Oweeeeekk........
Terdengar suara tangisan bayi yang nyaring memenuhi ruang persalinan tersebut.
"Selamat pak, Bu, bayinya perempuan. Cantik sehat dan tak kurang suatu apapun." Ucap seorang dokter yang ber nametag Karina tersebut. Ya, bukan dokter Bella yang membantu persalinan Anja, melainkan dokter Karin. Karena saat ini dokter Bella sedang cuti dan baru akan kembali bekerja lusa. Sebenarnya jadwal persalinan Anja masih Minggu depan, siapa yang menyangka kalau hari ini Anja akan melahirkan.
Perawat segera membalut tubuh bayi tersebut dengan kain bersih, kemudian di letakkan di atas dada Anja untuk inisiasi menyusui dini. Nara hanya bisa memalingkan wajahnya dari kegiatan yang membuatnya menelan saliva itu tanpa menyadari kalau tangan Anja masih berada dalam genggamannya. Perlahan tangan Anja yang ada di genggaman Nara mengendur kemudian terjatuh seiring kesadaran Anja yang menghilang.
"Dok, pasien tak sadarkan diri." Ucap seorang perawat terdengar panik, kemudian segera mengangkat bayi yang ada di atas dada anja. Dokter pun segera memeriksa keadaan Anja. Nara yang tadi menjadi sasaran empuk atas kesakitan Anja, kini hanya diam membisu dengan berjuta perasaan yang berkecamuk dalam dadanya.
"Bapak silahkan keluar dulu, biar pasien kami yang tangani." Ucap salah satu perawat. Mau tak mau Nara akhirnya melangkah keluar.
Ceklek!
Nara keluar dari ruang bersalin di sambut dengan tatapan penuh tanya dari kelima orang yang sejak tadi menunggu di luar ruangan dengan harap-harap cemas. Ada Riani, Laras, Bu Mayang dan Seno di sana. Serta Bima asisten Nara yang tadi ikut mengantarkan Anja ke rumah sakit.
Flashback On
Sejak pagi Anja mengeluh perutnya sedikit mulas. Namun semakin siang semakin sering mulasnya dan terasa sakit, membuat orang-orang yang ada di sana menjadi panik tak terkecuali Bu Mayang. Riani yang kala itu juga panik segera menghubungi Nara. Karena Nara sempat berpesan kepadanya jika terjadi sesuatu dengan Anja harus segera menghubunginya. Dan tepat saat Nara dan Bima tiba di rumah Bu Mayang, air ketuban Anja terlihat merembes dari sela kakinya. Nara pun tanpa pikir panjang langsung menggendong Anja dan berlari menuju mobilnya. Riani dan Bima segera mengekor di belakang Nara. Di masukkannya tubuh Anja ke dalam jok belakang, di susul oleh Riani yang juga ikut masuk ke dalam mobil. Bima dengan sigap langsung masuk kedalam mobil dan duduk di kursi kemudi, sedangkan Nara duduk di samping kemudi. Bima segera melesatkan mobilnya mencari rumah sakit terdekat. Sedangkan Bu Mayang menunggu Laras yang sebentar lagi pulang karena tadi sudah di hubunginya.
Sesampainya di rumah sakit, Anja segera di bawa masuk ke dalam ruang persalinan.
"Mari pak silahkan masuk, kepala bayinya sudah terlihat. Bu Anja butuh dukungan bapak." Ucap seorang dokter yang membantu persalinan Anja. Nara yang sempat blank itu tiba-tiba kakinya melangkah memasuki ruang persalinan yang membuat Riani dan Bima melongo. Setelah tersadar dari keterkejutannya Riani segera menghubungi Seno.
Flashback Off
"Bagaimana keadaan Anja dan bayinya?" Tanya Riani dan Laras bersamaan. Nara dengan tubuh lemasnya duduk di kursi tunggu seraya meraup kasar wajahnya dengan kedua tangannya.
"Anja dan bayinya masih di tangani dokter." Jawab Nara lemah. Jawaban Nara tersebut menimbulkan berbagai pikiran buruk, karena Anja melahirkan dalam keadaan masih depresi.
