NovelToon NovelToon

CINTA LAMA BERTEMU KEMBALI

CLBK 1

selamat datang di novel pertama author. happy reading....

***

"Lepasin tangan aku Angga" seru seorang wanita berkemeja hitam dan bercelana jeans

"Engga Gita, aku ngga akan nglepasin kamu sebelum kamu denger penjelasan aku" ucap pria bernama Angga

"Lepas!!! Kamu udah punya Santi jadi jangan ganggu aku lagi Angga" ucap lantang wanita yang di panggil Gita

"Enggak Gita. Kamu salah paham. Semua yang terjadi waktu itu, itu semua ngga bener"

"Cukup! Aku ngeliat sendiri apa yang terjadi waktu itu. Paham!" Gita melepas kasar tangan yang sejak tadi di genggam paksa oleh Angga

"Mas Angga!!" Seru wanita yang tidak jauh dari mereka. Terlihat wanita itu seperti tengah hamil.

Gita menatap datar ke arah wanita yang memanggil Angga. Santi. Nama perempuan itu. Ternyata kejadian waktu itu sudah membuahkan hasil. Terbukti perempuan yang memakai dress ketat itu tengah hamil saat ini.

____

ANGGITA FARA NATASYA. Perempuan cantik berambut setengah keriting. Wanita mandiri yang baik hati. Putri tunggal dari keluarga Wijaya. Ayahnya bernama Abdi Wijaya dan ibunya bernama Indira Wijaya.

ANGGA. Lelaki yang menjadi cinta pertama Anggita. Lelaki pertama yang sudah memberikan sebuah kebahagiaan namun di akhir cerita ia menjadi orang pertama yang memberi luka untuk Anggita.

SANTI. Wanita yang menjadi sahabat dekat Anggita. Namun itu dulu disaat Santi belum mengenal lelaki yang bernama Angga. Disaat Santi sudah kenal lelaki yang bernama Angga. Persahabatan antara dirinya dan juga Anggita hangus seperti tidak berbekas dan tidak berkesan sama sekali.

____

"Mas Angga ngapain kesini?" Tanya Santi keras menatap tajam ke arah Angga

"Aku..... Aku..."

"Apa?? Kamu kesini mau ketemu sama jala*g ini haa"

"Ekheemm..." Dehem Anggita "siapa yang lebih cocok dengan predikat jala*g disini" lanjutnya santai. Tangannya pun bersedekap dada.

"Kamuuu."

Anggita hanya mengangkat bahu acuh dan berlalu meninggalkan dua manusia yang sudah melukai hatinya dan merusak kepercayaan nya.

"Anggita tunggu" seru Angga saat Anggita berjalan beberapa langkah.

"Udah lah Angga, diantara kita udah ngga ada apa-apa jadi jangan ganggu aku. Urus saja istri mu ini" Anggita pun berlalu meninggalkan mereka.

"Mas!!" Seru Santi saat melihat suaminya itu tidak berhenti menatap punggung Anggita yang semakin jauh.

"Kamu kenapa sih masih ketemu sama dia" tanya Santi sambil menunjuk punggung Anggita yang semakin menghilang.

"Aku ngga sengaja ketemu dia" jawab Angga santai.

"Aku ini istri kamu mas, jangan lupa"

"Aku harap kamu ngga lupa gimana cara yang kamu pakai dulu untuk menjadikan aku suami mu" ucap Angga dingin lalu meninggalkan Santi dan berlari mengejar Anggita.

Sementara Anggita sudah sampai di sebuah restoran di seberang jalan yang tidak jauh dari tempat ia bertemu Angga tadi.

"Huhhh, kesel banget gue" ucap Gita mendudukkan tubuhnya di bangku restoran itu.

"Ada apa lagi?" Tanya Karin sahabat Anggita.

KARIN SALSABILA. Sahabat dekat Anggita selain Santi. Saat dulu Santi mengkhianati kepercayaan Anggita dan merusak persahabatan mereka Karin lah yang menemani Anggita saat ia terpuruk.

