pukul 07.30 WIB, tapi Emely masih setia berada di alam mimpinya.
Sedangkan Syela a.k.a Bunda Emely pun mendengus kesal saat melihat anak gadisnya masih bergelung di dalam selimut.
Berulang kali Syela mencoba membangunkan anaknya itu, tapi semua sia-sia, karena Emely sama sekali tidak terganggu dengan suara bahkan pukulan yang diberikan oleh sang Bunda. Hingga kesabarannya habis Syela pun pergi lalu kembali dengan membawa gayung yang penuh dengan air.
"Dasar kebo udah dibangunin dari tadi gak bangun-bangun,giliran telat ke sekolah aja nyalahin gue!" omel Syela yang sebal dengan sikap anaknya itu.
Syela yang memang Ibu gaul dan terbiasa menggunakan kata 'lo-gue' saat berbicara kepada anaknya meski sudah dilarang oleh Dante sang suami, tapi Syela tetap saja melanggarnya.
Syela yang memang sudah niat untuk menyiram anaknya pun langsung menumpahkan seluruh air yang ia bawa ke wajah Emely.
Byurrr
"Bundaaa ... atapnya bocor!!" teriak Emely sambil meloncat kalang kabut dengan mata yang terpejam hingga tak sengaja ia tersandung oleh kakinya sendiri dan membuat dirinya jatuh tersungkur.
Syela yang melihat anaknya jatuh pun hanya terkikik geli lalu pergi meninggalkan anaknya yang mengaduh kesakitan.
"Aww!" ringis Emely saat merasakan kakinya sakit dan sepertinya terkilir.
'Sial bener, sih, gue! Udah badan basah kuyup pake kaki keseleo pula.' Ucap Emely dalam hati.
Emely pun berjalan tertatih ke arah kamar mandi, tapi pandangannya tak sengaja melihat jam yang menunjukan pukul 07.45 WIB dan itu sukses membuatnya teriak histeris.
"Bundaaaa! kenapa gak bangunin Emely sih jadi telat kan!" teriak Emely yang dibalas juga dengan teriakan yang tak kalah menggelegar oleh Syela.
"Udaaahhh tapi kamunya aja yang kebo!" teriak Syela sambil terkikik geli.
Emely yang mendengar itu pun mendengus kesal, ia tidak buru-buru untuk berangkat sekolah, karena menurutnya itu percuma karna ia akan tetap dihukum karna sudah terlambat.
Tiba di gerbang belakang sekolah Emely pun memanjatnya dengan dengan hati-hati, karena kakinya yang masih terkilir ditambah dengan rok yang ia pakai itu cukup mempersulit upayanya untuk memasuki sekolah.
"Hey siapa itu?" teriak pria yang tak jauh dari tempat Emely memanjat.
Emely yang kaget mendengar teriakan seseorang pun akhirnya tergelincir lalu jatuh tepat di atas pria yang tak ia kenal.
Brukk
"Lah kok ga sakit sih?" heran Emely saat tak merasakan sakit sedikit pun di anggota tubuhnya.
Sedangkan pria yang dibawahnya pun merutuk kesal atas kebodohan gadis di atasnya itu.
"Minggir dari tubuh gue!!" ucap ketus pria itu yang tak lain adalah Nathan sang ketua osis di SMA Andershon.
Emely yang masih tak sadar bahwa dirinya berada di atas seseorang pun tiduran dengan santainya hingga ia mendengar suara besar pria tepat di bawahnya yang membuatnya membulatkan mata.
Emely pun mencoba berdiri tetapi kesialannya tak sampai disitu.
Dengan tak sengajanya Emely minginjak kaki Nathan dan jatuh terduduk tepat di atas perut Nathan.
"Akhh!!" teriak Nathan saat kakinya terinjak dan tubuh Emely yang terduduk di perut Nathan pun sontak membuat sang empunya teriak kesakitan untuk kedua kalinya.
Emely yang sadar akan posisinya pun membulatkan matanya lebar hingga suara bentakan membuatnya kembali sadar.