Ceklek!
Nampak suster keluar dengan menggendong seorang bayi kemudian mendekati Nara yang terduduk di kursi tunggu. Nara pun langsung berdiri dari duduknya.
"Silahkan di adzani dulu anaknya pak." Ucap perawat tersebut seraya menyerahkan bayi Anja kepada Nara. Entah dorongan dari mana yang membuat Nara mengulurkan tangannya untuk meraih bayi tersebut.
"Cantik!" Satu kata yang lolos dari bibir Nara dengan seulas senyum samarnya, yang membuat hatinya berdesir. Nara pun segera mengAdzani bayi Anja tersebut kemudian menyerahkan kembali kepada perawat yang menunggunya.
"Bagaimana keadaan Anja sus?" Tanya Riani kepada suster tersebut.
"Masih dalam penanganan dokter mbak, saya permisi dulu." Suster tersebut berlalu masuk lagi ke dalam ruang bersalin.
Nara kemudian mendudukkan dirinya kembali ke kursi, sepertinya ia baru menyadari dengan tindakan impulsifnya tersebut. Siapa dia yang dengan lancangnya masuk ke dalam ruang persalinan Anja. Tapi itu kan bukan sepenuhnya salahnya, dokter lah yang memintanya. Ia hanya mengikuti kemana arah kakinya melangkah.
*****
*****
*****
*****
*****
Hay hay gaess.. Alhamdulillah akhirnya season ke-2 dari Novel "Candamu Canduku" rilis hari ini 🤲🤲
Ini timingnya setelah kepergian Shasa ke kota Jakarta ya 🤭 Jadi Shasa gak tau kalau Anja sudah melahirkan.
Rencananya novel ini emak rilis awal tahun depan, tapi karena harus menyesuaikan timingnya dengan novel "Luka Hati Luka Diri" dan novel "Candamu Candaku" jadi emak rilis lebih awal 🤗
Ini novel ke-4 emak ya, semoga para readers yang Budiman berkenan mampir membacanya 😂😂
Lope-lope sekebun pare 😘😘🤪🤪
Jangan lupa Like Komen dan Votenya, kopi juga boleh ☕☕😂😂
Sesaat nampak dokter Karina keluar dari ruangan dan langsung di sambut oleh ke enam orang yang sejak tadi menunggu dengan harap-harap cemas.
"Dok!" Nara berdiri di garda terdepan. "Bagaimana?" Tanyanya dengan kekhawatiran yang kentara. Doker Karina menggeleng dan langsung menjelaskan bahwa saat ini Anja dinyatakan koma yang membuat Bu Mayang, Laras dan Riani tak kuasa menahan tangisannya. Laras langsung memeluk mamanya erat. Sedangkan Riani langsung di peluk erat oleh Seno. Haruskah Nara berpelukan dengan Bima sang asisten? Membayangkannya saja ia sudah bergidik ngeri. Amit-amit jabang bayi, kalau sampai itu terjadi bisa hancur dunia persilatan.
"Mari pak ikut ke ruangan saya sebentar." Ucap dokter Karina kemudian berlalu.
"Loe hubungi mama Bim!" Nara kemudian menyusul masuk ke dalam ruangan dokter Karina.
"Silahkan duduk pak." Ucap dokter Karina mempersilahkan Nara.
"Untuk saat ini Bu Anja memang dinyatakan koma, kami akan terus memantau perkembangannya."
"Ba-bagaimana dengan bayinya dok?"
"Begini pak, alhamdulillah bayinya sehat. Namun kami menyarankan untuk tetap tinggal di sini beberapa waktu agar lebih dekat dengan mamanya. Siapa tau dengan keberadaan bayi Bu Anja disisinya itu dapat memicu kesadarannya."
"Ba-baik dok! Kalau begitu saya permisi dulu."
*****
Di tempat lain, lebih tepatnya di ibu kota Jakarta. Mama Rosi mendadak heboh saat mendapatkan kabar dari Bima bahwa Anja sudah melahirkan. Ia bingung harus bahagia atau sedih. Sebenarnya ia bahagia karena cucunya sudah lahir, tapi ia juga sedih karena Anja dinyatakan koma.