"Liat tangan gue merah begini gegara si Angga itu" keluh Gita menunjukkan tangan nya yang agak merah karena di genggam paksa oleh Angga.

"Gila... Sampe kayak gini Git" seru Karin melihat tangan anggota yang memerah.

"Harus gua labrak itu orang" ucap Karin marah bahkan ia sampai menggebrak meja dan berdiri dari kursinya.

"Udah ngga usah, nanti malah ribet urusannya" ucap Gita mencekal tangan Karin untuk mencegah wanita tomboy itu membuat sebuah keributan.

"Tapi gue keseeell" ucap Karin mengepalkan tangannya gemas.

"Anggita" seru seseorang.

Anggita dan Karin pun menoleh ke arah sumber suara. Pucuk di cinta ulam pun tiba. Karin segera menghampiri pria itu untuk melampiaskan amarahnya. Sementara Anggita menepuk pelan dahi nya ia tau apa yang akan terjadi setelah ini.

"Minggir" seru Angga

"Kalo gue ngga mau" ucap Karin bersedekap dada dan menatap tajam ke arah Angga.

"Minggir gue ngga urusan sama Lo" seru Angga marah.

Sementara Karin hanya tersenyum sinis ke arah Angga tanpa berniat memberikan jalan untuk Angga menemui sahabatnya. Tiba-tiba...

Plaakk....

"Karin" seru Gita menghampiri Sahabatnya.

"Lo apa-apaan sih" kata Angga marah

"Kenapa ngga suka" tanya Karin.

"Gue ngga ada masalah sama Lo"

"Lo emang ngga ada masalah sama gue, tapi Lo udah bikin masalah sama gue dengan ganggu sahabat gue"

"Karin udah, ayok kita pergi aja dari sini" bujuk Gita menarik halus tangan Karin.

"Awas Lo gangguin Gita lagi" ucap Karin menatap tajam ke arah Angga dan mengikuti langkah kaki Anggita.

"Udah Rin, udah."

"Kesel gue"

Anggita pun mengelus lembut lengan Karin agar sahabatnya itu tidak terlalu emosi. Lalu menarik tangan sahabatnya ke sebuah rumah makan favorit mereka. Karena di restoran tadi mereka hanya sempat memesan minuman saja dan belum makan.

"Udah, Lo duduk aja disini oke. Hari ini weekend jadi harus bahagia jangan emosi kayak gini" ucap Gita saat mereka sudah sampai di sebuah rumah makan yang menjadi favorit mereka berdua. Bahkan saat mereka masih sekolah dulu mereka sering ke rumah makan ini.

Meskipun tidak seperti restoran mewah namun makanan yang di sediakan disini cocok dengan lidah mereka berdua jadi apa salahnya makan di sebuah warung makan yang tidak mewah dan besar yang terpenting perut kenyang dan bisa membantu perekonomian si mamang yang menjadi pemilik warung tersebut.

"Mang, biasa ya nasi goreng spesial nya dua. Jus jeruk nya dua" ucap Gita kepada pemilik warung makan yang ia ketahui namanya adalah mang Rahmat

"Siap neng, tunggu dulu ya mamang masakin"

"Oke mang"

Mang Rahmat pun segera meracik bumbu-bumbu dan bahan yang akan dia masakan. Dia sudah hafal dengan wajah cantik perempuan muda yang baru memesan menu andalan di rumah makannya itu. Bahkan saat wanita cantik itu masih memakai seragam putih abu-abu pun sering mampir ke warung makan nya. Padahal yang ia dengar wanita cantik itu berada di kalangan masyarakat kelas atas namun entah alasan apa masih mau saja makan di tempat sederhana miliknya.

Dua porsi nasi goreng spesial untuk dua wanita cantik sudah selesai di buat. Jus nya pun sudah jadi dan tinggal siap antar kepada pemesan saja.

"Ini neng nasi goreng spesial nya, silahkan menikmati" ucap mang Rahmat sambil meletakkan dua piring nasi goreng dan dua gelas jus jeruk.

"Makasih mang" ucap Gita ramah. Karin pun hanya tersenyum tipis mood nya sudah hancur karena pertemuan nya dengan pria bernama Angga.