"MINGGIR DARI TUBUH GUE!!" bentak Nathan dengan rahang yang mengeras serta wajahnya yang memerah menahan amarahnya yang siap meletus kapan saja.
Emely pun langsung menyingkir dari tubuh Nathan, lalu ia pun membalik kan tubuhnya untuk melihat siapa yang telah membentaknya.
Emely pun menaikan alisnya bingung melihat pria dihadapannya, ia merasa bahwa selama 2 tahun bersekolah ia tak pernah melihatnya atau bahkan bertemu dengannya pun tidak sama sekali, lantas siapa pria dihadapannya itu?
Nathan yang sudah bangun pun langsung menatap tajam gadis dihadapannya itu, tapi tatapannya tak bertahan lama setelah melihat wajah gadis yang ingin ia marahi itu begitu cantik bahkan tanpa polesan make up sedikit pun.
'cantik,' gumam Nathan didalam hati.
Menyadari apa yang ada dipikirannya Nathan pun menggelengkan kepalanya, lalu menatap lagi gadis dihadapannya dengan tatapan menghunus, tetapi tak membuat Emely ketakutan ia malah merasa terhibur saat melihat wajah merah Nathan yang sedang menahan amarah, bahkan Emely tak segan segan untuk tertawa keras saat melihat wajah pria yang tak dikenalnya itu.
"Hahahaha ... wajah lo kayak cabe tau gak? Apa jangan-jangan lo temennya cabe-cabean ya ... hahahaha," tawa Emely masih berlanjut dan membuat Nathan mengeram kesal.
"DIAM!!" bentak Nathan yang habis kesabarannya saat melihat tawa Emely yang tak kunjung berhenti.
Emely yang kaget mendengar bentakan Nathan pun tersedak air liurnya sendiri dan membuat Nathan yang selama ini tak pernah tertawa dapat tertawa dengan lepasnya untuk pertama kali.
"Hahah ... uhuk uhuk" tawa Emely tergantikan oleh batuknya yang cukup menyakitkan hingga membuatnya meneteskan air mata.
Sedangkan Nathan masih setia menertawai kesialan gadis dihadapannya itu.
"Hahahaha," tawa Nathan yang membuat wajahnya berkali kali lipat lebih tampan dari sebelumnya.
Menyadari akan sikapnya Nathan pun meredekan tawanya lalu berdehem untuk menghilangkan kegugupannya.
Batuk Emely seketika berhenti saat melihat tawa pria dihadapannya itu yang membuatnya terpaku. Sampai deheman Nathan membuatnya sadar, lalu mengerjapkan matanya lucu.
"Kenapa terlambat?" tanya Nathan dengan wajah datarnya.
"Bangun kesiangan," jawab Emely dengan santai.
"Ngapain manjat gerbang?" tanya Nathan lagi kepada Emely.
"Biar bisa masuk sekolah," ucap Emely yang masih setia dengan nada santainya.
"Kalo mau masuk sekolah ya jangan terlambat!" ucap Nathan dengan nada yang meninggi.
"Lo ngerti bahasa manusia gak sih? Gue kan udah bilang, gue bangun kesiangan jadi terlambat!" kesal Emely mendengar bentakan pria yang tak dikenalinya.
"Karena lo ngelakuin pelanggaran jadi lo harus dihukum untuk itu," ucap Nathan dengan senyum miringnya yang membuat Emely yang melihatnya pun bergidik ngeri.
"Lo ikut gue." Ucap Nathan lalu pergi mendahului Emely.
Emely pun mengikuti Nathan dengan kaki terpincang pincang.
"Pelan dong kalo jalan kaki gue sakit nih!!" teriak Emely yang ketinggalan jauh oleh Nathan.
Sedangkan Nathan yang dipanggil pun tetap melanjutkan langkahnya dan mengabaikan teriakan gadis di belakangnya.
Emely yang melihat Nathan tetap berjalan pun mendengus kesal.
'Bakal gue bales lo besok,' batin Emely dengan senyum miringnya (smirk).
___________________________________
Sorry ya kalo gaje ceritanya.