"PAPA PULANG SEKARANG!" TUT! Mama Rosi langsung mematikan sambungan teleponnya tanpa menunggu jawaban dari papa Hadi. Mungkin papa Hadi sekarang lagi kebingungan dengan sikap istrinya yang mendadak jadi garang begitu. Kebiasaan mama Rosi yang satu ini memang sudah mendarah daging. Pasti ada sesuatu yang darurat jika sang istri sudah keluar garangnya seperti itu.
Satu jam kemudian papa Hadi sudah sampai di kediaman Wijaya. Tanpa menunggu sopir membukakan pintu mobil, papa Hadi lebih dulu membukanya lalu membantingnya dengan keras.
Braakk!
Dengan nafas ngos-ngosan papa Hadi berlari memasuki rumahnya dan langsung mencari sang istri.
"Ma!" Teriak papa Hadi lantang memanggil sang istri.
"Papa!" Mama Rosi tiba-tiba muncul dan langsung memeluk suaminya.
"Hiks.. hiks.." Isak mama Rosi di pelukan papa Hadi.
"Ada apa?" Tanya papa Hadi setelah berhasil mengatur nafasnya.
"Ayo kita ke Surabaya sekarang!"
"Haahh, sekarang?" Mama Rosi mengangguk dalam pelukan papa Hadi.
"Ada apa? Coba jelaskan pelan-pelan."
"Tadi Bima telpon, katanya Anja sudah melahirkan."
"Alhamdulillah." Ucap syukur papa Hadi.
"Hiks.. hiks.."
"Harusnya mama bersyukur bukannya malah menangis seperti ini."
"Sesaat setelah melahirkan Anja dinyatakan koma. Hiks.. hiks.."
"Ap-apa! Koma?" Papa Hadi nampak terkejut.
"Iya, makanya ayo kesana sekarang."
"Ba-baiklah, sekarang mama siap-siap dulu. Papa mau hubungi Firman dulu biar urus tiket kita."
Mama Rosi segera masuk ke dalam kamar sedangkan papa Hadi langsung masuk ke dalam ruang kerjanya.
*****
Anja sudah di pindahkan ke ruang VIP beserta babynya sekalian. Untuk sementara Anja dan babynya berada dalam satu ruangan sambil menunggu kedatangan mama Rosi. Bu Mayang, Laras dan Seno sudah kembali karena mereka bertiga memiliki kesibukan sendiri. Bima pun juga kembali ke kantor untuk menggantikan Nara. Tinggal Nara dan Laras yang sekarang menjaga Anja dan baby girl.
Sejak tadi Nara duduk di samping box bayi seraya tak henti-hentinya memandangi baby girl. Kadang ia usap lembut pipi gembul bayi tersebut. Kadang ia tersenyum sendiri, entah apa yang ada di dalam pikiran Nara saat ini. Sedangkan Riani duduk di samping brankar perawatan Anja seraya menggenggam tangan sahabatnya itu.
*****
*****
*****
*****
*****
Lope-lope sekebun Pare 😘😘🤪🤪
Jangan lupa Like Komen dan Votenya, kopi juga boleh ☕☕😂😂
Tepat pukul delapan malam mama Rosi dan papa Hadi tiba di bandara kota Surabaya. Bima sudah standby menunggu di kursi tunggu terminal kedatangan bandara tersebut.
"BIMA!" Teriak mama Rosi dengan lantang seraya berlari menghampiri Bima yang langsung berdiri ketika mendengar teriakan mama Rosi.
"Ma! Jangan lari-lari begitu!" Papa Hadi yang berjalan sambil menarik koper memperingatkan mama Rosi. Bima langsung sigap mengambil alih koper dari tangan papa Hadi.
"Ayo Bim cepetan, kita langsung ke rumah sakit." Mama Rosi menarik tangan kiri Bima, sedangkan tangan kanan Bima menarik koper. Papa Hadi di buat geleng-geleng kepala melihat kelakuan istrinya tersebut. Namun ia tetap mengekor di belakang istri dan asisten anaknya tersebut.