"Udah Rin ngga usah kesel-kesel gitu. Yuk mending makan aja. Nanti kita shopping, aku yang traktir"

"Bener ya"

"Iya,"

Karin pun makan dengan antusias dan semangat. Gita hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan sahabat nya ini. Jika sudah mendengar kata shopping terlebih di bayari, maka mood yang tadinya rusak bisa secepat kilat berubah menjadi sangat baik.

Sepuluh menit kemudian mereka pun selesai memakan nasi goreng spesial yang sudah di pesan.

"Sruuuuuttt...." Bunyi Karin saat menyedot jus terakhir dalam gelasnya. Nasi goreng nya pun habis tak tersisa

"Kenyang banget gue. Nasi goreng mang Rahmat emang enaknya tiada tanding" ucap Karin

"Iya, bahkan nasi goreng mbok Na aja kalah" timpal Gita menyetujui ucapan Karin.

"Gue bayar dulu ya" ucap Gita.

"Gue aja" cegah Karin "kan Lo mau traktir belanjaan gue jadi makannya biar gue yang bayar" lanjutnya lalu berlalu meninggalkan Gita.

"Mang ini ya uang nya. Makasih. Masakan mamang selalu enak seperti biasa" ucap Karin menyerahkan dua lembaran uang merah kepada mang Rahmat.

"Banyak banget neng" kata mang Rahmat. Meskipun Karin dan Gita saat makan disini selalu membayar lebih tapi itu hanya menggunakan selembaran uang merah dan kali ini dua lembar.

"Udah mamang terima aja. Ini rezeki mamang" ucap Karin meletakkan paksa uang itu ke tangan mang Rahmat.

"Ya Allah neng, makasih banyak ya neng"

"Sama-sama mang"

Karin pun berlalu. Ia senang bisa berbagi seperti ini. Ia memberikan dua lembar uang merah sebagai bentuk apresiasi nya untuk masakan mang Rahmat yang super enak dan berhasil merubah mood nya menjadi lebih baik.

"Yuk, kita shopping. Besok udah hari Senin udah waktunya masuk kantor" ajak Karin pada Gita saat sudah selesai membayar

"Yuk" ucap Gita. Ia pun berdiri dan menghampiri sahabat nya.

Mereka pun berjalan keluar rumah makan, bukan sekali dua kali mereka datang kesini namun saat mereka masih sekolah dulu. Hampir setiap hari mereka datang kesini maka tak heran mang Rahmat sudah hafal dengan mereka.

"Gita, tunggu!" Seru seseorang

Gita dan Karin pun segera menoleh kebelakang untuk melihat siapa yang memanggil Gita. Saat menoleh wajah Karin pun kembali merah karena emosi melihat siapa yang memanggil Gita. Karin yang sudah membuka pintu mobil pun kembali menutup pintu mobil dengan keras dan segera menghampiri orang yang memanggil Gita.

CLBK 2

maafkan jika ada kesalahan dalam penulisan. happy reading...

***

"Gita"

Karin pun menghampiri orang itu. Ia berkacak pinggang di hadapan lelaki yang memanggil Gita. Emosi nya pun kembali meluap.

"Mau apa lagi Lo nyariin Gita ha" seru Karin.

"Gue udah bilang jangan ganggu Gita lagi, urus aja istri Lo itu. Jangan sampai tangan gue melayang ke pipi Lo lagi" ucap Karin mendorong bahu pria bernama Angga itu lalu meninggalkan nya dan segera masuk ke dalam mobil.

"Jalan Ndi" ucap Karin saat dirinya dan juga Gita sudah masuk ke dalam mobil yang memang sengaja ia suruh untuk menjemput mereka.

"Baik non, mau kemana non"

"Ke mall terdekat sini ya Ndi" jawab Gita. Sementara Karin masih menetralisir rasa emosi nya.