Maklumi aja masih pemula soalnya hehe:D
Jangan lupa tinggalin jejak dengan cara like and comment ya guys:^
Klik jempol jangan lupa😉
Jempol !!
Jempol !!
Jempol !!
Jempol !!
Salam sayang,
😍
Author Cans:^
Tiba di lapangan Nathan pun memberhentikan langkahnya dan membuat gadis di belakangnya sukses menabrak punggung kerasnya
Brukk
"Aww," ringis Emely sambil mengelus-elus dahinya.
"Kalo mau berhenti ngomong dulu dong ... jidat gue sakit, kan jadinya."
Nathan membalikan tubuhnya, lalu menatap Emely yang masih mengumpat kesal karena dirinya.
Wajah Emely yang semula kesal kini berubah menjadi seringaian saat ide jahilnya itu muncul di otak pintarnya.
'Main dikit gak papa lah ya,' ucap Emely dalam hati dengan seringaian jahil di bibir mungilnya itu.
Nathan yang melihat perubahan ekspresi wajah Emely pun menaikan alisnya bingung hingga ...
plakk
Emely melompat dan berniat untuk membalaskan dendamnya dengan cara memukul dahi Nathan, tapi na'as kakinya yang terkilir tidak bisa diajak kompromi dan membuat tangan kanan Emely yang seharusnya memukul dahi Nathan meleset dan memukul bibir seksi Nathan.
"U**upss..." kedua tangan Emely reflek menutup mulutnya kaget.
Mata Emely membulat lebar saat menyadari bahwa tangan yang semula menyentuh bibir Nathan kini berada di atas bibir mungilnya.
"Huaaa ... Bunda, bibir Emely udah g perawan lagii ... huaaa!!" teriak histeris Emely lalu berlari dengan pincang dan memutari lapangan dengan kedua tangannya melambai ke atas. Persis seperti orang gila.
Suara teriakan dan kata-kata nya sukses membuat para murid dan guru dikelas menjadi penasaran dan berlarian keluar.
B**whahahahaha..
Tawa para murid pun pecah saat melihat Emely yang berlarian mengelilingi lapangan dengan kedua tangannya melambai serta teriakan histerisnya menambah kesan kelucuan bagi mereka bahkan para guru pun ikut terbahak melihat tingkah konyol Emely.
Rahang Nathan mengeras dan sorot matanya menajam menatap gadis dihadapannya yang se'enak jidat telah memukul bibir seksinya.
Tetapi amarahnya tak bertahan lama saat melihat tingkah absurd yang dilakukan Emely dan wajah Nathan yang semula merah menahan amarah kini tergantikan dengan senyum geli di bibirnya dan membuat kadar ketampanannya bertambah.
Tawa yang semula menggema di sekolah tergantikan oleh teriakan histeris para gadis yang tak sengaja melihat senyum manis di bibir Nathan bahkan ada yang sengaja memotretnya karna menurut mereka ini adalah momen yang sangat langka.
Nathan yang mendengar teriakan histeris para gadis pun langsung berdehem untuk kembali menetralkan ekspresinya tapi tetap tak mengalihkan pandangannya dari Emely.
Sedangkan Emely yang baru sadar bahwa dirinya menjadi bahan tertawaan para murid di sekolahnya pun akhirnya berhenti berlari dengan nafas yang memburu.
'Sumur mana sumur? Astaga, mau ditaruh mana muka gue?' ucap Emely dalam hati.
Emely berjalan ke arah Nathan dengan kepala menunduk dan mulutnya sibuk berkomat kamit mengumpat kesal pada dirinya sendiri.
Karena terlalu sibuk merutuki diriny sendiri Emely tak sadar jika dirinya sudah berada di dekat Nathan bahkan jarak mereka hanya tinggal beberapa langkah saja.
Nathan menaikan sebelah alisnya melihat Emely yang terus melangkah ke arahnya dengan kepala menunduk dan mulutnya tak berhenti berkomat kamit seperti dukun yang sedang membaca mantra.
Nathan menggeser posisi tubuhnya saat melihat Emely yang akan manabrak dirinya.
Dengan kepala yang masih setia menunduk Emely melangkah melewati Nathan yang sedari tadi menatap dirinya dengan tatapan yang tak bisa diartikan.