Setelah berkendara sekitar satu jam karena harus berjibaku dengan kemacetan kota Surabaya di malam hari, akhirnya mobil yang di kendarai Bima sampai di parkiran rumah sakit dimana tempat Anja dirawat saat ini.
"Ayo Bim!" Sekali lagi mama Rosi menarik tangan Bima yang baru keluar dari dalam mobil.
"Ma, sudah! Biarkan Bima berjalan di depan, kita ikuti dari belakang." Tegas papa Hadi menarik tangan istrinya kemudian menggenggamnya erat. Bima berjalan di depan sebagai penunjuk arah di ikuti mama Rosi dan papa Hadi di belakangnya.
Langkah kaki mereka bertiga mengayun menuju ke ruang perawatan Anja yang berada di lantai empat setelah menaiki lift. Mama Rosi langsung mendorong pintu ruangan tersebut setelah Bima menunjukkan ruangannya. Mama Rosi langsung melangkah masuk di ikuti papa Hadi dan Bima di belakangnya.
"Ma!" Nara langsung berdiri dari duduknya begitupun Riani, ia langsung berdiri dan mundur dari samping ranjang Anja.
"Sayang!" Mama Rosi meraih tangan lemah Anja lalu menggenggamnya erat. "Ini mama datang nak, Anja bangun ya, kasihan bayi kamu kalau kamu tidur terus begini." Ucap mama Rosi tak kuasa menahan air matanya. Papa Hadi berdiri di samping istrinya seraya mengelus pelan punggung sang istri.
"Sudah ma, biarkan Anja istirahat."
Mama Rosi beralih mendekat ke box bayi yang ada di samping Anja.
"Lihat pa cucu kita, cantik!" Mama Rosi mengelus pelan pipi gembul bayi Anja yang sedang terlelap.
"Siapa namanya?" Tanya mama Rosi, namun tak ada yang berniat menjawabnya.
"Nara!" Seru mama Rosi.
"Nara tidak tau mah, Anja belum sempat memberinya nama tapi udah keduluan tak sadarkan diri."
"Kenapa bukan kamu saja yang memberikan nama?" Ucap mama Rosi yang membuat semua orang memandangnya.
"Ak-aku? Kenapa harus aku mah?" Tanya Nara kebingungan.
"Karena kamu daddy-nya!" Tegas mama Rosi.
"Haahh!" Nara, Bima dan Riani terkejut bersamaan.
"Iya, mulai saat ini kamu daddy-nya!"
"Kok bisa begitu mah?"
"Stop! Siapa namanya?" Tanya mama Rosi yang membuat Nara berfikir sejenak.
"Radha! Radhania Azzura!" Ucap Nara spontan dengan senyum merekah.
"Radhania Azzura Wijaya!" Imbuh mama Rosi. Papa Hadi hanya manggut-manggut saja. Sedangkan Bima dan Laras saling pandang.
"Radha sayang, ini Oma nak." Mama Rosi mengangkat baby Radha dari box kemudian menggendongnya dan membawanya ke samping ranjang Anja.
"Lihat Nja, daddy-nya memberikan nama yang cantik untuk putri mu." Ucap mama Rosi di dekat Anja.
Ek.. ek.. oweeeeekk!
Tiba-tiba baby Radha menangis kencang. Riani dengan sigap menyerahkan botol susu yang ada di dalam box bayi. Namun bukannya meminum dotnya, tangisan baby Radha malah semakin kencang. Nara segera mengambil alih baby Radha dari gendongan sang mama kemudian menimangnya. Seketika itu perlahan tangisan baby Radha mereda.
"Owh, rupanya cucu Oma minta di gendong daddy-nya toh." Ucap mama Rosi yang membuat orang-orang disana mengukir senyumnya seraya memandang ke arah baby Radha yang ada dalam gendongan Nara.
*****
*****
*****
*****
*****
Lope-lope sekebun Pare 😘😘🤪🤪
Jangan lupa Like Komen dan Votenya, kopi juga boleh ☕☕😂😂
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!