Karin sungguh marah saat ia tau bahwa Angga memaksa Gita untuk balikan lagi. Apakah pria itu sudah gil*. Pria itu bahkan sudah beristri, dan kini istrinya itu sedang hamil anaknya. Bagaimana bisa Angga mengajak Gita balikan. Apakah di fikiran Angga tidak ada yang mau dengan perempuan seperti Gita. Gita begitu sempurna siapa yang bisa menolak pesonanya. Mungkin saja Angga yang menyesal telah melepas permata seperti Gita.

"Karin" panggil Gita

Karin pun menoleh ke arah Gita lalu menghela nafas.

"Maafin gue ya Git, gue emosi aja pas denger Angga gangguin Lo tadi" ucap Karin menggenggam tangan Gita.

"Iya selow aja. Gue tau Lo peduli banget sama gue" jawab Gita lalu memeluk sahabat yang dulu sudah menemani masa terpuruknya itu. Karin pun membalas pelukan sang sahabat dengan penuh sayang.

Di kemudi depan Andi yang melihat interaksi antara nona muda nya dan juga temannya itu pun tersenyum tipis. Ia sungguh bersyukur bisa bekerja di keluarga kaya raya tetapi tidak sombong seperti keluarga pak Bram.

***

Sementara disini lain, seorang pria bertubuh atletis, memiliki alis yang tebal, bibir tipis, berwajah dingin tengah menatap ke layar laptop. Bunyi gemeletuk gigi pun terdengar nyaring di ruangan yang kedap suara itu. Entah apa yang ia tonton sehingga menampilkan ekspresi yang sangat menakutkan. Hawa dingin pun dirasakan oleh seseorang yang sejak tadi berdiri di hadapannya. Sungguh aura yang sangat menegangkan.

"Kamu tau apa yang harus kamu lakukan Romy?" Tanya pria itu dengan nada dingin.

"Ya tuan, kalau begitu saya pamit undur diri"

Pria yang bernama Romy pun segera keluar dari ruangan yang terasa seperti ruangan eksekusi.

'sangat menakutkan. Habislah orang itu sudah berani mengusik sang bos' batin Romy saat sudah keluar dari ruangan.

Sementara di ruangan tadi pria itu tengah menyandarkan tubuhnya di kursi kebesaran nya. Pria itu menatap langit-langit ruangan nya. Dia tersenyum tipis saat tiba-tiba bayangan wajah wanita cantik seperti terlukis di langit-langit gedung itu.

BRYAN ALBARA. Nama pria itu. Pria yang terkenal tegas dan dingin terhadap semua orang bahkan terhadap lawan jenisnya sekalipun. Di dalam hatinya hanya ada satu nama wanita cantik yang sudah memenuhi setiap sisi di fikiran nya. Di usianya yang menginjak dua puluh tujuh tahun ia sama sekali belum berniat menikah padahal dari segi fisik dan juga finansial ia sudah cukup matang untuk kehidupan berumah tangga. Namun apapun yang dikatakan orang ia tidak peduli sebab ia hanya akan menikah jika dengan wanita yang sudah memiliki hatinya.

"Sayang...." Ucap seorang wanita yang menerobos masuk pintu ruangannya.

Bryan sudah hafal dengan suara ini, suara yang di miliki oleh perempuan yang selalu memakai baju kurang bahan. Entah apa tujuannya selalu memakai baju yang terkadang memperlihatkan sebagian payud*ra nya itu. Bahkan rok ia pakai pun sangat pendek bahkan jauh di atas lutut. Apalagi make up yang di pakai sungguh di mata Bryan justru seperti ondel-ondel.

"Sayang kok kamu diam aja sih" kata perempuan itu menghentakkan kakinya persis seperti bocah kecil dan hal itu membuat Bryan semakin geli terhadap perempuan itu.

"Sudah berapa kali aku bilang kalau masuk ke ruangan ku ketuk pintu terlebih dahulu" ucap Bryan menatap dingin ke arah perempuan itu.

"Aku tunangan kamu, bukan karyawan kamu Bryan" seru nya.

"Tunangan? Sejak kapan?" Tanya Bryan melihat perempuan itu dengan tatapan mautnya

Melihat tatapan Bryan perempuan itu sebenarnya agak takut. Namun demi misinya untuk menjadi istri di keluarga albara ia tidak boleh gentar.