Nathan memutar bola matanya malas saat melihat Emely melewati dirinya begitu saja dan dengan santainya Nathan menahan tas Emely dengan tangannya berharap bahwa gadis itu akan sadar dan memberhentikan langkahnya.
Emely yang merasa tasnya memberat pun mengernyit bingung tapi ia tetap mencoba untuk terus melangkah hingga
ssreek...
Mata Emely membulat lebar saat mendengar suara seperti kain sobek di telinganya.
Nathan yang melihat tas Emely yang sobek karna ulahnya pun hanya diam dengan ekspresi datarnya lalu ia memasukan tangan ke saku celananya.
Emely langsung membalikan badannya lalu menatap tajam pria yang ada dihadapannya itu.
"Lo," desis Emely menahan amarahnya yang siap meledak.
Nathan yang melihat amarah Emely pun menyeringai lalu tanpa basa basi ia pun meninggalkan gadis itu di tengah lapangan.
"Lo harus mungutin semua sampah di lapangan ini! Tanpa sisa!" teriak Nathan sambil melenggang pergi meninggalkan Emely yang menatap tajam dirinya.
Emely mendengus kesal lalu mengecek keadaan tas kesayangannya itu.
"Ckk, parah lagi sobeknya," gumam Emely dengan menghembuskan nafasnya pelan dan mencoba meredamkan amarahnya.
Setelah amarahnya redam Emely pun pergi ke kantin untuk mengisi perutnya yang sedari tadi keroncongan karna memang dirinya tak sempat untuk sarapan karna dirinya sudah sangat telat untuk ke sekolah.
Dengan santai Emely memasuki kantin, lalu duduk di kursi paling pojok karena dirinya tak ingin jika ada yang mengganggunya makan.
"Ayah Oja!" teriak nyaring Emely memanggil tukang bakso langgananya.
"Ckk, dasar lampir! Masih pagi aja udah teriak-teriak, kuping gue gak budek kali." Ujar kesal ayah Oja yang memang sudah sangat akrab dengan Emely dan sudah terbiasa dengan tingkah laku absurd serta cara bicaranya yang memang sedikit kurang sopan, mungkin.
Emely yang melihat wajah kesal ayah Oja pun hanya nyengir kuda memperlihatkan dua gigi kelinci miliknya. "Kaya biasanya ya, Yah. Terus jangan lupa sama bonus baksonya yang banyak ... hehe."
Ayah Oja langsung menyiapkan bakso spesialnya untuk Emely, hingga ia tak sengaja melihat mangkuk yang penuh sambal membuatnya terkekeh saat menyadari ide jahilnya.
Dengan bersiul ayah Oja menambahkan lima sendok sambalnya yang super pedas lalu mengantarkannya ke meja Emely.
Emely yang melihat pesanannya sampai pun dengan binar di matanya langsung mengambil alih mangkuk dari ayah Oja lalu menambahkan saus, kecap, serta sambal satu sendok, Emely memang suka pedas, tapi dirinya tak ingin bolak balik kamar mandi karena terlalu banyak memasukan sambal buatan ayah Oja nya itu yang sudah terkenal dengan rasa pedasnya yang luar biasa hot.
Emely pun mulai memasukan bakso ke dalam mulutnya, ia membelalak kaget saat merasakan bakso yang ia makan sungguh-sungguh pedas, karena tak ingin membuang makanannya, dengan derai air mata bombainya Emely menghabiskan bakso dihadapannya itu.
Sudah tak kuat dengan rasa pedas di mulutnya Emely pun berlari ke warung ayah Oja, lalu tanpa izin dirinya mencomot es batu lalu memasukannya ke mulutnya yang terasa terbakar.
Sedangkan sang pelaku terbahak melihat rencananya berhasil, ya siapa lagi kalau bukan ayah Oja yang dengan kejahilannya memasukan sambal buatannya dengan takaran yang sudah overdosis. Sungguh terlalu.
___________________________________
Ceritanya semakin gak jelas gak, sih?
Maklum author masih amatir hehe..