"A..aku minta maaf Bryan, aku tau kamu belum setuju tentang pertunangan kita tapi kakek sudah menyuruh kita untuk melangsungkan pertunangan kita"

"Diam. Mau apa kamu kesini?"

"Aku disuruh kakek untuk mengantarkan makanan ini untukmu. Kau bilang pada kakek bahwa malam ini kau akan lembur jadi kakek menyuruhku mengirim makanan ini untuk makan malam mu"

"Oke. Kau sudah selesai?"

"Apa?"

"Apakah ada urusan lain selain mengantar makanan?"

"Ti...tidak ada"

"Kalau begitu silahkan keluar"

"Tapi..."

"Aku masih ada pekerjaan, apakah kau akan mengganggu pekerjaan ku"

Wanita itu hanya mendengus sebal lalu segera pergi dari ruangan itu. Niat hati ingin melihat sang pujaan bekerja sekaligus menemani nya. Tapi malah di usir seperti ini.

Setelah kepergian wanita itu Bryan pun memanggil sang sekretaris untuk masuk ke ruangnya. Tak lama terdengar ketukan pintu dari luar, dan pintu pun terbuka setelah Bryan menyetujuinya masuk.

"Ardi, kau ingin menemani ku lembur bukan" tanya Bryan saat sang sekretaris sudah masuk ke ruangannya

"Ya bos"

"Ambil makanan ini" ucap Bryan menunjukkan makanan yang di bawa oleh perempuan ondel-ondel tadi.

"Tapi bos...."

"Kenapa kau tidak mau"

"Bukan begitu, tapi...."

Tadi ia melihat perempuan dengan penampilan menor membawa rantang makanan ini, sudah biasa wanita itu keluar masuk perusahaan dengan alasan di suruh oleh kakek albara. Dan tentu saja Ardi tak kuasa menahannya karena selalu mendapat ancaman akan di pecat jika menolak kedatangan nya. Jika perempuan itu tau bahwa rantang makanan yang dia bawa di ambil oleh Ardi, bagaimana dengan nasip Ardi di perusahaan ini

"Ambil atau bonus bulanan mu tidak akan di transfer"

"Baik bos, terima kasih" Ardi pun secepat kilat mengambil rantang makanan itu. Bosnya ini lebih menakutkan dari wanita itu. Jika perempuan itu mengancamnya maka Ardi akan bersembunyi di balik tubuh bos nya ini saja.

"Apa lagi?"

"Hah apa bos" ucap Ardi kaget. Ternyata ia melamun sejak tadi

"Apakah kau akan tetap berdiri disini?"

"Tidak bos, kalau begitu saya izin kembali ke ruangan saya"

Ardi pun berlalu dari ruangan sang bos untuk menikmati makanan gratis yang baru saja di berikan oleh sang bos. Sebenarnya wanita itu sering datang untuk mengantar makanan namun baru kali ini makanan itu di berikan kepadanya. Mungkin saja sebelumnya selalu di berikan oleh tangan kanan bosnya. Fikir Ardi.

******************

jangan lupa berikan like dan vote. tambahkan ke favorit kalian jika suka dengan cerita ini.

CLBK 3

"Gila puas banget gue belanja nya Gita" ucap Karin excited.

Saat ini mereka sedang nongkrong manja di sebuah restoran yang ada di mall tersebut. Hanya sekedar duduk manis sambil menyeruput segelas cappucino yang menjadi favorit mereka.

"Kayak ngga pernah belanja aja Lo" sahut Gita. Ia merasa sahabatnya ini terlalu berlebih-lebihan dalam mengekspresikan sesuatu.

Baru beberapa saat yang lalu Karin dilanda emosi tiada tara sekarang anak itu sudah tersenyum bahkan tertawa seolah sudah lupa dengan segala kejadian tadi.

Drrtt.... Drtt....

Bunyi handphone yang menandakan sedang ada yang memanggil. Merasa handphone nya berbunyi Gita pun segera meraih tas nya untuk mengambil hp nya. Ia melihat nama yang terpampang di layar handphone nya. 'mama' ia pun segera mengangkat nya.

"Halo sayang" ucap mamanya dari arah seberang

"Iya ma, kenapa?"

"Kamu kapan pulang, ini udah hampir malam loh"

Hampir malam? Gita pun melihat jam yang melingkar di tangannya. Waktu menunjukkan pukul sembilan malam. Gita menepuk dahinya pelan. Bagaimana ia bisa lupa waktu. Memang jika bersama Karin ia bisa melupakan segalanya. Maka dari itu disaat terpuruk Karin lah yang berperan sangat penting untuk mengembalikan keceriaan Gita.

"Gita, halo"

"Iya ma, bentar lagi ya Gita pulang. Suruh Eka buat jemput Gita di mall xxx"

"Oke, kamu tunggu ya. Nanti biar Eka hubungi kamu kalo dia udah sampai disana"

"Oke ma"

Sambungan pun terputus. Gita melihat ke arah Karin yang sepertinya memang juga belum sadar bahwa ini sudah hampir malam. Bertemu orang menyebalkan, makan nasi goreng favorit, dan berbelanja di mall ini membuat mereka seolah terhipnotis untuk lupa dengan segala hal.

"Lo sadar ngga Sekarang jam berapa?" Tanya Gita menatap Karin.

"Ha? Jam berapa emang?"

Gita pun menunjukkan jam tangan nya ke arah Karin.

"Busyeett.. kenapa Lo ngga bilang Gita"

"Gue juga baru sadar, kalo ngga di telfon mama gue mana tau kalau sekarang udah malem"

"Yaudah yuk lah kita pulang, besok harus kerja kita"

"Yaelah, kerja di perusahaan sendiri Lo segitu paniknya" canda Gita.

"Justru itu, kita harus jadi panutan"

"Bentar lagi lah ya, gue tunggu si Eka jemput"

"Bareng aja kenapa, diantar sama si Andi"

"Si Andi kan tadi Lo suruh pulang duluan Karin"

"Gue lupa" ucap Karin seolah tanpa beban. Selain emosian temannya ini ternyata punya kebiasaan baru. Suka melupakan sesuatu.

Di rumah mewah bak istana. Orang tua Gita tengah berada di ruang keluarga.

"Dimana Gita ma?" Tanya pak abdi, papa dari Gita.

"Lagi di mall pa, biasa anak gadismu itu lagi sama Karin makanya belanja dia"

"Kapan mereka akan pulang. Seharian ini papa ngga ngobrol sama Gita"

"Mama mau nyuruh Eka buat jemput Gita dulu pa,"

"Biar papa aja"

Pak abdi pun segera berlalu, di luar ia melihat Eka sedang duduk bersantai karena hari ini nona muda nya tidak minta di antar kemana-mana padahal hari ini Minggu.

"Eka" panggil tuan abdi kepada supir pribadi putrinya itu

"Iya tuan" jawab Eka dengan ramah

"Jemput nona Gita ke mall xxx ya."

"Baik tuan"

Eka pun berlalu dengan perasaan heran, kapan nona muda nya keluar rumah. Ia coba mengingat tadi pagi apakah ia melewatkan sebuah perintah. Sepertinya tidak. Sudahlah. Eka pun segera melajukan mobilnya ke mall dimana nona muda nya sedang berada.

Kira-kira dua puluh lima menit Eka sudah sampai di mall yang di tuju. Ia pun mengambil ponselnya untuk menghubungi nona nya.

"Halo nona" sapa Eka saat panggilan nya sudah dijawab.

"Nona dimana, apakah perlu saya kesana?" Tanya nya lagi.

"Oh, baiklah nona. Saya tunggu di halaman parkir kalau begitu"

Panggilan pun terputus. Eka sudah biasa berada di mall ini. Karena jika sedang tidak baik-baik saja nona muda nya pasti akan nongkrong disini. Tapi tidak mungkin jika nona muda nya sendirian. Tak lama ia melihat nona mudanya bersama seseorang yang tidak asing untuknya. Pantas saja jika bersama non Karin pasti nona nya itu menjadi doyan belanja. Tapi tas belanja itu hanya di bawa oleh nona Karin apakah nona nya tidak ikut berbelanja. Ah entahlah dunia orang kaya memang beda.