Kasih kritik dan saran dong buat author, biar kedepannya bisa semakin baik lagi. Aamiin.
Jangan lupa like dan coment, serta klik love sebagai dukungan untuk author ya, biar semangat buat eps selanjutnya. Makasih.
Salam sayang,
Author Cans:)
Kringg..kringg
Bel istirahat telah berbunyi para murid pun berhamburan menuju kantin untuk mengisi perut mereka masing-masing. Lain halnya dengan Emely, ia disibukan dengan aktivitas yang benar-benar membuatnya lelah, yaitu bolak balik ke kamar mandi.Ya gara-gara sambel dari ayah Oja, kini ia harus merasakan yang namanya diare.
Drrtt..Drtt
Handphone Emely bergetar di saku roknya, Emely yang sedang bersender di tembok kamar mandi dengan tubuh yang lemas pun berusaha untuk mengambil handphonenya.
"Woe dugong lo kemana hah? Tadi bu Maya marah-marah karena lo kagak berangkat. Ckk!! Sekelas ribut semua tau gak karena pawangnya kagak berangkat. Lo kemana sih? Sakit? Bolos? Atau dikurung lagi ama Bokap lo itu iye?" cerocos seorang gadis berlatar belakang kantin itu dengan suara yang super duper cempreng.
"Gu-gue di toilet." Ucap Emely dengan sangat lirih.
"Hah!! Lo ngapain di toilet bloon?! Udah buruan sini temen sekelas pada nanyanyin lo nih."
"Ulfa kampret! Gue lagi diare ***** ... badan gue lemes banget sumpah. Lo sama Intan buruan kesini deh gue udah nggk kuat."
tuut..tutt
Tak lama kemudian,
Braakkkk....
"Emelyyy!! Astoge muka lo pucet bangettt. Woe ketan! Buruan bantuin gue ngangkat Emely jangan cuman nonton doang kambing."
"Eh iya, bentar-bentar Emely itu berat kagak mungkin kuat ngangkat dia. Mending lo disini dulu gue bakal cari bantuan." Tanpa menunggu jawaban dari Ulfa, Intan pun langsung berlari keluar untuk mencari siapapun yang bisa mengangkat tubuh bantet temannya itu.
"Edwaarrrddd!!!" teriak Intan saat melihat Waketos tampan itu sedang berjalan dengan teman-temannya.
''What?'' tanya Edward saat melihat Intan yang menunduk dengan nafas yang ngos-ngosan sehabis berlari.
''Hosshhh ... hosshh ... udah kagak usah banyak tanya, ayo ikut gue.'' Tanpa melihat, Intan pun langsung menarik tangan seorang pria lalu menyeretnya ke toilet wanita.
''Lah ****, yang dipanggil gue kok yang ditarik malah dia.'' Ucap Edward sembari menggelengkan kepalanya.
''Udah kita ikut aja yuk. Siapa tau darurat corona gitu,'' ucap polos pria di samping Edward.
Edward menengok ke arah Dion lalu menganggukan kepalanya dan berjalan beriringan menuju toilet wanita.
''Ih lo jalan lelet banget sih Ed, ayo buruan keburu pingsan itu sahabat gue.'' Cerocos Intan tanpa melihat orang yang ia ajak bicara. Sedangkan pria itu hanya menaikan sebelah alisnya merasa bingung dengan gadis dihadapannya yang seenak udel menyeretnya ke toilet wanita.
Brakk..
''Lo lama banget sih Tan, Mely udah pingsan nih, nggk kuat gue nahan beb--'' ucapan Ulfa terpotong saat pandangannya menangkap sosok pria di samping Intan. 'Nggk guna emang peringkat pertama kalo matanya aja nggk berfungsi,' batin Ulfa kesal.
''Ed buruan bantuin gue ngangkat Mely! Dia udah nggk sadarkan diri itu.'' Teriak Intan yang sekali lagi tidak melihat siapa pria yang telah ia bawa.
''Kayanya mata lo harus lo periksain deh, Tan. Itu Nathan, ****! Bukan Edward.'' Ketus Ulfa.