"Eka... Ngelamun aja" seru Gita saat sudah sampai di dekat Eka.

"Maaf non, mari masuk"

Eka pun segera membukakan pintu mobil untuk kedua tuan putri itu. Ia lalu duduk di kursi kemudi untuk menyetir.

"Antar Karin ke rumahnya dulu ya" kata Gita kepada Eka

Eka pun melirik kaca yang ada di dekat kepalanya dan kebetulan wajah Karin bisa terlihat dari sana.

"Baik non"

Eka tersenyum tipis, saat melihat bayangan wajah cantik Karin yang terpantul dari kaca itu. Ia bisa mencuri pandang pada sahabat majikannya itu.

Tak berapa lama mereka pun sampai di kediaman keluarga Karin. Eka pun segera membukakan pintu untuk Karin.

"Lo ngga mampir" tanya Karin sesaat sebelum ia keluar dari mobil.

"Engga deh Rin, udah malem. Takut nyokap ngamuk. Gue ga pulang dari siang"

Karin pun menganggukkan kepala mengerti. Lalu ia segera turun dari mobil dengan membawa bag belanjanya.

"Terima kasih" katanya pada Eka. Eka pun hanya tersenyum dan mengangguk.

Eka pun kembali menutup pintu mobil lalu segera melajukan kembali kendaraan roda empat itu ke kediaman wijaya.

***

"Sayang, ketemuan yuk. Aku kangen" ucap manja Santi kepada seseorang di telepon

"Yaudah, aku tunggu di butik ya. Aku belum pulang."

"Kamu tenang aja, karyawan aku udah pulang semua kok"

"Iya, cepetan ya. Aku tunggu"

Panggilan pun terputus. Santi tersenyum lebar kala seseorang yang ia telepon bersedia untuk menemuinya. Santi pun beranjak dari kursi kebesarannya dan segera membersihkan diri untuk menyambut seseorang yang sudah sangat ia rindukan.

Di sebuah club' malam, dimana banyak masyarakat Jakarta yang menghabiskan waktu malam disini. Baik untuk mereka yang lelah seharian bekerja atau mereka yang memang malas pulang ke rumah. Di club' ini di sediakan para waiters yang cantik dan menawan. Bahkan ada beberapa dari mereka yang menawarkan jasa plus-plus untuk para lelaki hidung belang. Termasuk lelaki yang saat ini sedang duduk di apit oleh dua wanita cantik dengan memakai pakaian yang menonjolkan bagian tubuhnya.

"Sorry sayang, malam ini aku ada urusan. Lain kali atau besok aku pasti akan memakai jasa kalian berdua" ucap pria itu lalu mengecup sekilas bibir kedua wanita itu secara bergantian.

"Apakah tuan tau, kami bahkan kehilangan pelanggan lain karena kami ingin melayani tuan semaksimal mungkin" ucap salah satu wanita yang berada di sisi kanan pria itu. Wanita itu tidak rela jika pria kaya ini tidak memakai jasa mereka dan mereka tidak akan mendapat sepeserpun uang malam ini

"Baiklah sayangku, bagaimana dengan ini" pria itu merogoh saku kemeja nya lalu mengeluarkan segepok uang merah dan menyerahkan kepada dua wanita di sisinya.

"Kalian sudah bisa membiarkan ku pergi"

"Ya tuan. Tuan memang yang terbaik" ucap mereka sumringah lalu memberi jalan agar sang tuan yang biasa memakai jasa mereka itu bisa keluar ruangan.

Lelaki itu tersenyum miring, sungguh gampang sekali para wanita itu. Hanya dengan beberapa lembar uang maka sudah membiarkannya pergi. Wanita memang mudah untuk di beli. Batinnya.

Pria itu pun bergegas pergi untuk menemui seseorang yang baru saja menghubungi nya.

________

jangan lupa berikan vote dan like kalian ya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!