''Hah? Mata lo kali yang sliwer gue tadi bawa Ed-- lah kok lo sih? Edwardnya mana?'' kaget Intan dengan kepala yang celingukan mencari keberadaan Edward.
Nathan tak menggubris perdebatan antara dua gadis itu, pandangannya hanya jatuh pada gadis yang sedang tak sadarkan diri di atas pangkuan sahabatnya. Perasaan itu dengan lancang masuk ke dalam hati Nathan. Membuat rasa sesak yang tak diketahui penyebabnya.
''Heh lo bocil, punya mata dipake dong. Lo ngomong ama gue tapi yang lo tarik malah si tembok.'' Ujar pria yang berada di belakang Nathan.
Intan menengok melihat Edward dan Dion yang baru datang, ''udah kagak usah banyak bacot! Itu bantuin temen gue buruan!!'' ucap Intan dengan mata yang melotot, tapi tak membuat Edward ketakutan tapi malah sebaliknya, ia terkekeh geli saat melihat wajah menggemaskan dari gadis mungil dihadapannya.
Dion menyembulkan kepalanya dari belakang bahu Nathan lalu membelalakan kaget saat melihat Emely yang sudah tak sadarkan diri dan dengan bodohnya teman-temannya itu tidak segera membawanya ke UKS.
Dion berlari ke arah Emely lalu mengangkatnya dari pangkuan Ulfa membuat Ulfa terkejut, karena selama ini Dion tidaklah suka jika dirinya bersentuhan dengan seorang gadis, tapi mengapa ia mau menggendong Emely, apakah Dion menyukai sahabatnya?
Nathan menatap tak suka ke arah Dion yang menggendong tubuh Emely, hawa panas menyelimuti hatinya mendorong dirinya untuk berjalan ke arah Dion lalu merebut tubuh Emely ke dalam gendongannya.
''Gue yang bawa.'' Kata Nathan tegas lalu melangkah pergi meninggalkan sekelompok orang yang melongo menatap kepergiannya.
''Huaa!! Anjirrr itu Nathan gendong Emelyyy? Ihh gue mau dong pingsan kalo yang gendong ganteng kaya dia.'' Ucap Intan dengan mata yang berbinar.
Tak sengaja Edward berdecak kecal saat melihat Intan yang begitu mendambakan sosok Nathan yang tak lain adalah temannya sendiri. 'Paan sih lo Ed, enggak-enggak lo nggk boleh suka sama cewek mata tiga kaya dia.' Batin Edward berargumen.
Intan gadis mungil yang mempunyak tahi lalat dia antara kedua matanya menjadi ciri khas tersendiri untuk gadis itu. Kulit kuning langsat dan lesung pipi yang ia miliki menambah daya tarik tersendiri untuk para pria yang melihatnya. Gadis yang sering bolak - balik keluar kota untuk mengikuti berbagai macam perlombaan baik yang akademik maupun non akademik. Suara lembut yang membuat orang terbuai saat mendengar nyanyiannya, gadis itu seperti tak ada celah sedikit pun, semua nyaris sempurna jika saja ia mempunyai hidung yang mancung, tubuh semampai, dan sikap yang royal.
''Heh bro lo mau disini aja atau mau ikut gue ke kantin, laper nih.'' Ucap Dion yang membuat lamunan Edward buyar seketika. Edward baru menyadari bahwa tinggal dirinya dan Dion saja yang ada di toilet ini.
______________________________________
**Sorry ya author laaamaaaaaa banget upnya.. Author lagi fokus sama cerita yang lain, mau cepet - cepet author selesain gitu, tapi malah buat cerita ini ngangkrak nggk diurusin sama sekali. Jadi sekali lagi author minta maaf ya:^
Gimana gimana? Ceritanya nyambung nggk?
Setuju nggk sih kalau Intan sama Edward dijadiin pasangan dicerita ini ?
B**UTUH KRITIK DAN SARAANNN!!!!
SEE YOU NEXT EPS😍**
Jangan lupa klik jempolnya:)
Tap!
Tap!
Tap!
Salam sayang,
💜
Author cans:v
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!